TERHADAP KEHIDUPAN
MASYARAKAT SAMPAI SAAT INI
Disusun oleh :
Puji serta Syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang
berkat rahmat serta karunianya saya dapat menyelesaikan makalah Etika dan
Kearifan Lokal ini dengan tepat waktu. Adapun tema yang saya angkat pada
kesempatan kali ini adalah “Adanya Garis Kemiskinan Terhadap Kehidupan
Masyarakat Sampai Saat Ini”.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Ismono Hadi,
M.Si. selaku dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
membimbing saya dalam pembuatan makalah ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................6
BAB II.................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................7
2.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan....................................................7
2.2 Definisi dan Konsep Kemiskinan...............................................................................7
2.3 Penyebab Kemiskinan................................................................................................8
2.4 Kemiskinan di Tingkat Rumah Tangga.....................................................................9
2.5 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................................9
2.6 Pemetaan Kemiskinan..............................................................................................10
BAB III..............................................................................................................................12
PEMBAHASAN...............................................................................................................12
3.1 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan.......................................................................12
3.2 Faktor-Faktor Keluar Dari Kemiskinan...................................................................14
3.3 Kemsikinan dan Mobilitas Pekerja..........................................................................17
3.4 Ragam Pemikiran Tentang Kemiskinan...................................................................18
3.5 Upaya Pemerintah....................................................................................................20
3.6 Solusi Alternatif.......................................................................................................23
BAB IV..............................................................................................................................25
PENUTUP.........................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................25
4.2 Saran.........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30
LAMPIRAN......................................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
kemiskinan merupakan topik perdebatan para pembuat kebijakan di berbagai
negara (Christiaensen & Martin, 2018).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.4 Kemiskinan di Tingkat Rumah Tangga
Kemiskinan dapat dilihat secara makro maupun mikro. Dalam hal makro,
kemiskinan dilihat secara agregat dan luas sementara, pendekatan mikro diperlukan untuk
mengetahui pasti kondisi kemiskinan, seperti siapa yang miskin dan bagaimana
karakteristik mereka. Pendekatan pada level rumah tangga merupakan contoh pendekatan
mikro. Menurut Anderson, dkk. (2006), rumah tangga sebagai unit analisis layak
dilakukan di negara sedang berkembang.
Dari uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis untuk penelitian ini adalah
gender kepala rumah tangga, usia kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga,
status pekerjaan kepala rumah tangga, akses terhadap kredit usaha, pendidikan kepala
rumah tangga, kepemilikan hp, dan lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap
probabilitas miskin rumah tangga di Indonesia.
10
memberikan kontribusi terhadap kelompok- kelompok miskin di daerah tersebut.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan sosial adalah melalui upaya
penanggulangan kemiskinan. Menurut UU 11 tahun 2009, disebutkan bahwa
penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak
mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. Penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk:
(a) meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan
berusaha masyarakat miskin; (b) memperkuat peran masyarakat miskin dalam
15
pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak dasar; (c) mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan
sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan
seluasluasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan; dan (d) memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan
rentan.
Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dalam bentuk: (a) penyuluhan dan
bimbingan sosial; (b) pelayanan sosial; (c) penyediaan akses kesempatan kerja dan
berusaha; (d) penyediaan akses pelayanan kesehatan dasar; (e) penyediaan akses
pelayanan pendidikan dasar; (f) penyediaan akses pelayanan perumahan dan
permukiman; dan/atau (g) penyediaan akses pelatihan, modal usaha, dan pemasaran hasil
usaha.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan berhasil bila tidak
didukung oleh komponen pembangunan lainnya, baik itu pihak swasta maupun
masyarakat, terlebih lagi dari individu itu sendiri. Untuk terbebas dari lingkaran
kemiskinan diperlukan kesungguhan dan kemauan yang kuat dari individu tersebut serta
dukungan terencana dari berbagai pihak, terutama dalam akses pemberdayaan secara
mandiri maupun melalui keterlibatan pihak lain. Berdasarkan hasilt wawancara
responden di lapangan, diketahui bahwa kemiskinan dapat diatasi dengan adanya jaringan
atau kenalan yang membuka akses dalam lapangan pekerjaan, punya cita-cita untuk
memperbaiki kehidupan yang lebih baik, belajar agama yang dapat memberikan
memotivasi untuk terus berusaha, bantuan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga miskin,
mandiri dalam berusaha, bantuan finansial atau modal usaha dan pendidikan murah.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan
untuk keluar dari kemiskinan tidak hanya dapat dilakukan oleh individu tersebut, tetapi
diperlukan peran dari pemerintah dan swasta, seperti pemberian beasiswa, penyediaan
pendidikan murah dan bantuan finansial dari perusahaan. Berbagai upaya yang dilakukan
untuk keluar dari kemiskinan ternyata tidak serta merta didasarkan pada faktor-faktor
penyebab kemiskinan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan responden yang
menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan lebih didominasi oleh
karakteristik individu itu sendiri, sedangkan upaya yang dilakukan untuk keluar dari
kemiskinan diperlukan peran dari pihak ketiga dan juga dari individu itu sendiri. Sebagai
16
contoh, faktor anak bungsu, bertempat tinggal bersama orang tua, merawat orang tua,
ekonomi orang tua yang tidak mendukung, merupakan penyebab kemiskinan yang tidak
bisa diatasi dengan menyelesaikan faktor- faktor penyebab tersebut. Berdasarkan hasil
temuan lapangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan
tidak perlu terjebak pada faktor-faktor penyebab saja yang bisa jadi bersifat khusus atau
kasus tertentu, namun didasarkan pada pemberdayaan dan pengembangan potensi
sumberdaya yang tersedia.
17
dari para migran ke daerah asal (Hagen-Zanker dkk., 2017). Sebagian besar remitansi
digunakan untuk kebutuhan produktif dibandingkan kebutuhan konsumtif (Primawati,
2011) sehingga dalam jangka panjang mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga
(Gumilang, 2009).
Kemiskinan dan mobilitas penduduk merupakan dua konsep penting yang saling
berkaitan dalam ekonomi pembangunan dan perubahan demografi (Thurlow dkk., 2019).
Temuan Gurgand (2006) menyatakan bahwa penurunan kemiskinan yang signifikan di
China merupakan dampak pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang tepat.
Kebijakan yang dianggap murah dan efektif mengurangi kemiskinan adalah memberikan
fasilitas bagi penduduk untuk melakukan migrasi. Sementara itu, temuan di Pakistan
menunjukkan bahwa keputusan migrasi telah mengurangi kemungkinan kemiskinan
sebesar 0,18 poin pada rumah tangga pedesaan (Kousar dkk., 2016). Selanjutnya, dalam
tataran perpindahan sektoral, McCulloch dkk. (2007) mengemukakan bahwa pergerakan
pekerja menuju sektor nonpertanian dapat menjadi batu loncatan (stepping stone) keluar
dari kemiskinan.
18
menghasilkan suatu keadaan dimana warga masyarakat yang bersangkutan merasa tidak
miskin bila berada dan hidup diantara sesamanya. Karena berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam kehidupan para warga kelompok tersebut dirasakan sebagai suatu hal
yang biasa (sebagai fenomena biasa dalam kehidupan keseharian mereka). Pada kondisi
seperti itu tidak ada yang diacu untuk pamer, sehingga diantara mereka tidak ada
perasaan saling berbeda, yang dapat menimbulkan perasaan malu. Dalam keadaan
demikian, maka kemiskinan terwujud dalam berbagai cara-cara mereka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka untuk dapat hidup.
Pada era gencarnya prmbangunan di tahun 1970- 1980, sebuah seminar ilmiah
yang diadakan oleh Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
(HIPIS), diadakan di Malang tanggal 13-17 November 1979, dengan tema dan hasil yang
monumental sampai saat ini, yaitu ‘Kemiskinan Struktural’ (Soemardjan, 1980), dimana
dalam pendapatnya dinyatakan bahwa kemiskinan struktural tidak menunjuk pada
individual yang miskin karena malas bekerja atau tidak mendapatkan penghasilan, tetapi
lebih banyak karena struktur sosial masyarakat yang ada telah membatasi hak-hak mereka
untuk mendapatkan / menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia untuk
mereka.
Pada kondisi seperti itu kelompok masyarakat yang berada pada kondisi seperti
itu pada umumnya memiliki kesadaran akan nasibnya yang berbeda dengan
kelompok/golongan lainnya. Dalam kelompok miskin secara struktur ini, masih menurut
Soemardjan, ada para petani yang tidak bertanah atau mempunyai garapan yang sangat
kecil, sehingga tidak mencukupi untuk pemenuhan hidupnya. Juga golongan mereka yang
tidak terdidik dan terlatih yang disebut ‘unskilled labores’ yang terhambat untuk
memasuki pasar kerja, golongan miskin itu juga meliputi para pengusaha tanpa modal
dan tanpa fasilitas dari pemerintah, atau golongan ekonomi lemah. Pembicaraan tentang
19
kemiskinan penduduk perkotaan, diungkap oleh Gavin Jones (dalam Dorodjatun, 1986),
yang menyatakan bahwa sebagai akibat dari migrasi penduduk pedesaan ke kota
(khususnya kota-kota di Jawa), telah menambah jumlah penduduk miskin yang ada
karena dua hal yaitu : karena penambahan secara alamiah (lebih banyak kelahiran dari
pada kematian); dan karena adanya migrasi orang desa ke kota yang terus bertambah
(untuk mencari pekerjaan). Gavin Jones bahkan berteori bahwa bagaimanapun orang-
orang desa yang bermigrasi membandingkan bahwa ada peluang atau kesempatan kerja
yang lebih besar dan lebih panjang dikota, walau harus tinggal diperkampungan.
Apa yang dinyatakan Gavin Jones, sebenarnya ditunjang oleh temuan dua
peneliti lainnya. Peneliti pertama, Graeme Hugo (1986) yang memfokuskan migrasi
sirkuler penduduk sekitaran Jakarta antara lain penduduk kabupaten yang berdekatan
dengan Jakarta, seperti Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi. Perkembangan industri dan
pembangunan kota di Jakarta sangat menarik minat para penduduk di desa-desa
kabupaten tadi untuk pindah dan menetap di Jakarta. Dan secara umum para migrant
dalam teori yang dikemukakan oleh Graeme Hugo, besarnya angka/jumlah migrant
sangat tergantung pada jarak daerah asal dan kota tujuan, sarana transportasi yang
tersedia, dan kondisi perkembangan kota tujuan. Sehingga ia kemudian mengklasifikasi
model migrasi ke kota yang ada yaitu : ‘pindah, merantau, dan pulang balik’.
Temuan kedua merupakan penguatan teori Graeme Hugo yang dilakukan Lea
Jellinek (1986), dalam tulisannya ‘sistem pondok dan migrasi sirkuler’, khususnya pada
migran penduduk desa ke kota Jakarta. Jellinek menganalogikan ‘pondok’ sebagai sebuah
rumah sederhana tempat menginap di pedesaan. Di Jakarta para migrant mengartikan dan
memfungsikan ‘pondok’ bukan saja sebagai tempat menginap, tetapi juga menjadi tempat
usaha dan kegiatan kehidupan lainnya. Karena itu dalam temuan penelitiannya, ratusan
pondok-pondok yang tersebar di seluruh kota menjadi berbagai pangkalan, tempat usaha
kecil berjalan, dan ada ribuan pengusaha dengan modal kecil hidup (umumnya para
migrant sirkuler) dalam ‘sistem pondok’ dengan sistem ‘tauke’ yang terstruktur dan kuat.
Pondok juga menampung pendatang baru dari desa-desa yang sama, dan menyediakan
lapangan kerja sehingga selalu menarik minat bagi berlangsungnya proses ‘migran
sirkuler’.
20
3.5 Upaya Pemerintah
Dalam sistem kapitalistik Indonesia, penetapan pajak pendapatan/penghasilan
merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya ketimpangan. Dengan mengurangi
pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi, sebaliknya subsidi akan membantu
penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam
pemberiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif
(semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah
digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan.
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah
kemiskinan adalah sebagai berikut :
A. Pembangunan Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor
tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masayrakat
dipedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali
teknologi disektor pertanian.
Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan
kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector (rural – led development) proses
21
ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat, kemampuan mencapai
tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi serta dengan menciptakan pola
permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.
B. Pembangunan Sumber Daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang
cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah. Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika
kebijakan pemerintah bisa menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian
ke industri melalui mekanisme pasar.
C. Redistribusi Pendapatan
Redistibusi Pendapatan secara lebih baik Negara akan ikut bertanggungjawab
terhadap mekanisme distribusi dengan mengedepankan kepentingan umum daripada
kepentingan kelompok, atau golongan lebih-lebih kepentingan perorangan. Dengan
demikian, sektor publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan sampai jatuh
ke tangan orang yang mempunyai visi kepentingan kelompok, golongan dan
kepentingan pribadi.
D. Pembangunan Infrastruktur
Negara akan menyediakan fasilitas-fasilitas publik yang berhubungan dengan
masalah optimalisasi distribusi pendapatan. Seperti sekolah, rumah sakit, lapangan
kerja, perumahan, jalan, jembatan dan lain sebagainya.
Namun terdapat 5 (lima) permasalahan dalam pengentasan kemiskinan yaitu :
1. Lemahnya instusi pengelola program pengentasan kemiskinan
2. Kebijakan penggunaan data basis keluarga miskin belum secara operasional
dipergunakan sebagai intervensi program pengentasan kemiskinan
3. Belum ada mekanisme dan sistem pencatatan dan pelaporan program pengentasan
kemiskinan
4. Dukungan anggaran operasional pengentasan kemiskinan yang masih terbatas
22
maksimal diterapkan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, karena
tidak disiapkannya infrastruktur pendukung untuk program tersebut.
23
pelayanan kepada masyarakat yang sama. Namun perlu dicatat bahwa jaminan terhadap
standar hidup yang manusiawi bagi semua anggota masyarakat melalui pengaturan zakat.
Pada kenyataannya, apabila ajaran Islam mengenai halal dan haram dalam memperoleh
kekayaan diikuti, prinsip keadilan bagi pekerja dan konsumen diterapkan, pengawasan
terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan serta hukum Islam tentang harta waris
ditegakkan, maka tidak akan terdapat ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan
dalam masyarakat Muslim.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemiskinan berawal dari faktor ketimpangan dan ketidakadilan sosial yang
menjadi sebab utama keluarnya bangsa indonesia dari falsafah pancasila. Esensi dari
falsafah pancasila telah disalahgunakan. Kita bisa lihat seperti kepercayaan kepada Tuhan
YME, yang diharuskan oleh agama telah berubah menjadi sumber konflik di tengah
tengah kehidupan masyarakat. Lalu nilai-nilai kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan,
sudah jauh dilanggar oleh bangsa ini, yang mengakibatkan keadilan sosial menjadi jauh
dari kenyataan. Fenomena tersebut dapat dilihat dari aktifitas sehari-hari yang terjadi di
lingkungan kita antara lain, menjamurnya pasar-pasar modern (mall, swalayan dll) yang
membuat tergusurnya pasar tradisional sebagai tempat dan sumber penghidupan
masyarakat kecil. Pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi suatu upaya yang mutlak harus
dilakukan. Kemampuan “tahan banting” terhadap krisis telah terbukti. Mengingat relatif
sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi yang diharapkan dari investasi usaha-
usaha besar maka pemerintah daerah diharapkan untuk lebih memberdayakan ekonomi
rakyat yang merupakan potensi yang tersembunyi termasuk di dalamnya UKM dan sektor
informal untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Sektor ekonomi rakyat
telah terbukti mampu bertahan di saat krisis, oleh karena itu pemerintah jangan
menganggap remeh akan keberadaan sektor ekonomi rakyat, tapi justru harus
diberdayakan sebagai salah satu penyangga perekonomian nasional. Karena semua
konsep atau solusi yang ada dalam Islam bersumber dari Dzat Yang Maha Kuasa atas
segala-galanya. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan solusi terbaik bagi
kemaslahatan makhluk- Nya, yakni manusia sebagai pemimpin yang mampu
menegakkan prinsip syari’ah secara kaffah.
Setiap orang memiliki hak untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
keluarganya. Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia dan semakin meningkatnya angka
kerja merupakan maslah utama dalam sektor ketenagakerjaan. Ketidaktersediaan
lapangan pekerjaan bagi setiap angkatan kerja menyebabkan angka pengangguran
25
meningkat, hal ini semakin diperparah bila terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan
banyaknya perusahaan yang berhenti beroperasi. Masuknya Indonesia dalam kesepakatan
MEA yang membuka persaingan tenaga kerja secara bebas dengan negara-negara Asia
Tenggara semakin menambah beratnya tantangan dunia ketenagakerjaan pada masa kini.
Terkait dengan hal tersebut diperlukan sumberdaya yang tidak hanya terdidik tetapi juga
terlatih sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja asing dan berdaya dalam keluar
dari kemiskinan.
