Anda di halaman 1dari 36

PELINGKUPAN

DALAM RANGKA PENYUSUNAN


KERANGKA ACUAN ANDAL
Pelingkupan
• Pelingkupan merupakan proses awal
untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting
(hipotesis) yang terkait dengan rencana
usaha dan / atau kegiatan.
• Dampak penting hipotetik terhadap lingkungan hidup
yang dipandang relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan
hal-hal atau komponen lingkungan hidup yang
dipandang kurang penting untuk ditelaah;
• Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa
pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas
sosial, dan batas administratif
• Batas waktu kajian yang merupakan rentang waktu
yang akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan
prakiraan perubahan kualitas / kondisi lingkungan tanpa
adanya proyek dan dengan adanya proyek
• Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode
yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan
tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan
sumberdaya yang tersedia (dana dan waktu).
• Semakin baik hasil pelingkupan semakin
tegas dan jelas arah dari studi ANDAL
yang akan dilakukan.
Proses Pelingkupan dampak
penting
• 1. Identifikasi dampak potensial
– Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk:
– mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup
• Primer
• Sekunder
• dan seterusnya
– yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya
rencana usaha dan / atau kegiatan.
– Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang
mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya
dampak, atau penting tidaknya dampak.
– Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai
apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak penting.
• Identifikasi dampak potensial diperoleh dari :
– serangkaian hasil konsultasi dan diskusi dengan :
• para pakar
• Pemrakarsa
• instansi yang bertanggungjawab
• masyarakat yang berkepentingan
– serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan
(observasi)
• Selain itu identifikasi dampak potensial juga
dapat dilakukan dengan menggunakan metode-
metode identifikasi dampak berikut ini
Metode identifikasi dampak yang lain
– penelaahan pustaka dan / atau
– analisis isi (content analysis); dan / atau
– interaksi kelompok (rapat, lokakarya,
brainsorming, dan lain-lain) ; dan / atau
– metode ad hoc ; dan / atau
– daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif) ;
dan / atau
– matrik interaksi sederhana ; dan / atau
– bagan alir (flow chart) ; dan / atau
– pelapisan (overlay) ; dan / atau
– pengamatan lapangan (observasi)
2. Evaluasi Dampak Potensial
• Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk
menghilangkan / meniadakan dampak potensial
yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,
sehingga diperoleh daftar dampak penting
hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untk
ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL.
• Daftar dampak penting potensial ini disusun
berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang
dianggap penting oleh masyarakat di sekitar
rencana usaha dan / atau kegiatan, instansi yang
bertanggungjawab, dan para pakar.
• Pada tahap ini daftar dampak penting hipotesis
yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.
• Metode yang digunakan adalah interaksi
kelompok
– Rapat
– Lokakarya
– Brainstorming
• Kegiatan evaluasi dampak potensial ini
terutama dilakukan oleh pemrakarsa usaha
dan atau kegiatan (yang dalam hal ini dapat
diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL)
• dengan mempertimbangkan hasil konsultasi
dan diskusi dengan
– Pakar
– Instansi yang bertanggungjawab
– Masyarakat yang berkepentingan
3. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting
• Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan
untuk mengelompokan / mengorganisir dampak
penting yang telah dirumuskan dari tahap sebelumnya
• Maksud agar diperoleh klarifikasi dan prioritas dampak
penting hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut dalam
dokumen ANDAL.
• Dalam melakukan klasifikasi dan prioritas, perlu
memperhatikan hal berikut:
• kebijakan atau peraturan yang menjadi dasar
untuk arahan kajian AMDAL selanjutnya, seperti
standar / baku mutu dan lain-lain
• konsep saintifik dari kajian yang akan dilakukan.
Dampak penting hipotetik dirumuskan melalui 2
tahap:

• Pertama, segenap dampak penting


dikelompokan menjadi beberapa
kelompok menurut keterkaitannya satu
sama lain.
• Kedua, dampak penting yang
berkelompok tersebut selanjutnya diurut
berdasarkan kepentingannya.
Contoh
• Rencana pembuangan limbah cair dari industri
petrokimia ke sungai akan menimbulkan
dampak penting hipotetik berupa peningkatan
kadar BOD, COD dan TSS, sementara dari
proses produksi akan menimbulkan dampak
penting hipotetik berupa emisi SO2 dan NOx.
• Dampak penting hipotetik dari masing-masing
parameter tersebut selanjutnya dapat
dikelompokan menjadi: penurunan kualitas air
sungai dan penurunan kualitas udara ambien.
• Selanjutnya terhadap 2 (dua) dampak penting
tersebut diurut berdasarkan kepentingannya,
misalnya :
– penurunan kualitas udara ambien
– penurunan kualitas air sungai
Pelingkupan Wilayah Studi dan Batas Waktu
Kajian

• Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan


untuk membatasi luas wilayah studi ANDAL
sesuai hasil pelingkupan dampak penting
• dan dengan memperhatikan keterbatasan:
– sumberdaya
– waktu
– Tenaga
– serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat
yang berkepentingan.
A. Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan
berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang
sebagai berikut:
1. Batas Proyek
– Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan / atau
kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan
operasi. Dari ruang rencana usaha dan / atau kegiatan inilah sumber
dampak terhadap lingkungan hidup disekitarnya, termasuk dalam hal
ini alternatif lokasi rencana usaha dan / atau kegiatan. Posisi batas
proyek ini agar dinyatakan juga dalam koordinat.
2. Batas Ekologis
– Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana
usaha dan / atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air,
udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan
/ atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan atau kegiatan.
3. Batas Sosial
• Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan / atau
kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai
interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu
rencana usaha dan / atau kegiatan.
• Batas sosial ini sangat penting bagi fihak-fihak yang terlibat dalam
studi ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok masyarakat
yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami
perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan atau kegiatan.
• Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu
rencana usaha dan / atau kegiatan menyebar tidak merata, maka
batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar
dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat
yang terdapat dalam batas proyek, ekologis namun berpotensi
terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan / atau
kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
4. Batas administratif
• Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat
dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.
• Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi
pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan
sumberdaya oleh suatu usaha dan atau kegiatan
(misalnya, batas HPH, batas kuasa pertambangan).
• Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan
mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi
– dana
– waktu
– tenaga
• maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah studi yang
dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.
5. Batasan Ruang Lingkup Wilayah Studi
ANDAL
• Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL adalah ruang yang
merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang
biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana,
tenaga, teknik dan metode telaahan.

 Dengan demikian, ruang lingkup wilayah


studi memang bertitik tolak pada ruang bagi
rencana usaha dan / atau kegiatan, kemudian
diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan
ruang administratif yang lebih luas
B. Lingkup Batasan Waktu Kajian ANDAL
• Ditetapkan berdasarkan pertimbangan batasan waktu
pelaksanaan rencana usaha dan atau kegiatan.
• Batasan waktu kajian adalah batas waktu kajian yang
akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak dalam kajian ANDAL.
• Batas waktu tersebut minimal dilakukan selama umur
rencana usaha dan / atau kegiatan berlangsung.
• Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan / atau
kegiatan atau dengan adanya rencana usaha dan / atau
kegiatan.
• Sebagai catatan, batas waktu yang digunakan dalam
kajian AMDAL bukan merupakan batas waktu untuk
menyatakan kadaluarsa atau tidaknya suatu kajian
AMDAL.
HASIL PELINGKUPAN
HASIL PROSES PELINGKUPAN

• Hasil proses pelingkupan mencakup:


1. dampak penting hipotetik
2. lingkup wilayah studi
3. batas waktu kajian
lingkup wilayah studi
• Setelah mempertimbangkan kendala teknis yang
dihadapi, wilayah studi ini merupakan resultante
dari:
– Batas wilayah proyek
– Batas Ekologis
– Batas Sosial
– Batas Administratif
• Batasan ruang lingkup wilayah study
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan
pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan
sumber data, seperti waktu, dana, tenaga, teknis,
dan metode telaahan.
• Setiap penentuan masing-masing batas wilayah
(proyek ekologis, sosial dan administratif) harus
dilengkapi dengan justifikasi yang kuat.
• Bab ini harus dilengkapi dengan :
– peta batas wilayah studi yang dapat menggambarkan
batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif.
– harus teridentifikasi secara jelas batas waktu kajian
yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan
evaluasi dampak dalam kajian ANDAL.
• Batas waktu tersebut minimal dilakukan selama
umur rencana usaha dan/atau kegiatan
berlangsung.
• Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa
adanya rencana usaha dan /atau kegiatan atau
dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan.
• Batas waktu yang digunakan dalam kajian
AMDAL ”bukan” merupakan batas waktu
untuk menyatakan kadaluarsa atau
tidaknya suatu kajian AMDAL.
Anda sudah bisa :
• Melakukan pelingkupan
• Menyusun kerangka acuan
Regulasi Amdal dalam
Omnibuslaw
• Amdal bersifat wajib hanya untuk dokumen
lingkungan hidup yang berisiko tinggi
• Undang-Undang No.11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja telah mengubah
sejumlah ketentuan di banyak UU, salah
satunya UU No.32 Tahun tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UU PPLH)
7 poin penting pengaturan Amdal dalam UU
Cipta Kerja
• Pertama, ada perubahan nomenklatur perizinan dari izin
lingkungan menjadi izin usaha.
• Kedua, pengintegrasian izin lingkungan.
• Ketiga, komisi penilai Amdal diganti menjadi tim independen
yang akan melakukan penilaian dokumen Amdal.
• Keempat, pengujian kelayakan Amdal.
• Kelima, dalam penyusunan Amdal juga melibatkan
masyarakat, tapi hanya untuk yang masyarakat terdampak.
• Keenam, penetapan kriteria usaha dan/atau kegiatan
berdampak penting.
• Ketujuh, integrasi izin PPLH dan Amdal ke dalam dokumen
lingkungan.
Substansi dalam dokumen Amdal
• Pertama, pengkajian mengenai dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
• Kedua, evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
• Ketiga, saran masukan serta tanggapan masyarakat yang
terkena dampak langsung yang relevan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan
• Keempat, perkiraan terhadap besaran dampak serta sifat
penting dampak jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan.
• Kelima, evaluasi secara holistik untuk menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
• Keenam, rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
• Pengaturan perizinan berusaha dalam UU Cipta Kerja
menggunakan konsep perizinan usaha berbasis risiko.
• Amdal wajib untuk dokumen lingkungan hidup yang berisiko
tinggi. Kemudian akan diterbitkan surat keputusan kelayakan
lingkungan hidup (SKKL).
• Untuk dokumen risiko menengah hanya perlu UKL-UPL dan
persetujuan lingkungan yang diterbitkan bernama Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH).
• Dokumen berisiko rendah hanya perlu mengurus nomor
induk berusaha (NIB).
• Semua persyaratan itu akan digunakan sebagai syarat
penerbitan perizinan berusaha
• Perubahan dalam pasal 88 UU No.32 Tahun 2009 melalui UU
Cipta Kerja. Pasal 88 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai
penerapan asas strict liability (tidak perlu dibuktikan adanya
kesalahan, tetapi cukup membuat potensi atau ancaman
kerusakan lingkungan tersebut terjadi), maka dapat dijadikan
dasar majelis hakim untuk memutuskan.

• Tapi, UU Cipta Kerja mengubah Pasal 88 UU No.32 Tahun 2009


menjadi setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman
serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak
atas kerugian yang terjadi dari usaha dan/atau kegiatannya
5 hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan pembuktian strict liability
• Pertama, penggugat tetap harus membuktikan adanya unsur
melawan hukum.
• Kedua, penanggung jawab usaha harus lebih hati-hati dalam
memahami pengertian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.
• Ketiga, dalam penentuan besarnya kerugian atas suatu
pencemaran/kerusakan lingkungan, dalam beberapa kasus di
dasarkan pada Permen LHK No.7 Tahun 2014.
• Keempat, dalam memutus perkara lingkungan, hakim berpegang
pada Keputusan Ketua MA No.36 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan
Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan Hidup yang tetap
membuka kemungkinan penemuan hukum.
• Kelima, berdasarkan Pasal 501 PP No.22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan PPLH bahwa gugatan perdata oleh pemerintah
dapat timbul dari rekomendasi hasil pengawasan.
Definisi Amdal
• Pasal 1 angka 11 UU PPLH menyebutkan bahwa Amdal
merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

• Definisi tersebut sedikit berubah dalam UU Cipta Kerja,


sehingga Pasal 1 angka 11 menjadi: "kajian mengenai
dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta termuat
dalam perizinan berusaha atau persetujuan pemerintah pusat
atau pemerintah daerah"
Peran pemerhati lingkungan
• Dalam Pasal 26 Ayat (3) UU PPLH diatur, "dokumen
Amdal disusun oleh masyarakat yang terdampak
langsung, pemerhati lingkungan hidup, dan/atau
yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal".
• Sementara, pada UU Cipta Kerja tertulis perubahan
dalam Pasal 26 Ayat (2) PPLH menjadi:
"penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan
melibatkan masyarakat yang terkena dampak
langsung terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan"
Keberatan dan pelibatan masyarakat
dihapus
• UU Cipta Kerja menghapus ketentuan Pasal 26
Ayat (2) UU PPLH yang menyebutkan bahwa
pelibatan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan dan lengkap serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan.
• Pasal 26 Ayat (4) yang semula mengatur bahwa
masyarakat dapat mengajukan keberatan
terhadap dokumen Amdal juga dihapuskan
Komisi penilai Amdal
• Selain itu, UU Cipta Kerja juga menghapus keberadaan Komisi Penilai
Amdal. Semula, komisi ini diatur dalam Pasal 29, 30 dan 31 UU Lingkungan
Hidup.
• Dalam Pasal 29 UU Lingkungan Hidup disebutkan, Komisi Penilai Amdal
dibentuk oleh menteri, gubernur, atau bupati/wali kota dan bertugas
melalukan penilaian dokumen amdal.
• Keanggotaan Komisi Penilai Amdal terdiri dari unsur instansi lingkungan
hidup, instansi teknis terkait, pakar di bidang pengetahuan yang terkait
dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji, pakar yang terkait
dengan dampak yang timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
sedang dikaji, wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak, dan
organisasi lingkungan hidup.
• Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya
Tim uji kelayakan
• UU Cipta Kerja selanjutnya mengatur ketentuan baru mengenai tim
uji kelayakan lingkungan hidup yang dibentuk oleh lembaga uji
kelayakan lingkungan hidup pemerintah pusat.
• Perubahan terhadap Pasal 24 Ayat (3) dalam UU Cipta Kerja
menyebutkan: tim uji kelayakan lingkungan hidup terdiri atas unsur
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan ahli bersertifikat.
• Selanjutnya, Ayat (4) pasal yang sama mengatur, pemerintah pusat
atau pemerintah daerah menetapkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup berdasarkan hasil uji kelayakan lingkungan hidup
• Keputusan mengenai kelayakan lingkungan hidup ini digunakan
sebagai persyaratan penerbitan perizinan berusaha, atau persetujuan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana uji kelayakan
lingkungan hidup diatur dalam peraturan pemerintah
Pembatalan berdasar putusan
pengadilan dihapus
• UU Cipta Kerja juga menghapus ketentuan
mengenai pembatalan izin lingkungan oleh
pengadilan.
• Semula, ketentuan itu diatur melalui Pasal 38
UU Lingkungan Hidup yang menyebut, selain
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 ayat (2), izin lingkungan dapat dibatalkan
melalui keputusan pengadilan tata usaha negara

Anda mungkin juga menyukai