Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam Bab I (Pertama) Skripsi ini Penulis akan membahas beberapa

Pokok bahasan yang merupakan Pendahuluan dari karya tulis ilmiah ini. Adapun

hal-hal tersebut, yaitu: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan

Penulisan, Pentingnya Penelitian, Batasan Masalah, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat penuh

dengan tuntutan dari berbagai sektor sangat berpengaruh pada kehidupan sekolah.

Untuk melaksanakan profesi guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan

dan keterampilan guru yang memadai sesuai dengan tuntutan zaman. Peranan

guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape

recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu

banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan

dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat

dicapai melalui alat-alat tersebut.

Menurut pengamatan Penulis, menghadapi peserta didik bukanlah hal

yang mudah bagi guru, karena yang dihadapi bukanlah benda mati yang ingin

dibentuk menurut keinginan guru. Akan tetapi yang dihadapi adalah manusia yang

pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan bimbingan dari orang dewasa.

1
2

Oleh karena itu dibutuhkan guru dalam meningkatkan kualitas belajar peserta

didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, Meskipun masih terdapat pro dan

kontra tentang mutu dan kualitas kurikulum yang ada, namun mutu dan kualitas

Pendidikan Agama Kristen ditentukan oleh berbagai faktor seperti mutu dan

kualitas guru, mutu kurikulum, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana,

serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan tidak kalah penting

dukungan yang diberikan oleh Sekolah dimana Pendidikan Agama Kristen

tersebut diselenggarakan.

Di sekolah-sekolah pemerintahan dan Swasta umum, Pendidikan Agama

Kristen masih sangat memprihatinkan. Kurangnya guru-guru agama Kristen

menjadi hambatan utama, karena formasi pengangkatan guru agama Kristen jauh

dari kebutuhan-kebutuhan yang ada, banyak peserta didik yang beragama Kristen

tidak mendapatkan pendidikan agama karena tidak tersedianya guru Pendidikan

Agama Kristen, dan tidak ada guru yang mengajar.1

Sebagian besar dari guru-guru Agama di Sekolah-sekolah yang mengajar

Pendidikan Agama Kristen, bukanlah berlatar belakang pendidikan guru

Pendidikan Agama Kristen, melainkan anggota awam yang terbebani melayani

siswa-siswi Kristen di Sekolah seperti guru umum yang kebetulan mengajar di

Sekolah yang bersangkutan dan ia terbeban untuk menolong siswa-siswi Kristen

yang ada di Sekolahnya, disatu sisi hal ini dapat disyukuri, karena masih ada

orang yang terbeban bagi penyalenggara Pendidikan Agama Kristen di Sekolah,

tetapi disisi lain hal ini amat memprihatinkan karena pengajar tersebut tidak

1
J.M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen,(Bandung: Generasi Info Media,
2008), 31.
3

memenuhi kriteria tentang seorang guru agama. Akhirnya penyelenggara

Pendidikan Agama Kristen di sekolah tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

Dalam melakukan proses pembelajaran ada beberapa guru yang tidak

mempersiapkan dirinya sebelum mengajar, sehingga pelajaran yang disampaikan

tidak dapat diterima dengan baik oleh anak didik. Guru tidak menggunakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah skenario pembelajaran

yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan

dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan.

Bahkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut dirinci pula berapa

menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan

penjajangan untuk mengenal bekal awal siswa, waktu yang digunakan untuk

kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir.

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga tercantum secara

jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang

digunakan. Kenyataannya banyak guru yang tidak memfungsikan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, bahkan ada guru yang mengajar tanpa berpedoman

pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau kurikulum yang ada. Hal ini

menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak terarah. Guru tidak mempersiapkan

alat bantu mengajar, Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa

verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa.


4

Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan

hanyalah ceramah-ceramah saja.

Beberapa Guru terkadang kurang memperhatikan kemampuan awal siswa.

Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk

menetapkan strategi mengajar, bahkan untuk mengajukan pertanyaanpun

diperlukan pemahaman tentang kemampuan awal siswa. Dengan memahami

kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses

pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi

siswa.

Pada umumnya guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan

pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajarannya. Penulisan pokok

bahasan dan tujuan pembelajaran ini berguna sebagai kontrol bagi guru dan siswa

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari jalur.

Kecenderungan lainnya adalah penggunaan papan tulis yang kacau. Siswa tidak

tahu apa sebenarnya yang dibahas, dan untuk apa hal itu dibahas.

Ada juga guru-guru yang tidak melaksanakan evaluasi. Dengan alasan

kekurangan waktu seringkali guru tidak melaksanakan evaluasi terhadap apa yang

telah dilakukan. Evaluasi ini berguna bagi guru untuk mengetahui seberapa besar

keefektifan pembelajaran yang dilakukannya. Dengan melakukan evaluasi pada

setiap akhir kegiatan/bahasan akan dapat mendeteksi siswa mana yang masih

kesulitan dan pada bagian apa siswa merasa sulit.

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka


5

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang

demokratis serta bertanggung jawab.2

Guru adalah pribadi yang mampu membawa peserta didik memahami serta

menjalankan nilai-nilai agama yang dipelajarinya. Dengan demikian, guru

Pendidikan Agama Kristen adalah guru yang melaksanakan tugas mengajar dan

mendidik di bidang pendidikan agama Kristen dengan mengandalkan kemampuan

dan karakter yang tinggi dan mengacu dan berpedoman kepada sosok Yesus

sebagai Guru Agung.3

Hakikat pembelajaran adalah suatu sistem belajar yang terencana dan

sistematis dengan maksud proses belajar seseorang atau kelompok orang dapat

berlangsung sehingga terjadi perubahan, yakni meningkatkan kompetensi

pembelajaran tersebut. Karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam

pembelajaran seharusnya berusaha menciptakan sistem lingkungan atau kondisi

yang kondusif agar kegiatan belajar dapat mencapai tujuan secara efektif dan

efisien.

Sekolah-sekolah Kristen di Indonesia tentu sudah merupakan suatu tugas

dan tanggungannya untuk mendidik anak-anak Kristen. Beberapa masalah yang

mengenai sekolah-sekolah negeri, memang juga timbul mengenai sekolah-sekolah

Kristen itu. Misalnya soal guru. Guru-guru itu bukan saja dipanggil untuk

mengajarkan PAK kepada murid-murid, melainkan juga segala mata pelajaran


2
Andar Gultom, Profesionalisme, Standar Kompetensi dan Pemgembangan Profesi
Keguruan, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), 9.
3
6

lain. Keadaan ini mempersulit pula soal pengarahan dan latihan tenaga guru.

Seharusnya semua guru Pendidikan Agama Kristen itu merupakan orang Kristen

sejati, karena apakah gunanya memakai namanya guru Pendidikan Agama Kristen

tetapi isinya bukanlah Kristen sejati.

Profesi Pendidik Agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta

memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam

menemukan panggilan sang Juruselamat, Yesus Kristus dan selanjutnya dewasa

dan menjadi serupa dengan Dia. Namun panggilan mulia itu tidak mudah

dilakukan karena saat ini persoalan yang dihadapi pendidik secara umum ada tiga

hal, yaitu:

1. Berkaitan dengan soal finansial yang pas-pasan.

Banyak guru agama Kristen hanya mendapat gaji honor dan tidak diangkat

menjadi guru tetap. Honor yang diberikan pun sangat minim dan sarat dengan

pengabdian.

2. Soal pengembangan diri sebagai seorang pendidik menjadi profesional yang

tidak diperoleh.

Tuntutan saat ini adalah sudah semakin kompleks, di mana anak didik sudah

semakin pintar karena banyaknya input yang diperoleh dari berbagai media,

termasuk internet. Sedangkan guru untuk berlangganan koran yang bermutu

saja masih harus pikir-pikir, apalagi harus membeli buku secara rutin.

Undang-undang Sisdiknas memang menjanjikan anggaran yang menggiurkan

untuk pendidikan lewat sertifikasi guru, dan itu diharapkan akan menyangkut
7

kesejahteraan pendidik juga. Tetapi apakah dapat merata untuk semua guru

Kristen?

3. Masih ada pemimpin Kristen yang menganggap profesi guru agama Kristen

bukan panggilan pelayanan, namun hanya mengejar menjadi pegawai negeri

Sipil (PNS).

Tak heran ada juga hamba Tuhan yang berkhotbah di gereja menuduh bahwa

mereka yang menjadi PNS telah lari dari panggilan, benarkah demikian?

Tentu ini konsep yang harus diperbaiki, bahwa guru agama Kristen yang

berstatus PNS adalah guru yang harus dihargai panggilannya.

Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama

dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dan berkembang dalam

masyarakat. Melalui sentuhan guru di Sekolah diharapkan mampu menghasilkan

peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan

hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke

depan, Sekolah harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas, baik secara keilmuan, kerohanian, maupun secara sikap mental.4

Dengan perkembangan jaman modern dan kemajuan alat teknologi

sekarang, banyak peserta didik yang terpengaruh, merusak sikap dan kelakuan

dengan mempergunakan media sekarang ke hal-hal yang tidak benar. Guru juga

sering lalai dalam melaksanakan perannya sebagai seorang pendidik, apalagi


4
Jhon M Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen,(Bandung: Bina Media Informasi,
(2009),67
8

seorang guru Pendidikan Agama Kristen, yang membimbing anak didik untuk

mengenal kebenaran Firman Allah, perhatian dan pendekatan secara pribadi dari

guru kepada peserta didik sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar

mengajar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang Penulis jabarkan di atas, maka

Penulis telah memutuskan dan telah memilih judul: Peranan Guru Pendidikan

Agama Kristen Berdasarkan Ulangan 11:18-21 dan Aplikasinya Untuk

Meningkatkan Mutu Pendidikan Siswa Usia 8-9 Tahun, di dalam karya tulis

ilmiah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada dalam karya tulis

ilmiah ini, Penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang ada di dalam

karya tulis ini yakni:

1. Apakah pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama kristen?

2. Apakah pengertian Meningkatkan mutu Pendidikan ?

3. Apa saja yang perlu diketahui tentang Peranan Guru Pendidikan Agama ?

4. Apa saja yang perlu diketahui tentang Peranan Guru Pendidikan Kristen

untuk meningkatkan mutu pendidikan Siswa usia 8-9 tahun?

5. Apakah Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Ulangan

11:18-21 untuk meningkatkan mutu pendidikan Siswa usia 8-9 tahun?


9

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah yang berjudul: Peranan Guru

Pendidikan Agama Kristen Berdasarkan Ulangan 11:18-21 dan Aplikasinya

Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Siswa Usia 8-9 Tahun, adalah:

1. Untuk memperjelaskan Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

2. Untuk menjelaskana Pengertian Meningkatkan Mutu Pendidikan

3. Untuk mengemukakaan apa saja Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

pada umumnya

4. Untuk mengemukakan dan menjelaskan apa saja Peranan Guru Pendidikan

Agama Kristen untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan Siswa usia 8-9

tahun.

5. Untuk menjelaskan apa saja Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

Berdasarkan Kitab Ulangan 11:18-21 Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan

Siswa.

D. Pentingnya Penelitian

Karya tulis ilmiah ini pada dasarnya merupakan suatu hal penting penulis

lakukan karena karya tulis ilmiah ini merupakan suatu hal yang Penulis lakukan

berdasarkan pada sebuah penelitian yang sangatlah penting bagi Penulis dan dunia

Agama Kristen, karena:

1. Adanya oknum-oknumm guru Pendidikan Agama Kristen yang tidak peduli

akan mutu pendidikan siswanya.


10

2. Adanya oknum-oknum guru Pendidikan Agama Kristen yang bel;um

memahami dengan dengan benar tentang pentingnya meningkatkan

pendidikan siswa.

3. Adanya oknum-oknum guru Pendidikan Agama Kristen yang belum

memahami dengan benar tentang apa saja peranan Guru Pendidikan Agama

Kristen untuk meningkatkan mutu Pendidikan Siswa.

4. Adanya dampak negatif dari keberadaan oknum-oknum guru Pendidikan

Agama Kristen yang tidak peduli akan mutu Pendidikan Siswa.

Melalui karya tulis ilmiah ini, Penulis juga mengharapkan agar:

1. Karya ilmiah ini dapat menjadi jawaban dan pedoman bagi oknum-oknum

guru Pendidikan Agama Kristen yang belum memahami dengan benar

pentingnya meningkatkan mutu Pendidikan Siswa

2. Karya ilmiah ini dapat menjadi pedoman bagi para calon guru Pendidikan

Agama Kristen supaya mereka dapat memiliki pemahaman yang benar dan

memadai tentang peranan Guru Pendidikan Agama Kristen untuk

meningkatkan mutu Pendidikan Siswa

3. Karya ilmiah ini dapat menyadarkan para guru Pendidikan Agama Kristen

akan adanya dampak positif dari peranan guru Pendidikan Agama Kristen

dalam meningkatkan mutu Pendidikan Siswa.

