Anda di halaman 1dari 4

ESAI MODERASI BERAGAMA

Perkenalkan nama saya Juhana Nasrudin, Pendidikan terakhir saya S3 lulusan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung saya merupakan lulusan Program Doktoral dari Religius
Studi atau Studi Agama-Agama yang lulus pada tahun 2020. Aktivitas saat ini saya
sebagai pimpinan dari sebuah pondok pesantren yang beada di Kabupaten Garut yang
bernama PPS. Anas Bin Malik. Selain sebagai pimpinan ponpes saya juga sebagai dosen
yang berhomebase di sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Muhammadiyah) Garut.
Setelah mengetahui adanya program Pelatihan Pengembangan Wawasan
International Tentang Moderasi Beragama (Jerman) yang di adakan Kementrian agama
dan didanai oleh LPDP. Maka sangat tertarik untuk dapat mengikuti program tersebut,
hal tersebut didasarkan pada beberapa hal, pertama saya memenuhi syarat untuk
mengikuti program tersebut dan selain itu saya sangat membutuhkan pengembangan
dan mengasah wawasan internasional saya terkait dengan masalah Moderasi Agama.
Hal tersebut akan saya jadikan sebagai bahan studi banding antara realitas moderasi
Agama di dalam dan luar negeri. Diharapkan dari hasil pelatihan mendapatkan temuan
ilmiah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan moderasi didalam negeri.
Keahlian khusus saya dalam bidang penelitian yang terfokus pada masalah agama
dan budaya.ada beberapa karya yang telah saya terbitkan baik buku maupun jurnal
ilmiah. Untuk buku yang sudah terbit diantara ada 4 buku, yaitu: 1) buku berjudul Kaidah-
kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur’an Praktis, 2) Kaidah-kaidah Ilmu Hadits Praktis, 3) Metodologi
Penelitian Pendidikan Praktis dan 4) Refleksi Keberagamaan dalam sistem Pengobatan
Tradisional Masyarakat Perdesaan. Sedangkan untuk jurnal diantaranya: 1) Politik
identitas dan representasi politik (Studi kasus pada Pilkada DKI periode 2018-2022), 2)
Relasi agama, magi, sains dengan sistem pengobatan tradisional-modern pada
masyarakat pedesaan 3) Religious Behavior in Traditional Treatment Systems in Rural
Communities: A Study in Kadungora District, Garut Regency dan 4) Etnigrafi Kyai ( studi
antropologi tentang praktik pengobatan Kyai di Garut. Pengalaman sebagai Dosen dan
Peneliti dimulai pada tahun 2014 dari semenjak lulus S2 dan menjadi dosen tetap pada
salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di Kabupaten Garut. Sampai saat ini
terus mengikuti penelitian baik dalam maupun luar negeri.
Kemudian salah satu tujuan mengikuti program kegiatan ini saya akan secara
intensif melakukan pengkajian bagaimana realitas moderasi beragama di kancah
internasional. Sehingga hal ini menjadi modal dasar untuk melakukan kajian komparasi
penerapan moderasi beragama antara didalam dan luar negeri, antara eropa yang
merupakan minoritas muslim dengan dunia kita yang mayoritas muslim. Sehingga dari
hasil yang didapat akan ditemukan sebuah temuan atau formula moderasi beragama
yang akan di ilmplementasikan dalam kehidupan beragama baik dlingkungan pesantren
maupun di luar lingkungan pesantren. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat
yang berada dalam lingkungan pondok pesantren untuk memahami Islam yang moderat.
Dengan melihat realitas beragama di kancah internasional, maka akan memberikan
kontribusi yang positif bagi saya sebagai pengalaman yang tidak akan terlupakan untuk
memahami realitas keberagamaan orang lain dari objek yang diamati.
Pada hakikatnya memahami Islam yang implementatif jauh lebih berarti dan
bermakna bagi pengembangan wawasan keberagamaan saya dan masyarakat yang
berada dilingkungan pesantren kami khususnya. Selain itu pula setidaknya melalui
program ini dapat membendung dan meangantisipasi pandangan keagamaan yang
ekstrim dan radikal. Agama merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang sangat
penting bagi masyarakat Indonesia.
Kehidupan beragama sudah menjadi bagian dari identitas kebudayaan bangsa
Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya, seringkali terjadi konflik atau ketegangan
antar pemeluk agama yang berbeda. Hal ini bisa terjadi baik dilingkungan
masyarakat umum yang notabene belum memahami hakikat agama dan beragama
secara komprehensif, akan tetapi yang lebih ironisnya apabila terjadi dilingkungan
kampus yang terdidik. Oleh sebab itu, perlunya moderasi beragama sebagai solusi
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ada beberapa hal tentang problematika
moderasi beragama dan tawaran solusinya terkait dengan toleransi, kebangsaan, anti
kekerasan, dan akomodatif budaya lokal yang di implementasikan di lingkungan Kampus
dan di Masyarakat Umum.
Moderasi beragama, adalah cara mengelola keberagaman dan perbedaan
agama dengan cara yang damai dan harmonis. Namun, dalam pelaksanaannya,
seringkali terdapat beberapa permasalahan atau problematika, antara lain:
1) Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai moderasi beragama. Dalam
pelaksanaannya, moderasi beragama seringkali berbeda pemahaman antara
satu pemuka agama dengan yang lainnya. Hal ini seringkali menjadi pemicu
terjadinya konflik antar agama.
2) Fanatisme agama dan intoleransi. Fanatisme agama atau kepercayaan yang
berlebihan terhadap agama tertentu seringkali mengakibatkan orang menjadi
tidak toleran terhadap orang yang berbeda agama atau kepercayaan.
3) Pengaruh politik dan ekonomi. Seringkali, moderasi beragama dilupakan
ketika ada kepentingan politik atau ekonomi yang terkait dengan agama.
4) Kurangnya dialog antar agama. Kurangnya dialog antar agama seringkali
mengakibatkan munculnya ketegangan dan konflik antar pemeluk agama.
Dalam rangka menyelesaikan problematika moderasi beragama, Juga terdapat
beberapa tawaran solusi yang dapat diambil, antara lain:
1) Meningkatkan pemahaman tentang moderasi beragama. Pemerintah dan
pemuka agama
2) harus meningkatkan pemahaman tentang moderasi beragama kepada
masyarakat.
3) Meningkatkan toleransi dan mengurangi fanatisme agama. Perlunya
dilakukan pendidikan
4) tentang toleransi dan pengurangan fanatisme agama melalui pendidikan yang
terus-menerus.
5) Menghindari pengaruh politik dan ekonomi dalam agama. Agama harus
dijadikan sebagai
6) perkara yang khusus dan tidak boleh dicampurkan dengan kepentingan politik
dan ekonomi.
7) Meningkatkan dialog antar agama. Pemerintah harus memfasilitasi pertemuan
antar pemuka agama atau masyarakat dengan tujuan memperkuat dialog
antar agama dan mengurangi keteganga.
8) Mempromosikan akomodatif budaya lokal. Pemerintah dan masyarakat harus
mempromosikan akomodatif budaya lokal sebagai salah satu cara untuk
mempertahankan moderasi beragama dan mengurangi konflik antar agama.
Dalam membangun masyarakat yang harmonis, moderasi beragama yang
dijalankan. Hal ini dapat terwujud dengan cara meningkatkan pemahaman tentang
nilai-nilai moderasi beragama, meningkatkan toleransi dan mengurangi fanatisme
agama, menghindari pengaruh politik dan ekonomi dalam agama, meningkatkan
dialog antar agama, dan mempromosikan akomodatif budaya lokal. Semoga tawaran
solusi ini dapat membantu mengatasi problematika moderasi beragama di Indonesia.
Terakhir apabila kami dapat diterima untuk mengikuti program ini kan kami
pergunakan sebaik mungkin agar benar-benar kegiatan ini dapat bermanfaat dan dapat
berkontribusi untuk kepentiangan dan kemaslahatan umat manusia yang beragama
dalam menjalankan keberagamaannya. Implementasi yang sebagaimana diatas telah
ditawarkan diatas akan dilakukan dan yang paling utama saya akan berupaya membina
dan mengarahkan santri dan masyarakat sekitar agar senan tiasa melaakukan beberapa
hal berikut: (1) Meningkatkan pemahaman tentang moderasi beragama. Pemerintah
dan pemuka agama harus meningkatkan pemahaman tentang moderasi beragama
kepada masyarakat. (2) Meningkatkan toleransi dan mengurangi fanatisme agama.
Perlunya dilakukan pendidikan tentang toleransi dan pengurangan fanatisme agama
melalui pendidikan yang terus-menerus. (3) Menghindari pengaruh politik dan ekonomi
dalam agama. Agama harus dijadikan sebagai perkara yang khusus dan tidak boleh
dicampurkan dengan kepentingan politik dan ekonomi. (4) Meningkatkan dialog antar
agama. Pemerintah harus memfasilitasi pertemuan antar pemuka agama atau
masyarakat dengan tujuan memperkuat dialog antar agama dan mengurangi
ketegangan. (5) Mempromosikan akomodatif budaya lokal.
Terkahir, sehingga terwujud tatanan masyarakat yang baldatun thoyibatun wa
rabbun ghafur dan aman sentosa. Hidup senantiasa rukun dan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai