Anda di halaman 1dari 99

PELINGKUPAN

(Scoping)

Hefni Effendi
Penulis Buku “Senarai Bijak Terhadap Alam”

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), IPB


1
Perundangan tentang AMDAL

1. UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. PP No 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

3. PerMenLH No 05 tahun 2012 tentang Jenis


rencana usaha atau kegiatan yang wajib
memiliki AMDAL.
4. PerMenLH No 16 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
AMDAL di Era OSS

1. PP No 24 tahun 2018 tentang Pelayanan perizinan


berusaha terintegrasi secara elektronik.

2. PerMenLH No P.22 tahun 2018 tentang Norma,


standar, prosedur, dan kriteria pelayanan perizinan
terintegrasi secara elektronik lingkup kementerian
lingkungan hidup dan kehutanan

3. PerMenLH No P.23 tahun 2018 tentang Kriteria


perubahan usaha dan/atau kegiatan dan tata cara
perubahan izin lingkungan.
AMDAL di Era OSS
4. PerMenLH No P.24 tahun 2018 tentang Pengecualian
kewajiban menyusun Amdal untuk usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di daerah kabupaten/kota yang
telah memiliki rencana detail tata ruang (RDTR).

5. PerMenLH No P.25 tahun 2018 tentang Pedoman


penetapan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL dan surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.

6. PerMenLH No P.26 tahun 2018 tentang Pedoman


penyusunan dan penilaian serta pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup dalam pelaksanaan pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
AMDAL (Environmental Impact Asessment/EIA)

Kajian mengenai dampak penting suatu


usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
Panduan Penyusunan AMDAL
1. Pedoman Penyusunan AMDAL (PerMenLH No.16/2012).

2. Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL


dan Izin Lingkungan (PerMenLH No .17/2012).
3. Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di
Daerah Lahan basah (KepMenLH No. 5/2005).
4. Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
Pesisir dan laut (KLH, 2005).
5. Panduan Penyusunan AMDAL Pemukiman Terpadu
(KepMenLH No. 4/2000).
6. Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam
Penyusunan AMDAL (KepKa Bapedal No. 124 /1997)
7. Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
AMDAL (KepKa Bapedal No. 299/1996).
Dokumen AMDAL

1. Kerangka Acuan (KA)

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)


PROSES PENYUSUNAN AMDAL
RENCANA KEGIATAN LAIN RONA LINGKUNGAN SARAN, PENDAPAT
KEGIATAN/USAHA SEKITAR HIDUP DAN TANGGAPAN
MASYARAKAT
DAMPAK PENTING
KA (Kerangka Acuan) HIPOTETIK Metode Pelingkupan

ANDAL (Analisis PENGUMPULAN DATA Metode Pengumpulan


Dampak Lingkungan dan Analisis Data

ANDAL PRAKIRAAN DAMPAK Metode Prakiraan


(IMPACT PREDICTION) Dampak

EVALUASI DAMPAK Metode Evaluasi


ANDAL (IMPACT EVALUATION) Dampak
Kelayakan Lingkngan

RENCANA PENGELOLAAN Prinsip Dasar


RKL Pengelolaan Lingkungan
LINGKUNGAN (RKL)

RENCANA PEMANTAUAN Prinsip Dasar


RPL Pemantauan Lingkungan
LINGKUNGAN (RPL)
Kerangka Acuan (KA)

1. Merumuskan lingkup dan kedalaman


studi Andal.
2. Mengarahkan studi Andal agar berjalan
secara efektif dan efisien sesuai dengan
biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.
Fungsi KA

1. Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa,


penyusun dokumen Amdal, instansi yang
membidangi rencana kegiatan, tim teknis, dan
komisi Amdal tentang lingkup dan kedalaman
studi Andal.
2. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai
dokumen Andal untuk mengevaluasi hasil studi
Andal.
Muatan KERANGKA ACUAN
(PerMenLH 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan)
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Tujuan
• Pelaksana Studi (pemrakarsa & tim penyusun Amdal, tenaga ahli dan asisten penyusun)

PELINGKUPAN
• Deskripsi rencana kegiatan, beserta alternatif, termasuk pengelolaan LH yang sudah
ada.
• Rona lingkungan hidup awal (environmental setting): Komponen lingkungan terkena
dampak dan kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha beserta dampak lingkungannya;
• Hasil pelibatan masyarakat
• Dampak penting hipotetik (DPH)
• Batas wilayah studi dan batas waktu kajian

METODE STUDI
• Metode pengumpulan dan analisis data
• Metode prakiraan dampak penting
• Metode evaluasi secara holitistik terhadap dampak lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KA : Pendahuluan
a. Tujuan rencana kegiatan. a. Justitifikasi
b. Justifikasi manfaat (masyarakat dilaksanakanya rencana
sekitar dan peranannya Latar kegiatan ini, termasuk
terhadap pembangunan Belakang persetujuan prinsip.
nasional dan daerah) b. Mengapa wajib amdal
dan pendekatan studi
KA: yang digunakan (tunggal,
Pendahuluan terpadu atau kawasan).
c. Mengapa ini dinilai oleh
Tujuan KPA Pusat, Provinsi atau
Kab/Kota.

Pelaksana
a. Pemrakarsa dan penanggung jawab
rencana kegiatan. Studi
b. Pelaksana studi amdal :
• Tim penyusun dokumen amdal (1 KTPA
dan 2 ATPA)
• Tenaga ahli
• Asisten penyusun dokumen amdal
Persyaratan Administrasi Dokumen KA-ANDAL

Penyusun Dokumen AMDAL


Bukti registrasi kompetensi lembaga penyedia jasa
a penyusunan dokumen AMDAL (Berlaku setelah 3
Oktober 2010, Pasal 122 UU 32/2009, PerMenLH
No. 7/2010).
Bukti persyaratan sertifikasi kompetensi ketua dan
b
anggota tim penyusun dokumen AMDAL (Berlaku
setelah 3 Oktober 2010, Pasal 122 UU 32/2009,
PerMenLH No. 7/2010).
c
Daftar Riwayat Hidup (Ijazah terakhir dan riwayat
pekerjaan terkait AMDAL) dan Surat Pernyataan
Ketua dan Anggota Tim Penyusun AMDAL
(ditandatangani di atas kertas bermaterai)
Sertifikat Tanda Registrasi Kompetensi LPJP
LPJP yang Telah
Teregistrasi Kompetensi
di KLH
Tampilan
Depan Sertifikat
Tampilan
Belakang
Sertifikat
Penyusun AMDAL

a. Tenaga Ahli, memiliki keahlian tertentu yang


diperlukan dalam penyusunan dokumen Amdal
seperti tenaga ahli yang sesuai dengan dampak
penting yang akan dikaji atau tenaga ahli yang
memiliki keahlian terkait dengan rencana usaha.
b. Asisten Penyusun Amdal, yaitu orang yang dapat
menjadi asisten penyusun amdal adalah setiap
orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan
penyusunan Amdal di LPK yang telah
teregistrasi/terakreditasi di KLH.
Penyusun AMDAL

c. Tim penyusunan amdal dan tenaga ahli bersifat


wajib, sedangkan asisten penyusun amdal bersifat
pilihan.

d. Biodata dan surat pernyataan bahwa personil


tersebut benar melakukan penyusunan dan
ditandatangani di atas materai wajib dilampirkan.
“Panduan Pelingkupan dalam
AMDAL” (2007)
oleh Deputi Bidang Tata Lingkungan,
Kementerian Negara Lingkungan (KLH) dengan
dukungan Danish International Development
Agency (Danida) melalui Environmental Sector
Programme Phase 1
PELINGKUPAN

Proses awal (dini) untuk menentukan


lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting
hipotetik yang terkait dengan rencana
usaha atau kegiatan.
Tujuan Pelingkupan

 Untuk merancang kajian ANDAL agar


menjadi kajian yang tepat sasaran.

 Kajian ANDAL harus mempunyai


arah, fokus, dan lingkup yang tepat.
MACAM PROSES PELINGKUPAN

Pelingkupan Dampak Penting


Hipotetik
Pelingkupan Batas Lama Dampak
Berlangsung
Pelingkupan Metode Studi
Pelingkupan Batas Wilayah Studi
HASIL PELINGKUPAN

1. Dampak penting hipotetik terhadap lingkungan


hidup yang dipandang relevan untuk ditelaah
secara mendalam pada ANDAL dengan
meniadakan hal atau komponen lingkungan hidup
yang dipandang kurang penting untuk ditelaah.

2. Batas waktu kajian yang merupakan rentang


waktu yang akan digunakan sebagai dasar dalam
melakukan prakiraan perubahan kualitas
lingkungan tanpa adanya proyek dan dengan
adanya proyek.
HASIL PELINGKUPAN

3. Metode Studi mencakup metode pengumpulan


dan analisis data, serta metode prakiraan dampak,
jumlah sampel dan tenaga ahli yang dibutuhkan.

4. Lingkup wilayah studi berdasarkan beberapa


pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas
sosial, dan batas administratif.
Proses Dan Metode Pelingkupan
Dampak Penting Hipotetik
Deskripsi
Rencana Kegiatan

Rona
Lingkungan Hidup Dampak Dampak
Potensial Penting
Kegiatan Lain (DP) Hipotetik
di Sekitarnya (DPH)

Saran, Pendapat, dan


Identifikasi Evaluasi
Tanggapan Dampak
Dampak
Masyarakat Potensial Potensial

Konsultasi publik Konsultasi publik


Metode Identifikasi Observasi lapang
Dampak Telaah pustaka
Muatan PELINGKUPAN
a. Deskripsi Rencana Usaha

1) Status studi Amdal (kelayakan lingkunga),


apakah dilaksanakan secara terintegrasi,
bersamaan atau setelah studi kelayakan teknis
dan ekonomis. Uraian ini diperlukan sebagai
dasar untuk menentukan kedalaman informasi
yang diperlukan dalam kajian Amdal.
2) Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan
rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan tata
ruang pesisir dan laut (RZWP3K).
Pola Ruang Kota Bandung
Kesesuaian dengan Tata Ruang

 Informasi kesesuaian lokasi rencana usaha dengan tata


ruang disajikan dalam bentuk peta tumpang susun (overlay)
antara peta batas tapak proyek rencana usaha dengan peta
RTRW atau Peta Kawasan Hutan atau RZWP3K yang
berlaku definitif.
 Menguraikan secara singkat dan menyimpulkan kesesuaian
tapak proyek dengan tata ruang apakah seluruh atau
sebagian tapak proyek sesuai/tidak sesuai tata ruang.
 Jika ada keraguan terkait kesesuaian dengan RTRW, maka
pemrakarsa dapat meminta bukti formal dari instansi yang
bertanggung jawab di bidang penataan ruang seperti BKPRN
atau BKPRD atau Kementerian ATR atau Ditjen Tata Ruang
Laut (KKP).
Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten

REVISI RTRW
KABUPATEN BANGGAI
2003 - 2013

Lokasi Fasilitas
Produkasi
Kesesuaian dengan RTRW KOTA
Kesesuaian dengan PIPIB (peta indikatif
penundaan izin baru revisi XIII)
ALKI
RZWP3K (Rencana Zonase Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil)
a. Deskripsi Rencana Usaha

3) Deskripsi rencana kegiatan berfokus kepada


a) Komponen kegiatan yang berpotensi
menyebabkan dampak lingkungan
berdasarkan tahapan kegiatan.
b) Alternatif rencana usaha (jika ada).
c) Pengelolaan lingkungan hidup yang sudah
direncanakan sejak awal sebagai bagian dari
rencana kegiatan (terintegrasi dalam desain
rencana kegiatan).
Lokasi Rencana Kegiatan (Wilayah Kerja
Pertambangan/WKP)
Tahapan Rencana Kegiatan
Tahapan Rencana Kegiatan

Tahap Pra-Konstruksi Tahap Operasi


1.Perizinan dan Sosialisasi 1.Pengoperasian Jalan dan
2.Survei Kondisi Jalan Jembatan
2.Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan
Tahap Konstruksi
1.Pemanfaatan Tenaga Kerja
Tahap Pasca Operasi
Konstruksi
1.Melanjutkan kegiatan
2.Mobilisasi Peralatan dan Bahan
operasional jalan dan
3.Pembersihan dan Penyiapan
jembatan tergantung kegiatan
Lahan
selanjutnya, jika tidak
4.Peningkatan Kapasitas Jalan dan
beroperasi kemungkinan
Pembangunan Jembatan
pengelolaan akan diserahkan
5.Pembuatan Fasilitas Jalan
kepada pemerintah
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Perizinan dan Sosialisasi
 Perizinan pengelolaan lingkungan hidup (izin PPLH) antara lain: izin
lingkungan (AMDAL), izin bahan peledak (pembelian, pengangkutan,
penggunaan, pemilikan, penguasaan, penyimpanan, pemusnahan), izin TPS
LB3 (penyimpanan sementara, transportasi, pembuangan), izin penggunaan
air, izin pembuangan air uji hidrostatis, dsb.
 Koordinasi yang akan dilakukan antara lain: SKK Migas sebagai tindak lanjut
dari rencana kegiatan pengembangan yang tertuang dalam POD (Plan of
Development) dan FPOD (Future Plan of Development), KLHK), Direktorat
Jenderal Migas, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan,
Pemerintah kabupaten dan provinsi, serta instansi terkait lainnya.
 Sebelum kegiatan dilaksanakan, perusahaan telah melakukan sosialisasi
kegiatan secara bertahap, terutama kepada masyarakat sekitar yang
diprakirakan terkena dampak dan juga dengan instansi terkait. Kegiatan ini
dilaksanakan baik secara formal maupun informal.
TAHAP KONSTRUKSI
2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan
 Frekuensi pengangkutan modul peralatan menggunakan
truk, berkisar 2-3 paket peralatan (modul) per bulan.
 Mobilisasi menggunakan kendaraan angkutan berat (low
bed trailer), truk pengangkut barang medium dan angkutan
ringan.
 Sebelum dilakukan kegiatan mobilisasi akan dilakukan
survei untuk mengetahui kondisi jalan.
 Apabila kendaraan berat akan melewati jalan umum, maka
akan berkoordinasi dengan DLLAJ dan polisi untuk
meminta pengawalan.
TAHAP OPERASI
3. Pengoperasian Pipa
 Pipa flowline (6”) menyalurkan fluida dari sumur ke stasiun pengumpul, tekanan rata-
37
rata sekitar 800 psig. Panjang pipa rata-rata sekitar 2 km/sumur.
 Pipa trunkline (8” dan 10”) menyalurkan fluida dari stasiun pengumpul ke gas plant.
 Pipa gas jual (pipeline) berukuran 16“ bertekanan sekitar 1.200 psig, panjang total
sekitar 20 km.
4. Pemeliharaan Fasilitas Produksi dan Pipa
 Pemeliharaan sumur produksi, jaringan pipa, fasilitas produksi, Waste Water
Treatment (WWT).
 Pemeliharaan peralatan ditujukan untuk pencegahan proses korosi terhadap semua
peralatan logam, dilakukan melalui: cathodic protection, coating painting, dan
corrosion inhibitor.
 Prosedur pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai dengan SOP).
5. Penanganan Limbah
 Penanganan limbah B3 (H2S Scavanger, limbah klinik): penyimpanan, pengumpulan
dan pengangkutan dilakukan pihak ketiga yang telah memiliki izin KLHK.
 Penanganan minyak pelumas bekas mengacu pada KepKa Bapedal No.
255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
TAHAP PASCA OPERASI
1. Penutupan Sumur
38
38Plug and Abandon sumur, dismantle (pembongkaran) pipa.
 Penutupan lahan bekas pipa, perataan dan pembersihan.
 Revegetasi lahan.
2. Penanganan Bahan Kimia Bekas
 Bahan kimia dikembalikan ke pihak supplier.
 Bahan kimia bekas dibersihkan dari lokasi dan ditampung di penyimpanan
sementara.
 Bahan kimia B3, ditangani oleh pihak ketiga yang telah memiliki izin dari KLHK.
3. Demobilisasi Peralatan
 Demobilisasi berkoordinasi dengan instansi terkait.
 Setelah demobilisasi, jalan yang dikelola perusahaan yang rusak akibat aktivitas
proyek akan diperbaiki.
4. Pelepasan Tenaga Kerja
 Pemberitahuan kepada seluruh tenaga kerja beberapa bulan sebelum pelaksanaan.
 Pemberitahuan dilakukan baik secara informal maupun formal (dalam bentuk surat)
sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Timeline Tahapan Kegiatan
Tahun 2018
TAHAPAN KEGIATAN Bulan-ke
39
39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1 Koordinasi dan proses perizinan √ √ √
2 Penggunaan lahan √ √ √ √
B. TAHAP KONSTRUKSI
1 Rekruitmen tenaga kerja konstruksi √
2 Mobilisasi peralatan dan material √ √ √ √ √
3 Pembukaan dan pematangan lahan √
4 Pembangunan struktur bangunan √ √ √ √ √ √ √
utama
5 Pembangunan infrastruktur dan sarana √ √ √ √ √ √ √
penunjang
6 Landskaping dan penghijauan √ √ √
7 Demobilisasi peralatan √
C. TAHAP OPERASI
1 Rekruitmen tenaga kerja operasi √
2 Aktivitas belajar mengajar √
3 Pemanfaatan sumberdaya air √
b. Rona Lingkungan Hidup
a) Komponen geo-fisik-kimia: geologi, tanah, air
permukaan dan bawah tanah, udara, dsb.
b) Komponen biologi: vegetasi, fauna, tipe
ekosistem, keberadaan spesies langka atau
endemik, dsb.
c) Komponen sosio-ekonomi-budaya, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, demografi, mata
pencaharian, budaya setempat, situs arkeologi,
situs budaya dsb.
d) Komponen kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan: tingkat kesehatan masyarakat dan
sanitasi lingkungan.
41
41

A. Iklim
 Temperatur udara bulanan rata-rata :
27,6oC
 Kelembaban relatif udara : 69,6 %
 Durasi penyinaran matahari : 55 %
 Kecepatan angin rata-rata : 2.1 m/s
 Tekanan udara rata-rata : 1099,1 mb
 Angin dominan bertiup arah Timur dan
Barat
B. Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas Udara Ambien
 Parameter yang diukur: CO, HC, PM10, TSP, Pb, Debu
 Semua parameter memenuhi baku mutu
(PP. No 41 Tahun 1999)
Kebisingan
 Tingkat kebisingan siang maksimum: 66,4 – 85,3 dBA
 Tingkat kebisingan siang minimum: 38,8 – 64,6 dBA
 Nilai kebisingan rata-rata di bawah ambang baku
mutu kebisingan untuk Perumahan dan Industri yaitu
50 dan 70 dBA (KepMenLH No. 48 Tahun 1996).
Rona Lingkungan Hidup
Jenis Tumbuhan Berdasarkan Statusnya
43 Status Tumbuhan
No Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi PP No
CITES IUCN
7/1999
1 Spathoglottis plicata Bl. Kelembak 2,4 NP App. II NE
2 Swietenia macrophylla B. L. King Mahoni 1 NP NL LR
3 Nephelium lappaceum L. Rambutan 1,4 NP NL DD
4 Ochanostachys amentacea Mast. Petaling 4 NP NL DD
5 Mangifera indica L. Mangga 1 NP NL DD
6 Koompassia malaccensis Maing. Kempas 4 NP NL LR/cd ver 2.3
7 Anisophyllea disticha (Jack.) Baill. Ribu-ribu 4 NP NL LR/lc ver 2.3
8 Alstonia scholaris R.Br. Pulai 2,3,4 NP NL LR/lc ver 2.3
9 Mangifera foetidaLour. Bacang 1 NP NL LR/lc ver 2.3
Keterangan Status:
NP = Not Protected (Tidak Dilindungi)
NL = Not Listed (Tidak Terdaftar)
NE = Not Evaluated (Tidak Dievaluasi)
App. = Appendiks
DD = Data Deficient (Informasi Kurang)
= Least Concern (Kurang
LC Diperhatikan)
= Lower Risk/least concern (Resiko
LR/lc Rendah)
VU = Vulnerable (Rentan)
Rona Lingkungan Hidup
Jenis Fauna Berdasarkan Statusnya
44

 Berdasarkan PP N 7/ 1999, terdapat


18 jenis satwaliar yang dilindungi,
yaitu 5 jenis mamalia, 12 jenis
Lutung Simpai
burung dan 1 jenis reptilia. Monyet Ekor Panjang
<Macaca fascicularis>
Cica Daun Kecil
<Chloropsis cyanopogon>
<Presbytis melalophos>

 Berdasarkan CITES, terdapat 2 jenis


satwaliar yang termasuk ke dalam
Appendiks I (semuanya jenis
mamalia) serta 14 jenis satwaliar Jejak Babi Hutan
Merbah Corok-corok
yang termasuk ke dalam Appendiks <Pycnonotus simplex> <Sus scrofa> Burung Gereja Erasia
<Passer montanus>

II.
 Berdasarkan status kelangkaan Redlist IUCN, terdapat 2 jenis mamalia yang
termasuk kategori EN/Endangered (Genting), 4 jenis (3 mamalia dan 1 reptilia)
yang termasuk kategori VU/Vulnerable (Rawan), 4 jenis burung termasuk kategori
NT/Near Threatened (Hampir Terancam), 1 jenis reptilian termasuk kategori
LR/Lower Risk (Beresiko Rendah), dan sebanyak 73 jenis termasuk kategori
LC/Least Concern (Kurang Diperhatikan) yang terdiri atas 9 jenis mamalia, 60
jenis burung dan 4 jenis reptilia.
C. Tingkat Pendidikan
45
45
Sekolah
No Kecamatan
TK SD MI SLTP Tsanawiah SLTA Aliyah
1 Keera 10 23 1 3 1 1 1
2 Sajoanging 14 20 2 3 - 1 -
3 Majauleng 15 39 1 7 2 2 3
4 Gilireng 8 19 - 2 - 1 -
5 Maniangpajo - 16 - 4 - 1 -
Jumlah 47 117 4 19 3 6 4

SDN 45 Poleondro
Kecamatan Gilireng

SMPN 4 Majauleng
Kecaamatan
Majauleng
Kegiatan Lain Sekitar
 Usaha atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi
rencana usaha beserta dampak yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup.
 Memberikan gambaran utuh tentang kegiatan lain
yang sudah ada di sekitarnya, yang
memanfaatkan sumberdaya alam dan
mempengaruhi lingkungan setempat, sehingga
dampak lingkungan yang muncul merupakan
akumulasi dari beberapa kegiatan.
 Dibuat peta kegiatan lain sekitar.
Lokasi Rencana Kegiatan

Kegiatan
Lain
Sekitar
KM-15,5

Hutan Sekunder dan


Semak Kebun Karet
Masyarakat

Kebun Karet
Masyarakat

HTI PT. BPP


Rumah Kebun

Permukiman
Desa Lubuk Bintialo

Suban Gas Plant


c. Hasil Pelibatan Masyarakat

1. Pelibatan masyarakat merupakan bagian dari


pelingkupan. Pelibatan masyarakat dilakukan melalui
pengumuman dan konsultasi publik (Pedoman
Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL dan
Izin Lingkungan (PerMenLH No17/2012).
2. Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat harus
diolah sebelum digunakan sebagai input pelingkupan,
karena saran tersebut mungkin banyak dan beragam
jenisnya serta belum tentu relevan untuk dikaji dalam
Andal.
3. Bukti pengumuman via media massa, pamflet dan
hasil pelaksanaan konsultasi publik dilampirkan.
Rencana Usaha dan/atau Proses Amdal dan Izin Lingkungan serta
Kegiatan Wajib Amdal Keterlibatan Masyarakat
Pengumuman dan Konsultasi
Keterlibatan Masyarakat dalam Amdal
Publik 1 (Tanggung Jawab Pemrakarsa)
Penyusunan KA Pasal 26 UU No. 32/2009
Pasal 9 PP No. 27/2012
Pemeriksaan Adminsitrasi

Penilaian KA
Pasal 39 UU No.32/2009
Pasal 44-45 PP No. 27/2012
Penyusunan ANDAL & RKL-RPL
Keterlibatan Masyarakat dalam Izin
Permohonan Izin Lingkungan dan 2 Lingkungan
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL

Pasal 30 UU No. 32/2009


Pemeriksaan Administrasi Pasa; 44-45 PP No. 27/2012

Pengumuman Keterlibatan Masyarakat dalam


3 Penilaian Andal & RKL-RPL: Wakil
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL masyarakat terkena dampak

Keputusan Keputusan Kelayakan LH Pasal 39 UU No. 32/2009 &


Ketidaklayakan & Penerbitan Izin Pasal 56 PP No. 27/2012
LH Lingkungan
Keterlibatan Masyarakat dalam Izin
4 Lingkungan
Contoh Proses Identifikasi dan Evaluasi
Dampak Potensial

Proses identifikasi dan evaluasi dampak


potensial merupakan desk study
Metode Identifikasi Dampak Potensial

a) Penelaahan pustaka
b) Analisis isi (content analysis)
c) Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming,
dsb)
e) Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif)
f) Matrik interaksi sederhana
g) Bagan alir (flowchart)
h) Pelapisan (overlay)
i) Pengamatan singkat lapangan (observasi).
Matrik Dampak Potensial Pengembangan Lapangan Gas
Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan A B C D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
GEO-FISIK-KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara v v v v
2. Peningkatan Kebisingan v v v v
3. Penurunan Kualitas Air v v v v v v v
4. Perubahan Sifat Fisik & Kimia Tanah v v v v
5. Kemungkinan Erosi v v
6. Aspek Hidrologi v v
BIOLOGI
7. Penurunan Tutupan Vegetasi v
8. Terganggunya Satwa liar dan Jalur v v
Jelajahnya
SOSEKBUD dan KESMAS
9. Terbukanya Kesempatan Kerja & v v
Berusaha
10. Peningkatan Pendapatan Masyarakat v v v
11. Penurunan Kesehatan Masyarakat v v v v v v
12. Terganggunya Keselamatan Masyarakat v
13. Terganggunya Aksesibilitas Masyarakat v
14. Persepsi Masyarakat v v v v v v
Pra Konstruksi
Keterangan: (A)
v = Terkena Dampak Konstruksi (B) Operasi (C) Pasca Operasi (D)
1. Perijinan dan 3. Mobilisasi Peralatan dan Bahan 9. Proses Produksi 14. Penutupan Sumur dan Pembongkaran
Sosialisasi Pipa
2. Pembebasan Lahan 4. Pembukaan/Penyiapan Lahan 10. Pengoperasian Pipa (Flowline dan 15. Penanganan Bahan Kimia
dan Tanam Tumbuh Trunkline)
5. Pemboran Sumur 11. Pemeliharaan Fasilitas Produksi dan 16. Demobilisasi Peralatan
Pipa
6. Pemasangan Train 5 dan Kompresor 12. Penanganan Limbah 17. Pelepasan Tenaga Kerja
7. Pemasangan Pipa (Flowline dan 13. Pemanfaatan Tenaga Kerja Operasi
Trunkline)
8. Pemanfaatan Tenaga Kerja Tahap
Konstruksi
Kriteria dalam evaluasi dampak potensial
Evaluasi Dampak Potensial
(Panduan Pelingkupan - KLH, 2007)

1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan sudah


tinggi? Hal ini dapat ditentukan dari analisis data sekunder
dan hasil dari kegiatan observasi awal.
2. Apakah komponen lingkungan memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (keterkaitan
dengan sosial ekonomi masyarakat) dan (keterkaitan
ekologis)? Hal ini bisa tampak dari hasil observasi awal.
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi
terhadap komponen lingkungan? Hal ini bisa diidentifikasi
dari hasil wawancara (interview) singkat ketika observasi
awal.
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh
dampak tersebut ? Hal ini dapat ditelaah dari adanya
peraturan (baku mutu) yang terkait dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak.
Evaluasi Dampak Potensial
Kriteria dalam evaluasi dampak potensial
(PerMenLH No 16 tahun 2012)

Kriteria lainnya untuk menentukan apakah dampak


potensial dapat menjadi DPH atau tidak adalah :
Dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah
berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan
cara yang mengacu pada:
1) Standard Operational Procedure (SOP) tertentu,
pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana
kegiatan.
2) Panduan teknis yang diterbitkan pemerintah atau
standar internasional, dsb.
Narasi Evaluasi Dampak Potensial
Amdal Peningkatan Kapasitas Produksi Gas
Penurunan Kualitas Udara

Untuk meningkatkan produksi gas dari 45 menjadi 65 MMSCFD


dibutuhkan peningkatan fuel gas (3 menjadi 5 MMSCFD) untuk
menggerakkan berbagai peralatan.
Gas yang dibakar di flare juga terjadi peningkatan dari 0,4 menjadi
0,65 MMSCFD.
Peningkatan konsumsi fuel gas dan peningkatan pembakaran gas di
flare diprakirakan akan meningkatkan jumlah emisi, yang berpengaruh
terhadap kualitas udara ambien di sekitarnya. Dalam hal ini ada baku
mutu kualitas udara emisi dan ambien yang harus dipatuhi.
Oleh karena itu, penurunan kualitas udara berlanjut menjadi dampak
penting hipotetik (DPH).
Narasi Evaluasi Dampak Potensial

Bangkitan Debu
Sumber Dampak: Mobilisasi peralatan dan bahan.

Rute mobilisasi akan melewati jalan provinsi, jalan


kabupaten, dan jalan desa. Jalan-jalan tersebut semuanya
telah dilapisi dengan aspal. Dengan demikian kemungkinan
munculnya debu menjadi tidak ada.

Oleh karena itu, dampak terhadap bangkitan debu adalah


dampak tidak penting hipotetik (TPH).
Narasi Evaluasi Dampak Potensial

Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan.

Untuk mengurangi kemungkinan peningkatan kebisingan maka


kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan selama konstruksi dan
kegiatan pemboran dilakukan pada siang hari (jam 06.00-18.00),
serta pemasangan peredam suara (silencer) pada peralatan
proyek, dan ini telah menjadi SOP yang terintegrasi dalam
rencana kegiatan.

Oleh karena itu, dampak terhadap peningkatan kebisingan


menjadi Dampak Tidak Penting Hipotetik (TPH).
Matrik Dampak Penting Hipotetik Pengembangan Lapangan Gas
Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan A B C D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
GEO-FISIK-KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara v
2. Peningkatan Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air v
4. Perubahan Sifat Fisik & Kimia Tanah v v
5. Kemungkinan Erosi
6. Aspek Hidrologi
BIOLOGI
7. Penurunan Tutupan Vegetasi
8. Terganggunya Satwa liar dan Jalur v v
Jelajahnya
SOSEKBUD dan KESMAS
9. Terbukanya Kesempatan Kerja & Berusaha v v
10. Peningkatan Pendapatan Masyarakat v v v
11. Penurunan Kesehatan Masyarakat
12. Terganggunya Keselamatan Masyarakat v
13. Terganggunya Aksesibilitas Masyarakat v
14. Persepsi Masyarakat v v v v v
Keterangan: v = Terkena Dampak

Pra Konstruksi (A) Konstruksi (B) Operasi (C) Pasca Operasi (D)
1. Perijinan dan Sosialisasi 3. Mobilisasi Peralatan dan Bahan 9. Proses Produksi 14. Penutupan Sumur dan Pembongkaran Pipa
2. Pembebasan Lahan dan 4. Pembukaan/Penyiapan Lahan 10. Pengoperasian Pipa (Flowline dan 15. Penanganan Bahan Kimia
Tanam Tumbuh Trunkline)
5. Pemboran Sumur 11. Pemeliharaan Fasilitas Produksi dan Pipa 16. Demobilisasi Peralatan
6. Pemasangan Train 5 dan Kompresor 12. Penanganan Limbah 17. Pelepasan Tenaga Kerja
7. Pemasangan Pipa (Flowline dan Trunkline) 13. Pemanfaatan Tenaga Kerja Operasi
8. Pemanfaatan Tenaga Kerja Tahap
Konstruksi
BAGAN ALIR PELINGKUPAN
59
Diagram Alir Dampak Penting Hipotetik
Pengembangan Lapangan Gas

Pengembangan Lapangan Gas


Addendum ANDAL RKL RPL:
Peningkatan Fungsi Jalan Inspeksi Pipa
Menjadi Jalan Alternatif
Bagan Alir Pelingkupan Peningkatan Fugsi Jalan Inspeksi Pipa
Menjadi Jalan Alternatif

Kegiatan Lain di
Sekitar Lokasi
Rencana Kegiatan Dampak Potensial
Tahap Konstruksi
1. Bangkitan Debu (4) Dampak Penting Hipotetik (DPH)
2. Perubahan Kualitas Air (6)
3. Penurunan Luasan Tutupan Vegetasi (5) Tahap Konstruksi
Deskripsi 4. Terbukanya Kesempatan Kerja (3) 1. Terbukanya Kesempatan Kerja (3)
Rencana Kegiatan 5. Persepsi Masyarakat (3) 2. Persepsi Masyarakat (3)
 Tahap Pra-Konstruksi
 Tahap Konstruksi Tahap Operasi Tahap Operasi
1. Keselamatan Jalur ROWPipa Trunkline (8) 1. Keselamatan Jalur ROWPipa Trunkline (8)
 Tahap Operasi Identifikasi Evaluasi
2. Keselamatan Lalu Lintas (8) 2. Keselamatan Lalu Lintas (8)
 Tahap Pasca Operasi Dampak 3. Adanya Aksesibilitas Terbatas (8)
Dampak
Potensial 3. Adanya Aksesibilitas Terbatas (8)
Potensial 4. Persepsi Masyarakat (3,8) 4. Persepsi Masyarakat (3,8)

Rona Lingkungan Metode: Metode:


 Komponen Geo-Fisik-  Diskusi Antar Pakar  Diskusi Antar Pakar
Kimia  Matrik  Studi Literatur
 Komponen Biologi  Observasi Awal
 Komponen Sosekbud  Professional Judgement
dan Kesmas

Saran, Masukan,
dan Tanggapan
Masyarakat
Adanya
Aksesibilitas
Terbatas
Pelingkupan Lama Dampak
Berlangsung
Matrik Lama Dampak Berlangsung
Tahapan dan Batas Waktu Kajian
No
Dampak Penting Tahun Keterangan
C Tahap Operasi
Penurunan Kualitas Penurunan produksi diantisipasi terjadi
1 2015 s.d 2021
Udara tahun 2021
Masyarakat mulai terbiasa setelah 3
Terganggunya
tahun dengan adanya pipa di atas
2 Keselamatan 2015 s.d 2018
permukaan tanah yang menimbulkan
Masyarakat
bahaya
Penurunan produksi diantisipasi terjadi
3 Penurunan Kualitas Air 2015 s.d 2021
tahun 2021
Satwa liar akan terganggu sampai akhir
Terganggunya Satwa
4 2015 s.d 2023 pengoperasian flowline pada tahun
liar dan Jalur Jelajahnya
2023.
Pada awalnya aksesibilitas masyarakat
Terganggunya akan terganggu, namun akan mulai
5 2015 s.d 2018
Aksesibilitas Masyarakat terbiasa setelah 3 tahun dengan adanya
pipa di atas permukaan tanah.
Persepsi dapat muncul sejak mulai
tahap operasi dan dapat berubah setiap
6 Persepsi Masyarakat 2015 s.d 2018 saat, baik cepat maupun lambat, dan
merupakan akumulasi dari berbagai
kegiatan.
Ringkasan Pelingkupan
Pengelolaan
Rencana
Lingkungan Pelingkupan
Kegiatan
Komponen yang
yang
No Lingkungan Direncanakan
Berpotensi
Terkena Sejak Awal
Menimbulkan
Dampak Sebagai Bagian Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial DPH/TPH
Dampak
Lingkungan dari Rencana
Kegiatan
Tahap Konstruksi
1 Penurunan Kegiatan Pemeliharaan Kemungkinan Sumber dampak dari penurunan kualitas udara ambien adalah Dampak
Kualitas Udara pemboran berkala dengan terjadinya kegiatan pemboran sumur produksi X 5 (1 sumur) dan Y (3 Tidak
Ambien sumur mengikuti penurunan sumur). Penting
produksi petunjuk teknis kualitas udara Pemboran sumur menggunakan mesin pemboran yang Hipotetik
standar operasi akibat dari membutuhkan tenaga listrik. Untuk menghasilkan tenaga (TPH)
peralatan, kegiatan listrik tersebut diperlukan genset. Pengoperasian genset
terhadap pemboran sumur yang menggunakan bahan bakar gas, akan melepaskan emisi
seluruh mesin produksi (SOx, NOx, CO, dan partikulat) ke ruang udara ambien.
dan peralatan
pemboran oleh Selain itu kegiatan flaring pada saat uji kandungan lapisan
kontraktor (DST/Drill Steam Test) juga mengeluarkan emisi. Untuk
pemboran. meminimalisisr dampak terhadap kualitas udara ambien,
pelaksanaan DST dilakukan dengan peralatan yang dilengkapi
teknologi baru, yang akan menyemburkan fluida dan gas
melalui atomizer dengan kecepatan tinggi dan dalam bentuk
aliran turbulen.
Unit pembakar (burner head) menggunakan unit pembakar
berefisiensi tinggi. Penggunaan pembakar tersebut
disesuaikan dengan arah angin saat DST dilakukan agar
memiliki efisiensi yang tinggi, sehingga semua fluida yang
diperoleh dari kegiatan pemboran akan terbakar dengan baik.
Kegiatan pembakaran gas pada DST tidak berlangsung
secara terus menerus selama 24 jam. Dampak terhadap
penurunan kualitas udara pada dasarnya relatif kecil yaitu
emisi dan peningkatan suhu udara. Lokasi sumur pemboran
berada pada laut lepas yang jauh dari daratan dan juga
sangat jauh (137 km) dari permukiman penduduk. Lokasi
kegiatan pemboran sumur produksi hanya terbatas pada
lokasi yang telah ditetapkan dan dilakukan dalam waktu yang
singkat. Emisi yang dihasilkan segera terdispersi, sehingga
penyebaran dampaknya tidak terlalu luas.
Hasil pemantauan kualitas udara ambien di sekitar lokasi
kegiatan pengembangan migas Blok X Laut Natuna yang
dilakukan secara rutin sesuai arahan RKL-RPL sebelumnya,
menunjukkan kualitas udara ambien masih cukup baik, semua
parameter kualitas udara masih memenuhi baku mutu udara
ambien, berdasarkan PP No 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian pencemaran udara.
Ringkasan Pelingkupan
Pelingkupan
Pengelolaan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang
Komponen
yang Direncanakan
No Lingkungan
Berpotensi Sejak Awal
Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial DPH/TPH
Dampak Menimbulk Sebagai
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan

Tahap Konstruksi
2 Penurunan Kegiatan Pengelolaan Kemungkinan Sumber dampak dari penurunan kualitas air adalah Dampak
Kualitas Air pemboran diformulasika terjadinya kegiatan pemboran sumur produksi X (1 sumur) dan Penting
Laut sumur n dalam RKL penurunan Y (3 sumur). Bagian dari kegiatan pemboran sumur Hipotetik
produksi kualitas air produksi yang potensial menyebabkan terjadinya (DPH).
laut akibat penurunan kualitas air laut adalah pembuangan
pemboran serbuk bor (cuttings) dan lumpur bor bekas ke laut.
sumur
produksi Pada tahap konstruksi, sumber peningkatan TSS
adalah pada saat kegiatan pemboran yaitu
pembuangan serbuk bor (cuttings) yang berjalan
selama pemboran setiap sumur yang berlangsung
sekitar satu bulan. Dampak ini akan berjalan 4 kali
karena jumlah sumur yang dibor sebanyak 4 sumur.
Namun demikian lokasi sumur tersebut salin
berjauhan. Sumur X (1 buah sumur berada di Blok X.
Sementara itu sumur Y (3 sumur) berada di Blok Y.
Volume lumpur bor yang digunakan untuk setiap
sumur adalah 879 m3. Volume serbuk bor (cuttings)
rata-rata setiap sumur adalah 455 m3.
Serbuk bor dan lumpur bor bekas (used mud) yang
akan dibuang ke laut adalah serbuk bor dan lumpur
bor bekas yang telah mengalami pengolahan,
sehingga kadar parameter tertentu dalam serbuk bor
dan lumpur bor bekas tersebut sesuai ketentuan
dalam Peraturan Menteri ESDM No. 045 tahun 2006
tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur Bor
dan Serbuk Bor pada Kegiatan Pemboran Minyak dan
Gas Bumi.
Pelingkupan Metode Studi

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Komponen Lingkungan.

2. Metode Prakiraan Dampak.


Pengumpulan Data

 Parameter yang akan dikaji


 Metode/alat yang digunakan
 Titik sampling: jumlah, lokasi dan
alasan penetapannya.
 Titik sampling overlay dengan batas
wilayah studi (ekologis & sosial)
Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode
Metode Analisis
No Parameter Pengumpulan
Data
Data
1. BOD5 SNI 6989.57:2008 SNI 06-2530-1991

2. COD SNI 6989.57:2008 SNI 06-6989.15-2004

3. TSS SNI 6989.57:2008 SNI 06-6989.03-2004

4. Minyak dan SNI 6989.57:2008 SNI 06-6989.10-2004


Lemak

5. pH SNI 6989.57:2008 SNI 06-6989.11-2004


Metode Prakiraan Dampak
Dampak Penting Metode Prakiraan
No
Hipotetik Besaran Dampak
1. Penurunan kualitas air Metode Neraca Massa
sungai (parameter COD) (Beban pencemaran)

2. Peningkatan erosi (parameter USLE


curah hujan, tutupan lahan,
topografi, dsb)

3. Penurunan kualitas udara Model Gaussian


ambien (parameter NO2, SO2)
Konsep Dasar Metode Studi
Data dan
Metode Metode Metode
DPH Informasi
Pengumpulan Analisis Prakiraan
1 yang
data data Dampak
dibutuhkan

Data dan
Metode Metode Metode
DPH Informasi
Pengumpulan Analisis Prakiraan
2 yang
data data Dampak
dibutuhkan

Data dan
Metode Metode Metode
DPH Informasi
Pengumpulan Analisis Prakiraan
3 yang
data data Dampak
dibutuhkan

Keterkaitan dan
interaksi antar Metode Evaluasi secara Holistik
dampak terhadap Dampak Lingkungan
lingkungan
Metode
Evaluasi
Data dan Metode (Tidak Per
Metode Individu
Metode Prakiraan Informasi yang Analisis Data
No DPH Pengumpulan Data Dampak
Dampak Relevan dan Untuk Melainkan
Untuk Prakiraan
Dibutuhkan Prakiraan Secara
Keseluruhan)

2 Terbentuk Menggunakan metode a. Medan magnet a. Data medan magnet Dilakukan dengan Menggunakan
nya analogi terhadap yang dihasilkan dan medan listrik membandingkan metode bagan
Medan timbulnya operasional SUTT. alami akan data medan alir
Magnet dan medan magnet dan menggunakan data magnet dan
Medan medan listrik dari b. Medan listrik yang sekunder dari medan listrik Keterangan:
Listrik kegiatan serupa dan dihasilkan buku”medan listrik operasional SUTT metode ini
membandingkan operasional SUTT. dan magnet dari dengan standar digunakan
dengan standar WHO dan SUTT (Petir, 1965). WHO dan SNI untuk
SNI untuk ambang untuk ambang menelaah
batas medan magnet dan b. Data sekunder hasil batas medan hubungan
medan listrik pemantauan berkala magnet dan holistik antar
operasional SUTT medan listrik seluruh
(Catatan: Kegiatan yang yang dianalogikan. dampak
dijadikan acuan adalah:
Pembangunan dan
Pengoperasian SUTT 175
kV dari Kab X ke Kota Y,
telah disetujui
berdasarkan SKKL No.…
tahun 2013. Catatan:
Rona kegiatan ini serupa
dengan rencana
kegiatan yang diusulkan,
sehingga dapat dijadikan
sebagai analogi)
Pelingkupan Batas Wilayah
Studi
Batas Proyek

1. Ruang dimana suatu rencana usaha akan


melakukan kegiatan pra-konstruksi, konstruksi dan
operasi.