4. Karya ilmiah ini dapat menyadarkan guru Pendidikan Agama Kristen akan

adanya dampak negatif jika tidak ada upaya meningkatkan mutu Pendidikan

Siswa.
11

E. Batasan Masalah

Untuk membatasi pokok pembahasan dalam karya ilmiah ini dan untuk

mendapatkan suatu kebenaran yang sejati terkait dengan judul Skripsi ini, maka

Penulis akan fokus untuk mengekspos Kitab Ulangan 11:18-21 dengan

menggunakan metode eksegese berdasarkan kaidah-kaidah yang terdapat di dalam

ilmu Hermeneutik.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan awal atau kesimpulan sementara

dimana kesimpulan tersebut masih membutuhkan adanya suatu penelitian untuk

membuktikan suatu kebenaran dari isu-isu yang ada,5 adapun hipotesisatau

kesimpulan sementara yang penulis tetapkan di dalam Skripsi ini adalah:

1. Jika para guru Pendidikan Agama Kristen tidak memiliki pemahaman akan

pentingnya Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen, maka para peserta

didik juga tidak akan mengalami peningkatan mutu Pendidikan di dalam

hidup mereka dan di dalam kualitas akademik yang mereka miliki.

2. Jika para guru Pendidikan Agama Kristen tidak memiliki pemahaman

tentanghal apa saja perannya untuk meningkatkan mutu pendidikan

Pendidikan, maka peserta didik yang dididiknya tidak akan menjadi seorang

manusia yang bermutu.

3. Jika para guru Pendidikan Agama Kristen tidak memiliki pemahaman yang

benar akan pentingnya meningkatkan mutu Pendidikan, maka para guru

5
Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), 12.
12

Pendidikan Agama Kristen tersebut tidak akan pernah mengalami

keberhasilan di dalam mencapai tujuannya, yaitu: menjadikan para peserta

didik menjadi murid Kristus yang sejati.

4. Jika para guru Pendidikan Agama Kristen tidak memiliki pemahaman yang

benar akan peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Berdasarkan Kitab

Ulangan 11:18-21 Untuk meningkatkan mutu Pendidikan, maka para guru

Pendidikan Agama Kristen tersebut tidak akan pernah dapat mendapatkan

hasil yang maksimal terkait dengan tugasnya untukmeningkatkan mutu

Pendidikan Siswa.

G. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan di dalam karya tulis

ilmiah ini adalah metode kualitatif, di mana di dalam metode ini Penulis akan

menggunakan Eksegese yang sesuai dengan prinsip Hermeneutik dalam

mengekspos Kitab Ulangan 11:18-21. Selain itu, Penulis juga akan menggunakan

Alkitab, berbagai macam Kamus, Ensiklopedi, berbagai macam buku yang

berkaitan dengan judu karya tulis ilmiah ini, dan berbagai macam buku tafsir yang

berkaitan dengan Kitab Ulangan 11:18-21.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang isi dan pembahasan

dalamSkripsi ini, maka penulis akan merumuskannya dengan sistematika Sebagai

berikut:
13

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Pentingnya Penelitian

E. Batasan Masalah

F. Hipotesis

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Definisi Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

1. Definisi Peranan

2. Definisi Guru

3. Definisi Pendidikan

4. Definisi Agama Kristen

5. Definisi Guru Pendidikan Agama Kristen

6. Definisi Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

B. Meningkatkan Mutu Pendidikan

1. Definisi Mutu

2. Pandangan Para Ahli Tentang Mutu Pendidikan

3. Cara Meningkatkan Mutu Pendidikan


14

C. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen

1. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Penafsir Iman

Kristen

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Gembala

3. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Teladan

4. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Pemimpin

5. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Penginjil

D. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen di dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan Siswa Usia 8-9 Tahun

1. Karakter Siswa Usia 8-9 Tahun

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen di dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan Siswa Usia 8-9 Tahun

E. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Berdasarkan Ulangan 11:18-21

untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Siswa

1. Nats Ulangan 11:18-21

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Teladan

3. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Pengajar

BAB III : EKSPOSISI KITAB ULANGAN 11:18-21

A. Pendahuluan

B. Latar Belakang Kitab Ulangan

C. Survei Kitab Ulangan

D. Latar Belakang Ayat Ulangan 11:18-21

E. Pokok Isi Kitab Ulangan 11:18-21


15

BAB IV : APLIKASI KITAB ULANGAN 11:18-21 TERHADAP

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN UNTUK

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN SISWA

A.

B.

C.

D.

E.

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai