JUDUL ........................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
nusantaraknowledge.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 22
iv
Arsitektur
Nusantara
BAB I
PENDAHULUAN
nusantaraknowledge.blogspot.com
Seiring dengan perkembangan jaman, arsitektur pun ikut semakin berkembang pesat. Hal ini,
tidak lain disebabkan oleh perkembangan kehidupan manusia. Semakin peradaban manusia
berkembang, maka semakin menuntut perkembangan dunia arsitektur agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Oleh karena itu, demi memenuhi kebutuhan hidup manusia, arsitektur harus berkembang
sesuai dengan jaman dan lokasi keberadaannya. Karena, pada lokasi yang berbeda, meiliki
tingkat peradaban dan kebudayaan yang berbeda pula. Hal ini sangatlah mempengaruhi
perkembangan arsitektur.
Setiap wilayah di dunia, memiliki cirri khas masing masing, termasuk pula wilayah Jawa.
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan tertua di Indonesia. Secara umum, dapat
kita katakan sebagai Arsitektur Jawa.
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
1.
2.
3.
4.
Arsitektur
Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN
nusantaraknowledge.blogspot.com
3. Cita arsitektur, fungsi arsitektur dan rupa arsitektur, masing-masing adalah sebuah
kemandirian komponen dasar pengada Arsitektur Jawa yang tidak terkait satu dengan yang
lainsebagai kaitan sebab akibat.
4. Arsitektur Jawa dimengerti sebagai rakitan (assemblage) yang merupakan kerja bersama
(collaboration) dari cita-fungsi-rupa, tiga komponen utama pengada Arsitektur Jawa, di mana
cita menjadi penyataan idealisasi kehidupan duniawi, fungsi menjadi penyedia daya manfaat
serta penaung, dan rupa sebagai penyedia daya/kekuatan structural bangunan serta sebagai
penciri rupa.
5. Konsep manjing dalam perakitan antar komponen utama pengada Arsitektur Jawa, maupun
antar gelagar pembentuk kerangka bangunan, menunjukkan bahwa pengetahuan arsitektur ini
berterima dalam lingkungan Arsitektur Jawa.
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
d. Di dalam suasana kehidupan kepercayaan masyarakat Jawa, setiap akan membuat rumah
baru, tidak dilupakan adanya sesajen, yaitu benda-benda tertentu yang disajikan untuk
badan halus, danghyang desa, kemulan desa dan sebagainya, agar dalam usaha
pembangunan rumah baru tersebut memperoleh keselamatan.
e. Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan rumah adat Jawa berkembang sesuai dengan
kemajuan. Berdasarkan tinjauan perubahan atapnya, maka bangunan rumah adat Jawa
digolongkan menjadi lima macam yaitu, bentuk panggang pe, limasan, joglo, tajug, dan
kampung.
Arsitektur
Nusantara
Gambar 1. Omah
nusantaraknowledge.blogspot.com
Untuk syarat yang ketiga yaitu kebutuhan akan rumah tinggal haruslah terpenuhi untuk
mencapai kehidupan yang sejahtera. Bentukan rumah yang sederhana adalah ungkapan
kesederhanaan hidup masyarakat jawa. Hal itu dapat terlihat dari penggambaran bentuk denah
yang cukup sederhana. Biasanya bentuk denah yang diterapkan adalah berbentuk persegi yaitu
bujur sangkar dan persegi panjang. Hal tersebut sesuai dengan estetika hidup orang jawa yang
mempunyai ketegasan prinsip dalam menjalankan tanggung jawab terhadap hidupnya.
Sedangkan tipologi bentuk denah oval atau bulat tidak terdapat pada bentuk denah rumah tinggal
orang jawa. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan
adanya penambahan-penambahan ruang pada sisi bagian bangunannya dan tetap merupakan
kesatuan bentuk dari denah persegi empat.
Arsitektur
Nusantara
Rumah panggangpe merupakan bentuk bangunan yang paling sederhana dan bahkan
merupakan bentuk bangunan dasar. Bangunan panggangpe ini merupakan bangunan pertama
yang dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, dingin, panas matahari dan hujan.
Ciri-ciri dari rumah tradisional jawa bentuk panggang pe adalah sebagai berikut :
nusantaraknowledge.blogspot.com
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
Rumah bentuk Kampung adalah rumah dengan denah empat persegi panjang, bertiang
empat dengan dua buah atap persegi panjang pada sisi samping atas ditutup dengan tutup
keyong. Rumah ini kebanyakan dimiliki oleh orang kampung atau orang jawa menyebutnya
desa. Kampung berarti desa. Pada masa lalu rumah bentuk kampung merupakan tempat
tinggal yang paling banyak ditemukan. Sehingga ada sebagian masyarakat yang berpendapat
bahwa rumah kampung sebagian besar dimiliki oleh orang-orang desa yang kemampuan
finansial/ ekonominya berada di bawah.
Rumah bentuk kampung dapat dibedakan menjadi:
1. Rumah Kampung Pokok
Merupakan rumah dengan dua buah atap persegi panjang yang ditangkupkan.
2. Rumah Kampung Pacul Gowang
Adalah Rumah Kampung yang beratap emper pada salah satu sisi panjang, sedangkan sisi
lain tanpa atap emper.
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
C. Rumah Limasan
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
Rumah Limasan merupakan salah satu bentuk rumah tradisional jawa yang
dipergunakan sebagai tempat tinggal, khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa
daerah di Jawa barat serta pesisir pantai utara dan selatan.
Dinamakan Limasan, karena jenis rumah tradisional ini mempunyai denah empat persegi
panjang atau berbentuk limas.
Pada masa lalu rumah jenis ini kebanyakan dimiliki oleh masyarakat dengan status
ekonomi menengah.
Terdiri dari empat buah atap, dua buah atap bernama kejen/ cocor serta dua buah atap
bernama bronjong yang berbentuk jajaran genjang sama kaki. Kejen berbentuk segi tiga
sama kaki seperti enam atap keyong, namun memiliki fungsi yang berbeda. Pada
perkembangan selanjutnya rumah limasan diberi penambahan pada sisi-sisinya yang
disebut empyak emper atau atap emper.
9
Arsitektur
Nusantara
Sistim dari kostruksi bangunannya dapat dibongkar pasang (knock down) tanpa merusak
keadaan rumah tersebut.
Menggunakan material kayu jati secara keseluruhan pada sistem konstruksinya.
nusantaraknowledge.blogspot.com
Selain dari Kontruksi utamanya yang terbuat dari kayu, konstruksi dinding pengisi juga
terbuat dari lembaran kayu solid dengan bukaan-bukaan jendela yang juga terbuat dari
kayu.
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
11
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
12
Arsitektur
Nusantara
D. Rumah Joglo
nusantaraknowledge.blogspot.com
Bentuk Rumah Joglo mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan bentuk bangunan
lainnya seperti panggangpe, kampung dan limasan yang merupakan tradisi bentuk
bangunan rumah di tanah Jawa. Disebut joglo karena atapnya yang berbentuk joglo. Joglo
merupakan bangunan yang paling populer, bahkan masyarakat awam sering menganggap jenis
rumah tradisional ini sebagai satu-satunya bentuk rumah tradisional masyarakat Jawa. Jenis
rumah tipe ini kebanyakan dimiliki oleh anggota masyarakat dengan strata sosial menengah ke
atas, baik itu golongan bangsawan ataupun priyayi. Hal ini dapat dipahami, karena bentuk rumah
Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lahan yang lebih luas daripada jenis
rumah yang lain. Mungkin karena faktor itu pula, muncul mitos dalam masyarakat bahwa joglo
tidak pantas untuk dimiliki oleh rakyat jelata, melainkan hanya dapat dimiliki orang terpandang
atau terhormat.
13
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
14
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
15
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
1.Pendopo
Pendopo merupakan bangunan terdepan dari rumah joglo yang berfungsi sebagai tempat
menerima tamu atau tempat mengadakan upacara-upacara adat. Pada umumnya pendopo
selalu terbuka atau tidak diberi dinding penutup. Kalaupun memakai penutup, maka yang
digunakan adalah dinding dari kayu yang mudah dibuka atau gebyok. Secara filosofis, hal ini
menggambarkan adanya prinsip keterbukaan yang dianut oleh tuan rumah.
2.Sentong
Bagian ini pada prinsipnya digunakan sebagai tempat tidur. Tetapi sebelum orang tua
menikahkan anaknya, maka pintu sentong akan selalu tertutup atau terkunci. Sentong baru
dibuka atau dipakai untuk tidur setelah anaknya dinikahkan. Sentong ini terbagi menjadi tiga
yaitu:
Sentong Tengen ( Kanan )
Sentong Tengen dipergunakan sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah
dinikahkan.
Sentong kiwo ( Kiri)
Sentong ini merupakan tempat tidur bagi anak perempuan yang telah dinikahkan.
Sentong Tengah
Sentong Tengah disebut juga Petanen, Pasren, Pedaringan atau Krobongan. Sentong
ini dianggap sakral dan digunakan untuk pemujaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas
menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, percaya bahwa Sentong Tengah
adalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang yakni Dewi Sri sebagai Dewi
Kesuburan. Karena dianggap sakral, maka tidak sembarangan orang boleh
memasukinya kecuali ada keperluan. Orang yang masuk sentong inipun harus hatihati dan bersifat menghormati tuan rumah dalam hal ini Dewi Sri. Di sentong tengah
ini diletakkan tempat tidur atau kantil lengkap dengan bantal guling, cermin dan
sisir. Selain itu ada lampu minyak yang selalu menyala, baik di siang hari maupun
malam hari.
3.Gandok
Gandok merupakan bangunan yang terletak di samping (pavilium). Biasanya menempel
dengan bangunan bagian belakang. Arah membujur gandok melintang pada rumah belakang.
Gandok berfungsi sebagai tempat penyimpanan perabot dapur, ruang makan dan terkadang
berfungsi sebagai dapur.
4.Pringgitan
Pringgitan merupakan bangunan yang biasanya terletak di antara pendopo dan dalem.
Bangunan ini dipakai untuk pementasan wayang/ ringgit.
16
Arsitektur
Nusantara
5.Kuncung
Kuncung adalah bangunan yang terletak di samping atau depan pendopo yang berfungsi
sebagai tempat bersantai misalnya minum teh atau membaca koran.
nusantaraknowledge.blogspot.com
6. Pawon
Pawon merupakan bagaian dari suatu rumah joglo yang dipergunakan sebagai tempat untuk
memasak.
17
Gebyok
Ragam Hias
Tumpang
Pondasi Umpak
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
E. Rumah Tajug
Rumah Tajuk tidak dipakai sebagai rumah tinggal, melainkan dipakai sebagai rumah
ibadah. Ciri-ciri rumah Tajuk adalah pada langgar tanpa pananggap berkeliling serta payonnya
gathuk (bertemu-beradu). Rumah ini mempunyai denah bujursangkar, dan bentuk inilah yang
masih mempertahankan bentuk aslinya hingga sekarang.
18
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
10.Tajug Ceblokan
Adalah Tajug yang tiangnya tertanam dalam tanah, atapnya teplok yaitu tidak memakai tiang
bentung kecualai atap pengapit memakai lambangsari.
11.Tajug Mangkurat
Adalah rumah yang memakai tumpangsari, uleng, tiang bentung dan lambangsari.
12.Tajug Lawakan Lambang Teplok
Rumah yang brunjungnya secara langsung disangga tiang utama.
13.Masjid Lambang Teplok
Adalah rumah dengan tiang utama langsung ke atas menyangga brunjung atap paling atas
dan memakai sebuah ander sampai dada peksi pada tingkat kedua.
14.Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung/ Masjid Soko Tunggal
Rumah ini bertiang satu dengan bahu danyang, memakai lambang gantung sebagai
penggantung dan penanggap pada brunjung.
15.Tajug Semar Sinom Tinandu
Disebut Semar Tinandu karena letak atap penanaggap lebih tegak dibandingkan dengan atap
19
Arsitektur
Nusantara
penanggap tajug-tajug lain. Disebut Semar Tinandu karena atap penanggap dan brunjung
tidak disangga langsung oleh tiang utama tetapi dipikul oleh tiang-tiang yang berderet di
pinggir memakai lambangsari.
nusantaraknowledge.blogspot.com
Yang dimaksudkan dengan komposisi rumah ialah susunan dan pengaturan cetak
bangunan lain terhadap bangunan rumah tempat tinggal (induk). Sedangkan yang dimaksud
dengan lingkungan di sini ialah rumah tempat tinggal dan rumah-rumah kelengkapan dengan tata
susunannya dalam suatu rumah tangga sebuah keluarga.
Dalam masyarakat Jawa, susunan rumah dalam sebuah rumah tangga terdiri dari
beberapa bangunan rumah. Selain rumah tempat tinggal (induk), yaitu tempat untuk tidur,
istirahat anggota keluarga, terdapat pula bangunan rumah lain yang digunakan untuk keperluan
lain dari keluarga tersebut. Bangunan rumah tersebut terdiri dari: pendhapa, terletak di depan
rumah tempat tinggal, digunakan untuk menerima tamu. Rumah belakang (omah mburi)
digunakan untuk rumah tempat tinggal, di antara rumah belakang dengan pendapa terdapat
pringgitan. Pringgitan ialah tempat yang digunakan untuk pementasan pertunjukan wayang kulit,
bila yang bersangkutan mempunyai kerja (pernikahan, khitanan, dan sebagainya). Dalam
pertunjukan tersebut tamu laki-laki ditempatkan di pendapa, sedang tamu wanita ditempatkan di
rumah belakang. Susunan rumah demikian mirip dengan susunan rumah istana Hindu Jawa,
misalnya Istana Ratu Boko di dekat Prambanan.
20
nusantaraknowledge.blogspot.com
Arsitektur
Nusantara
Bagi warga masyarakat umum yang mampu, disamping bangunan rumah tersebut, tempat
tinggalnya (rumah) masih dilengkapi dengan bangunan lainnya, misal: lumbung, tempat
menyimpan padi dan hasil bumi lainnya. Biasanya terletak di sebelah kiri atau kanan Pringgitan.
Letaknya agak berjauhan. Dapur (pawon) terletak di sebelah kiri rumah belakang (omah buri),
tempat memasak. Lesung, rumah tempat menumbuk padi. Terletak di samping kiri atau kanan
rumah belakang (pada umumnya terletak di sebelah belakang). Kadang-kadang terdapat lesung
yang terletak di muka pendapa samping kanan. Kandang, untuk tempat binatang ternak (sapi,
kerbau, kuda, kambing, angsa, itik,ayam dan sebagainya). Untuk ternak besar disebut kandang,
untuk ternak unggas, ada sarong (ayam), kombong (itik, angsa); untuk kuda disebut gedhongan.
Kandang bisa terdapat di sebelah kiri pendapa, namun ada pula yang diletakkan di muka
pendhapa dengan disela oleh halaman yang luas. Gedhongan biasanya menyambung ke kiri atau
ke kanan kandhang. Sedang untuk sarong atau kombong terletak di sebelah kiri agak jauh dari
pendhapa.
Kadang-kadang terdapat peranginan, ialah bangunan rumah kecil, biasanya diletakkan
disamping kanan agak berjauhan dengan pendapa. Peranginan ini bagi pejabat desa bisa
digunakan untuk markas ronda atau larag, dan juga tempat bersantai untuk mencari udara segar
dari pemiliknya. Kemudian terdapat bangunan tempat mandi yang disebut jambang, berupa
21
Arsitektur
Nusantara
rumah kecil ditempatkan di samping dapur atau belakang samping kiri atau kanan rumah
belakang. Demikian pula tempat buang air besar/kecil dan kamar mandi dibuatkan bangunan
rumah sendiri. Biasanya untuk WC ditempatkan agak berjauhan dengan dapur, rumah belakang,
sumur dan pendhapa. Pintu masuk pekarangan sering dibuat Regol.
Gambar 15.
Rumah
adat jawa
nusantaraknowledge.blogspot.com
Demikian sedikit variasi bangun rumah adat Jawa yang lengkap untuk sebuah keluarga.
Hal tersebut sangat bergantung pada kemampuan keluarga. Secara lengkap kompleks rumah
tempat tinggal orang Jawa adala rumah belakang, pringgitan, pendapa, gadhok (tempat para
pelayan), lumbung, kandhang, gedhogan, dapur, pringgitan, topengan, serambi, bangsal, dan
sebagainya. Jaman dahulu besar kecilnya maupun jenis bangunannya dibuat menurut selera serta
status sosial pemiliknya didalam masyarakat.
22
Arsitektur
Nusantara
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
nusantaraknowledge.blogspot.com
Rumah tradisional jawa merupakan salah satu kekayaan arsitektur nusantara yang patut
dilestarikan. Rumah ini digolongkan menjadi 5 bagian yaitu, panggangpe, limasan, joglo, tajug,
dan kampung. Masing-masing rumah memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai
dengan status sosial kepemilikan dan kedudukan pemiliknya dalam lingkungan masyarakat.
Tiap-tiap rumah diatas juga memiliki jenis-jenis rumah yang beraneka ragam pula. Bentuk fisik
dari rumah adat jawa ini sangatlah sederhana dengan bentuk serupa yaitu bujursangkar, dan
dengan atap berbentuk limasan. Selain itu, rumah ini juga terdiri dari saka-saka yang
menopangnya. Bentuk ini tidak jauh berbeda dengan rumah tradisional bali.
23
Arsitektur
Nusantara
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Prijotomo, Joseph. Arsitektur Jawa. Wastu Lanas Grafika. Surabaya : 2006
nusantaraknowledge.blogspot.com
www.wikipedia.com
24
Arsitektur
Nusantara
nusantaraknowledge.blogspot.com
Pertanyaan : Apa karakteristik dari masing-masing rumah limasan dan rumah limasan
mana yang dominan di Jawa?
Jawaban :
Rumah Limasan Ceblokan : Rumah Limasan yang sebagian tiangnya (ujung bawah)
terdapat bagian terpendam. Bentuk ini semata-mata dapat dilihat dari cara bertumpunya
tiang. Rumah Limasan Klabang Nyander : Rumah Limasan yang mempunyai pengeret
lebih dari empat buah sehingga kelihatan panjang. Bentuk rumah ini semata-mata dilihat
banyaknya pengeret dan tiang (tengah) serta susunan tiang. Rumah Limasan Apitan :
Adalah Rumah Limasan bertiang empat dengan sebuah ander yang menopang molo di
tengah-tengahnya. Rumah Limasan Lawakan : Adalah semacam Rumah Limasan
Klabang nyander, susunan tiangnya seperti Limasan Trajumas yang diberi atap emper
pada keempat sisinya. Rumah Limasan Pacul Gowang : Adalah Rumah Limasan
memakai sebuah atap emper terletak pada salah satu sisi panjangnya, sedangkan pada
lainnya diberi atap cukit (atap tritisan) dan sisi samping dengan atap trebil. Rumah
Limasan Gajah Mungkur : Rumah Limasan yang memakai tutup keong pada salah satu
sisi pendek, sedangkan sisi lainnya memakai atap kejen. Bentuk ini sering diberi atap
emper tetapi pada sisi yang memakai tutup keong tidak diberi atap emper. Sehingga
bentuknya setengah limasan dan setengah kampung. Rumah Limasan Gajah Ngombe :
Adalah Rumah Limasan memakai sebuah empyak (atap) emper terletak pada salah satu
sisi samping (sisi pendek), sedangkan sisi lainnya memakai trebil dan kedua sisi panjang
diberi cukit atau atap tritisan. Rumah Limasan Gajah Njerum : Merupakan Rumah
Limasan yang memakai dua buah atap emper pada kedua sisi panjang dan sebuah atap
emper pada salah satu sisi samping (sisi pendek). Sedangkan sisi lainnya memakai atap
trebil. Rumah Limasan Semar Tinandu : Rumah Limasan dengan dua buah tiang
berjajar pada memanjangnya rumah dan terletak di tengah-tengah. Jika ada empernya
maka diberi tiang emper. Bentuk ini biasanya untuk regol / pintu gerbang atau los pasar.
Rumah Limasan Bapangan : Rumah limasan yang panjang blandarnya lebih panjang
25
Arsitektur
Nusantara
Krisnawati (07-51)
Pertanyaan : Apa dasar pertimbangan rumah Jawa?
nusantaraknowledge.blogspot.com
dari pada jumlah panjang pengeret biasanya memakai empat buah tiang. Rumah
Limasan Cere Gancet : Rumah Limasan ini dapat bergandengan pada salah satu emper
masing-masing atau bergandengan/ memakai salah satu blandar sesamanya. Jika
bergandengan pada salah satu blandar sesamanya disebut Rumah Limasan Kepala Dua.
