Anda di halaman 1dari 4

Ketimpangan sosial dapat diartikan sebagai adanya ketakseimbangan atau jarak yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan status sosial,


ekonomi, ataupun budaya. Ketimpangan sosial merupakan masalah yang kompleks
dan meluas di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial


Untuk mempersempit ketimpangan sosial di masyarakat diperlukan upaya bersama dari berbagai
kalangan, baik oleh pemerintah maupun dari anggota masyarakat. Upaya mengatasi ketimpangan
sosial antara lain sebagai berikut.
1. Tentukan masalah yang akan dicari solusinya.
2. Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah itu timbul.
3. Cari beberapa alternatif solusinya.
4. Pilih yang paling penting yang harus diselesaikan dahulu, kemudian lanjutkan ke solusi
berikutnya

Sebagai upaya mengatasi ketimpangan sosial, setiap warga negara, baik sebagai seorang aparat
pemerintah maupun anggota masyarakat harus menyiapkan dan melatih diri untuk melakukan
hal-hal berikut
1. Mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya (takwa).
2 Belajar dan membiasakan diri mencintai sesama manusia.
3 Menanamkan kesadaran dan rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan negara.
4 Melatih dan membiasakan diri hidup, bergaul dan bersikap demokratis.
5. Melatih dan membiasakan diri bersikap adil dan berjiwa sosial.

Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi ketimpangan sosial yang tertuang dalam Undang-
Undang, yakni sebagai berikut.
1. UUD NRI Tahun 1945 Pasal 33
Ayat 1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Ayat 3: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
2. UUD NRI Tahun 1945 Pasal 34
Ayat 1: Fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
Ayat 2: Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 9 Ayat 1: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf kehidupannya.
Ayat 2: Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia. sejahtera lahir dan batin.
Pasal 11 Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak.
Pasal 12: Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan
sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
Pasal 36 Ayat 1: Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain demi pengembangan dirinya keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara
yang tidak melanggar hukum
4. UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Sesuai dengan Pasal 3, tujuan yang
hendak dicapai adalah:
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.
b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.
c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah
kesejahteraan sosial.
d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.
e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Bank Dunia
Menurut Bank Dunia (World Bank), upaya-upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Investasi pada jaring pengaman untuk melindungi warga rentan.
2. Ciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik untuk warga miskin.
3. Ciptakan kondisi ekonomi yang tahan terhadap krisis dan lonjakan harga.
4. Rancang program jaminan sosial yang bisa menurunkan tingkat ketimpangan.
5. Meluncurkan program pemberdayaan masyarakat untuk orang yang terpinggirkan.
6. Tingkatkan akses terhadap makanan, akses kesehatan, dan pendidikan untuk warga miskin.
7. Pungut pajak dengan benar dan pastikan bahwa belanja pemerintah lebih berpihak pada orang
miskin.

BPPPD (Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah)


Menurut Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPPD) tahun 2014, upaya untuk
mengatasi ketimpangan sosial adalah dengan cara melakukan pemerataan yang berkeadilan
dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk berperan serta
dalam pembangunan dan menikmati hasil pembangunan (inclusiveness). Upaya pemerataan yang
berkeadilan menurut BPPPD tahun 2014 adalah sebagai berikut.
1. Pemberdayaan melalui peningkatan partisipasi dan perluasan manfaat.
Untuk menciptakan pembangunan Indonesia yang maju, merata, mandiri dan adil dalam
pembangunan dibutuhkan partisipasi masyarakat. Pemerintah sebagai stakeholder senantiasa
mengembangkan program-program yang melibatkan partisipasi masyarakat miskin, rentan, dan
termarginalkan. Program-program tersebut terbagi menjadi empat kluster (kelompok)
penanggulangan kemiskinan, yaitu perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha mikro kecil, dan program-program prorakyat. Keberhasilan program-
program ini tidak hanya didasarkan pada keberhasilan menurunkan angka kemiskinan saja, tetapi
juga dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat apakah aktif ataukah tidak, serta kebermanfaatan
program tersebut bagi masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
2. Peningkatan akses, kualitas pendidikan dan kesehatan.
Meningkatnya status kesehatan masyarakat akan membentuk sumber daya manusia yang sehat,
produktif dan cerdas, yang merupakan komponen penting dalam memberikan kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan akses dan kualitas kesehatan yang merata dan berkeadilan
dapat tercapai melalui upaya berikut.
a. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
b. Peningkatan perbaikan gizi.
c. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Pelaksanaan jaminan kesehatan.
e. Peningkatan efektifitas pengawasan obat dan makanan.
Adapun dengan pendidikan, tenaga kerja terdidik dapat mengembangkan visi dan wawasan yang
lebih maju, menanamkan etos kerja tinggi, serta menumbuhkan sikap adaptif dan inovatif.
Sebagai upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan yang merata dan berkeadilan,
pemerintah harus memastikan bahwa layanan pendidikan tersedia secara memadai, merata, dapat
diakses oleh seluruh masyarakat, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap masyarakat tanpa diskriminasi. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun daerah
harus mampu menyediakan satuan pendidikan dan membangun infrastruktur pendidikan yang
mampu mengakomodasi setiap anak usia sekolah yang memerlukan layanan pendidikan tanpa
terkecuali anak sekolah yang bermukim di daerah tertinggal, kepulauan, terpencil, dan
perbatasan.
3. Pengentasan kemiskinan dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP31).
Upaya ini sangat perlu dioptimalkan agar program penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan
secara lebih integratif, saling melengkapi, dan merata di seluruh pelosok tanah air. Hasil dari
program pengentasan kemiskinan ini adalah menurunnya angka kemiskinan dari tahun ke tahun.
Namun, sampai saat ini, penurunannya memang tidak signifikan sehingga munculah MP31 yang
menjabarkan strategi, kebijakan, dan program percepatan penanggulangan kemiskinan. Prinsip
MP3 adalah kerja sama dan sinergi semua pihak baik pemerintah (pusat maupun daerah),
BUMN, swasta, dan masyarakat atau dikenal dengan public-people-private partnerships. Dalam
hal ini, pemerintah pusat melalui kementerian atau kelembagaan melakukan sinergi dalam
penganggaran penanggulangan kemiskinan. Sementara itu, BUMN dan swasta dalam program
Corporate Social Responsibility (CSR) melakukan sinkronisasi program yang dapat
diimplementasikan di kantong-kantong kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai