Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

DOSEN MUDA UNIVERSITAS UDAYANA


TAHUN 2010

PERENCANAAN PENYARING AIR SEDERHANA


UNTUK SISTEM AIR BERSIH PEDESAAN

Ketua Peneliti :
Ir. Made Suarda, M.Eng.

Anggota Peneliti :
Ir. I Wayan Dana, MT.

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2010

DIBIAYAI PROYEK PENINGKATAN PENELITIAN PENDIDIKAN TINGGI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN DOSEN MUDA
NOMOR: 0161/023-04.2/XX/2010
TANGGAL: 31 Desember 2009

1
LEMBAR PENGES AHAN
PENELITIAN DANA DIPA UNIVERS ITAS UDAYANA
TAHUN 2010

1. Judul : Perencanaan Penyaring Air Sederhana Untuk


Sistem Air Bersih Pedesaan

2. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar :
Ir. M ade Suarda, M .Eng.
b. Golongan/Pangkat/NIP :
III.d / Penata Tk.I / 19650326 199003 1 002
c. Jabatan Fungsional :
Lektor
d. Pengalaman Penelitian :
Terlampir
e. Instansi :
Fakultas Teknik Universitas Udayana
f. Alamat Kantor/Telp/Fax/e-mail :
Jurusan Teknik M esin – Fak. Teknik – UNUD
Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali
Telp.: (0361)703321, Fax : (0361)703321
e-mail: made.suarda@me.unud.ac.id
g. Alamat Rumah/Telp/Fax/e-mail : Jl. Tukad Banyusari XIII.B/20, Denpasar
Telp: 0361-255556, Fax: -, e-mail: -

3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua) orang

4. Lokasi Penelitian : di Desa Bontihing Kecamatan Kubutambahan,


Kabupaten Buleleng - Bali

5. Kerjasama :
a. Nama Instansi : -
b. Alamat : -

6. Jangka Waktu Penelitian : 8 (delapan) bulan

7. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,00


(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Denpasar, 8 Nopember 2010


M engetahui : Ketua Peneliti,
Dekan Fakultas Teknik UNUD

Prof. Ir. I Wayan Redana, MA.S c.,PhD.) (Ir. Made S uarda, M.Eng.)
NIP. 19591025 198603 1 003 NIP. 19650326 199003 1 2

M enyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Udayana

(Dr. Ir. I Ketut S atriawan, MT )


NIP: 19640717 198903 1 001

2
Abstrak

Untuk mengolah air baku menjadi air bersih untuk sistem air bersih pedesaan
dibutuhkan alat penyaring air yang murah dan mudah dioperasikan. Untuk itu dibutuhkan
sebuah rancangan penyaring air sederhana yang tidak membutuhkan mesin pompa atau
blower untuk membersihkan filter tersebut saat telah kotor (clogging). Dewasa ini telah ada
alat-alat yang dipasarkan untuk meningkatkan kualitas air. Peralatan tersebut merupakan
penyaring air dengan menggunakan media penyaring pasir dan karbon aktif. Namun peralatan
tersebut cukup mahal dan membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi, karena untuk
membersihkan filter tersebut (proses back-wash) setelah mengalami clogging membutuhkan
pompa air dan/atau blower. Bahkan telah ada penyaring air sederhana, namun proses
penyaringannya juga dilakukan dari atas kebawah sehingga untuk membersihkan media
penyaringnya tidak praktis, seperti pada gambar 2. Tentunya teknologi tidak cocok untuk
diterapkan di daerah pedesaan yang secara umum tingkat perekonomiannya rendah. Oleh
karena itu perlu dirancang dan diteliti model alat penyaring air sederhana yang juga
menggunakan double media penyaring yaitu pasir dan karbon aktif, namun proses back-wash
dilakukan secara gravitasi sehingga tidak membutuhkan pompa air dan/atau blower. Dengan
demikian penyaring air ini murah dan mudah dioperasikan.
Secara konseptual proses penyaringan pada alat tersebut dilakukan dari bawah media
ke atas sehingga proses pembersihan filter dapat dilakukan cukup dengan dengan cara yang
sangat sederhana yaitu dengan membuka katup drainnya saja. Namun belum diketahui
performansi rancangan alat tersebut, seperti kerugian tekanan dan kapasitas per meter persegi
media penyaring tersebut serta kualitas yang dihasilkan.
Rancangan alat penyaring air sederhana yang telah dibuat dengan ketebalan media 35
cm, meghasilkan laju penyaringan sebesar 22 m3 air bersih per hari per m2 media
penyaringnya, yang mampu menyediakan kebutuhan air bersih untuk 367 jiwa masyarakat
pedesaan, jika setiap jiwa membutuhkan air sebanyak 60 liter per orang per hari. Alat
penyaring sederhana ini mampu merubah kekeruhan dari 169 NTU menjadi 13,8 NTU, PH
dari 8,97 menjadi 8,34, dan warna dari 112 Hazen menjadi 19,4 hazen. Jadi secara
keseluruhan, alat penyaring air sederhana ini mampu mengubah kualitas fisik air baku
menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan kualitas air bersih standar WHO dan
persyaratan kualitas air minum yang telah diatur dalam Peraturan M enteri Kesehatan R.I No :
416/M ENKES/PER/IX/1990.

Kata Kunci : penyaring air, laju penyaringan, kekeruhan air, warna air

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan air (khususnya air bersih)
cenderung meningkat. Akan tetapi meningkatnya kebutuhan air ini justru diikuti dengan
berkurangnya sumber-sumber air yang ada, baik itu sumber air bawah tanah maupun air
permukaan, serta diikuti oleh pencemaran terhadap air tersebut. Pencamaran itu
disebabkan oleh makhluk hidup, limbah atau komponen lain oleh kegiatan manusia.
Dengan adanya benda-benda asing dalam air yang menimbulkan endapan mengakibatkan
kualitas air menurun sehingga air tidak dapat difungsikan sesuai peruntukannya. Hal ini
mempengaruhi ketersediaan air bersih untuk kebutuhan hidup manusia sehari-hari.

Gambar 1. Air sungai untuk konsumsi masyarakat desa M unduktemu

Di Bali, masih banyak desa yang belum memiliki sistem air bersih. Walaupun ada
mereka memanfaatkan air sungai atau air permukaan yang secara fisik dan kimiawi sudah
tercemar. Sebagai contoh Desa M unduktemu Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan,
seperti pada Gambar 1, dan Desa Bontihing Kecamatan Kubutambahan Kabupaten
Buleleng Bali telah memanfaatkan air sungai yang dilirkan dengan sistem perpipaan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Sistem perpipaan tersebut merupakan
bantuan dari Rotary-Club Bali-Sanur dengan bantuan teknis dari Tim Teknis Jurusan
Teknik M esin – Fakultas Teknik – Universitas Udayana. Tentunya air sungai tersebut
bukan air bersih, akan tetapi termasuk kategori air baku yang masih memerlukan proses
pengolahan menjadi air bersih, terutama di musim penghujan air baku tersebut akan keruh
dan tak layak untuk kebutuhan masyarakat.
Untuk merubah air baku tersebut menjadi air bersih memerlukan proses pengolahan
air, seperti Instalasi Pengolahan Air (IPA). Dewasa ini telah ada alat-alat yang dipasarkan
untuk meningkatkan kualitas air seperti Dynasand Filter [http://www.Dynasand.htm,

4
2009] atau IPA seperti yang digunakan di PDAM . Peralatan tersebut merupakan
penyaring air dengan menggunakan media penyaring pasir dan karbon aktif. Namun
peralatan tersebut cukup mahal dan membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi,
karena untuk membersihkan filter tersebut (proses back-wash) setelah mengalami
clogging membutuhkan pompa air dan/atau blower. Bahkan telah ada penyaring air
sederhana, namun proses penyaringannya juga dilakukan dari atas kebawah sehingga
untuk membersihkan media penyaringnya tidak praktis, seperti pada gambar 2. Tentunya
teknologi tidak cocok untuk diterapkan di daerah pedesaan yang secara umum tingkat
perekonomiannya rendah.

Gambar 2. Alat penyaring air

5
Clean W ater

Sil ica Sand


Raw W ater
Antrasite

Gravel

Raw W ater

Gambar 3. Rancangan penyaring air sederhana untuk untuk sistem air bersih pedesaan

Sesuai dengan permintaan Rotary Club Bali-Sanur sesuai dengan rencana kerjanya
di tahun 2010 bahwa akan memberikan bantuan penyaring air untuk masyarakat pedesaan
dengan kapasitas untuk satu banjar atau satu desa. Untuk itu telah peneliti telah
membuatkan desain awal alat penyaring tersebut yaitu seperti pada gambar 3. Secara
konseptual proses penyaringan pada alat tersebut dilakukan dari bawah media ke atas
sehingga proses pembersihan filter dapat dilakukan cukup dengan dengan cara yang
sangat sederhana yaitu dengan membuka katup drainnya saja. Namun belum diketahui
performansi rancangan alat tersebut, seperti kerugian tekanan dan kapasitas per meter
persegi media penyaring tersebut serta kualitas yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu
dirancang dan diteliti model alat penyaring air sederhana yang juga menggunakan double
media penyaring yaitu pasir dan karbon aktif, namun proses back-wash dilakukan secara
gravitasi sehingga tidak membutuhkan pompa air dan/atau blower. Dengan demikian
penyaring air ini murah dan mudah dioperasikan.

1.2. PERUMUS AN MAS ALAH


Untuk mengolah air baku menjadi air bersih untuk sistem air bersih pedesaan
dibutuhkan alat penyaring air yang murah dan mudah dioperasikan. Untuk itu dibutuhkan
sebuah rancangan penyaring air sederhana yang tidak membutuhkan mesin pompa atau
blower untuk membersihkan filter tersebut saat telah kotor (clogging).

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah untuk :

6
1. M embuat rancangan teknologi tepat guna yaitu berupa model penyaring air sederhana
untuk sistem air bersih pedesaan dengan proses penyaringan air dari bawah ke atas
media penyaring, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah
serta murah operasionalnya.
2. M enguji performansi model rancangan tersebut untuk mendapatkan laju aliran
penyaringan air per meter persegi media penyaring, dan kualitas fisik air, yang
nantinya dapat digunakan untuk menentukan dimensi alat penyaring sederhana skala
lebih besar yang akan digunakan untuk sistem air bersih pedesaan.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. M enghemat waktu masyarakat, karena dengan tersedianya air bersih maka waktu
yang sebelumnya digunakan untuk mencari air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
produktif lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.

7
BAB II
TINJAUAN PUS TAKA

2.1. Rancangan Penelitian


2.1. Air
M enurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air :
a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya;
b. bahwa air agar dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan perlu dilakukan pengendalian pencemaran air;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Air.
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
a. Air adalah semua air yang terdapat didalam dan atau berasal dari sumber air, dan terdapat
di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini adalah air yang terdapat di
bawah permukaan tanah dan air laut;
b. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya;
c. Pengendalian adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan;
d. Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditenggang adanya dalam air
pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya;
Penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut :
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu;
Golongan B : Air yang dapat dighunakan sebagai air baku air minum;
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
Syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air telah diatur dalam Peraturan M enteri
Kesehatan no. 416 Tahun 1990. Dalam Peraturan M enteri ini yang dimaksud dengan:

8
a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum.
b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif. Persyaratan kulaitas air minum dan air bersih juga
telah diatur dalam Peraturan M enteri Kesehatan R.I No : 416/M ENKES/PER/IX/1990
tanggal : 3 September 1990, seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Daftar persyaratan kualitas air bersih

9
Air yang berada di bumi tidak pernah dalam bentuk murni, meskipun demikian bukan
berarti bahwa semua air telah terjadi penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal [Sunu,

10
2001]. Ciri-ciri fisik yang utama dari air adalah bahan padat keseluruhan yang terapung dan
terlarut, kekeruhan, warna, rasa dan bau, dan suhu. Disamping itu air yang terdapat di alam
memiliki kemampuan untuk melarutkan zat-zat mineral atau zat-zat kimia dalam jumlah
tertentu. Bahan-bahan tersebut antara lain: nitrit, sulfida, amonia, dan CO2 agresif [Linsley,
1991]. Beberapa zat kimia meskipun dapat bersifat racun, masih dapat ditolerir kehadirannya
dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan.
Hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum terlayani air bersih
dan memanfaatkan air sungai (air baku, bukan air bersih). Sebagai contoh, dari gambar 2.1
terlihat bahwa banyak kelompok masyarakat di sekitar sungai Aya tersebut yang
memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan akan air bersih. M engingat air sungai tersebut
bukan air bersih maka perlu dilakukan proses pengolahan dari air baku (air sungai) menjadi
air bersih yang layak untuk dimanfaatkan masyarakat.

Gambar 2.1. Air Sungai Aya yang akan dimanfaatkan

5.1. Pengolahan Air


Pengolahan air adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air sampai menjadi mutu yang
diinginkan dengan tujuan agar aman dipergunakan oleh masyarakat pemakai air (Siregar,
2005).
Dalam sistem pengolahan air dikenal 2 (dua) jenis pengolahan (Sutrisno,1987), antara
lain:
1. Pengolahan Fisik, adalah pengolahan air yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta
mengurangi zat-zat organik dalam air yang akan diolah.

11
2. Pengolahan Kimiawi, adalah proses pengolahan dengan penambahan bahan kimia tertentu
dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas air. Penambahan bahan kimia tersebut berupa :
a) Koagulan.
Koagulan yang dibutuhkan pada proses pengolahan air minum bertujuan untuk
membentuk flok-flok dari partikel-partikel tersuspensi dan koloid yang tidak terendap.
Koagulan yang ditambahkan biasanya berupa Al2SO 4, FeCl3, atau Poly Aluminium
Chloride (PAC), dan lain-lain.
b) Bahan netralisir.
Pembubuhan alkali dimaksudkan untuk menetralkan pH, karena pada umumnya pH
akan turun setelah pembubuhan koagulan yang bersifat asam. Pembubuhan alkali
diperlukan bila air baku yang diolah memiliki kadar alkalinitas rendah.
c) Desinfektan.
Bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen yang masih terdapat dalam air yang
sudah melalui tahap filter. Desinfektan yang digunakan adalah substansi kimia yang
merupakan oksidator kuat seperti khlor dan kaporit.
Banyak teknik pengolahan air telah diterapkan sesuai dengan karakteristik air atau
kualitas sumber air baku untuk mendapatkan air bersih yang sesuai dengan standar mutu.
M enurut Arifin (2008) teknik pengolahan air yang sering digunakan diantaranya:
a. Teknik koagulasi, yaitu teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan koagulan
kimia seperti Polyelektrolit (misalnya: PAC atau Poly Aluminium Chloride, PAS atau
Poly Aluminium Sulfat), garam aluminat (misalnya: alum, tawas), garam Fe, khitin, dan
sebagainya. Untuk Flokulasi dapat digunakan polimer kationik, anionik, atau nonionik
(misalnya: poliakrilik, poliakrilamida). Sedangkan untuk pengendapan dapat digunakan
teknologi baffle, settler, lumpur aktif, aerasi, dan lain-lain. Untuk lakuan yang optimal
teknik tersebut dapat digabung.
b. Teknik filtrasi yaitu teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan media filter
seperti pasir (misalnya: silika, antrasit), senyawa kimia atau mineral (misalnya: kapur,
zeolit, karbon aktif, resin, ion exchange), membran, biofilter atau teknik filtrasi lainnya.
c. Teknik redoks yaitu teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan inhibitor
seperti senyawa khlor (misalnya: kaporit), non khlor atau teknik redoks lainnya.
d. Bioremoval dan Bioremidiasi merupakan teknik pengolahan air dengan menggunakan
biomaterial. Biomaterial tersebut antara lain lumut, daun teh, sekam padi, dan sabut
kelapa sawit, atau juga dari bahan non biomaterial seperti perlit, tanah gambut, lumpur
aktif dan lain-lain.

12
e. Reverse osmosis yaitu teknik pengolahan air yang merupakan kebalikan dari proses
osmosis alami. Osmosis adalah perpindahan cairan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi yang melewati membran semipermeabel.
Sistem penyaring air sederhana adalah sistem yang paling banyak digunakan oleh kita
baik itu kegunaan rumah tangga hingga kegunaan Industri. Adapun aplikasinya dipisahkan
berdasarkan permasalah air baku/inputnya, seperti pada table 2.2.

Tabel 2.2. Permasalahan, penyebab dan solusi pengalahan air baku

Masalah Penyebab S olusi/media

Low Iron Removal


Air kuning setelah
water treatment /
beberapa saat Iron/besi
High Iron Removal
didiamkan diudara
water treatment

Softener/organic
Air berkerak putih Kapur, Hardness
water treatment

Reverse Osmosis
Payau TDS tinggi
System

pasir/ endapan Single water


Keruh tanah/lumpur treatment

Softener/organic
Kuning lembut dan
Organik water treatment or
tidak mengendap
Ultra Filtration

Single water
Bau amonia
treatment

Low Iron Removal


water treatment /
Berminyak mangan
High Iron Removal
water treatment

Adapun komponen-komponen pengolahan air yang ada dan telah digunakan oleh
perusahaan air minum (Fair, 1968) adalah:
1. Prasedimentasi
Prasedimentasi merupakan bentuk pengolahan pendahuluan yang berfungsi untuk
menurunkan kandungan pasir dan lumpur yang ikut terbawa sebelum masuk ke
pengolahan berikutnya dengan cara pengendapan secara gravitasi tanpa pembubuan
bahan kimia. Efisiensi dariproses ini ditentukan oleh ukuran partikel pasir atau lumpur
2. Bangunan pengaduk cepat

13
Bangunan pengaduk cepat berfungsi untuk tempat pencampuran antara koagulan
dengan air yang diolah pada proses pembubuhan bahan kimia (koagulan). Sistem
pengaduk cepat dirancang dengan menggunakan energi hidrolis dengan
memanfaatkan terjunan yang akan dibentuk pada bak pengaduk cepat. Jenis koagulan
yang digunakan pada umumnya adalah alum (AL2SO 4) yang terdapat dipasaran
sebagai tawas dengan kadar 70% berbentuk padat, namun sekarang lebih banyak
digunakan PAC yang berbentuk cair.
3. Bangunan pengaduk lambat
Bangunan pengaduk lambat berfungsi untuk pembentukan flok yaitu pembentukan
partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel
kecil (koloid) dengan bahan koagulan yang telah dibubuhkan.
4. Sedimentasi
Bangunan sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel flokulan yang
terbentuk padaproses flokulasi. Pengendapan disini dengan gaya berat partikel
flokulan itu sendiri (gravitasi).
5. Filter
Bangunan filter berfungsi untuk menyaring partikel flokulen yang tidak terendapkan
pada proses sedimentasi. Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian yang meliputi:
 M edia Saringan
M edia saringan berfungsi sebagai penyaring yang terdiri dari media filtrasi dan
media penyangga. M edia penyangga yang umumnya dipakai umumnya adalah
kerikil, untuk penyaring air sederhana untuk sistem air bersih pedesaan bisa
digunakan ijuk. Sedangkan media filtrasi bisa menggunakan single-media berupa
pasir silica, atau dual-media yaitu pasir dan karbon aktif (umumnya digunakan
antrasit). Untuk penyaring air sederhana untuk sistem air bersih pedesaan karbon
aktif bisa menggunakan arang tempurung kelapa.
 Sistem underdrain
Selain dilengkapi media saringan, sistem outlet delengkapi dengan sistem
underdrain. Sistem ini berbentuk teepee. Jumlah lubang dan diameter orifice
dihitung berdasarkan kriteria desain yang telah ditentukan.
 Pencucian media
Pencucian filter dilakukan untuk menghilangkan bahan tersuspensi yang terdapat
pada permukaan filter bahkan disela-sela media filter selama berlangsungnya
proses filtrasi.

14

Anda mungkin juga menyukai