Rumah Limasan Gotong Mayit : Rumah Limasan bergandengan tiga, baik
bergandengan pada blandar sesamanya atau pada atap emper sesamanya. Rumah
Limasan Lambangsari : Rumah Limasan yang memakai lambangsari / balok
pengandeng atap brunjung dan atap penanggap. Rumah Limasan Semar Tinandu :
Rumah Limasan Tinandu terdapat pada Masjid Besar Yogyakarta, bila dilihat dari depan
(pintu gerbang). Tiang utama tidak kelihatan. Rumah Limasan Semar Pinondong :
Pindong artinya digendong. Pada dasarnya rumah ini sama dengan Rumah Limasan
Semar Tinandu, tetapi pada bentuk ini diberi penyangga yang disebut bahu danyang.
Rumah limasan yang dominan Rumah Limasan Semar Tinandu.
Jawaban : Yang menjadi dasar pertimbangan adalah status sosial, dimana biasanya
masyarakat yang termasuk dalam ekonomi kelas menengah kebawah lebih banyak yang
membuat atau membangun rumah Kampung. Masyarakat yang termasuk ekonomi kelas
menengah biasanya membangun rumah Limasan sedangkan yang tingkat ekonominya
masuk kategori menengah ke atas biasanya membangun rumah Joglo.
Pertanyaan : Diantara semua jenis rumah yang ada pada asitektur tardisional jawa, yang
paling populer yang mana? Mengapa rumah tradisional Joglo tidak sepopuler rumah
tradisional Bali?
Jawaban : Yang lebih populer adalah rumah Joglo karena rumah Joglo menggunakan
material-material yang memiliki kualitas lebih baik daripada rumah jenis lainnya
sehingga kualitas bangunannya pun lebih baik dari rumah lainnya. Rumah Joglo tidak
sepopuler rumah tradisional Bali karena rumah Joglo tidak terlalu terekspose seperti
rumah tradisional Bali.
26
ABSTRAK
Dewasa ini, seiring berkembangnya jaman, arsitektur di seluruh dunia pun menjadi
semakin berkembang, baik itu dari segi desain, ataupun dari segi fungsi bangunan. Berkaitan
dengan itu pula, banyak bermunculan arsitek arsitek baru dengan ciri khasnya masing
masing. Hal ini, dipengaruhi oleh adanya keinginan untuk mencari bentuk bentuk baru yang
lebih sempurna dan tentu saja juga akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kebiasaan dan
budaya yang berlaku di suatu daerah.
nusantaraknowledge.blogspot.com
Dapat kita ketahui, bahwa arsitektur di seluruh dunia sangatlah saling berbeda dan
Perbedaan arsitektur di seluruh dunia itu, didasarkan pada perbedaan iklim, keadaan
lingkungan dan kebudayaan di masing masing negara tersebut, sehingga secara tidak langsung
melahirkan arsitektur yang berbeda beda, sesuai dengan kebutuhan di masing masing daerah
tersebut.
Kali ini, kita akan membahas mengenai sejarah arsitektur Jawa, dimana kita semua
ketahui Jawa merupakan salah satu pulau yang berada di negara Indonesia.
Diharapkan nantinya, pembahasan mengenai sejarah arsitektur Jawa ini dapat membantu
mengembalikan dan memperkaya ingatan kita mengenai sejarah arsitektur Jawa.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan petunjuk-Nyalah Paper dengan materi Arsitektur Jawa ini dapat diselesaikan. Dengan
karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya pula, laporan ini pun dapat rampung tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami
nusantaraknowledge.blogspot.com
dalam penyusunan laporan ini. Khususnya kepada para dosen yang mengajar dan membimbing
kami dalam mata kuliah Arsitektur Nusantara dan juga berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Arsitektur Nusantara.
Disamping itu juga untuk memberikan informasi mengenai sejarah perkembangan Arsitektur di
Jawa, baik bagi mahasiswa atau mahasiswi maupun bagi masyarakat umum.
Kami menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami sebagai
penyusun mengharapkan berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun, agar nantinya
dapat dijadikan pedoman bagi kami dalam penyusunan laporan berikutnya.
Penyusun
iii