Anda di halaman 1dari 76

PANDUAN PENILAIAN/PEMERIKSAAN

DOKUMEN AMDAL & UKL-UPL


RENCANA KEGIATAN
INFRASTRUKTUR DAN PERTAMBANGAN
UJI KEHARUSAN : KERANGKA ACUAN
a. Tujuan dilaksanakannya rencana a. Justitifikasi dilaksanakanya
usaha dan/atau kegiatan; dan rencana usaha dan/atau
Latar kegiatan ini, termasuk
b. justifikasi manfaat (masyarakat Belakang persetujuan prinsip;
sekitar dan peranannya terhadap
pembangunan nasional dan daerah) b. Mengapa wajib amdal dan
pendekatan studi yang
digunakan (tunggal, terpadu
KA:
atau kawasan);
Pendahuluan
c. Mengapa ini dinilai oleh KPA
Tujuan Pusat, Provinsi atau Kab/Kota

a. Pemrakarsa dan penanggung jawab


rencana usaha dan/atau kegiatan; dan
Pelaksana
b. Pelaksana studi amdal yang terdiri dari : Studi
• tim penyusun dokumen amdal (1
KTPA dan 2 ATPA);
• tenaga ahli, dan ;
• asisten penyusun dokumen amdal
UJI KEHARUSAN : KA - PELINGKUPAN
• Status studi Amdal: terintegrasi, peta-peta yang relevan yang memenuhi kaidah-kaidah
bersamaan,setelah FS; kartografi dan/atau layout dengan skala yang memadai
• Kesesuaian dengan RTRW & PIPIB;
• Komponen kegiatan yang berpotensi
penyebabkan dampak & Pengelolaan
LH yang sudah disiapkan/direncanakan Menggunakan metode-metode
+ ALTERNATIF ilmiah yang berlaku secara
nasional dan/atau internasional
Setiap DPH yang
di berbagai literatur yang sesuai dikaji memiliki
Deskripsi Komponen Rencana Usaha dengan kaidah ilmiah metode batas waktu kajian
dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak penentuan dampak penting tersendiri
Lingkungan hipotetik dalam Amdal.

Deskripsi Rona LH Awal (Environmental Dampak Penting Batas


Wilayah
Setting): waktu
Hipotetik (DPH) Studi
Kajian
• Komponen Lingkungan Hidup yang
terkena dampak;
• Usaha dan/atau kegiatan disekitar
• Identifikasi dampak
potensial, 1. Batas project;
• evaluasi dampak 2. Batas ekologis,
Hasil Pelibatan Masyarakat 3. Batas Sosial,
potensial
• Daftar DPH 4. Batas Adm
informasi apa yang dibutuhkan oleh pengambil
keputusanterkait dengan hasil pelibatan Esensi dasar pelingkupan: membatasi kajian ANDAL pada
masyarakat ini hal yang penting untuk pengambilan keputusan
UJI KEHARUSAN : KA – METODA STUDI
Bagian ini berisi metode pengumpulan
data primer dan sekunder yang sahih Metode-metode ilmiah
serta dapat dipercaya (reliable) untuk Metode pengumpulan yang berlaku secara
digunakan dalam penyusunan rona
lingkungan hidup awal yang rinci
dan analisis data nasional dan/atau
internasional pada
dan sebagai masukan dalam melakukan berbagai literatur
prakiraan besaran dan sifat penting
dampak 1
2
metode untuk mengevaluasi keterkaitan Metode
dan interaksi dampak lingkungan yang Metode Prakiraan
diprakirakan timbul (seluruh dampak
penting hipotetik) secara keseluruhan Studi Dampak Penting
dalam rangka penentuan karakteristik
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan metode untuk memprakirakan
secara total terhadap lingkungan hidup 3 besaran dan sifat penting
dampak dalam studi Andal untuk
masing-masing DPH, termasuk
rumus-rumus dan asumsi prakiraan
Metode Evaluasi Secara Holistik dampaknya disertai
terhadap Dampak Lingkungan argumentasi/alasan pemilihan metode
tersebut
Pemeriksaan uji konsistensi dapat dilakukan dengan bantuan
UJI matrik uji konsistensi yang meliputi dampak penting hipotetik,
KONSIS parameter/data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data,
TENSI metode analisis data, metode prakiraan besaran dampak,
metode prakiraan sifat penting dampak, dan metode evaluasi

Pemeriksaan uji Relevansi dilakukan terhadap keabsahan dan


UJI relevansi metode studi yang digunakan meliputi metode
RELE pengumpulan dan analisis data, metode prakiraan besaran
VANSI dampak, metode prakiraan sifat penting dampak dan metode
evaluasi dampak.

Umumnya uji kedalaman berhubungan dengan kemampuan


UJI memanfaatkan data, rona lingkungan hidup awal, kegiatan
KEDA sekitar dan saran masukan masyarakat dalam memprakirakan
LAMAN DPH/DP. Uji kedalaman lazimnya dilakukan oleh penilai dengan
keahlian di bidang tertentu.
PENILIAN AMDAL/UKL-UPL

Kegiatan Kegiatan
Infrastruktur Penambangan

Secara umum, pengertian Pengertian umum Pertambangan


infrastruktur adalah semua struktur adalah kegiatan yang melakukan
dan fasilitas dasar, baik fisik ekstraksi mineral dan bahan
maupun sosial yang diperlukan tambang lainnya dari dalam
untuk operasional kegiatan bumi (kegiatan mengeluarkan
masyarakat atau perusahaan, sumber daya alam dari dalam bumi).
seperti : Jalan raya ; Bandar udara sedangkan Penambangan adalah
Jalur kereta api ; Pelabuhan ; Proses pengambilan material yang
Bendungan ; Saluran irigasi ; Dan dapat diektraksi dari dalam bumi
lain-lain dan Tambang adalah tempat
kegiatan penambangan.
Contoh Kasus :
Pembangunan Infrastruktur Penambangan
PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN
LNG TERAPUNG DAN FASILITAS PENUNJANGNYA
JAKARTA, 22 MARET 2019 PEMBAHASAN KERANGKA ACUAN
PEMBANGUNAN PENYIMPANAN LNG TERAPUNG DAN
FASILITAS PENUNJANGNYA

- Keg di Laut : SYMT dan Instalasi Pipa Bawah Laut


- Keg di Darat : Instalasi Pipa Darat : Desa Permisan, Tambak
Kalisogo dan Kupang Kecamatan Jabon - Kab Sidoarjo

2019
INFORMASI TENTANG PROYEK : KEGIATAN DI LAUT

SYMT

LNG LN
C G

SYMT 7°33'58.08" 112°59'23.61"


INFORMASI TENTANG PROYEK : KEGIATAN DI LAUT

Pjg = 15 km
Crossing
KEGIATAN DI
LAUT

Konsep Penyilangan Pipa


INFORMASI TENTANG PROYEK : KEGIATAN DI DARAT
Citra Satelit

Pjg Pipa = 14 km
ORF Porong

Jalur Pipa Darat sepanjang 14 km dari Landfall ORF Porong eksisting


Pipa Darat

Pipa Laut
FSRU

Overlay Posisi FSRU dan Jalur Pipa bawah laut dalam


Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Ja-Tim
Overlay Lokasi Rencana Kegiatan dengan Peta PIPB Revisi XV

lokasi kegiatan bukan termasuk lokasi hutan


alam primer pada hutan produksi dan areal
penggunaan lain (APL)
APA DAMPAK
LINGKUNGANNYA
Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) Pembangunan FSRU

Uji Kedalaman
Daftar Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dikelola Pembangunan FSRU
SILAHKAN DI NILAI
APAKAH DOKUMEN KA
INI BISA DITERIMA
ATAU TIDAK ?

UJI TAHAP PROYEK UJI KUALITAS DOKUMEN


 Kesesuaian RTRW  Uji Konsistensi
 Tahapan Kegiatan  Uji Keharusan
 Uji Relevansi
 Uji Kedalaman
EVALUASI DALAM PROSES PELINGKUPAN
CONTOH KASUS : Pembangunan FSRU dan Fasilitas Penunjangnya
Penurunan Kualitas Udara
kegiatan mobilisasi material dan peralatan berat melalui darat
akan melalui jalan desa Permisan,Tambak Kalisogo dan Kupang.
Karena jalan desa yang dilalui alat berat sangat kecil dan jalan

DPH
makadam, sehingga akan bergerak dengan kecepatan rendah
(10 – 20 km/jam). Kegiatan mobilisasi material bisa mencapai 30
truk - 45 truk per hari pada puncak kegiatan, shg dampak
penurunan kualitas udara dinyatakan sebagai DPH dan perlu
dikaji/dianalisis lebih lanjut dalam ANDAL.
- Deskripsi kegiatan mana ?
- Rona Lingkungan Hidup Awal mana?
- Hasil Konsultasi Publik mana ?
- Kegiatan Lain disekitarnya ?
Kegiatan mobilisasi material bisa mencapai 30 truk - 45 truk per hari pada
Deskripsi
puncak kegiatan. Distribusi polutan akibat kegiatan mobilisasi material
Kegiatan
menurut Gauss dinyatakan dg persamaan

Rona Lingk Kondisi rona awal pengukuran kualitas udara di jalan desa Kupang,
Hidup Awal Desa Tambak Kalisogo, dan Desa Permisan ditunjukkan pada tabel
Konsentrasi (g/Nm3)
N0 Parameter Satuan Ds Ds Tbk Ds BML*
Kupang KlSogo Permisan
1 CO g/Nm3 < 185 < 185 < 185 30000
2 NO2 g/Nm3 < 26,3 < 26,3 < 26,3 400
3 SO2 g/Nm3 < 47,9 < 47,9 < 47,9 900
4 TSP g/Nm3 102,88 84,37 37,71 230
5 Wind Speed m/s 2,6 2,8 0,3 -
6 Temperature OC 31,2 29,5 28,1 -

Prakiraan konsentrasi polutan dari gas buang kendaraan pengangkut di


di udara ambien pada jarak 50 m akibat kegiatan mobilisasi material
dan peralatan distribusinya ditunjukkan pada Tabel & Gambar di bawah
Hasil
Para- Nilai Rona Awal, Prakiraan Nilai Total, BM,
No Prakiraan
meter µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3
µg/Nm3
1 CO 0,299 185 185,299 30000
Analisis 2 NO2 1.64 26,3 27,94 400
3 SO2 0.103 47,9 48,00 900
Ds Kp Ds TK Ds Ps Ds Kp Ds TK Ds Pp
4 TSP 0,1 102,88 84,37 37,71 103,88 84,47 37,81 230
Pengukuran sampling tgl 8 Sept 2018

Hasil prakiraan konsentrasi


polutan dari kegiatan
mobilisasi material dan
peralatan tampak bahwa
semua parameter masih di
bawah baku Mutu pada jarak
50 m dari jalan desa. Tetapi
penduduk yang tinggal
dipinggir jalan desa akan
merasakan polusi udara

Dampak dari kegiatan mobilisasi material dan peralatan berat dikategorikan


sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih lanjut dalam
ANDAL
EVALUASI DALAM PROSES PELINGKUPAN
CONTOH KASUS : PENGEMBANGAN PELBH TENAU
Kesempatan Kerja
Berdasarkan hasil konsultasi publik, masyarakat sangat berharap
dapat terlibat dalam aktivitas konstruksi sebagai tenaga kerja.
Sistem rekrutmen telah ditetapkan oleh masing-masing

DPH
kontraktor pemenang tender, meskipun demikian tetap perlu
dikaji lebih dalam untuk mengetahui kemampuan penduduk lokal
dalam mensuplai kebutuhan tenaga kerja oleh sebab itu perlu
dikaji lebih mendalam di ANDAL.

- Deskripsi kegiatan mana ?


- Rona Lingkungan Hidup Awal mana?
- Hasil Konsultasi Publik mana ?
- Kegiatan Lain disekitarnya ?
Hasil pemantauan kegiatan eksisting pada semester 2 tahun 2016
Deskripsi
Kegiatan terdapat 441 orang masyarakat lokal yang bekerja di PT Pelindo III (persero),
Buruh TKBM dan Usaha mikro lainnya.Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
tahap konstruksi jangka pendek adalah sekitar 400 orang dengan rincian 120
orang kualifikasi S1/D3 dan 280 kualifikasi pendidikan SMA.
Melihat data tersebut diatas kebutuhan tenaga kerja relative banyak
Rona Lingk walaupun kebutuhan tersebut dilakukan secara bertahap. Berdasarkan Hasil
Hidup Awal konsultasi publik, ada kurang lebih (90 %) peserta menyatakan setuju
mendukung pembangunan pengembangan Pelabuhan Tenau dengan
harapan dapat terlibat dalam aktivitas pembangunan ini. .
Jika diasumsikan (70%) Jumlah penduduk Kelurahan Alak merupakan
Usia kerja (15-64) tahun maka, ada sejumlah 4.963 jiwa usia kerja dan
diasumsikan (10%) dari jumlah tersebut yakni 496 orang adalah pencari
kerja. Demikian pula jika dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Alak (70%)
Analisis usia kerja maka ada sejumlah 41.235 jiwa, dan (10%) ada 4123 orang
adalah pencari kerja.
Peluang kesempatan kerja pada tahap konstruksi hanya bisa dipenuhi
± 80,64%) dari masyarakat Kelurahan Alak khususnya Demikian pula
yang berada di Kecamatan Alak ± (9,7%) dari jumlah pencari kerja bisa
direkrut. . Oleh karena itu, dampak dari kegiatan ini dikategorikan sebagai
Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih lanjut
Dampak : Penurunan Kualitas Udara
Rencana pembangunan pelabuhan tenau jangka pendek meliputi :
Pembangunan pengembangan Lap Penumpukan Multipurpose 1 seluas :14.865 m2
Pembangunan Pengembangan Dermaga Nusantara 2 seluas : 83x15 m2 = 1.245 m2
Pembangunan Dermaga Nusantara 3 seluas :80x15 m2 = 1.200 m2
Dskripsi Pembangunan Dermaga Penumpang baru seluas : 130x14 m2 = 1.820 m2
Kegiatan Pembangunan gedung terminal penumpang baru, seluas : 9.082 m2
Pembangunan Area Perawatan Kapal seluas :16.291 m2
Pembangunan Pengembangan Area Perkantoran seluas : 1.421 m2
Pembangunan Pengembangan Area Logistik seluas : 12.915 m2
Pembangunan Pengembangan Area Bisnis dan Perdagangan seluas 1.345 m2
Pembangunan Area tempat Tunggu/Parkir Truk seluas ; 7.215 m2
Total luas bangunan yang akan dibangun pada tahap jangka pendek seluas : 67.399
m2

Material yang dibutuhkan untuk pembangunan diatas membutuhkan pasir, batu


pecah, semen dan besi tulangan sangat banyak. Kegiatan pembangunan jangka
pendek selama 5 tahun (2016 – 2020) diperkirakan akan melibatkan kendaraan
pengangkut sebanyak 30 – 40 truk/hari.
Hasil pemantauan kegiatan eksisting pada semester 2 tahun 2016
Deskripsi
Kegiatan terdapat 441 orang masyarakat lokal yang bekerja di PT Pelindo III (persero),
Buruh TKBM dan Usaha mikro lainnya.Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
tahap konstruksi jangka pendek adalah sekitar 400 orang dengan rincian 120
orang kualifikasi S1/D3 dan 280 kualifikasi pendidikan SMA.
Melihat data tersebut diatas kebutuhan tenaga kerja relative banyak
Rona Lingk walaupun kebutuhan tersebut dilakukan secara bertahap. Berdasarkan Hasil
Hidup Awal konsultasi publik, ada kurang lebih (90 %) peserta menyatakan setuju
mendukung pembangunan pengembangan Pelabuhan Tenau dengan
harapan dapat terlibat dalam aktivitas pembangunan ini. .
Jika diasumsikan (70%) Jumlah penduduk Kelurahan Alak merupakan
Usia kerja (15-64) tahun maka, ada sejumlah 4.963 jiwa usia kerja dan
diasumsikan (10%) dari jumlah tersebut yakni 496 orang adalah pencari
kerja. Demikian pula jika dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Alak (70%)
Analisis usia kerja maka ada sejumlah 41.235 jiwa, dan (10%) ada 4123 orang
adalah pencari kerja.
Peluang kesempatan kerja pada tahap konstruksi hanya bisa dipenuhi
± 80,64%) dari masyarakat Kelurahan Alak khususnya Demikian pula
yang berada di Kecamatan Alak ± (9,7%) dari jumlah pencari kerja bisa
direkrut. . Oleh karena itu, dampak dari kegiatan ini dikategorikan sebagai
Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih lanjut
Dampak penurunan kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi material via darat cukup
besar, sehingga dikategorikan sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH), sehingga
perlu dikaji/dianalisis lebih lanjut

Distribusi Debu dan gas buang dari kendaraan pengangkut ditunjukkan pada Gambar di
bawah.

Deskripsi
RONA LH
Kegiatan
KEGIATAN EKSISTING + KONSTRUKSI JANGKA PENDEK

ANALISIS
PENILAIAN DOKUMEN
ANDAL, RKL & RPL
TERPENTING

PRAKIRAAN
DAMPAK LINGKUNGAN
ADA 3 (TIGA) PRINSIP DASAR YANG PERLU DIKETAHUI
DALAM MELAKUKAN PRAKIRAAN DAMPAK LINGKUNGAN

 Prinsip1, prakiraan dampak lingkungan harus


dilakukan dengan pendekatan “Dengan dan Tanpa
Proyek”.

 Prinsip2, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka


Acuan (KA). Prakiraan dampak lingkungan yang
tertuang di dalam dokumen ANDAL harus
difokuskan pada setiap komponen lingkungan yang
menurut dokumen KA berpotensi mengalami
perubahan mendasar.
Prinsip 3, Keterkaitan antar komponen
lingkungan yang terkena dampak. Mengingat
dampak lingkungan pada dasarnya saling
terkait dan pengaruh mempengaruhi satu sama
lain; maka dalam melakukan prakiraan dampak
harus diperhatikan benar karena analisa
dilakukan oleh tenaga ahli yang bidangnya
berbeda-beda.

Disinilah peranan Ketua Tim Studi AMDAL:


senantiasa menjaga keterkaitan antar
dampak lingkungan yang ditelaah.
BATASAN DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP
LINGKUNGAN DALAM AMDAL

1. Dampak Pembangunan adalah perbedaan antara


kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan
dan yang diperkirakan akan ada setelah ada
pembangunan (Clark,1976)

2. Dampak Pembangunan adalah perbedaan antara


kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang
diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan
(Munn, 1979)
LINGKUP KAJIAN PRAKIRAAN DAMPAK

Dalam prakiraan dampak ada


dua macam kajian, yakni:

a. Prakiraan atas seberapa besar perubahan


atau dampak lingkungan (magnitude of
impact) yang akan timbul sebagai akibat
adanya proyek.
b. Evaluasi sifat penting dampak lingkungan
yang akan timbul bagi kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.
CONTOH KASUS

- MUNGKINKAH STUDI AMDAL


DINYATAKAN TIDAK LAYAK ?

- ADAKAH STUDI AMDAL YANG


DITUNDA KELAYAKANNYA 
MENUNGGU KEBIJAKAN PEMANGKU
KEPENTINGAN ?
INFORMASI TENTANG PROYEK

Lokasi Bendung Wombo Eksisting di Desa Wombo Kalonggo Kec


Tanantovea

Lokasi Rencana As Dam Bendungan Wombo di Desa Wombo Kalonggo,


KASUS -1
“PEMBANGUNAN BENDUNGAN WOMBO DI KEC
TANANTOVEA KAB DONGGALA – PROV SUL-TENG
DESKRIPSI KEGIATAN KONSTRUKSI BENDUNGAN WOMBO

Area Genangan Bendungan Wombo


Data Teknis Bendungan Wombo
1). Waduk
Daerah Pengaliran Sungai : 39,75 km2
Debit Rata-rata Bulanan : 0,042 m3/detik
El. M.A. Banjir PMF : El. 198,81 m
El. M.A. Banjir (Q1000th) : El. 195,66 m
El. M.A. Normal : El. 194,00 m
El. M.A. Rendah : El. 167,50 m
Kapasitas Tampungan Total : 12,72 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Effektif : 10,12 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Minimum : 2,60 x 106 m3
Luas Tampungan pd elevasi HWL : 49,40 ha
Hujan Tahunan Rata-rata : 937,60 mm
2). Pengelak
Tipe pengelak : Terowongan bentuk Horse Shoe
Diameter : 3,00 m
Debit Banjir Rencana (Inflow-Q25th) : 87,90 m3/detik
Debit Outflow : 43,73 m3/detik
Elevasi Inlet Terowongan : El. 146.00 m
Elevasi Outlet Terowongan : El. 144.00 m
Panjang Terowongan : 520,00 m
ILUSTRASI 3D BENDUNGAN WOMBO
ILUSTRASI 3D BENDUNGAN WOMBO
ILUSTRASI 3D BENDUNGAN WOMBO
Geologi Regional Lokasi studi
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO

Angka Keamanan
FK Keterangan
No. Kondisi y/H k kv (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
1. Sesaat setelah selesai
pembangunan, kondisi tidak 1,30 - - 3,664 2,914 Aman Aman
ada gempa.
2. Sesaat setelah selesai 0.25 0,292 0,146 1,426 1,237 Aman Aman
pembangunan, kondisi ada 0.50 0,244 0,122 1,622 1,385 Aman Aman
1.20
gempa (koef. gempa 50% 0.75 0,222 0,111 1,738 1,467 Aman Aman
OBE) 1.00 0,201 0,100 1,650 1,503 Aman Aman
3. Aliran langgeng (steady flow)
muka air normal NHWL El. 1.50 - - 3,999 3,213 Aman Aman
194,00 m, tidak ada gempa
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO
Angka Keamanan
FK Keterangan
No. Kondisi y/H k kv (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
4. Aliran langgeng (steady flow) Tidak Tidak
0.25 0,585 0,292 0,267 0,706
muka air normal NHWL El. Aman Aman
124,00 m, ada gempa OBE Tidak Tidak
0.50 0,488 0,244 0,295 0,871
Aman Aman
1,20
Tidak Tidak
0.75 0,445 0,222 0,349 0,944
Aman Aman
Tidak Tidak
1.00 0,402 0,201 0,384 0,899
Aman Aman
5. Pengoperasian waduk surut
cepat dari muka air normal
NHWL El. 194,00 m ke muka air 1,30 - - 3,418 3,215 Aman Aman
minimum,LWL El. 167,5 m,
tidak ada gempa
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO
Angka Keamanan
FK Keterangan
No. Kondisi y/H k kv (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
6. Pengoperasian waduk surut cepat 0,25 0,585 0,292 0,753 0,716 Tidak Aman Tidak Aman
dari muka air normal NHWL El. 0,50 0,488 0,244 0,929 0,872 Tidak Aman Tidak Aman
1,10
194,00 m ke muka air minimum, 0,75 0,445 0,222 0,727 0,955 Tidak Aman Tidak Aman
LWL El.167,50 m, ada gempa OBE 1,00 0,402 0,201 0,635 0,999 Tidak Aman Tidak Aman
7. Pengoperasian waduk muka air
maksimum/ banjir FWL El. 195,70 1,30 - - 4,053 3,212 Aman Aman
m, tidak ada gempa
8. Kondisi darurat, muka air surut
cepat dari muka air maks. FWL El.
195,70 m ke muka air terendah 1,20 - - 3,415 3,215 Aman Aman
pada bangunan pengeluaran, El.
161,00 m ,tidak ada gempa
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO
Hasil analisis stabilitas bendungan
berdasarkan hasil perhitungan dan syarat
kegempaan adalah :

STABILITAS BENDUNGAN WOMBO


TIDAK AMAN
PADA SAAT KONDISI GEMPA DENGAN
MUKA AIR NORMAL ATAUPUN
PADA SAAT OPERASI SURUT CEPAT
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO
Dari hasil desain Bendungan Wombo yang tidak aman saat ada gempa
maka, untuk menambah supply pemenuhan kebutuhan air baku untuk
KEK Palu dibantu tampungan berupa embung
HASIL PERHITUNGAN STABILITAS
BENDUNGAN WOMBO

Data Teknis Rencana Embung


 Tinggi Embung : 15 m dari dasar
pondasi
 Elevasi Puncak Embung : 148 m
 Elevasi Muka Air Normal : 145 m
 Volume Tampungan Total : 63.500 m3
KASUS – 2

ADDENDUM ANDAL, RKL & RPL


PEMBANGUNAN SUTET 500 KV DARI
GISTET PAITON KE GISTET ANTOSARI DAN
SUTT 150 KV DARI GI ANTOSARI KE GI KAPAL

PT PLN (Persero) UIP JBTB I


April 2018
PEMBANGUNAN SUTET 500 kV PAITON-ANTOSARI DAN SUTT 150 kV
ANTOSARI-KAPAL
Jalur SUTET di Provinsi Jawa Timur melalui 3 (tiga) kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Probolinggo, hanya melalui 1 desa di Kec Paiton,
2. Kabupaten Situbondo melalui 46 desa yang tersebar di 14 kecamatan.
3. Kabupaten Banyuwangi melalui 8 desa yang tersebar di 2 (dua) kecamatan.
AMDAL 2013

1 buah Crossing Tower dan 2 buah Anchor Tower akan dibanguan di Desa
Watudodol, Kecamatan Wongsorejo
Jalur SUTET di Provinsi Bali, melalui 4 (empat) kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Buleleng, hanya satu desa yaitu desa Sumber Kelampok Kec
Gerokgak, dan akan dibangun 1 buah Crossing Tower dan 2 buah Anchor
Tower yang berada di Taman Nasional Bali Barat (TNBB)
2. Kabupaten Jembrana, akan melalui 29 desa yang tersebar di 5 kecamatan,
3. Kabupaten Tabanan, terdapat 22 desa yang tersebar di 6 kecamatan. Jalur
SUTET melalui 3 desa dan jalur SUTT melalui 19 desa. GISTET dan GI
akan dibangun di Desa Antosari Kec Selemadeg Barat,
4. Kabupaten Badung, akan melalui 2 desa di satu kecamatan
Jalur transmisi sepanjang ± 239,68 km, terdapat 574 buah tower. Crossing Tower dan
Anchor Tower dibangun di Desa Watudodol dan di Desa Sumber Kelampok, yang
dihubungkan oleh kabel transmisi sepanjang 2,68 km melalui Selat Bali
INFORMASI TENTANG PROYEK
PETA JALUR SUTET
DAN SUTT

Addendum
Wilayah TNBB

GISTET
LAOKASI TOWER DAN JALAN AKSES DI TNBB
PERIJINAN YANG SUDAH DI PEROLEH

1 GUBERNUR BALI

Rekomendasi Pembangunan Jaringan Transmisi


Jawa – Bali Crossing
No. 671/3719/Bappeda Denpasar, 6 Oktober 2010

2 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Izin Pinjam Pakai dan Izin Kolaborasi untuk Pembangunan SUTET


500 kV Jawa – Bali Crossing
No. S.24/Menhut-IV/2012 Jakarta 16 Januari 2012
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
3 PROVINSI BALI

1. Persetujuan Kajian Komisi III terkait Pembangunan SUTET 500 kV


No. 10/komisi III/V/DPRD Denpasar 5 Juni 2012
2. Rekomendasi
No. 593/195/DPRD Denpasar 5 Juni 2012

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG


4 BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG

Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang Pembangunan SUTT dan GI


di Provinsi Jawa Timur dan Pembangunan SUTT, SKTT, SUTET dan
GI di Provensi Bali
No. 50/200/11/2018 Jakarta 05 Februari 2018
KESESUAIAN DENGAN RTRW
Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pasal 24 ayat 1 huruf a menyatakan
RTRW Kabupaten Buleleng. Kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud
Pasal 14 ayat 3 jaringan transmisi dalam pasal 22 huruf b, meliputi : a. kawasan
tenaga listrik, terdiri atas: radius kesucian Pura Dang Kahyangan
• pengembangan jaringan Bhisama Parisadha Hindu Dharma
saluran udara tegangan ekstra Indonesia mengenai Kesucian Pura Nomor
tinggi (SUTET) yang melintasi 11/Kep/I/PHDI/1994 tertanggal 25 Januari
Kecamatan Gerokgak, 1994, menyatakan bahwa tempat-tempat suci
Kecamatan Seririt dan
tersebut memiliki radius kesucian yang
Kecamatan Busungbiu setelah
disebut daerah Kekeran, dengan ukuran
melalui kajian
Apeneleng, Apenimpug, dan Apenyengker

Rincian Bhisama kesucian pura adalah:


• Untuk Pura Sad Kahyangan diterapkan ukuran Apeneleng Agung (minimal 5 km
dari Pura).
• Untuk Pura Dang Kahyangan diterapkan ukuran Apeneleng Alit (minimal 2 km
dari Pura). Pure Segara Rupek Berjarak 326 m dari Crossing Tower
• Untuk Pura Kahyangan Tiga dan lain-lain diterapkan ukuran Apenimpug atau
Apenyengker .
KESESUAIAN DENGAN RTRW

Perda No 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tabanan


Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan mengacu pada sistem jaringan
transmisi tenaga listrik menggunakan sistem interkoneksi Jawa Bali yang
meliputi:
1. Jaringan interkoneksi jaringan kabel listrik bawah laut Jawa-Bali;
2. Jalur lintasan jaringan crossing Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET) Jawa-Bali;
3. Jalur lintasan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); dan
Gardu Induk Antosari di Kecamatan Selemadeg Barat yang
terintegrasi dengan Gardu Induk lainnya di luar wilayah Kabupaten.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
Pasal 19
(1) Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dilakukan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah, Rencana Detil Tata Ruang Daerah, atau Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil.
(2) Dalam hal lokasi Proyek Strategis Nasional tidak sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah, Rencana Detil Tata Ruang Daerah, atau Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan secara teknis tidak dimungkinkan untuk
dipindahkan dari lokasi yang direncanakan, dapat dilakukan penyesuaian
tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penataan ruang.
(3) Terhadap lokasi Proyek Strategis Nasional yang tidak berkesesuaian dengan
rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis nasional, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional dapat memberikan rekomendasi kesesuaian tata ruang atas lokasi
Proyek Strategis Nasional dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG

Rekomendasi : No. 50/200/11/2018


Tentang
Kesesuaian Tata Ruang Pembangunan SUTT dan
GI di Provinsi Jawa Timur dan Pembangunan
SUTT, SKTT, SUTET dan GI di Provensi Bali

ditetapkan di Jakarta, 05 Februari 2018


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2OO8
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa perubahan kebijakan nasional dan dinamika pembangunan nasional


telah mempengaruhi penataan ruang wilayah nasional sehingga menuntut
adanya peninjauan kembali terhadap rencana lata ruang wilayah
nasional;

Ketenagalistrikan tertuang dalam

• Pasal 5 ayat VA
Lampiran (3) huruf
huruf cQ: BALI
Keterpaduan • Pasal 40 : Pembangunan jaringan
1. sistem penyediaan
Pembangkitan tenaga
Tenaga listrikdi
Listrik infrastruktur ketenagalistrikan
• Pasal 38 ayatBuleleng
Kabupaten (1) dan (3) : jaringan
(II/1) • Pasal 40A : Pembangkitan Tenaga
5. infrastruktur
Pembangkitan ketenaglistrikan
Tenaga Listrik dan di ayat (4) Listrik tercantum dalam Lampiran VA
jaringan infrastruktur
Kabupaten Tabananpenyaluran
(III/1) tenaga • Pasal 41 ayat (1): penyaluran tenaga
listrik listrik antar sistem
KESESUAIAN DENGAN PETA INDIKATIF
Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfatan Hutan,
Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukkan
Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain

Berdasarkan Peta Indikatif Revisi XII lembar area Bali


Kegiatan pengembangan yang berada di Taman Nasional Bali
Barat berada di area berwarna hijau
LOKASI
Penundaan Pemberian Izin Baru
merupakan area hutan alam primer pada hutan produksi dan
areal penggunaan lain (APL) hutan konversi dan hutan lindung.
Sedangkan untuk lokasi GISTET Antosari TIDAK berada dalam
Area Penundaan Izin Baru
KESESUAIAN DENGAN PETA INDIKATIF
TNBB

GISTET
Antosari
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 2017
TENTANG
PENUNDAAN DAN PENYEMPURNAAN TATA KELOLA PEMBERIAN IZIN BARU HUTAN ALAM
PRIMER DAN LAHAN GAMBUT

Penundaan pemberian izin baru sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU


berlaku bagi penggunaan kawasan hutan alam primer dan lahan gambut,
dengan PENGECUALIAN diberikan pada:
a. permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri
Kehutanan sebelum Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan
Alam Primer dan Lahan Gambut;
b. pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu panas
bumi, minyak dan gas bumi, KETENAGALISTRIKAN, dan lahan untuk
program kedaulatan pangan nasional antara lain padi, tebu, jagung, sagu,
dan kedelai;
c. perpanjangan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan
yang telah ada sepanjang izin di bidang usahanya masih berlaku; dan
d. restorasi ekosistem
Berdasarkan 10 kriteria kelayakan lingkungan, rencana
Pembangunan Transmisi SUTET 500 kV dari GISTET
Paiton ke GISTET Antosari dan SUTT 150 kV dari GI
Antosari ke GI Kapal secara teknis dapat dinilai layak
secara lingkungan, TETAPI secara Religi diperlukan
kebijakan antara pemangku kepentingan dan PHDI
KEGIATAN PENAMBANGAN

Pengertian umum Pertambangan adalah kegiatan yang


melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari
dalam bumi (kegiatan mengeluarkan sumber daya alam dari
dalam bumi). sedangkan

Penambangan adalah Proses pengambilan material yang


dapat diektraksi dari dalam bumi dan

Tambang adalah tempat kegiatan penambangan.


PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK DAN GAS
BAYAN A-4, BAYAN A-5, BAYAN A-6 DAN BAYAN A-7
BLOK TARAKAN OFFSHORE, KOTA TARAKAN
PROVINSI KALIMANTAN UTARA
INFORMASI TENTANG PROYEK

3
INFORMASI TENTANG PROYEK

Sumur
Eksisting
Sumur Bayan A-2 dan Bayan A-3
tidak ekonomis untuk dioperasikan,
sehingga hanya sumur Bayan A-1
yang beroperasi dengan kapasitas 2
MMSCFD (Manifold di Bayan A-1) Sumur
Pengembangan

sumur pengembangan Bayan A-4, Bayan


A-5, Bayan A-6 dan Bayan A-7 seluas 16
ha (masing-masing seluas sekitar 4 Ha)
dan penggelaran pipa flowline sepanjang
15 km yang berlokasi di kawasan hutan
lindung Pulau Tarakan
A7
A6
A5

A4

Anda mungkin juga menyukai