Nama : ERWIN NIM : L011181502 Kelas : DASAR-DASAR AMDAL A
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2021 A. Penapisan Rencana Usaha/Kegiatan Wajib AMDAL a. Pengertian penapisan Penapisan adalah langkah dalam menentukan perlu tidaknya kegiatan atau usaha dilengkapi dengan kajian AMDAL. Penapisan ditunjukan untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib AMDAL atau tidak dan menghindari pemborosan sumber daya dalam pelaksanaan kajian lingkungan seperti sumber daya manusia, uang dan waktu. Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. b. Sejarah Penapisan AMDAL di Indonesia Penapisan menurut Peraturan Pemerintah 29 tahun 1986, terdiri atas 2 langkah (bertahap). Dalam metode penapisan ini dlakukan secara bertahap dengan beberapa langkah secara berurutan. Pada umumnya penapisan hanya terdiri atas dua atau tiga langkah saja dalam melakukan tugasnya. Pejabat yang berwenang menapis berdasarkan kriteria dan memasukan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok, diantaranya: 1. Kelompok pertama, ialah proyek yang dari pengalaman dan literature di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.yaitu tidak ada keraguan.akan menyebabkan dampak penting ,dampak penting ini di pengaruhi oleh ukuran,Rancang bangun dan lokasi proyek tersebut. 2. Kelompok kedua, ialah proyek yang dari pengalaman dan literatur di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tidak akan menyebabkan dampak penting. 3. Kelompok ketiga, ialah proyek yang meragukan apakah akan atau tidak akan menyababkan dampak penting. Berdasarkan pengalaman Peraturan Pemerintah 29 tahun 1986 dalam deregulasi dan untuk mencapai efisiensi makan Peraturan Pemerintah 29 tahun 1986 diganti dengan Peraturan Pemerintah 51 tahun 1993 yang dimana perubahan tersebut mengandung suatu cara untuk mempersingkat lamanya penyususnan AMDAL dan mengintrodusir penetapan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dengan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup. Penapisan menurut Peraturan Pemerintah 51 tahun 1993, terdiri dari 1 langkah. Metode penapisan satu langkah ini memerlukan birokrasi yang pendek, jumlah tenaga yang di perlukan dapat di batasi, persyaratan tingkat pendidikan, pengalaman juga tidak tinggi dan tidak menambah ekonomi biaya tinggi. Pemerintah membuat daftar proyek yang harus di kenakan AMDAL daftar tersebut di gunakan sebagai criteria penapisan yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL yang tidak ada dalam daftar tidak perlu membuat AMDAL, karena sederhana dan mudah hasilnya juga dapat di capai dengan cepat dan konsisten. Dengan metode ini apabila di perlukan AMDAL itu ada dalam tahap perencanaan yang dini, sehingga AMDAL itu dapat di Intergrasikan kedalam proses studi kelayakan. Peraturan Pemerintah 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan/atau kegiatan kawasan adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayahyah dan/atau rencana tata ruang kawasan. Peraturan Pemerintah ini menggunkan metode penapisan satu langkah yang biasa digunkan di Indonesia. c. Ketentuan penapisan AMDAL Ketentuan penapisan amdal terdapat pada pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah 27 tahun 1999 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang wajib memiliki AMDAL ditetapkan oleh Menteri setalah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Deprtemen yang terkait. Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah 27 tahun 2012 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditinjau kembali sekurang – kurangnya dalam waktu 5 (lima) tahun. Pada pasal ini dapat di jelaskan bahwa Ilmu pengetahuan dan teknologi itu selalu berkmbang oleh karena itu, jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL yang mendasarkan diri pada ilmu pengetahuan dan teknologi perlu ditinjau kembali. d. Dasar pertimbangan dan mekanisme penetapan wajib AMDAL Pertimbangan penetapan ini dilihat dari jenis rencana usaha dan/atau kegiatan (seperti, industry, semen, petrokimia hulu, dll), skala atau besaran rencana usaha dan/atau kegiatan (seperti, bendungan dan pengembangan MIGAS), pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (industry tekstil yang tidak wajib AMDAL), daya dukung, daya tamping, ekosistem sensitive dan berbatasan dengan kawasan lindung.
B. Proses dan Metode Pelingkupan
a. Pengertian pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait. seperti
penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi concerns dan issues (Armour, 1986). Pelingkupan merupakan bagian yg tak terpisahkan dari penyusunan kerangka acuan (KA) dan hasilnya dpt berpengaruh pd kualitas dokumen AMDAL. Ditambahkan pula bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh perhatian saksama. Pertanyaan yang harus dijawab dalam pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya. b. Tujuan dan manfaat pelingkupan Tujuan dari pelingkupan diantaranya; 1. Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak. 2. Mengidentifikasi dampak panting terhadap lingkungan yang dipandang relevan ntuk ditelaah secara mendalarn dalam penyusunan ANDAL. 3. Menetapkan tingkat kedalaman studi ANDAL sesuai dangan sumberdaya yang tersedia (waktu, dana, tenaga). 4. Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi ANDAL secara sistematis. 5. Menelaah kegiatan/usaha lain yang terkait dan terletak di wilayah studi. Manfaat dari pelingkupan sebagai berikut; 1. Dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan secara mendalam 2. Menghindari timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek 3. Biaya, tenaga, dan waktu bisa lehih efektif dan efisien berkat terfokusnya studi hanya pada dampak penting. 4. Penyusunan ANDAL dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya kejelasan lingkup studi, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi. c. Proses dan metode pelingkupan Proses pelingkupan dibagi menjadi dua, yaitu pelingkupan dampak penting dan pelingkupan wilayah studi. Proses pelingkupan dampak penting terdiri dari tiga langkah, yaitu diantaranya; 1. Identifikasi dampak potensial adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini menghasilkan daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak lingkungan. 2. Evaluasi Dampak Potensial memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji). Langkah ini menghasilkan daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak penting hipotetis. 3. Prioritas (Pemusatan dampak penting). Tujuannya adalah mengelompokkan dampak- dampak yang akan dikaji agar mudah dipahami dan digunakan dalam menentukan strategi kajian. Langkah ini menghasilkan kelompok-kelompok dampak dan urutan prioritas dampak. Metode pelingkupan dari dampak penting yaitu pertama metode identifikasi dampak yang didalamnya terdapat daftar uji, matrik interaksi sederhana dan bagan alir, lalu selanjutnya telaah pustaka, pengamatan lapangan secara singkat, analisis isi dan interaksi kelompok ( rapat, lokakarya, curah pendapat). Proses pelingkupan wilayah studi memiliki dasar pertimbangan seperti lokasi kegiatan, sebaran dampak, batas komunitas social, waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Batas wilayh studi terbagi menjadi empat, yaitu; 1. Batas proyek, batas fisik kewenangan proyek di darat dan di laut (property right). 2. Batas ekologi, batas dimana limbah dan emisi tertransportasi melalui media air, udara dan organisme. 3. Batas social, batas yang menunjuk pada komunitas social yang terkena dampak limbah, emisis dan kegiatan proyek lainnya. 4. Batas administrasi, batas kewenangan administrative atau penegak hukum oleh pemerintah.
C. Metode Prakiraan Dampak
a. Prinsip dasar prakiraan dampak 1. Kajian pada prinsip dasar prakiraan dampak yaitu, besar dampak lingkungan (magnitude of impact) yang dimuat dalam bab prakiraan dampak dan sifat penting dari dampak lingkungan (importance of impact) yang dimuat dalam bab evaluasi dampak atau dalam bab prakiraan dampak. 2. Prinsip keterkaitan antar dampak dari proyek, prakiraan dampak suatu komponen harus mempertimbangkan prakiraan komponen lingkungan lain yang terkait. 3. Dampak proyek (besar dampak), besar dampak lingkungan (magnitude of impact) dan arah dampak lingkungan yang akan terjadi di ruang dan waktu tertentu. b. Metode prakiraan besar dampak 1. Metode formal Metode formal adalah teknik memprakirakan dampak dengan menggunkan formula, model atau rumus tertentu baik yang sudah di kembangkan oleh pakar lain maupun yang dibuat sendiri dengan hasil prakiraan bersifat kuantitatif dengan dukungan tabel, grafik atau referensi spasial atau geografis. a) Model fisik (physical model), terdapat model ilustrasi (sketsa, foto, film) dan model miniature. b) Eksperimen (experimental method), eksperimen laboratorium dan eksperimen di calon lokasi proyek. c) Model matematik, model proyeksi yang di konstruksikan dari teori dan asumsi bekerjanya suatu kondisi social tertentu dan model empiric yang dibangun berdasarkan hasil pengamatan secara empiris terhadap perilaku input-output obyek yang diteliti. 2. Metode non formal Metode non formal adalah teknik memprakirakan dampak mengandalkan pada kemampuan profesional pakar (ilmu-ilmu social) dan hasil prakiraan dapat bersifat kuantitatif. a) Penilaian ahli (professional judgement) b) Teknik analog, fenomena dampak lingkungan tertentu (akibat proyek) digunakan untuk memperkirakan dampak kegiatan atau proyek sejenis di lokasi lain.
D. Evaluasi Dampak Penting
Evaluasi dampak lingkungan merupakan tahap akhir rangkaian ANDAL yang bertujuan mengevaluasi secara holistic berbagai komponen lingkungan yang terkena dampak penting. Dalam evaluasi dampak lingkungan aspek social dianalisis sebagai bagian yang integral dengan aspek fisik, kimia dan biologi. Keputusan kelayakan lingkungan proyek pembangunan terdapat pada ayat (1) pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL. a. Metode evaluasi dampak 1. Metode penampalan (overlays) a) Kelebihan; 1. Sangat baik untuk mengidentifikasi dan melihat persebaran dampak. 2. Dapat digunakan untuk perencanaan lebih lanjut. b) Kekurangan; 1. Tidak memasukkan dampak social dan ekonomi. 2. Tidak mempertimbangkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan alternative. 3. Penentuan nilai penting bersifat subyektif, 4. Membutuhkan banyak peta dan mahal 2. Metode daftar uji berskala-terbobot (weight-scale checklist) 3. Metode matrik a) Kelebihan; 1. Menyediakan visualisasi yang baik untuk ringkasan dampak. 2. Dapat diadaptasi untuk identifikasi dan evaluasi pada tingkat tertentu, dampak tidak langsung, kumulatif dan interaksi dampak. 3. Matrik dapat diberi bobot atau dampak dapat di rangking untuk membantu evaluasi. b) Kekurangan; 1. Hanya menunjukkan dampak primer dan dampak langsung. 2. Tidak memasukkan waktu sebagai factor pertimbangan. 3. Hasil bergantuk kepada tim yang melakukan subyektif. 4. Tidak memasukkan partisipasi masyarakat dalam pemberian nilai 5. Dapat komplek dan susah dipakai. 4. Metode bagan alir (networks) a) Kelebihan; 1. Sangat baik untuk menggambarkan hubungan sebab akibat (dampak primer, sekunder dan tersier). 2. Dapat memberikan arahan yang tepat dalampengelolaan dampak. b) Kekurangan; 1. Tidak mengkuantifikasi dampak yang teridentifikasi. 2. Umumnya hanya mempertimbangkan factor fisik dan ekologis. 3. Membutuhkan banyak informasi dan pengetahuan karena banyak dampak primer, sekunder dan tersier.