26
kepercayaan baik di antara anggota-anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan
kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain. Jika
warga saling bekerja sama dan saling percaya yang didasarkan pada nilai-nilai universal
yang ada, maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan
sebagainya, sehingga ketimpangan-ketimpangan antara kelompok yang miskin akan
diminimalkan. Di pihak lain kelompok yang kuat akan mempunyai modal yang layak
dipercaya dan akan memudahkan jaringan kerja sama dengan pihak luar.
27
4.2 Saran
Beberapa saran dan masukan secara pribadi:
1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan dengan perbaikan
infrastruktur dan modal manusia. Perbaikan dibidang pendidikan dan kesehatan akan
membantu menciptakan sumber daya manusia yang baik yang berguna untuk
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
2. Peningkatan program keluarga berencana
Meskipun telah berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk, namun
sosialisasi keluarga berencana harus terus dilakukan dan ditingkatkan. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengubah pola pikir beberapa masyarakat yang keliru,
sehingga menyebabkan mereka cenderung memiliki jumlah anggota rumah tangga
yang banyak.
3. Peningkatan status dan pemberdayaan wanita
Menambah program-program peningkatan status dan pemberdayaan wanita khususnya
mereka yang tergolong miskin dan yang menjadi kepala keluarga. Program tersebut
dapat berbentuk perbaikan pendidikan, motivasi, pelatihan keterampilan dan kerja, dan
sebagainya.
4. Peningkatan program pembangunan khususnya di desa
Masih tingginya konsentrasi penduduk miskin di desa memerlukan perhatian khusus
dari pemerintah. Sehingga, untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia,
pembangunan desa menjadi sangat penting. Perbaikan infrastruktur seperti, jalan,
listrik, dan fasilitas umum di daerah perdesaan dapat membantu mengurangi beban
kemiskinan yang mereka tanggung.
5. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan
Perbaikan kualitas dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pengajar dan proses
belajar. Penyuluhan cara mengajar yang efektif sangat diperlukan dalam hal ini.
Sementara peningkatan kuantitas dilakukan dengan menambah jumlah sekolah dan
tenaga pengajar khususnya di daerah-daerah tertinggal. Peningkatan pendidikan usia
dewasa juga diperlukan untuk membantu perbaikan pengetahuan dan pola pikir.
28
terutama keterlibatan komunitas lokal untuk pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan
dengan berbagai upaya partisipatif terhadap pelaku program yaitu masyarakat umum.
Tetapi hal ini harus mendapat pengawasan dari pihak terkait yaitu penyelenggara
program pemberdayaan dan stakeholders yang menangani bidang pemberdayaan agar
kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan harapan. Memberikan tanggung jawab
sepenuhnya kepada pelaksana pemberdayaan pemerintahan sehingga pemanfaatan dana
akan tepat sasaran, karena masyarakatlah yang tahu akan kebutuhannya di lapangan, baik
bentuk material infrastruktur maupun suprastruktur serta memberikan perluasan fasilitas
bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat miskin dalam mengelola dirinya sendiri
menuju ke arah yang lebih baik, misalnya penambahan kesempatan kerja, memperluas
sarana pendidikan dan pelatihan. Tahap monitoring dan evaluasi sangat diperlukan demi
terciptanya situasi yang kondusif pada lingkungan sekitar sehingga tercipta masyarakat
yang maju berdasarkan tahapan evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2002. [KBJI] Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Munker H. H dan T. Walter. 2001. Sektor Informal Sumber Pendapatan Bagi Kaum
Miskin, dalam Menggempur Akar-Akar Kemiskinan. Jakarta : Yakoma-PGI.
Nasikun. 2001. Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan, Diktat Kuliah Program
Magister Administrasi Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Berg, Hendrik Van den. 2005. Economic Growth and Development. Singapura: McGraw-
Hill.
(http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=Statistik
persen20Indonesia persen202012, diakses 20 April 2014). 2014. Kemiskinan,(online),
(http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=23, diakses 10 April
2014)
Chaudhry, Imran Sharif, dkk. 2009. The Impact of Socioeconomic and Demographic
Variables on Poverty: A Village Study. The Labore Journal of Economics, 14(1): 39- 68.
Ennin, C.C, dkk. 2010. Trend Analysis of Determinants of Poverty in Ghana: Logit
Approach. Research Journal of Mathematics and Statistics, 3(1): 20-27.
LAMPIRAN
32
33