2. Dari ruang rencana usaha inilah bersumber


dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

3. Termasuk alternatif lokasi rencana usaha.

4. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan dalam


koordinat.
Batas Ekologis

1. Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak


dari suatu rencana usaha menurut media
transportasi limbah (air, udara, organisme).

2. Proses alami yang berlangsung di dalam ruang


tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar.

3. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar


rencana usaha yang secara ekologis memberi
dampak terhadap aktivitas usaha.
Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha


yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai
interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika
sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat suatu rencana usaha.
Batas Administrasi

– Batas administrasi adalah ruang dimana


masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku di
dalam ruang tersebut.

– Batas ruang tersebut dapat berupa batas


administrasi pemerintahan atau batas konsesi
pengelolaan sumberdaya (batas HPH, batas
wilayah kerja pertambangan).
Pelingkupan Batas Wilayah Studi
Batas Proyek
Batas fisik kewenangan proyek
di darat dan di laut

Batas Ekologis
Batas dimana limbah cair dan emisi
gas tertransportasi melalui media air,
udara, dan organisma

Batas Sosial Batas


Batas komunitas sosial yang terkena Wilayah
dampak limbah cair, emisi gas,
Studi
kegiatan proyek lainnya

Batas Administratif
Batas kewenangan administratif/
penegakan hukum oleh
Pemerintah (kabupaten, kecamatan)
Batas Proyek
Batas Ekologis
Batas Sosial & Administratif
Batas Wilayah Studi AMDAL
Batas Wilayah Studi AMDAL
Batas Wilayah Studi AMDAL
Batas wilayah studi Adendum
ANDAL dan RKL-RPL masih
di dalam Batas wilayah studi
AMDAL
Batas Wilayah Studi (ADENDUM ANDAL,DAN RKL-RPL)
RKL RPL Tambahan
Peningkatan Kapasitas Gas Matindok
(45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD)
Kabupaten Banggai, Prov. Sulawesi Tengah

BATAS WILAYAH STUDI

Batas Proyek
Batas Ekologis
Batas Sosial dan Administrasi
Batas Wilayah Studi Baru (RKL RPL Tambahan)
Batas Wilayah Studi Lama (AMDAL)
88
88
RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN
N Deskripsi Pengelolaan Komponen Wilayah Batas Waktu
o Rencana Lingkungan Lingkungan Studi Kajian
Kegiatan yang Sudah Terkena (sampaikan
yang Direncanakan Dampak pula justifikasi
Berpotensi Sejak Awal Pelingkupan penentuannya)
Menimbulkan Sebagai
Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
Dampak Evaluasi Dampak
Potensial Dampak Penting
Potensial Hipotetik
(DPH)
2 Mobilisasi alat a. Menggunakan Kualitas Penurunan Kegiatan ini Disimpulkan a. Batas 1 hari dengan
dan bahan kendaraan udara kualitas berlangsung TIDAK ekologis asumsi bahwa
yang ambien, udara sementara pada menjadi untuk dalam masa
dilengkapi parameter ambien tahap konstruksi DPH, namun debu mobilisasi
dengan debu untuk saja, jarak dampak ini dari selama 3
penutup, parameter permukiman tetap mobilisasi bulan, ritasi
sehingga debu terdekat dengan Dikelola. adalah mobilisasi
dapat rute mobilisasi sepanjang dianggap sama
mengeliminir adalah 2 km. jalan sehingga
debu yang angkut besaran yang
timbul. Radius sebaran yang perlu dikelola
debu dari berdekatan dan dipantau
b. Melakukan kendaraan yang dengan adalah secara
pembatasan bergerak pada rute pemu- harian saja
kecepatan atas mobilisasi adalah kiman
kendaraan sekitar 50 m.
yang b. Secara
digunakan Sudah ada Rinci
untuk pengelolaan yang dapat
mobilisasi. direncanakan dilihat
sebagai bagian dari pada
deskripsi kegiatan peta
AMDAL Baru vs
Adendum ANDAL dan RKL-RPL
Amdal baru bagi rencana perubahan usaha dan/atau
kegiatan jika (PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL):

a. Rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan


berpotensi (tidak berpotensi) menimbulkan jenis
dampak penting hipotetik baru yang belum dilingkup
dalam dokumen Amdal sebelumnya.

b. Rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan


berpotensi (tidak berpotensi) mengubah batas
wilayah studi.
Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

Dilakukan melalui:

a. Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan


dan perubahan lainnya; atau

b. Penyusunan dan penilaian laporan perubahan


pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Dokumen Addendum Andal dan RKL-RPL
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

a. Addendum Andal dan RKL-RPL tipe A.

b. Addendum Andal dan RKL-RPL tipe B.

c. Addendum Andal dan RKL-RPL tipe C.


Addendum Andal dan RKL-RPL A
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

 Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe A


untuk perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
dapat menyebabkan perubahan dampak penting
hipotetik (DPH) yang sudah dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya.

 Perubahan DPH tersebut berpotensi


menyebabkan terjadinya antara lain perubahan
besaran dan sifat penting dampak.
Sistematika Addendum Andal dan RKL-RPL A
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

a. Pendahuluan
b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
c. Deskripsi rona lingkungan hidup
d. Evaluasi kegiatan eksisting dan pemilihan DPH
yang sesuai dengan perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan
e. Prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
f. RKL-RPL
g. Daftar pustaka
h. Lampiran
Addendum Andal dan RKL-RPL B
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

 Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe B


untuk perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
menyebabkan perubahan dampak lingkungan
lainnya.

 Tidak menyebabkan perubahan dampak penting


hipotetik (DPH) yang sudah dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya.
Sistematika Addendum Andal dan RKL-RPL B
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

a. Pendahuluan
b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
c. Deskripsi rona lingkungan hidup
d. Evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi
komponen lingkungan yang terkena dampak
e. RKL-RPL
f. Daftar pustaka
g. Lampiran
Addendum Andal dan RKL-RPL C
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe C untuk


perubahan Usaha dan/atau Kegiatan di luar kriteria a
dan b.
Sistematik Addendum Andal dan RKL-RPL C
(PerMenLHK No P23 tahun 2018 tentang IL)

a. Pendahuluan
b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
c. RKL-RPL
d. Daftar pustaka
e. Lampiran
99

Anda mungkin juga menyukai