Anda di halaman 1dari 132

SKRIPSI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR PADA BALAI


BENIH IKAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Oleh :
GESA MAHENDRA JAYA
NIM. 0510840025

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Mimit Primyastanto, MS) (Zainal Abidin, Spi)


NIP. 196305111988021001 NIP. 197702212002121008
Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,
Ketua Jurusan

(Dr. Ir. Nuddin Harahap, MP)


NIP. 196104171990031001
Tanggal :
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR PADA BALAI
BENIH IKAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

Oleh :
GESA MAHENDRA JAYA
NIM. 0510840025

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
SURAT KETERANGAN REVISI

YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI :


NAMA : GESA MAHENDRA JAYA
NIM : 0510840025
PROGRAM STUDI : SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JUDUL : ANALISIS KELAYAKAN USAHA PADA BALAI
BENIH IKAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG,
JAWA TIMUR
HARI, TANGGAL UJIAN : SELASA, 30 MARET 2010
RUANG UJIAN : 1 (SATU)
No Halaman Sebelum Sesudah
1 Judul, I, 15, 16, Analisa, finasial Analisis, finansiil
25, dst.
2 20, 21, 22, 23, Balai Benih Ikan (BBI) Balai Benih Ikan Kepanjen
25, dst. Kepanjen
3 66, 67, 68, dst. Ini Dihilangkan
4 4, 6, 12, 7, dst. Mengunakan kalimat pasif Menjadi kalimat aktif
5 I 4 kriteria Fungsi manajemen
6 Ii Dan keuntungan zakat Telah direvisi sebagaimana
mestinya
7 4 Tujuan penelitian Telah direvisi sebagaimana
mestinya
8 1 Latar belakang Telah direvisi sebagaimana
mestinya
9 5 Petani ikan Pebudidaya ikan
10 74, 109 Analisi Rentabilitas Telah direvisi sebagaimana
mestinya
11 75, 109, 110 Analisis BEP Telah direvisi sebagaimana
mestinya
12 43 BAB IV HASIL DAN BAB IV KEADAAN UMUM
PEMBAHASAN
13 46 BAB V HASIL DAN
PEMBAHASAN
14 96 Kesimpulan Telah direvisi sebagaimana
mestinya
15 46 Lokasi usaha Telah direvisi sebagaimana
mestinya
16 49 Lay out Telah direvisi sebagaimana
mestinya
17 50 Teknik Pembenihan Ikan Air Telah direvisi sebagaimana
Tawar mestinya
18 3 Latar Belakang Telah direvisi sebagaimana
mestinya

Malang, 13 Maret 2010


Yang Mengajukan Revisi

GESA MAHENDRA JAYA


NIM. 0510840025

Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I

DR. Ir. AGUS TJAHJONO, MS Ir. MIMIT PRIMYASTANTO, MP


NIP.19630820 488021001 NIP. 19630511 1988021001

Dosen penguji II Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. HARSUKO RINIWATI, MP Zainal Abidin, S.Pi


NIP. 19660604 199002 2 002 NIP. 19770221 2002121008
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan

rahmat dan hidayah-Nya penulisan laporan skripsi ini selesai dengan lancar.

Laporan ini dapat disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana perikanan di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.

Penelitian mengambil tema tentang kelayakan usaha meliputi aspek teknis,

aspek manajemen, aspek finansial, aspek pemasaran dan aspek sosial ekonomi,

untuk meninjau kelayakan usaha pembenihan ikan dalam menghadapi pesatnya

perubahan yang terjadi akibat dari pembangunan.

Skripsi tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar Pada

Balai Benih Ikan (BBI) diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari aspek yang

mempengaruhi pelaksanaan usaha pembenihan mulai dari aspek teknis, aspek

manajemen, aspek finansial, aspek pemasaran dan aspek sosial ekonomi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, oleh

karena itu diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Penulis

berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua yang memerlukannya.

Malang, Juni 2009

Penulis
i

RINGKASAN

GESA MAHENDRA JAYA. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar Pada Balai

Benih Ikan (BBI) Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di bawah Bimbingan

Ir. MIMIT PRIMYASTANTO, MP dan ZAINAL ABIDIN, Spi.

Dalam kegiatan budidaya ikan salah satu faktor penghambat yang sangat mendasar

adalah minimnya ketersediaan benih ikan selain itu mutu dan kualitas benih ikan itu sendiri

kurang baik yang dikarenakan salah memilih indukan atau dalam proses pemijahan masih

kurang kurang tepat. Hal inilah yang membuat pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan

mendirikan Balai Benih Ikan agar dapat menghindari faktor penghambat tersebut.

Produksi dari Balai Benih Ikan ini disalurkan kepada para pebudidaya ikan. Balai Benih

Ikan juga melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat yang belum

mengetahui budidaya ikan. Sehingga dengan adanya kegiatan ini proses pengembangan

budidaya ikan air tawar dapat berjalan dengan lancar dan kebutuhan akan konsumsi ikan air

tawar sekarang dan di masa akan datang dapat terpenuhi.

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa: Aspek

teknis dalam pembenihan ikan di Balai Benih Ikan (BBI). Aspek manajemen yang dilakukan

oleh Balai Benih Ikan (BBI). Aspek finansial usaha pembenihan ikan secara jangka pendek dan

jangka panjang di Balai Benih Ikan (BBI). Aspek pasar yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan

(BBI). Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen, Kabupaten Malang,

Jawa Timur. Obyek penelitian adalah kegiatan usaha pembenihan ikan air tawar yang dilakukan

oleh balai dan perhitungan finansial dari usaha tersebut.

Kegiatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana jenis penelitian

ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai
ii

populasi atau mengenai bidang tertentu. Kegiatan penelitian ini menggunakan sampel

bertujuan (purposive sample). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek

bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu. Sedangkan untuk menganalisa data menggunakan metode deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif.

Kegiatan pembenihan ikan secara teknis meliputi penentuan lokasi usaha, tata letak (lay

out), dan proses produksi (teknik pembenihan) yang terdiri dari persiapan kolam, memilih

indukan, pemijahan dan penetasan, pendederan dan pemanenan. Untuk produksi benih yang

dihasilkan adalah benih ikan ukuran 1cm hingga 5cm.

Dari aspek manajemen dilakukan penilaian dengan 4 fungsi manajemen yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Dari ke 4 fungsi manajemen

tersebut didapat nilai bobot sebesar 72,475. Dengan demikian penerapan fungsi-fungsi

manajemen pada kegiatan usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Indik Ikan (BBI)

Kepanjen dikatagorikan ”sesuai”.

Hasil analisis jangka pendek didapat keuntungan dalam waktu setahun sebesar

Rp.75.859.900,- Untuk membersihkan harta atau pendapatan yang didapat maka perlu

dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari pendapatan yang diperoleh sehingga keuntungan yang

didapat setelah dikurangi zakat adalah Rp73.963.402.5,-. R/C ratio dalam satu tahun produksi

adalah sebesar 1,49. Nilai rentabilitas sebesar 29,1%. Nilai untuk BEP unit ikan nila sebesar

489.754 ekor, ikan gurami sebesar 93.498 ekor, ikan lele sebesar 547.634 ekor. untuk BEP

sales sebesar Rp.100.176.896,-.

Hasil analisis jangka panjang dalam kondisi normal diperoleh nilai NPV sebesar

Rp.217.439.147,-; nilai BC Ratio sebesar 3,025; nilai IRR sebesar 62% Payback Periode (PP)

adalah 1.62. Dari hasil tersebut usaha pembenihan dapat dikatan layak. Dari hasil perhitungan

analisis risiko dapat dihubungkan antara nilai koefisien variasi (CV) dengan nilai batas bawah

(L) sebagai berikut:


iii

• Usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI Kepanjen:

CV = 0,47 < 0,5 dan L = 1,68 > 0

Dengan melihat hasil diatas, usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI Kepanjen dapat

dikatakan aman dari kerugian.

Dari aspek pemasaran menggunakan 3 strategi pemasaran yaitu strategi produk,

strategi harga, dan strategi lokasi. Usaha pembenihan ikan dikatakan layak untuk dijalankan,

karena jumlah permintaan lebih besar daripada jumlah penawaran. Usaha pembenihan ikan ini

memiliki nilai rata-rata peluang pasar dari tahun 2010 hingga 2024 sebesar 2.188.035.108.57

ekor.

Dari sisi ekonomi, keberadaan Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen mampu meningkatkan

income perkapita penduduk. Hal ini terbukti dengan banyaknya konsumen yang membeli benih

ikan air tawar seperti benih ikan nila, gurami, dan lele untuk kegiatan budidaya. Dari hasil

wawancara dengan konsumen, kegiatan budidaya menggunakan benih ikan dari Balai Benih

Induk (BBI) Kepanjen mampu memberikan hasil panen yang lebih banyak sehingga penerimaan

dari hasil penjualan juga meningkat dan dapat menambah pendapatan perkapita penduduk.
v

DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 6
2.2 Pengertian Studi Kelayakan ............................................................. 8
2.3 Aspek Studi Kelayakan ..................................................................... 9
2.3.1 Aspek Teknis ........................................................................... 9
2.3.2 Aspek Manajemen ................................................................... 12
2.3.3 Aspek Finansial ....................................................................... 14
2.3.4 Aspek Pemasaran ................................................................... 17
2.3.5 Aspek Sosial Ekonomi ............................................................. 19
2.4 Kerangka Berfikir .............................................................................. 20

III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian ............................................................ 21
3.2 Jenis Penelitian ............................................................................... 21
3.3 Teknik Penentuan Sampel .............................................................. 22
3.4 Jenis dam Sumber Data ................................................................... 23
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 23
3.4. 2 Data Sekunder ....................................................................... 25
vi

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................ 26


3.5.1 Deskriptif Kualitatif ................................................................... 27
3.5.2 Deskriptif Kuantitatif ................................................................. 28
3.5.2.1 Metoe Trend Kuadratik ................................................ 28
3.5.2.2 Analisa Finansial Jangka Pendek ................................ 31
3.5.2.3 Analisa Finansial Jangka Panjang .............................. 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Keadaan Umum dan Lokasi Usaha Perikanan .................................. 43
4.2 Sejarah dan Pengembangan Usaha Perikanan ................................ 44
4.3 Analisa Kelayakan Usaha ................................................................. 45
4.3.1 Aspek Teknis ........................................................................... 46
4.3.2 Aspek Manajemen ................................................................... 58
4.3.3 Aspek Finansial ...................................................................... 70
4.3.4 Aspek Pemasaran ................................................................... 83
4.3.5 Aspek Soaial Ekonomi ............................................................. 95

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 96
5.2 Saran …. ........................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100


LAMPIRAN ............................................................................................ 102
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

“ Dan Dialah Allah SWT, yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu

dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan) dan kamu mengeluarkan

dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar

kepada-Nya dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya

kamu bersyukur ” (An-Nahl: 14).

Indonesia dikenal memiliki sumber daya perikanan yang cukup besar,

terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan. Diperkirakan sekitar 16% spesies

ikan di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang

terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies). Hampir sekitar 2.000

spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar (Khairuman, 2008).

Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan

daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5

per mil (0-5%). Luas perairan daratan Indonesia mencapai 54 juta ha. Angka

tersebut mencangkup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha

(terdiri dari sungai 12 juta ha, danau 1,80 juta ha, dan waduk 0,05 juta ha, rawa

payau dan hutan bakau seluas 39,5 juta ha, dan perairan budidaya seluas 0,65 juta

ha) (Kartamihardja, 2007).

Dari sekitar 2.000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia,

sedikitnya ada 27 jenis ikan yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang

dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis

penting. Ikan ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut

1
merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan

dibudidayakan di tanah air.

Pembudidaya ikan air tawar ekonomis penting di Indonesia umumnya

dilakukan di kolam-kolam budidaya; baik secara tradisional, semi-intensif, maupun

intensif. Pembididaya ikan secara tradisional dan semi-intensif umumnya dilakukan

di kolam dengan konstruksi sederhana. Sementara pembudidayaan intensif

menggunakan prasarana yang benih baik, seperti di kolam beton atau di kolam air

deras dengan pemberian pakan tambahan yang intensif.

Jenis-jenis ikan air tawar ekonomis penting yang sudah dikenal dan

diperdagangkan secara luas di Indonesia yang teknologi pembenihan dan

pembesarannya sudah dikuasai dengan baik dan sudah disebarluaskan ke berbagai

daerah di tanah air adalah jenis ikan mas, nila, lele lokal, lele dumbo, patin, gurami,

baung, mola, tawes, belut, banding, nilem, serta grasscarp. Khusus untuk nila, mas,

patin, lele dumbo, dan gurami merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat

popular dan sudah dibudidayakan secara intensif. Dalam pengembangannya,

pemerintah menyiapkan beberapa program khusus untuk masing-masing komoditas

tersebut (Khairuman, 2008).

Khusus di Indonesia, pada tahun 1998, tingkat konsumsi ikan per kapita

penduduk baru mencapai 9,25 kg per tahun atau 72,5% dari standar kecukupan

pangan terhadap ikan yang besarnya 26,55 kg per kapita per tahun. Jumlah

penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 250 juta jiwa pada tahun 2015. Saat itu

mereka membutuhkan 36,2 garam proteinper kapita per hari. Besarnya kebutuhan

protein yang berasal dari perikanan tersebut setara dengan 42 kg ikan per kapita per

tahun. Dengan demikian, kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015

diperkirakan sebesar 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan

2
laut Indonesia saat ini. Pemenuhan kebutuhan protein hewani tersebut tentu sudah

tidak mungkin lagi dipenuhi dengan ikan hasil tangkapan laut yang menunjukkan

penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Untuk itu kebutuhan ikan harus dipasok dari

hasil usaha budidaya, sehingga pengembangan budidaya ikan-ikan menempati

posisi yang sangat strategis pada masa mendatang.

Dalam kegiatan budidaya ikan salah satu faktor penghambat yang sangat

mendasar adalah minimnya ketersediaan benih ikan selain itu mutu dan kualitas

benih ikan itu sendiri kurang baik yang dikarenakan salah memilih indukan atau

dalam proses pemijahan masih kurang kurang tepat. Hal inilah yang membuat

pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan mendirikan Balai Benih Ikan agar dapat

menghindari faktor penghambat tersebut.

Menurut Septe (2008) dengan laporannya yang berjudul “Analisis Usaha

Pembenihan Ikan Nila Pada Balai Induk Udang Galah Kecamatan Pandaan, Jawa

Timur diperoleh keuntungan dalam satu tahun Rp.37.942.500,-, dari analisis BEP

diperoleh BEP atas dasar unit sebesar 420.400 ekor dan BEP atas dasar sales

sebesar Rp.23.121.783,-, dari analisis rentabilitas diperoleh nilai pertahun untuk

usaha pembenihan ikan nila adalah sebesar 103% yang artinya kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode satu tahun adalah tinggi. Dari

analisis R/C ratio diperoleh nilai sebesar 2,41.

Aspek manajemen dalam usaha pembenihan ikan nila ini meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan dimana semua

fungsi-fungsi manajemen terdebut berjalan dengan baik, tetapi pada manajemen

sumber daya manusia masih belum dapat terlaksana dengan baik, diantaranya

perekrutan tenaga kerja, kompensasi serta pelatihan dan pengembangan.

3
Aspek sosial ekonomi dalam usaha pembenihan ikan nila ini sangat baik

karena dalam perkembangannya, balai induk udang galah pandaan mendapat

sambutan baik dan banyak memberikan keuntungan baik terhadap masyrakat

sekitar ataupun terhadap masyarakat luar.

Balai Benih Ikan (BBI) adalah unit pelaksana teknis Dinas Perikanan dan

Kelautan, adapun tugas dan fungsi pokok dari Balai Benih Ikan adalah menyediakan

dan menyalurkan benih bermutu dan melakukan pemantauan dan pembinaan

terhadap Usaha Perikanan Rakyat (UPR) (Alpiani, 2007).

Produksi dari Balai Benih Ikan ini nantinya akan disalurkan kepada para

Pebudidaya ikan. Balai Benih Ikan juga melakukan kegiatan pembinaan dan

penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui budidaya ikan. Sehingga

dengan adanya kegiatan ini proses pengembangan budidaya ikan air tawar dapat

berjalan dengan lancar dan kebutuhan akan konsumsi ikan air tawar sekarang dan

di masa akan datng dapat terpenuhi.

1.2 Perumusan Masalah

Tujuan dari perumusan masalah adalah untuk mempersempit dan

mempertegas ruang lingkup dari suatu pembahasan permasalahan yang dihadapi

oleh peneliti. Masalah merupakan setiap kesulitan yang dihadapi yang mendorong

dan menggerakkan manusia untuk memecahkannya dengan cara-cara tertentu.

Masalah muncul apabila terjadi benturan-benturan yang yang menghalangi jalan

manusia untuk menuju dan mencapai sesuatu yang diinginkannya. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

• Bagaimana aspek teknis pembenihan yang dilakukan di Balai Benih Ikan

(BBI) Kepanjen.

4
• Bagaimana aspek manajemen yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI)

dalam mengelola usaha pembenihan.

• Bagaimana aspek finansiil usaha secara jangka pendek dan jangka panjang

di Balai Benih Ikan (BBI) agar dapat berfungsi secara optimal.

• Bagaimana aspek pasar yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI) agar

kondisi permintaan tetap stabil.

• Bagaimana aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kondisi

lingkungan sekitar.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis :

• Aspek teknis dalam pembenihan ikan di Balai Benih Ikan (BBI).

• Aspek manajemen yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI).

• Aspek finansiil usaha pembenihan ikan secara jangka pendek dan jangka

panjang di Balai Benih Ikan (BBI).

• Aspek pasar yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI).

• Aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan

sekitar.

1.4 Kegunaan

Hasil dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Balai Benih Ikan (BBI)

Sebagai bahan informasi untuk evaluasi usaha dan untuk mengembangkan

usaha pembenihan.

5
2. Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan kebijaksanaan

pembangunan pada sub-sektor perikanan terutama dalam mengembangkan

budidaya ikan.

3. Pebudidaya Ikan

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berkaitan

dengan pengelolaan dan pengembangan usaha pembenihan ikan.

4. Peneliti

Sebagai bahan informasi dan tambahan ilmu selain yang didapat dari bangku

kuliah dan sebagai pedoman untuk mengadakan kegiatan penelitian lebih lanjut.

Selain itu juga merupakan bentuk aplikasi dari berbagai ilmu yang diperoleh selama

mengikuti kegiatan perkuliahan.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Alpiani (2007) yang berjudul “Peranan Balai Benih

Ikan (BBI) Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan” diperoleh visi Balai

Benih Ikan Kabupaten Barito Kuala adalah “Masyarakat Perikanan Sejahtera

Berbasis Agribisnis”. Adapun tugas dan fungsi dari Balai Benih Ikan Kabupaten

Barito Kuala adalah menyediakan dan menyalurkan benih bermutu, pemantauan

dan pembinaan terhadap Usaha Perikanan Rakyat, menunjang kawasan agrowisata

Sungai Kambat dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Hasil pengolahan data

mengenai tugas pokok Balai Benih Ikan Kabupaten Barito Kuala menunjukkan

bahwa masih ada pembudidaya ikan yang membeli benih untuk usaha mereka

bukan di Balai Benih Ikan melainkan di luar daerah, sedangkan untuk pemantauan

pembinaan terhadap Usaha Perikanan Rakyat (UPR) dari pihak Balai Benih Ikan

belum ada kegiatan pembinaan yang dilakukan. Dilihat dari 2 tugas pokok Balai

Benih Ikan Kabupaten Barito Kuala maka dapat disimpulkan bahwa Balai Benih Ikan

Kabupaten Barito Kuala masih belum memiliki peran yang besar bagi sektor

perikanan di daerah tersebut khususnya usaha bididaya ikan.

Menurut penelitian Benny (2004) yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha

Pembenihan Ikan Pada Tingkat Pebudidaya ikan di Desa Canggu, Kecamatan Pare,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur” diperoleh hasil dari aspek sosial ekonomi bahwa

usaha pembenihan tingkat petani memberikan manfaat makro terhadap masyarakat

sekitar lokasi usaha meliputi ketersediaan lapangan pekerjaan, peningkatan upah

tenaga kerja,menumbuhkan usaha-usaha lain serta meningkatkan arus lalu lintas,

tingkat keramaian, jalur komunikasi. Mengacu pada kondisi ini maka usaha

7
pembenihan ikan pada tingkat petani dinyatakan layak untuk dijalankan. Aspek

finansiil diperoleh hasil dalam kondisi normal Net B/C sebesar 1,84; NPV sebesar

Rp.11.627.595,- dan IRR sebesart 57,87%. Sedangkan pada kondisi terjadi

kenaikan biaya 4% pada tahun 2006 – 2009 diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,79;

NPV sebesar Rp.10.923.019,- dan IRR sebesar 55,67%. Bila terjadi penurunan

gross benefit sebesar 3% pada tahun 2006 – 2009 diperoleh nilai Net B/C sebesar

1,65; NPV sebesar Rp.8.956.396,- dan IRR sebesar 49,24%. Pada kondisi secara

bersama-sama terjadi kenaikan biaya sebesar 4% dan penurunan benefit 3% pada

tahun 2006 – 2009 diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,60; NPV sebesar

Rp.8.251.820,- dan IRR sebesar 49,97%. Dari nilai-nilai yang diperoleh

menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Untuk aspek manajemen

diperoleh nilai bobot dari fungsi-fungsi manajemen sebesar 71,32, hal ini

menunjukkan bahwa penerapan fungsi-fungsi manajemen dikatagorikan sesuai.

Pemberdayaan koperasi perikanan merupakan upaya strategis dalam rangka

manajemen produksi dan pemasaran, terutama meningkatkan efektifitas dan

efisiensi usaha dengan strategi dasar pengembangan sistem agribisnis yang

berkelanjutan. Perlu adanya pengembangan kepedulian lembaga-lembaga keungan

formal dalam penyediaan modal bagi usaha perikanan skala kecil.

2.2 Pengertian studi kelayakan

Menurut Pudjosumarto M (1984), studi kelayakan adalah suatu analisis yang

ditunjukkan untuk meneliti suatu proyek investasi tersebut layak atau tidak. Usulan

proyek tersebut harus dikaji, diselidiki, dan diteliti dari berbagai aspek tertentu

sehingga memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan atau tidak. Analisis kelayakan

8
dapat dibagi menjadi lima tahapan yaitu, persiapan, penelitian, penyusunan data,

pengolahan data dan tahap evaluasi.

Studi kelayakan proyek merupakan suatu studi untuk menilai proyek yang

akan dikerjakan di masa mendatang. Penilaian ini tidak lain adalah memberikan

rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang bersangkutan layak dikerjakan ataukah

sebaiknya ditunda dulu. Mengingat kondisi di masa yang akan datang penuh ketidak

pastian, maka studi yang dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan

membutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Ini

menunjukkan bahwa dalam melakukan studi kelayakan akan melibatkan tim

gabungan dari berbagai ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing (Suratman,

2001).

Dengan demikian suatu proyek perlu dilakukan analisis, hal ini karena

analisis dapat digunakan sebagai alat perencana dalam mengambil keputusan, baik

untuk pimpinan pelaksanaan proyek, pejabat atau pemberi bantuan kredit dan

lembaga lain yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Analisis juga dapat

digunakan sebagai pedoman atau alat di dalam pengawasan, apakah nantinya

proyek tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak

(Pudjosumarto M, 1984).

Demi tercapainya apa yang diharapkan dari proyek usaha, maka sebelum

kita mengambil keputusan untuk melakukan investasi, terlebih dahulu harus

dianalisis dari segala aspek dalam suatu studi kelayakan, yang pada umumnya

meliputi analisis pasar, analisis teknik, analisis finansiil, dan analisis profitabilitas

sosial (Djamin Zulkarnain, 1984).

9
2.3 Aspek studi kelayakan

Secara umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam studi kalayakan meliputi:

aspek teknis, aspek manajemen, aspek financial, aspek pasar, dan aspek sosial

ekonomi.

2.3.1 Aspek Teknis

Aspek teknis yaitu aspek yang berhubungan dengan input dan output

daripada barang-barang dan jasa-jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di

dalam suatu kegiatan proyek. Pada hakekatnya aspek ini merupakan aspek

agronomis atau mekanis walaupun semua aspek-aspek dari teknologi yang

digunakan pada proyek yang bersangkutan juga harus diperhitungkan (Gittinger dan

Adler, 1993).

Evaluasi aspek teknis ini juga meliputi penentuan kapasitas produksi

ekonomis proyek, jenis teknologi yang paling cocok, serta penggunaan mesin dan

peralatan. Disamping itu perlu juga diteliti dan diajukan saran tentang lokasi proyek

dan letak pabrik yang paling menguntungkan ditinjau dari berbagai macam segi. Dari

kesimpulan perihal kapasitas produksi, jenis teknologi, mesin dan peralatan serta

lokasi proyek dan letak pabrik, disusun perkiraan jumlah biaya pengadaan harta

tetap yang diperlukan untuk membangun proyek (Sutojo, 1996).

a. Teknik Pembenihan Ikan Air Tawar

Langkah-langkah pembenihan ikan air tawar meliputi persiapan kolam,

memilih induk, melakukan pemijahan, penetasan, dan pendederan.

10
1. Persiapan kolam

Langkah pertama, kolam mesti dikeringkan selama beberapa hari. Tujuannya

adalah untuk mematikan bibit penyakit atau hama ikan-ikan kecil yang secara tidak

sengaja masuk ke dalam kolam. Pada saat persiapan pula mesti disediakan ijuk

yang halus sebagai bahan baku pembangun sarang. Selain itu disediakan pula filter

alami seperti Hydrilla verticilata . Tanaman ini berfungsi sebagai penyaring dan

penahan lumpur yang tidak sengaja masuk bersama air dan juga sebagai tempat

berlindung benih-benih yang sudah bisa berenang (Heru Susanto, 2003).

2. Memilih induk

Dalam setiap kegiatan pembenihan ikan, kita akan senantiasa dihadapkan

pada masalah yang sekalipun sederhana sering kali terasa pelik. Persoalan yang

senantiasa terulang ini tidak lain adalah memilih indukan yang layak untuk

dikawinkan. Memilih indukan jantan dan betina yang sudah layak untuk dikawinkan

memang tidak gampang. Biasanya induk yang sudah layak dikawinkan berumur

kisaran antara 4 hingga 8 tahun. Indukan yang siap dikawinkan harus dalam

keadaan sehat, tidak terserang penyakit, dan juga berukuran besar. Hal ini

dikarenakan sifat-sifat yang dimiliki induk akan menurun pada benih yang dihasilkan

dari perkawinan.

Pemijahan merupakan kegiatan mengawinkan induk ikan jantan dan induk

ikan betina. Tujuannya adalah untuk memperoleh benih ikan dalam jumlah banyak

dan bermutu baik sehingga dapat dikembangkan menjadi ikan konsumsi dan

peremajaan induk. Pemijahan harus dilakukan di kolam khusus karena sangat

berpengaruh terhadap benih ikan yang dihasilkan, baik mutunya maupun jumlahnya.

Kegagalan pemijahan umumnya disebabkan oleh perlakuan yang tidak benar.

11
Misalnya, kurangnya perhatian terhadap kolam, kedalaman air, kualitas air,

kebersiahan, dan perlengkapan yang kurang. Oleh karena itu, pemijahan harus

memperhatikan faktor-faktor tersebut dan harus dilakukan secara terkontrol

(Bambang Cahyono, 2004).

3. Penetasan

Setelah melakukan pemijahan terhadap induk ikan, telur-telur akan menetas

menghasilkan benih dalam tempo 30 hingga 36 jam dalam penjagaan dan

perawatan induknya. Larva yang sudah menetas akan terapung dengan bagian

perut berada di sebelah atas. Sebagian dari larva akan menempel pada ijuk. Pada

tahap awal benih-benih ini akan hidup dari persediaan kuning telur (yolk sack).

Kuning telur yang menempel pada badan benih ini akan diserapselama beberapa

hari, sambil menunggu proses penyempurnaan alat pencernaan (Heru Susanto,

2003).

4. Pendederan

Maksud dari pendederan adalah untuk membesarkan benih yang telah habis

kuning telurnya. Pendederan ini dilakukan dalam kolam yang sudah dipersiapkan,

untuk mendapatkan benih yang ukurannya limayan besar, sebelum nantinya

dibesarkan untuk memperoleh ukuran konsumsi. Pendederan biasanya terdiri dari

beberapa tingkat, misalanya pendederan 1, pendederan 2, dan pendederan 3.

Waktunya disesuaikan dengan sikon, misalnya kesuburan kolam dan juga jenis

ikannya (Heru Susanto, 2003).

12
2.3.2 Aspek Manajemen

Manajemen adalah menyuruh atau menggunakan orang-orang lain guna

mendapatkan hasil yang dikehendaki. Atau suatu proses/ kegiatan/ usaha

pencapaian tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain. Maksud dan

tujuan manajemen usaha adalah untuk meraih sasaran yang telah didefinisikan dan

ditentukan dengan jelas dan efisien (Primyastanto, dkk, 2005).

Adapun kriteria dari aspek manejemen adalah planing, organizing,

actuanting, dan controlling.

1. Perencanaan (planing)

Perencanaan adalah penetuan terlebih dahulu apa yang akan kita kerjakan

atau laksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan

merupakan fungsi manajemen pertama. Perencanaan suatu usaha berupa

penentuan lokasi usaha dilihat dari berbagai faktor seperti lokasi bahan baku,

pemasaran dan lain-lain.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan,

wewenagn dan sumber daya diantara anggota organisasi atau orang-orang yang

berkerja pada suatu usaha sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.

Pelaksanaan organisasi pada suatu usaha dapat dilihat dari struktur organisasi yang

dibentuk atau bagaimana suatu pimpinan usaha dapat membagi tugas dan tanggung

jawab kepada bawahannya.

13
3. Pergerakan (Actuanting)

Pergerakan merupakan tindakan untuk merangsang para pekerja agar

melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan sering disebut juga pengendalian adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa pengadaan penilaian dan sekaligus bila perlu pengadaan

koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahannya dapat diarahkan dengan maksud

tercapai tujuan yang telah digariskan semula. Cara yang dilakukan dalam

pengawasan yaitu membandingkan segala sesuatu yang telah dijalankan dengan

standar atau rencana, serta melakukan perbaikan-perbaikan bilamana terjadi

penyimpangan. Jadi dengan pengawasan dapat mengukur seberapa jauh hasil yang

telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2.3.3. Aspek Finansiil

Aspek finansiil ini merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang

perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns

dalam suatu proyek. Aspek ini membahas mengenai masalah keuntungan dan

pendapatan yang diperoleh suatu proyek. Hal ini berhubungan dengan persoalan

apakah proyek yang bersangkutan akan sanggup menjamin dana yang dibutuhkan

serta sanggup membayarnya kembali dan apakah proyek tersebut bisa menjamin

kelangsungan hidupnya secara finansiil (Gittinger dan Adler, 1993).

14
a. Permodalan

Modal didefinisikan sebagai uang yang dipakai untuk pokok (induk)

berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda yang dapat dipergunakan

untuk menghasilkan sesuatu dan menambah kekayaan (Effendi dan Oktariza, 2006).

Pembagian modal berdasarkan fungsi bekerjanya meliputi modal kerja dan

modal tetap. Modal kerja adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar atau

kelebihan dari aktiva lancar di atas utang lancar. Modal kerja ini meliputi biaya-biaya

yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya tidak

tetap. Sedangkan modal tetap adalah modal yang memiliki umur ekonomis lebih dari

satu periode normal operasi perusahaan (1 tahun), dibeli tidak untuk dijual kembali

melainkan untuk operasi dan setiap periode disusutkan. Modal tetap ini dapat

berupa tanah, gedung, peralatan dan sebagainya (Riyanto, 1995).

Perbedaan fungsional antara modal kerja dan modal tetap adalah dalam

artian bahwa :

1) Jumlah modal kerja adalah fleksibel artinya dapat diperbesar maupun

diperkecil, disesuiakan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap,

sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil.

2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel artinya elemen-elemen modal

kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan susunan

modal tetap relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen-

elemen dari modal tetap tidak segera mengalami perubahan-perubahan.

3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek,

sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu

yang panjang (Riyanto, 1995).

15
b. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang

atau penyediaan jasa. Untuk barang yang berwujud, biaya produksi sering mengacu

secara berturut-turut sebagai biaya manufaktur dan biaya non manufaktur. Biaya

produksi selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung, tenaga

kerja langsung, dan overhead. Hanya tiga elemen biaya ini yang dapat dibebankan

pada produk untuk laporan keuangan eksternal (Hansen dan Mowen, 2000).

Biaya produksi ini dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa

produksi. Biaya tetap ini meliputi biaya pembuatan kolam, sewa lahan dan biaya

pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel meruapakan biaya yang habis

dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan

hama, upah tenaga kerja, biaya panen dan penjualan (Rahardi dkk, 2003).

c. Penerimaan

Penerimaan atau Total Revenue merupakan pendapatan kotor usaha yang

didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu.

Penerimaan diperoleh dari penjualan produk akhir yang berupa uang (Primyastanto,

2006). Menurut Soekartawi (1995) penerimaan (Total Revenue) adalah jumlah

pendapatan yang diterima perusahaan yang dihitung dari produk yang dihasilkan

dikalikan dengan harga penjualan.

d. Analisis Finansiil

Analisis finansiil adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut

lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam

proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam proyek. Oleh karena itu

16
hasil analisis ini disebut dengan “ the private returns “ (Pudjosumarto, 1988). Analisis

finansiil ini digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha dari segi keuangan.

Analisis kelayakan usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan

keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama

usaha perikanan itu berlangsung. Dengan adanya analisis usaha ini maka

pengusaha dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usaha. Analisis usaha ini

meliputi analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.

Adapun tujuan dari analisis usaha ini meliputi :

- Mengetahui kelemahan yang terjadi dalam suatu usaha

- Melihat efisiensi penggunaan modal atau imbalan atas modal yang dikeluarkan

dalam suatu periode tertentu

- Mengetahui pengelolaan yang dilakukan dalam usaha tersebut

Secara umum suatu usaha dapat dikatakan berhasil dilihat dari segi finansiil,

yaitu apabila usaha tersebut dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Telah menghasilkan penerimaan yang dapat menutupi semua biaya atau

pengeluaran

- Dapat menghasilkan balas jasa yang wajar kepada pengusaha itu sendiri

- Tetap produktif pada akhir tahun, seperti halnya pada awal tahun

1. Analisis Jangka Pendek

Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk menetukan kelayakan

usaha secara jangka pendek. Adapun parameter-parameter tersebut antara lain

Revenue Cost Ratio (RC Ratio), keuntungan, Break Event Point (BEP) dan

Rentabilitas.

17
2. Analisis Jangka Panjang

Analisis jangka panjang ini meliputi beberapa parameter yaitu Net Present

Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BC Ratio), Internal Rate of Return (IRR), Payback

Periods (PP), analisis Sensitivitas dan analisis risiko.

2.3.4 Aspek Pemasaran

Di dalam evaluasi aspek pasar dan pemasaran terdapat lima hal yang diteliti

yaitu kedudukan produk yang direncanakan pada saat ini, komposisi dan

perkembangan permintaan produk dari masa yang lampau hingga sekarang,

proyeksi permintaan di masa mendatang, kemungkinan persaingan dan peranan

pemerintah dalam menunjang perkembangan pemasaran produk (Sutojo, 1996).

Selain itu tujuan dari penilaian proyek pada aspek ini juga dimaksudkan

untuk melakukan beberapa penilaian dari segi pemasaran produk. Penilaian tersebut

meliputi apakah produk yang akan dihasilkan dapat dipasarkan, berapa harganya,

bagaimana cara memasarkannya, dan rantai pemasaran yang akan dihasilkan

(Purba, 1997).

Beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan pemasaran terhadap suatu

barang meliputi permintaan, penawaran, harga barang itu sendiri, strategi

pemasaran yang diterapkan dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan,

market share yang bisa dikuasai perusahaan.

Pangsa pasar (market share) merupakan besarnya bagian pasar yang

dikuasai oleh suatu perusahaan. Dengan kata lain penguasaan suatu produk

terhadap pasar atau besarnya jumlah produk yang diminta yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan dibandingkan dengan jumlah permintaan di pasar. Pangsa pasar

ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Sehingga dapat dikatakan

18
bahwa market share merupakan proporsi kemampuan perusahaan terhadap

keseluruhan penjualan seluruh pesaing, termasuk penjualan perusahaan itu sendiri.

Dari hasil perhitungan market share ini dapat diketahui kedudukan perusahaan dan

juga kedudukan pesaing-pesaingnya di pasar. Sehingga seringkali market share

dapat dipergunakan sebagai pedoman atau standar keberhasilan pemasaran

perusahaan dalam kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya (Baroes, 2009).

Market share ini juga bisa digunakan untuk menentukan seberapa besar

sumbangan suatu produk terhadap produk sejenis di pasar. Sehingga akan dapat

dilihat berapa prosesntase keberadaan produk tersebut terhadap produk-produk lain

sejenis yang ada di pasar. Hasil perhitungan ini dapat digunakan untuk menentukan

peluang pasar produk tersebut melalui besarnya permintaan produk yang diperoleh

dari perhitungan market share dan jumlah penawaran produk yang diperoleh dari

hasil produksi produk.

2.3.5 Aspek sosial ekonomi

Aspek sosial ekonomi mengkaji tentang dampak yang ditimbulkan dari

keberadaan proyek terhadap kehidupan masyarakat terutama masyarakat setempat

dari segi sosial dan juga perekonimian. Dari segi sosial apakah dengan adanya

proyek tersebut wilayah tersebut menjadi semakin ramai, lalu lintas semakin lancar,

adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan sebagainya. Sedangkan dari segi

ekonomi apakah usaha tersebut dapat meningkatkan perekonomian penduduk

setempat, apakah juga dapat mengurangi pengangguran yang sekarang menjadi

salah satu masalah bagi negara ini (Primyastanto dkk, 2005).

Berdasarkan kajian pustaka yang dilakuakan, disusunlah kerangka penelitian

seperti pada gambar 1.

19
Teori-Teori Fakta
• Studi Kelayakan adalah suatu kegiatan yang • Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan pada
mempelajari secara mendalam tentang suatu tingkat Pebudidaya ikan di Desa Canggu Kecamatan
usaha yang akan dijalankan, dalam rangka Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur diperoleh hasil
menentukan layak atau tidak usaha tersebut bahwa masalah yang dihadapi dalam usaha
dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2008 ; 4). pembenihan, yaitu: Pebudidaya ikan tidak pernah
• Demi tercapainya apa yang diharapkan dari melakukan analisis finansial yang berkaitan dengan
suatu usaha , maka sebelum kita mengambil kelayakan usaha ; penerapan fungsi-fungsi
keputusan untuk melakukan investasi, terlebih manajemen belum optimal ; rencana kegiatan
dahulu perlu dilakukan analisis dari segala produksi belum berorientasi (Benny Sadi, 2004).
aspek dalam suatu studi kelayakan, yang • Usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Kedung
pada umumnya meliputianalisis pasar, analisis Gede Kabupaten Mojokerto ditinjau dari aspek
teknis, analisis financial dan analisis finansial belum dapat diketahui sampai sejauh mana
profitabilitas sosial (Dzamin Julkarnain, 1984). tingkat keuntungan yang dicapai dan apakah usaha
• Analisis jangka pendek meliputi analisis ini layak untuk dijalankan. Selain itu beberapa aspek
keuntungan, R/C Ratio, analisis Break Event lain juga yang perlu diperhitungkan adalah aspek
Point dan analisis Rentabilitas (Oktariza, 2006 teknis, aspek manajemen, aspek pasar dan aspek
: 136). sosial ekonomi ( Reddy Dwi, 2009).
• Analisis jangka panjang dilakukan bila proyek • Peranan Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Barito
tersebut berjalan lebih dari 1 tahun. Analisis Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Terhadap Usaha
jangka panjang ini meliputi analisis Benefit Budidaya Ikan Di Kolam menunjukkan bahwa masih
Cost Ratio, Net Present value (NPV), Internal ada pembididaya ikan yang membeli benih untuk
Rate of Return (IRR) dan Payback Periods usaha mereka keluar daerah, sedangkan untuk
(PP) (Pudjosumarto, 1988 : 46). pemantau dan pembinaan terhadap usaha perikanan
• Tugas dan fungsi secara khusus dari balai rakyat (UPR) dari pihak Balai Benih Ikan (BBI) belum
benih ikan adalah menyediakan dan ada pelaksanaan kegiatan yang mengarah pada
menyalurkan benih bermutu, pemantauan dan pembinaan (Alpiani, 2007).
pembinaan terhadap usaha pembinaan rakyat, • Analisis Usaha Pembenihan Ikan Nila Pada Balai
menunjang kawasan agrowisata air tawar Induk Udang Galah Pandaan Jawa Timur
disekitar daerah (Alpiani, 2007). didapatkan faktor penghambat dalam usaha
pembenihan ikan nila adalah: pertumbuhan benih
yang tidak seragam sehingga proses pemanenan
tidak dapat dilakukan secara bersamaan, tingkat
Analisis Kelayakan kematian benih relatif cukup tinggi, cuaca yang tidak
Usaha menentu, pembagian jam kerja karyawan yang tidak
BBI Kepanjen merata dan tidak sesuai bidangnya (septe, 2008).

Masalah :
1. Bagaimana aspek teknik dan manajemen usaha pembenihan yang dilakukan pada BBI Kepanjen?
2. Bagaiman aspek pasar usaha pembenihan ikan pada BBI Kepanjen?
3. Bagaimana analisis finansial secara jangka pendek dan jangka panjang dari usaha pembenihan pada BBI
Kepanjen?
4. Apa saja manfaat dan kontribusi sosial ekonomi yang diberikan melalui program pembenihan ikan baik bagi
BBI itu sendiri, pemerintah maupun masyarakat sekitar lokasi ?

Tujuan untuk mengetahui:


1. Aspek teknik dan manajemen usaha pembenihan yang dilakukan pada BBI Kepanjen.
2. Aspek pasar usaha pembenihan ikan pada BBI Kepanjen.
3. Analisis finansial secara jangka pendek dan jangka panjang dari tambak usaha pembenihan pada BBI
Kepanjen.
4. Manfaat dan kontribusi sosial ekonomi yang diberikan melalui program pembenihan ikan baik bagi BBI itu
sendiri, pemerintah maupun masyarakat sekitar lokasi.

Metode :
1. Analisis kelayakan usaha jangka pendek menggunakan analisis keuntungan, R/C Ratio, Break Event Point
dan Rentabilitas
2. Analisis kelayakan usaha jangka panjang menggunakan Benefit Cost Ratio, Net Present Value, Internal Rate
of Return dan Payback Period
3. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif
4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian studi kasus
5. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode kluster (kelompok)

20
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Balai Benih Ikan Kepanjen, Kabupaten

Malang, Jawa Timur. Obyek penelitian adalah kegiatan usaha pembenihan ikan air

tawar yang dilakukan oleh balai dan perhitungan finansiil dari usaha tersebut.

3.2 Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode penelitian tertentu

berdasarkan atas pokok permasalahan yang diteliti. Jenis atau metode penelitian ini

digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang obyek yang diteliti,

dimana data-data dan informasi-informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

digunakan untuk memecahkan pokok permasalahan yang diangkat.

Kegiatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana jenis

penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan

karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini

berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-

mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, membuat

prediksi, maupun mempelajari implikasi (Azwar, 2007 : 7).

Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melukiskan keadaan obyek dan

persoalannya. Peneliti mengembangkan dan menghimpun fakta dan hanya

mengungkapkan fakta dan melakukan interpretasi yang cukup. Secara khusus,

penelitian ini berusaha memberikan gambaran keadaan usaha pembenihan ini.

Gambaran tentang kegiatan pembenihan ikan air tawar yang dilakukan dan peran

BBI dalam menyediakan benih yang berkualitas dan membina masyarakat di wilayah

21
kerja BBI Kepanjen. Selain itu penelitian ini juga menggambarkan bagaimana

kondisi kehidupan masyarakat di sekitar usaha dan kontribusi keberadaan Balai

Benih Ikan Kepanjen.

Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif ini, diharapkan peneliti

mampu untuk menganalisis segala permasalahan dan juga memungkinkan untuk

memberikan solusi atau pemecahan permasalahan bagi hambatan yang dihadapi.

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan penyelidikan mendalam (depth study) mengenai suatu unit sosial

sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan

baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Cakupan studi kasus dapat meliputi

segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik

dan dapat pula memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa (Azwar, 2007: 8).

Tujuan dari studi kasus adalah mempelajari secara intensif latar belakang,

status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti

individu, kelompok, lembaga atau komunitas.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi

atau studi sensus. Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti (Arikunto, 2006).

Kegiatan penelitian ini menggunakan sampel bertujuan (purposive sample).

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan

22
atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan

keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang

besar dan jauh. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pengambilan

sampel ini :

• Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi

• Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi

• Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan (Arikunto, 2006).

Daerah yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Desa

Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Data

yang diabil dari penelitian ini adalah mengenai pembenihan ikan air tawar pada Balai

Benih Ikan Kepanjen. Peneliti mengambil tiga dari limabelas karyawan BBI Kepanjen

yaitu Bapak Suhadi/staf pembenihan ikan nila, Bapak Yanto/staf pembenihan ikan

lele dan Bapak Hendan/staf pembenihan ikan gurami.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2007).

23
Data primer ini diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat

untuk pertama kalinya. Metode pengambilan data primer pada penelitian ini

dilakukan melaui observasi dan wawancara

• Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

tentang hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan atau gejala dan

fenomena yang diselidiki, tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Marzuki,

1983).

Dalam hal ini observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian pada

usaha pembenihan ikan air tawar meliputi kegiatan pengamatan :

• Bentuk, konstruksi kolam dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam

kegiatan pembenihan ikan air tawar.

• Kegiatan pembenihan yang meliputi kegiatan persiapan memilih indukan,

proses pemijahan, penetasan, dan pendederan

• Proses pemanenan benih dan proses pengangkutan hasil panen (kegiatan

pasca panen).

• Kontribusi yang diberikan balai terhadap masyarakat sekitar saat panen dan

pengaruh masyarakat sekitar

• Kondisi lingkungan sosial dan perubahan kehidupan masyarakat sekitar Balai

Benih Ikan (BBI)

• Wawancara

Wawancara adalah metode untuk mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada responden dan merupakan cara pengumpulan data

24
dengan tanya jawab langsung yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan

pada tujuan (Marzuki, 1983).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan oleh tiga karyawan Balai Benih

Ikan Kepanjen yang melakukan langsung proses pembenihan ikan yaitu bapak

Suhadi, bapak Yanto, bapak Hendan. Wawancara yang dilakukan meliputi:

• Sejarah berdirinya dan perkembangan usaha

• Permodalan yang digunakan oleh pemilik usaha

• Hasil panen dan harga jual per ekor

• Jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja

• Sumber dana yang digunakan dalam usaha dan penerimaan yang diperoleh

• Lama waktu pembenihan ikan air tawar mulai dari awal telur hingga menjadi

bibit ikan siap jual

• Pengaruh adanya Balai Benih Ikan (BBI) terhadap lokasi sekitar

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh sendiri oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya

berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2007 :

91).

Data sekunder merupakan data yang pengumpulannya bukan diusahakan

sendiri secara langsung oleh peneliti. Data sekunder ini diperoleh melalui studi

dokumentasi. Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode studi dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, data statistik, majalah, keterangan-

keterangan ataupun publikasi lainnya (Arikunto, 2006 : 158).

25
Adapun data sekunder yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini

meliputi :

• Kondisi umum lokasi penelitian yang meliputi kondisi geografi dan topografi

wilayah

• Kondisi umum usaha perikanan di sekitar lokasi penelitian

• Beberapa data ekonomi (finansiil) dan data teknis dari kegiatan usaha

pembenihan ikan air tawar

• Data statistik ekspor, impor dan produksi perikanan terutama benih ikan

Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder antara lain :

• Kantor Desa Kepanjen, Malang, Jawa Timur

• Balai Benih Ikan Kepanjen

• Perpustakaan pusat Universitas Brawijaya dan ruang baca Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan

• Literatur-literatur yang berkaitan dengan usaha pembenihan ikan air tawar

serta analisis kelayakan usaha

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada penelitian kali ini metode analisis

data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Menurut Nazir (1992), Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Metode deskriptif ada 2 macam yaitu deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif.

26
3.5.1 Deskriptif Kualitatif

Menurut Nazir (1992) deskriptif kualitatif adalah analisis data yang sifatnya

kualitatif tanpa menggunakan perhitungan-perhitungan. Penekanan analisisnya pada

proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini

bukan berarti bahwa analisis ini tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan

tetapi penekananya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha

menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.

Pada penelitian ini analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis

tujuan pertama yaitu mengetahui teknis pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih

Induk (BBI) Kepanjen. Pada analisis ini akan dijelaskan gambaran teknis

pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen. Teknis

pembenihan yang digunakan pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini merupakan bagian

dari model Setandar Nasional Indonesia (SNI) dimana dalam teknis pembenihan

ikan air tawar dilakukan pembinaan dan pendampingan yang meliputi kegiatan:

1. Persiapan kolam yang terdiri kegiatan pengolahan tanah, perbaikan dan

pengeringan tanah, pengapuran, pemberantasan hama, pencucian kolam,

pemupukan, penggunaan biotreatment

2. Pemilihan indukan yang digunakan dalam proses pemijahan

3. Proses pemijahan

4. Penetasan telur

5. Pendederan

27
3.5.2 Deskriptif Kuantitatif

Deskriptif kuantitatif adalah analisis data yang sifatnya kuantitatif yakni

berdasarkan perhitungan-perhitungan dan statistik (Nazir, 1992). Deskriptif

kuantitatif lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya deskriptif kuantitatif dilakukan pada

penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan

kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis. Metode

deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk menentukan hasil suatu perhitungan

meliputi: metode trend kuadratik, analisis finansiil jangka pendek, analisis finansiil

jangka panjang,

3.5.2.1 MetodeTrend Kuadratik

Metode trend kuadratik merupakan metode proyeksi trend dengan regresi

yang digunakan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini

menggunakan data minimal 2 tahun dan semakin banyak semakin baik. Biasanya

metode ini digunakan untuk produk baru atau rencana ekspansi. Metode ini

digunakan untuk memprediksi permintaan dan penawaran terhadap produk (bukan

permintaan turunan) atau permintaan produk tersebut ditentukan oleh produk lain.

Pada metode trend kuadratik kecenderungan data yang digunakan atau diperoleh

menyebabkan kurvanya berpola lengkungan atau berbentuk parabola. Hal ini

disebabkan karena nilai suatu variabel dalam interval yang panjang polanya berubah

menjadi tidak linier (Kasmir dan Jakfar, 2008 : 63).

Metode trend kuadratik ini digunakan untuk menganalisis tujuan kedua yaitu

untuk melihat peluang pasar penjualan benih ikan, khususnya ikan gurami dan lele

28
pada saat ini maupun masa yang akan datang dilihat dari jumlah permintaan dan

penawaran. Persamaan trend kuadratik dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + bX + cX2

Dimana koefisien a, b, dan c diperoleh dari :

a = (∑Y – c ∑X2) : n

b = ∑XY : ∑X2

c = (n ∑X2Y – (∑X2) (∑Y)) : (n ∑XY – (∑X2)2)

Dimana :

Y = nilai trend

X = parameter fungsi

a = konstanta

b = koefisien parameter

c = koefisien parameter

n = jumlah data (Husnan dan Muhammad, 2000 : 50).

Data-data yang diperlukan dalam membuat persamaan trend kuadratik

meliputi data permintaan dan penawaran benih ikan khususnya ikan gurami dan lele

yang diperoleh dari data produksi, ekspor dan impor. Matriks data yang diperlukan

dapat dilihat pada kolom dibawah ini.

Tabel 1. Data Permintaan Benih Ikan Tahun 2002 – 2006

Tahun Permintaan (Y) X X2 XY X2Y


2002
2003
2004
2005
2006

29
Tabel 2. Data Penawaran Benih Ikan Tahun 2002 – 2006

Tahun Penawaran (Y) X X2 XY X2Y


2002
2003
2004
2005
2006

Tabel 3. Estimasi Permintaan Benih Ikan Tahun 2010 – 2024

Tahun Rumus Estimasi Permintaan Estimasi Permintaan


2010 Y = a + bX + cX²
2011 Y = a + bX + cX²
2012 Y = a + bX + cX²
2013 Y = a + bX + cX²
2014 Y = a + bX + cX²
2015 Y = a + bX + cX²
2016 Y = a + bX + cX²
2017 Y = a + bX + cX²
2018 Y = a + bX + cX²
2019 Y = a + bX + cX²
2020 Y = a + bX + cX²
2021 Y = a + bX + cX²
2022 Y = a + bX + cX²
2023 Y = a + bX + cX²
2024 Y = a + bX + cX²

30
Tabel 4. Estimasi Penawaran Benih ikan Tahun 2010 – 2024

Tahun Rumus Estimasi Penawaran Estimasi Penawaran


2010 Y = a + bX + cX²
2011 Y = a + bX + cX²
2012 Y = a + bX + cX²
2013 Y = a + bX + cX²
2014 Y = a + bX + cX²
2015 Y = a + bX + cX²
2016 Y = a + bX + cX²
2017 Y = a + bX + cX²
2018 Y = a + bX + cX²
2019 Y = a + bX + cX²
2020 Y = a + bX + cX²
2021 Y = a + bX + cX²
2022 Y = a + bX + cX²
2023 Y = a + bX + cX²
2024 Y = a + bX + cX²

Pada analisis peluang pasar (market share), peluang tersebut ditimbulkan

karena jumlah permintaan akan suatu produk lebih besar dari jumlah penawaran.

Hal ini menyebabkan semua produk yang telah diproduksi dapat terjual habis di

pasar dan bahkan bila kita menambah produksi, produk tersebut juga akan tetap

laku karena jumlah produk yang diminta konsumen masih lebih banyak dari jumlah

produk yang kita produksi.

3.5.2.2 Analisis Finansiil Jangka Pendek

Analisis ini digunakan untuk menganalisis tujuan ketiga yaitu untuk

mengetahui kelayakan finansiil secara jangka pendek dari usaha pembenihan pada

Balai Benih Ikan Kepanjen. Analisis finansiil jangka pendek ini meliputi :

31
a. Analisis Revenue Cost Ratio (RC Ratio)

Analisis Revenue Cost Ratio (RC Ratio) merupakan alat analisis untuk

melihat tingkat keuntungan suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang

dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila RC lebih besar

dari 1 (RC>1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai RC maka tingkat

keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006).

TR
RC =
TC

Keterangan : TR : Pendapatan total (Total Revenue) (Rp/tahun)

TC : Biaya total (Total Cost) (Rp/tahun)

Kriterianya adalah :

- Apabila nilai RC > 1, maka usahanya menguntungkan

- Apabila nilai RC = 1, maka usahanya impas

- Apabila nilai RC < 1, maka usahanya rugi

b. Analisis Keuntungan

Keuntungan dihitung untuk mengetahui berapa besar laba dalam

melaksanakan suatu usaha. Menurut Soekartawi (1995) keuntungan usaha atau

pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan total setelah dikurangi biaya yang

dikeluarkan untuk proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap.

Menurut Gaspersz (2002), suatu aktivitas industri dikatakan memiliki keuntungan

apabila nilai ∏ = TR – TC > 0. Keuntungan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut

∏ = TR – TC

TC = VC + FC

32
Keterangan : ∏ : Keuntungan (Rp/tahun)

TR : Total Revenue (penerimaan total) (Rp/tahun)

TC : Total Cost (biaya total) (Rp/tahun)

VC : Variable Cost (biaya tidak tetap) (Rp/tahun)

FC : Fixed Cost (biaya tetap) (Rp/tahun)

Total revenue (TR) merupakan pendapatan kotor usaha yang didefinisikan

sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan total cost

(TC) merupakan pengeluaran total usaha yang didefinisikan sebagai semua nilai

masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi (Primyastanto,

2006).

Adapun rumus keuntungan sebelum dan sesudah dikurangi zakat adalah

sebagai berikut :

∏ (EBZ) = TR – TC

∏ (EAZ) = ∏ (EBZ) – (2,5% x EBZ)

Dimana : ∏ (EBZ) = keuntungan sebelum zakat

∏ (EAZ) = keuntungan setelah zakat

2,5% = besarnya zakat yang dikeluarkan untuk usaha perikanan

c. Analisis Break Event Point (BEP)

Analisis Break Event Point (BEP) adalah suatu teknik analisis untuk

mempelajari hubungan antara biaya-biaya variabel, biaya tetap, keuntungan dan

volume kegiatan (Riyanto, 1995). Analisis Break Event Point (BEP) digunakan untuk

mengetahui titik impas perusahaan atau suatu keadaan dimana perusahaan tidak

untung dan tidak rugi. Penghitungan BEP dapat dilakukan dengan dua cara :

33
• Atas dasar unit

FC
BEP =
P −V

Keterangan : P : Harga jual per unit (Rp/Kg)

V : Biaya variabel per unit (Rp/Kg)

FC : Biaya tetap (Rp/tahun)

Dikarnakan dalam penelitian produk yang dihasilkan lebih dari satu maka digunakan

BEP mix dalam unit dengan rumus:

∑ penjualanp roduk BEPsales


BEP MIX =
∑ totalpenju alan
h arg asatuan

• Atas dasar sales

FC
BEP =
VC
1−
S

Keterangan : FC : Biaya tetap (Rp/tahun)

VC : Biaya variabel (Rp/tahun)

S : Volume penjualan (Rp/tahun)

Menurut Rianto (2001) dalam mengadakan analisis BEP, digunakan asumsi-

asumsi dasar sebagai berikut

1. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan

golongan biaya tetap

2. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah sesuai dengan

besrnya volume produksi

3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidk berubah meskipun ada perubahan

volume produksi

34
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis

5. Apabila terjadi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan

penjualan antara masing-masing produk adalah tetap

d. Analisis Rentabilitas usaha

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain

rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah

bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang

akan diperbandingkan satu dengan lainnya (Riyanto, 1995 : 35).

L
R= X 100 %
M

Dimana : R = Rentabilitas (%)

L = Jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu

(Rp/tahun)

M = Modal yang digunakan untuk menghsilkan laba tersebut

(Rp)

Menurut Rianto (2001), suatu usaha dinyatakan layak apabila nilai

rentabilitasnya lebih besar daripada nilai suku bunga bank pada saat usaha itu

dijalankan.

3.5.2.3 Analisis Finansiil Jangka Panjang

Analisis ini digunakan untuk menganalisis tujuan ketiga yaitu untuk

mengetahui kelayakan finansiil secara jangka panjang dari Balai Benih Induk (BBI)

Kepanjen. Analisis finansiil jangka panjang ini meliputi

35
a. Analisis Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah merupakan selisih antara benefit (penerimaan)

dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan (Pudjosumarto, 1988 :

46). Penggunaan faktor diskon adalah keharusan dalam dalam analisis Net Present

Value. Faktor diskon ini diperlukan terhadap semua pengeluaran dan penerimaan

(saat pengeluaran serta penerimaannya adalah dalam waktu yang tidak bersaman),

sehingga dalam koridor waktu diperoleh nilai yang sebanding.

∑ Bt − Ct
i =1
NPV =
(1 + l )

Dimana : Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis

i = Tingkat suku bunga

Dalam evaluasi suatu proyek tertentu, tanda go dinyatakan oleh nilai NPV

yang sama atau lebih besar dari nol. Artinya suatu proyek dapat dinyatakan

bermanfaat untuk dilaksanakan bila NPV proyek tersebut sama atau lebih besar dari

nol. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social

opportunity cost faktor produksi modal. Jika NPV lebih kecil daripada nol, proyek

tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan oleh sebab itu

pelaksanaan harus ditolak. Ini berarti bahwa sumber-sumber yang seyogyanya

dipakai untuk proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada penggunaan lain yang

lebih menguntungkan (Gray dkk, 1992).

36
b. Analisis Benefit Cost Ratio (BC Ratio)

Benefit Cost Ratio (BC Ratio) merupakan perbandingan antara benefit dari

tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya yang

telah dipresent valuekan (Pudjosumarto, 1988 : 48).

Analisis Benefit Cost Ratio (BC Ratio) dapat dirumuskan sebagai berikut :

n
Bt − Ct
∑ (1 − i)
t =1
t
( Bt − Ct > 0)
Net B/C = n
,
Ct − Bt (Ct − Bt < 0)
∑ (1 − i)
t =1
t

Dimana : Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis

i = Tingkat suku bunga

Adapun kriteria dari Benefit Cost Ratio (BC Ratio) adalah sebagai berikut:

• BC Ratio > 1, maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis-

ekonomis proyek yang bersangkutan lebih besar dari cost dan investment,

berarti favourable sehingga pembangunan atau rehabilitas atau perluasan

proyek yang bersangkutan dapat dilaksanakan.

• BC Ratio = 1, maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis-

ekonomis proyek yang bersangkutan hanya cukup untuk menutupi cost dan

investment, sehingga dari aspek finansiil dan ekonomi dari pembangunan

atau perluasan proyek perlu dipertimbangkan

• BC Ratio < 1, maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis-

ekonomis proyek yang bersangkutan tidak cukup untuk menutupi cost dan

37
investment, berarti unfavourable sehingga pembangunan proyek yang

bersangkutan tidak dapat dilaksanakan (Purba, 1997 : 3).

c. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang

menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent valuekan

dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan

demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan

returns, atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya (Pudjosumarto, 1988 : 49).

NPV '
IRR = i’ + x (i’’- i’)
NPV '− NPV ' '

Dimana : i’ = Tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)

i” = Tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)

NPV’ = Nilai NPV pada discount rate pertama (positif)

NPV” = Nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)

Kriteria investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih

apabila IRR lebih besar daripada tingkat bunga yang disyaratkan sehingga rencana

invesrtasi memenuhi kriteria kelayakan. Tetapi sebaliknya apabila IRR lebih kecil

daripada tingkat bunga yang disyaratkan, maka rencana proyek investasi ditolak

atau rencana proyek investasi tidak memenuhi kriteria kelayakan (Triton, 2005 :

160).

d. Analisis Payback Periods (PP)

Payback Periods (PP) merupakan jangka waktu periode yang diperlukan

untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah

dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya yang

38
digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu

proyek yang dapat paling cepat mengembalikan biaya investasi (Pudjosumarto,

1988 : 51).

Menurut Riyanto (1995), rumus Payback Periods adalah sebagai berikut :

I
PP =
Ab

Dimana : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Benefit bersih yang diperoleh setiap tahun

e. Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas adalah menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat

apa yang akan terjadi pada proyek tersebut bila ada sesuatu yang tidak sejalan

dengan rencana. Analisis Sensitivitas berperan untuk melihat kepekaan internal

economic atau internal financial return suatu proyek terhadap kenaikan biaya

(Gittinger dan Adler, 1993 : 31).

Tujuan utama dari Analisis Sensitivitas adalah sebagai berikut :

- Untuk memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan

- Untuk memperbaiki design daripada proyek, sehingga dapat meningkatkan NPV

- Untuk megurangi resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan

pencegahan yang harus diambil

- Untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada

sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau benefit

(Pudjosumarto, 1988 : 70).

39
f. Risk Analysis

Menurut Jaya (2008) risiko adalah segala potensi dimana sebuah ancaman

akan mengeksploitasi kelemahan suatu asset/sistem/proses yang dapat

mengakibatkan kerugian atau kerusakan pada asset/sistem/proses. Dampak dari

risiko sejalan dengan nilai kerugian atau kerusakan dan estimasi frekuensi

amcaman. Risiko pada dasarnya adalah segala ancaman kejadian yang berdampak

negatif pada pencapaian tujuan bisnis yang secara matematis.

Menurut Hernanto (1993) dalam Abidin (2001), untuk melakukan analisis

risiko R, digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Hasil yang diharapkan (E)

Untuk mengukur besarnya nilai R yang diharapkan dipakai rata-rata R

(mean) dari masing-masing sistem usaha. Perumusannya sebagai berikut :

∑ Ei
i =1
E =
n

Dimana: E = R rata-rata

Ei = R pada periode ke i

n = jumlah responden masing-masing sistem usaha

b. Risiko

Untuk mengukur risiko secara statistik, dipakai ukuran ragam (variance) dan

simpangan baku (standart deviation). Rumus ragam adalah:

∑ (Ei − E )
i =1
2

V2 =
(n − 1)

40
Sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, atau: V= V 2

Dimana: V2 = ragam

V = simpangan baku

Nilai simpangan baku menunjukkan besarnya fluktuasi R yang mungkin

diperoleh atau dengan kata lain merupakan besarnya risiko yang harus ditanggung

oleh pemilik usaha.

c. Koefisien variasi (CV)

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus

ditanggung oleh pemilik usaha. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan

bahwa risiko yang harus ditanggung oleh pemilik usaha semakin besar

dibandingkan dengan keuntungannya. Rumus koefisien variasi adalah:

V
CV =
E

Dimana: CV = koefisien variasi

V = simpangan baku (standar deviasi)

E = rata-rata R

d. Batas bawah (L)

Batas bawah menunjukkan nilai R terendah yang mungkin diterima pemilik

usaha. Apabila nilai L sama dengan atau lebih dari nol, maka pemilik usaha tidak

akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila nilai L kurang dari nol, maka

dalam satu kali siklus terdapat peluang kerugian yang akan diderita pemilik usaha.

Rumus dari batas bawah R adalah:

L = E − 2V

41
Dimana: L = batas bawah R

Dari rumus-rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara batas

nilai bawah RTC dengan koefisien variasi sebagai berikut:

• Apabila nilai CV <_ 0,5 atau L >_ 0, maka pemilik usaha akan selalu

terhindar dari risiko kerugian.

• Apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0, maka pemilik usaha mempunyai peluang

menderita kerugian

42
BAB IV

KEADAAN UMUM

4.1 Lokasi Usaha Perikanan

Balai Benih Ikan Kepanjen didirikan diatas lahan seluas 3,4 ha dan beralamat

di Jl.Trunojoyo No.12 Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten

Malang, Propinsi Jawa Timur, yang mempunyai batas lokasi sebagai berikut :

Sebelah Barat : Desa Jatikerto, kecamatan Kepanjen

Sebelah Timur : Desa Kedung Pedaringan, kecamatan Kepanjen

Sebelah Utara : Desa Cempokomulyo, kecamatan Kepanjen

Sebelah Selatan : Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen

(Sumber: BBI Kepanjen)

Kecamatan Kepanjen terletak 20 km arah barat daya dari kotamadya

Malang. Letak Balai Benih Ikan Kepanjen di pinggir jalan raya yang

menghubungkan kecamatan Kepanjen dengan kecamatan Gondanglegi. Secara

geografis lokasi berada di ketinggian 335 dpl. Daerah ini termasuk dataran rendah

engan suhu 24-27 oC dan curah hujan 70 mm/tahun pada bulan kering dan

110mm/tahun pada bulan basah.

Dari hasil uji laboratorium BBI Kepanjen diperoleh hasil kualitas air di daerah

sekitar usaha sebagai berikut:

• Suhu : 28,5  31,5

• PH : 8,15  8,45

• Oksigen Terlarut : 3,3 mg/l  5,4 mg/l

• Kecerahan : 15 cm  20 cm

43
• Turbiditas : 29 mg/l  149 mg/l

• Konduktifitas : 0,025 %

(Sumber: BBI Kepanjen)

4.2 Sejarah Dan Perkembangan Usaha Perikanan

Balai Benih Ikan Kepanjen merupakan pengembangan dari Dinas Perikanan

Darat Kabupaten Malang yang sejak tahun 1957, dalam pengembanganya lembaga

ini mengalami bebrapa kali pergantian nama yaitu :

 Tahun 1963-1968 : Kursus Pengamatan Periknan Darat Kepanjen

 Tahun 1968-1972 : Training Center Perikanan Darat

 Tahun 1972-1974 : Training Center Aqua Culture

 Tahun 1974-1979 : Pusat Pengembangan Keterampilan

Pebudidaya ikan

 Tahun 1979-2002 : Unit Pembenihan Budadaya Air Tawar

 Tahun 2002-sekarang : Balai Benih Ikan Kepanjen

(Sumber: BBI Kepanjen)

Tugas pokok Balai Benih Ikan Kepanjen Malang adalah melaksanakan

sebagaian Tugas Dinas Perikanan Dan Kelautan Jawa Timur dibidang

Pengembangan Budidaya Air Tawar. Balai Benih Ikan Kepanjen juga merupakan

Unit Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan fungsi-

fungsi sesuai Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur. Berikut fungsi-fungsi Balai

Benih Ikan Kepanjen :

- Penangkaran benih air tawar

- Distribusi/pemasaran benih dan induk ikan air tawar

44
- Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan bahan, sarana, dan

prasarana pendukung pengembangan budidaya air tawar

- Pelaksanaan Pengetrapan Teknologi Perikanan air tawar serta

pemberantasan hama dan penyakit ikan air tawar

- Pelaksanaan pembinaan Pebudidaya ikan air tawar

- Pelaksanaan ketata usahaan dan rumah tangga perkantoran

- Tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Perikanan Dan

Kelautan Propinsi Jawa Timur

Balai Benih Ikan Kepanjen Malang adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis

Dinas Perikanan Dan Kelautan Jawa Timur yang melaksanakan tugas – tugas dan

diversivikasinya. Kegiatan utamanya adalah penganekaragaman komoditi jenis air

tawar dengan mengembangkan kegiatan pembenihan dan budidaya serta

merupakan salah satu balai di Jawa Timur yang mampu memberikan kontribusi

cukup besar dalam produksi perikanan. Modal yang digunakan adalah berasal dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD), karena Balai Benih Ikan Kepanjen Malang ini adalah instalasi milik

pemerintahan.

45
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kelayakan Usaha

Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1991) studi kelayakan adalah suatu

analisis yang ditunjukkan untuk meneliti suatu proyek investasi tersebut layak atau

tidak. Usulan proyek tersebut harus dikaji, diselidiki, dan diteliti dari berbagai aspek

tertentu sehingga memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan atau tidak. Untuk

menganalisis kelayakan dapat dilakukan dengan lima aspek yaitu; teknis,

manajemen, finansiil, pasar, dan sosial ekonomi.

Adapun dalam penelitian kelayakan usaha pembenihan ikan air tawar pada

Balai Benih Ikan Kepanjen ini dilakukan dengan menganalisis aspek teknis, aspek

manejemen, aspek finansiil, aspek pasar, dan aspek sosial ekonomi.

5.2 Aspek Teknis

Aspek teknis atau operasional juga dikenal sebagai aspek produksi. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas

produksi, tata letak, penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk

pemilihan teknologi (Kasmir dan Jakfar, 2003). Pada penelitian ini yang dibahas

pada aspek teknis mencangkup penentuan lokasi usaha, tata letak (lay out), dan

proses produksi (teknik pembenihan).

5.2.1 Penentuan Lokasi Usaha

Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi usaha

adalah dekat dengan pasar, mudah mendapatkan bahan baku, tersedianya tenaga

kerja, terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya, kereta api, tersedianya

46
sarana dan prasarana seperti listrik, dan sikap masyarakat (Kasmir dan Jakfar,

2003). Berdasarkan hasil penelitian letak lokasi Balai Benih Ikan Kepanjen tergolong

ramai dan strategis, hal ini dikarenakan letaknya dipinggir jalan raya, berdekatan

dengan tempat-tempat umum seperti rumah sakit Kepanjen, Dinas Pendidikan,

Pengadilan Tinggi Negri, dan ± 1km dari pasar kepanjen. Dengan penempatan

lokasi Balai Benih Ikan Kepanjen yang cukup baik ini memudahkan dalam

memperoleh bahan baku sehingga proses produksi seperti pembenihan berjalan

dengan lancar dan memudahkan mendistribusikan hasil benih dikarnakan sudah

tersedianya jalan raya dan fasilitas angkutan umum. Sikap masyarakat yang

mendukung terhadap adanya Balai Benih Ikan Kepanjen karna dapat menyerap

tenaga kerja.

Dalam usaha budidaya khususnya pembenihan ikan, faktor lahan

merupakan dasar pertimbangan kedua yang harus diletakkan dalam menetapkan

lokasi. Disisi lain faktor lahan sangat erat dengan keberhasilan usaha pembenihan

baik dilihat dari sisi habitat dan juga hal-hal lain yang apat mengganggu proses

produksi. Dalam menentukan lokasi Balai Benih Ikan Kepanjen juga tidak terlepas

dari keadaan alam sekitar. Lahan perkolaman memiliki struktur dan tekstur tanah

yang baik yaitu liat berpasir, memiliki suhu normal 24-27 oC cocok untuk usaha

pembenihan ikan air tawar. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai yang

mengalir di sepanjang Jl.Trunojoyo No.12 Desa Panggungrejo, Kecamatan

Kepanjen, yang disalurkan melalui saluran irigasi. Lokasi lahan usaha bbi terletak

jauh dari daerah industri sehingga kemungkinan tercemar dari limbah-limbah industri

dapat dihindari. Gambar saluran irigrasi dilihat pada gambar 2:

47
Gambar 2 : Saluran Irigrasi Kolam

Penilaian terhadap penentuan lokasi untuk penelitian pada Balai Benih Ikan

Kepanjen mengunakan metode penilaian hasil value yang memiliki lima kriteria yaitu;

pasar, bahan baku, trasportasi, tenaga kerja, dan pertimbangan lainnya.

Tabel 5. Nilai bobot Lokasi

Kriteria Penilaiaan Nilai Bobot Lokasi


Pasar 40
Bahan Baku 30
Transportasi 15
Tenaga Kerja 10
Pertimbangan Lain 5
total 100
Sumber: Kasmir dan Jakfar, 2003

48
Tabel 6. Kriteria penilaian terhadap penentuan lokasi Balai Benih Ikan Kepanjen

Jarak antara Kriteria Penilaian


lokasi usaha Pasar Bahan Transportasi Tenaga Pertimbangan
dan kriteria Baku kerja lain
penilaian
≤ 10 31 - 40 25 - 30 13 - 15 9 - 10 5
11 - 20 21 - 30 17 - 24 9 - 12 6-8 4
21 - 30 11 - 20 9 - 16 5 -8 4-5 3
≥ 30 1 - 10 1 -8 1 -4 1-3 1-2
Sumber: Kasmir dan Jakfar (2003)

Dari hasil penelitian yang mengacu kepada denah lokasi didapat nilai bobot

untuk kelima kriteria penentuan lokasi berdasarkan jarak (km).

Tabel 7. Hasil Penilaian Lokasi

Kriteria Penilaiaan Nilai Bobot Lokasi


Pasar 35
Bahan Baku 15
Transportasi 10
Tenaga Kerja 8
Pertimbangan Lain 3
total 71
Sumber: Penelitian, 2009

5.2.2 Tata Letak (Layout)

Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas yang dapat manentukan efisiensi produksi. Layout dirancang berkenaan

dengan produk, proses, sumber daya manusia, dan lokasi sehingga dapat tercapai

efisiansi operasi (Kasmir dan Jakfar, 2003). Jenis layout pada Balai Benih Ikan

Kepanjen adalah tata letak kantor (office layout), layout posisi kerja, peralatan kerja,

49
tempat yang diperuntukkan untuk perpindahan informasi dan proses produksi sudah

tertata dengan baik, sehingga memberikan ruang gerak yang memadai untuk

beraktivitas sesuai dengan tugas masing-masing karyawan, pemakaian ruang yang

efisien, mengurangi biaya produksi, aliran material dan pengangkutan menjadi

lancar, dan memberikan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih

baik. Layout Balai Benih Ikan Kepanjen dapat dilihat pada lampiran 2.

5.2.3 Teknik Pembenihan Ikan Air Tawar

1. Persiapan Kolam

Persiapan kolam pemijahan pada pembenihan ikan meliputi: pengeringan,

pengolahan tanah dasar, pembuatan kemalir, pengapuran, pemupukan.

 Pengeringan

Pengeringan kolam bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit,

memperbaiki struktur tanah dalam kolam dan membuang gas-gas beracun.

Pengeringan perlu karena produktifitas kolam yang sudah lama digunakan biasanya

akan mudah menurun. Pengeringan dimulai dengan pembajakan tanah sehingga

membentuk Lumpur dengan kedalaman 5 cm. dasar kolam harus mampu menahan

air dan tidak porous karena digunakan untuk membuat sarang saat ikan memijah.

Jika sinar matahari bersinar normal biasanya dalam waktu 3 sampai 5 hari kolam

akan kering. Sambil menunggu kolam kering diperbaiki pula pematang yang longsor

bekas sarang belut dan sarang ular. Caranya dengan menambal tanah pada bagian

yang berlubang. Caren (saluran tengah di dasar kolam) yang teratur bentuknya

dibuat rapi dan lurus, sehingga memudahkan menangkap penangkapan induk

ataupun benih yang kemudian hari akan dipanen. Selain itu dapat juga memperbaiki

50
saluran inlet dan outlet jika ada yang rusak. Gambar pengeringan kolam dapat dilihat

pada gambar 3.

Gambar 3: Pengeringan Kolam

 Pengolahan tanah dasar

Tanah dasar merupakan bagian terpenting dari kolam. Struktur tanah yang

baik akan dapat merangsang tumbuhnya pakan alami yang ada dalam kolam,

sehingga perlu dilakukan pengolahan tanah dasar. Pengolahan tanah dasar di Balai

Benih Ikan Kepanjen Malang dilakukan dengan menggunakan traktor.

 Pembuatan kemalir

Kemalir dibuat ditengah-tengah kolam yaitu berupa saluran tunggal

memanjang dari tempat masuknya air sampai ke saluran pembuangan air. Hal ini

bertujuan untuk memperlancar proses pemanenan ikan.

Balai Benih Ikan Kepanjen Malang, lebar kemalir kolam pembenihan ikan

adalah ±10-20 cm dengan kedalaman 10 cm. salah satu ujung kemalir berfungsi

sebagai pintu pemasukan dan ujung lainnya bermuara ke pintu pembuangan. Pada

ujung terendah, kemalir dibuat melebar menjadi kubangan penangkapan, di depan

lubang pengeluaran air. Kebangan dibuat permanen berupa pasangan tembok yang

51
diplester semen. Kemalir dapat berupa saluran tunggal dikarenakan pada kolam

pemijahan ni hanya memiliki 1 buah pintu pemasukan. Gambar kemalir dapat dilihat

pada gambar 4.

Gambar 4 : Kemalir

 Pengapuran

Problem keseimbangan asam basa pada perairan kolam sering dapat

dipecahkan dengan pengapuran. Pemakaian atau penerapan pengapuran bukan

merupakan suatu tipe pemupukan. Pengapuran mungkin secara tepat dapat

dikatakan sebagai suatu proses tersendiri yang diperlukan pada beberapa kolam

yang memungkinkan terjadinya respon normal dari populasi ikan pada pemupukan

dan proses manajemen yang lain (Zakiyah, 1991).

Pengapuran kolam bertujuan untuk mengembalikan nilai pH, meningkatkan

alkalinitas serta membunuh hama dan penyakit. Jenis yang biasanya dipakai adalah

kapur pertanian. Dengan dosis 50gr/m. Cara pengapurannya adalah dengan

menyebarkan secara merata di dasar kolam.

 Pemupukan

Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga

tumbuh-tumbuhan air maupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan

52
dapat tumbuh dengan baik, misalnya jenis ganggang, plankton, protozoa, benthos

dan lain-lainya (Cahyono, 2000).

Pemupukan merupakan salah satu cara untuk menyuburkan kolam. Pupuk

yang sering digunakan di Balai Benih Ikan Kepanjen Malang adalah pupuk kandang.

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara dalam jumlah yang sedikit, tetapi

kelebihanya disamping dapat menambah unsur hara, pupuk kandang dapat

mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad

renik.

2. Memilih Indukan

Induk ikan yang digunakan dalam usaha pembenihan ini diperoleh dengan

cara memproduksi induk sendiri. Harga 1 ekor induk bervariasi sesuai umur dan

berat ikan. Seleksi calon induk berdasarkan pada pertumbuhannya yang cepat, ikan

tampak mempunyai bentuk gambaran luar/fisik terbaik, selain itu bentuk tubuh harus

baik dan tahan terhadap hama dan penyakit.

Untuk mendapatkan benih yang baik dan berkualitas tinggi maka induk yang

digunakan juga harus berkualitas dan bermutu tinggi. Seleksi induk ikan yang akan

dikawinkan di kolam pemijahan mutlak harus dilakukan. Calon induk harus diteliti

dengan ketat agar diperoleh induk yang benar-benar berkualitas. Pedoman dalam

menyeleksi calon induk menjadi induk yaitu memilih ikan-ikan yang sehat dan

berdasarkan pada pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan-ikan

lain yang umurnya sama.

Menurut Cahyono (2000), Kriteria calon induk nila yang baik adalah sebagai

berikut :

53
a. Induk ikan dalam keadaan sehat, yakni tidak cacat atau luka dan tidak terserang

penyakit

b. Induk ikan memiliki bentuk badan normal

c. Induk ikan telah berumur diatas satu tahun

d. Induk ikan telah matang kelamin. Induk ikan yang telah matang kelamin dapat

dilihat melalui tanda-tanda kelamin sekunder

e. Induk ikan gerakanya lincah

f. Induk ikan memiliki sisik yang tersusun teratur

Balai Benih Ikan Kepanjen Malang, umur ekonomis induk ikan rata-rata

diatas 1 tahun dengan berat yang beraneka ragam sesuai dengan jenis ikan. Pada

umumnya berat induk ikan betina lebih berat daripada induk ikan jantan. Pada Balai

Benih Ikan Kepanjen Induk yang telah dipijahkan melewati batas umur ekonomis

sudah tidak dipakai lagi, karena mutu dan jumlah telur yang dilahirkan menurun.

Induk jantan dan betina dipelihara di kolam dengan luas 923 m2 dengan

perbandingan 1:3.

3. Pemijahan dan Penetasan

Pemijahan merupakan kegiatan mengawinkan induk ikan jantan dan induk

ikan betina. Tujuan pemijahan adalah untuk memperoleh benih ikan dalam jumlah

banyak dan bermutu baik sehingga dapat dikembangkan menjadi ikan konsumsi dan

peremajaan induk. Pemijahan ikan yang dilakukan secara intensif dapat mencegah

atau menekan kerusakan telur oleh hama atau penyakit, menjamin penetasan telur,

dan mencegah kematian larva. Penetasan telur yang telah terbuahi harus selalu

diawasi. Cara pemijahan ikan berbeda-beda, tergantung oada jenis ikannya. Namun

ukuran luas kolam pemijahan, kesuburan kolam, kondisi air, perbandingan jumlah

54
induk betina dan jantan, dan peralatan penunjang untuk pembuatan susuh harus

sungguh-sungguh diperhatikan (Cahyono, 2000).

Pada Balai Benih Ikan Kepanjen pemijahan dilakukan secara intensif. Luas

kolam-kolam pemijahan telah disesuaikan dengan jenis ikan, kualitas air yang baik

yang berasal dari sungai yang mengalir di sepanjang Jl.Trunojoyo No.12 Desa

Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, tingkat kesuburan kolam yang tinggi

dikarenakan adanya proses pemupukan yang dilakukan sebelum pemijahan,

tersedianya peralatan-peralatan untuk melakukan pemijahan serta tersedianya

laboratorium perikanan.

4. Pendederan

Kegiatan pemeliharaan larva atau benih dapat dikatakan sebagai

pendederan. Kegiatan pendederan ini dimulai hingga benih mencapai ukuran 1-5

cm yang siap untuk dipelihara di kolam pembesaran. Pendederan dilakukan setelah

larva ikan berumur 5-7 hari. Untuk memindahkan larva ikan dari kolam induk ke

kolam pendederan dilakukan pada waktu pagi hari untuk menghindari perbedaan

suhu yang besar dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pendederan juga

berfungsi untuk melindungi larva ikan dari gangguan hama dan penyakit yang tidak

menguntungkan.

Kolam pendederan dapat berupa tanah atau bak semen. Ukuran kolam

pendederan sebaiknya tidak terlalu luas, sehingga mudah melakukan pengawasan.

Kolam pendederan sebelum digunakan perlu disiapkan terlebih dahulu. Persiapan

meliputi pengeringan kolam 3-5 hari, pengolahan dasar kolam, pembuatan kemalir

dan memperbaiki saringan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan alami, kolam dipupuk

dengan kotoran ayam, kemudian dialiri air dan dibiarkan beberapa saat untuk

55
memberi kesempatan pakan alami untuk tumbuh dan larva ikan ditebarkan ke

kolam. Benih yang ada dikolam pendederan selama 1 bulan panjang badannya bisa

mencapai ukuran 1-5 cm. Pada ukuran ini sudah dapat untuk dijual ke Pebudidaya

ikan yang akan melakukan kegiatan pembesaran maupun ke pedagang perantara

yang akan menjual benih ke konsumen berikutnya.

5. Pemanenan

Pemanenan perlu dilakukan dengan cermat, khususnya untuk benih yang

masih kecil ukurannya. Di Balai Benih Ikan Kepanjen menggunakan cara

pemanenan total dan pemanenan sebagian. Hal ini dilakukan karena pemanenan

dipengaruhi oleh permintaan benih dari Pebudidaya ikan.

Pemanenan total pertama-tama yang harus dilakukan yaitu mengurangi air

kolam dan memasang saringan atau jaring agar benih tidak ikut keluar bersama air.

Pemanenan sebaiknya dilakukan saat pagi hari, sebab pada pagi hari biasanya suhu

air masih rendah dan matahari belum terlalu panas, karena waktu yang kurang tepat

saat panen menyebabkan benih menjadi strees. Jika air sudah mulai surut hingga

tersisa 10 cm, saat itu para pekerja turun ke kolam untuk mengatur sisa air agar

mengalir ke arah pintu pembuangan melalui saluran kemalir yang terdapat di tengah

dasar kolam. Benih akan digiring perlahan ke arah kemalir. Sementara itu di ujung

kemalir (dekat pintu pengeluaran) satu atau dua orang membuat kobakan yang telah

dilengkapi dengan jaring atau seser. Hasil tangkapan dikumpulkan di ember plastik

besar yang telah diisi air, kemudian dibawa ke penampungan berupa kolam yang

telah diisi air dan dipasangi happa.

Selama pemanenan, air harus selalu mengalir tetapi alirannya kecil dan pintu

keluaran harus terpasang alat penyaring. Tujuannya agar benih tidak stres akibat

56
kekurangan oksigen. Benih-benih yang mencari oksigen akan naik menuju pintu

pemasukan air, hal ini kan memudahkan penangkapan benihnya.

Setelah benih selesai ditangkap dan dipindah ke happa, benih-benih ikan

tersebut disortasi menurut ukurannya. Sortasi dilakukan dengan menggunakan

saringan yang terbuat dari bak plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran

yang diinginkan. Ukuran tersebut antara lain 1-3, 3-5, 4-5,. Setelah disortasi benih

ditampung dalam happa atau kolam sementara sesuai ukurannya dan dihitung

sesuai jumlah yang dipesan Pebudidaya ikan. Happa adalah kolam sementara

tempat menampung benih sebelum dijual ke konsumen. Gambar kolam happa dapat

dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 : Kolam Happa

Sedangkan untuk pemanenan sebagian, pemanenan tidak memerlukan

pengeringan dasar kolam. Panen benih dilakukan jika ada pesanan dari konsumen.

Umumnya ukuran benih yang dipanen 1-5 cm. Alat-alat yang dipergunakan dalam

pemanenan meliputi seser, dan bak. Pemanenan dilakukan dengan cara

penyeseran dengan menggunakan seser bermata lembut. Sebelum dilakukan

penyeseran benih ikan diberi pakan dedak halus yang disebar di salah satu bagian

pinggir kolam, tujuannya agar benih ikan bergerombol di tepi kolam sehingga

57
memudahkan dilakukan pemanenan. Gambar penyeseran larva ikan dapat dilihat

pada gambar 6.

Gambar 6: Penyeseran Ikan

5.3 Aspek Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan

pengawasan suatu aktifitas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumberdaya,

sehingga mempunyai nilai tambah agar dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tanpa manusi yang ada di belakang faktor produksi (seperti uang, mesin, gedung,

bahan baku) tidak dapat beroprasi karena merupakan benda mati, sehingga

kegiatan (proyek) usaha juga akan sukar untuk merealisasikan potensi keuntungan

dan tujuan yang dikehendaki bila tidak dikelola dengan manajemen yang baik

(Sutoyo, 1996 dalam Mimit P, 2003).

Selain itu tanpa pengelolaan yang baik, benar dan tepat, maka hasil yang

diharapkan tidak akan tercapai, bahkan akan mengalami kerugian dan kegagalan.

Oleh karena itu evaluasi terhadap aspek manajemen tidak boleh diabaikan, kerena

semua model manajemen pada prinsipnya betujuan agar kegiatan usaha yang akan

datang dan sedang dilakukan dapat berjalan secara sistematis, terencana, terarah

58
dan terkoordiniasi dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

bagian yang ada (Mimit P, 2003).

Dalam penelitian ini analisis aspek manajemen dilakukan dengan cara

deskriptif kualitatif, dimana kriteria pengujian dengna menggunakan fungsi-fungsi

manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pergerakan (actuanting) dan pengawasan (controlling). Sedangkan dalam

menentukan skorsing masing-masingfungsi menggunakan metode identifikasi faktor

penentu (impack point).

Pada pendekatan manajemen dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan

cara membuat matrik kegiatan yang sudah atau belum dilakukan sesuai fungsi-

fungsi manajemen yang diterapkan yaitu Planning, Organizing, Actuanting,

Controlling (POAC). Berlandaskan teori, kategori seleksi (POAC) dengan tingkat

kesesuaian 100% masing-masing diberi bobot nolai 30, 20, 30, dan 20, begitu juga

dengan nilai kesesuaian 35 = tidak sesuai, 36  70 = kurang sesuai, dan 70 =

sesuai. Hasil matrik sesuai dengan kondisi aktual dibandingkan dengan landasan

teori, dikalikan masing-masing bobot katagori seleksi. Jumlahnya merupakan nilai

kesesuaian dari fungsi-fungsi manajemen.

Tabel 8. Tingkat Kesesuaian dan Nilai Bobot Pada Fungsi-Fungsi Manajemen

Katagori Seleksi Tingkat Kesesuaian (%) Nilai Bobot


Perencaaan 100 30
Pengorganisasian 100 20
Pergerakan 100 30
Pengawasan 100 20
Sumber: Mimit P (2003)

59
Tabel 9. Nilai Kesesuaian Pada Tingkat/ Fungsi-Fungsi Manajemen

Nilai Bobot Keterangan


Tidak sesuai
36  70 Kurang sesuai
Sesuai
Sumber: Mimit P (2003)

Pada penelitian ini juga dari pihak balai sendiri sudah memiliki kegiatan-

kegiatan yang menunjang dari 4 kriteria manajemen. Sehingga proses penilaian

dengan metode identifikasi faktor penentu (impack point) dapat dilakukan.

5.3.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah penentuan lebih dulu apa yang akan dikerjakan atau

dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan fungsi yang pertama

dan terpenting dalam manajemen, karena fungsi yang lain akan dapat dilaksanakan

apabila perencanaan sudah ditetapkan. Berdasarkan penelitian, matrik kegiatan

perencanaan yang dirancang oleh Balai Benih Ikan Kepanjen meliputi:

merencanakan target produksi benih, merencanakan pemasaran, merencanakan

tata letak (layout) Balai Benih Ikan (BBI), merencanakan penentuan lokasi,

merencanakan proses produksi.

Dalam merencanakan target produksi benih pihak Balai mengkondisikannya

sesuai dengan anggaran yang diterima dari pemerintah pusat. Perencanaan target

produksi benih ini dilakukan setiap tahun karena anggaran yang diterima selalu

berubah-ubah. Namun pihak Balai selalu menargetkan untuk hasil penjualan benih

harus melebihi biaya operasional tahunan. Untuk rencana pemasaran hasil benih,

Balai memasarkannya kepada para Pebudidaya ikan dan pengusaha-pengusaha

kecil perikanan. Perencanaan tata letak balai dilakukan agar memberikan ruang

60
gerak yang memadai untuk beraktivitas sesuai dengan tugas masing-masing

karyawan, pemakaian ruang yang efisien, mengurangi biaya produksi, aliran material

dan pengangkutan menjadi lancar, dan memberikan kenyamanan, kesehatan dan

keselamatan kerja yang lebih baik. Dalam merencanakan penentuan lokasi, pihak

Balai memilih Jl.Trunojoyo No.12 Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen atas

dasar berbagai pertimbangan diantaranya; fasilitas umum yang memadai, mudah

mendapatkan bahan baku, tempat startegis atau dekat keramaian, jauh dari industri

besar, memiliki aliran sungai yang mendukung proses produksi. Perencanaan

proses produksi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu; persiapan kolam, memilih

indukan, pemijahan/ penetasan, pendederan, dan pemanenan.

Dari kegiatan-kegiatan perencanaan di atas diperoleh Hasil penilaian dengan

menyesuaikan pada tabel 10 yaitu perencanaan target produksi adalah 80,

perencanaan pemasaran adalah 65, perencanaan layout adalah 70, perencanaan

penentuan lokasi adalah 80, dan perencanaan proses produksi adalah 80.

Pembobotan masing-masing faktor penentu 20%, maka penilaian terhadap fungsi

perencanaan termasuk katagori ”sesuai” pada tingkat kesesuaian 75% dengan

bobot nilai 22,5. Untuk perincian penilaian terhadap kegiatan perencanaan dapat

dilihat pada tabel 11.

5.3.2 Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk mengatur dan

mengalokasikan segala aktifitas, wewenang maupun sumberdaya pada seluruh

komponen yang terlibat dalam kegiatan usaha. Berdasarkan penelitian, matrik

kegiatan perencanaan yang dirancang oleh Balai Benih Ikan Kepanjen meliputi:

61
memiliki struktur organisasi, pembagian kerja sesuai dengan bidangnya, membuat

jaringan pemasaran, kerjasama antar Pebudidaya ikan.

Jenis struktur organisasi yang digunakan pada Balai Benih Ikan Kepanjen

adalah organisasi lini dan staf. Pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang kepala

balai, sedangkan para staf membantu tugas-tugas pimpinan agar berjalan dengan

baik. Pada Balai Benih Ikan Kepanjen sistem kerja para staf terbagi menjadi dua

yaitu staf pembenihan dan staf tata usaha. Adapun kelebihan dari model organisasi

ini adalah adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf, dan pelaksana,

koordinasi mudah dilakukan dan proses pengambilan keputusan relatif mudah.

Bagan struktur organisasi

Dalam pembagian tugas, pegawai balai diberikan tugas sesuai dengan

keahlian masing-masing, hal ini dilakukan agar proses produksi berjalan dengan

baik. Pihak balai juga melakukan kerjasama dengan Pebudidaya ikan guna

memperlancar pengadaan bahan baku, seperti pengadaan indukan dan benih.

Jaringan pemasaran antara pihak balai dan Pebudidaya ikan serta pengusaha-

pengusa kecil sudah dilaksakan hanya membutuhkan waktu dalam proses

pengembangannya. tabel pembagian kerja

Struktur organisasi Balai Benih Ikan ( BBI ) Kepanjen Malang terdiri atas :

- Kepala

- Sub. Bagian Tata Usaha

- Seksi Pembenihan Dan Budidaya

Dalam menjalankan kewajibanya kepala dan setiap sub bagian dalam

struktur organisasi Balai Benih Ikan Kepanjen Malang mempunyai tugas dan

wewenang yang harus dijalankan, diantaranya adalah :

62
1. Kepala

Kepala Balai Benih Ikan Kepanjen Malang mempunyai wewenang

dan memimpin serta mengkoordinasikan tugas pokok dan fungsi tersebut

kepada bagian dan devisi-devisi yang berada di bawahnya, serta

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi

Jawa Timur yang dalam pelaksanaannya di bawah kordinasi pada Kepala

Sub Dinas dan Bagian.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, bagian

tata usaha mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan rencana, program, pelaporan, pembinaan

organisasi dan tata laksana.

b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian dan keuangan.

c. Pelaksanaan pengelolaan surat-menyurat, kearsipan dan urusan rumah

tangga perkantoran.

d. Pelaksanaan data statistik kegiatan Balai Benih Ikan Kepanjen Malang.

3. Seksi Pembenihan dan Budidaya

Tugas seksi pembenihan adalah sebagai berikut :

a. Memproduksi ikan dan induk guna penyediaan bagi BBI lokal dan

Pebudidaya ikan.

b. Melaksanakan penyediaan induk, benih dan ikan konsumsi hasil

budidaya yang berkualitas unggul.

c. Merencanakan kegiatan operasional budidaya serta pembenihan ikan.

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan oprasional.

e. Pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan hama penyakit.

63
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemimpin.

g. Melaksanakan tugas lainya yang diberikan kepada pimpinan

Dari kegiatan-kegiatan perencanaan di atas diperoleh penilaian untuk

masing-masing kegiatan pengorganisasian dengan menyesuaikan pada tabel 10

yaitu struktur organisasi adalah 80, kerjasama antar pebudidaya ikan adalah 70,

membuat jaringan pemasaran 65, pembagian kerja sesuai dengan bidang adalah

85. Pembobotan masing-masing faktor penentu 25%, maka penilaian terhadap

fungsi perencanaan termasuk katagori ”sesuai” pada tingkat kesesuaian 75%

dengan bobot nilai 15. Struktur keorganisasian dapat dilihat pada lampiran 3 dan

untuk perincian penilaian terhadap kegiatan pengorganisasian dapat dilihat pada

tabel 11.

5.3.3 Pergerakan (Actuanting)

Pergerakan atau pelaksanaan adalah proses untuk menjalankan kegiatan

dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi pimpinan harus menggerakkan

bawahannya untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan (Kashmir dan

Jakfar, 2008). Sedangkan menurut Mimit P (2003) pergerakan adalah suatu tindakan

untuk merangsang orang agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa

yang telah dibebankan. Berdasarkan penelitian, matrik kegiatan perencanaan yang

dirancang oleh Balai Benih Ikan Kepanjen meliputi: peningkatan disiplin kerja,

peningkatan kesejahtraan, peningkatan kualitas SDM, pemberian motivasi.

Kegiatan peningkatan disiplin kerja yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan

Kepanjen adalah:

1. Wajib apel dan mengisi absensi pagi dan siang

64
2. Wajib menggunakan seragam PSH/KORPRI dan pakaian lapang serta

disesuaikan dengan keadaan di lapang

3. Mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku

Kegiatan peningkatan kesejahtraan yang dilakukan oleh BBI adalah:

1. Pemberian hak cuti

2. Pemberian fasilitas rumah dinas

3. Pemberian –pelayanan asuransi kesehatan (ASKES)

4. Pemberian pakaian seragam harian, olah raga, sepatu

5. Melaksanakan senam kesegaran jasmani (SKJ) setiap hari jumat

6. Vakasi

Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas SDM, dilakukan dengan cara

penyampaian kepada semua karyawan tentang informasi-informasi yang bersifat

kajian-kajian teknologi, atau perkembangan kegiatan perikanan. Hal ini disampaikan

pada waktu apel atau pertemuan rutin bulanan. Sedangkan untuk pemberian

motivasi dilakukan oleh pimpinan dengan cara face to face atau dalam pembicaraan

antar pegawai sehari-hari.

Dari kegiatan-kegiatan perencanaan di atas diperoleh penilaian untuk

masing-masing kegiatan pergerakan dengan menyesuaikan pada tabel 10 yaitu

peningkatan disiplin kerja adalah 85, peningkatan kesejahtraan pegawai adalah 75,

peningkatan kualitas SDM adalah 65, pemberian motivasi adalah 60. Pembobotan

masing-masing faktor penentu 25%, maka penilaian terhadap fungsi perencanaan

termasuk katagori ”sesuai” pada tingkat kesesuaian 71,25% dengan bobot nilai

21,375. Untuk perincian penilaian terhadap kegiatan pergerakan dapat dilihat pada

tabel 11.

65
5.3.4 Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas

apakah telah sesuai dengan rencana (Kashmir dan Jakfar, 2008). Pengawasan

adalah fungsi manajemen yang terakhir yang sering disebut dengan pengendalian

yaitu suatu fungsi manajemen berupa penilaian (seleksi) atau kontrol terhadap

sesuatu yang sedang berjalan maupun yang telah dilaksanakan sesuai standart

yang telah ditetapkan. Berdasarkan penelitian, matrik kegiatan perencanaan yang

dirancang oleh BBI meliputi: Kontrol terhadap pakan, seleksi hasil panen, monitiring

pertumbuhan dan perkembangan, pengndalian hama dan penyakit.

Pakan diberikan sebagai makanan tambahan untuk induk dan benih. Pakan

pokok yang harus ada adalah pakan alami. Pemupukan kolam yang telah dilakukan

bertujuan untuk merangsang tumbuhnya pakan alami. Pakan alami adalah pakan

yang berasal dari jenis fitoplankton dan zooplankton. Namun indukan masih

memerlukan pakan tambahan agar dapat bertahan hidup dan melakukan proses

pemijahan. Pakan tambahan yang diberikan adalah pellet yang mengandung protein

30-40 % dengan kandungan lemak 3 %. Banyak pakan tambahan yang diberikan

kira-kira 3 % dari berat badan ikan dengan pemberian 2 kali sehari sekitar pukul 7-8

pagi dan 4 sore, sedangkan untuk benih dapat memakan organisme renin seperti

cacing sutra (tubifex), siput air yang lunak dan jentik-jentik berbagai serangga air.

Selain itu juga dapat diberi pakan tambahan berupa pellet yang mempunyai

kandungan protein sebesar 25 %.

Sortasi dilakukan unutk menyeleksi hasil panen dengan menggunakan

saringan yang terbuat dari bak plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran

yang diinginkan. Ukuran tersebut antara lain 1-3, 3-5, 4-5,. Setelah disortasi benih

66
ditampung dalam happa atau kolam sementara sesuai ukurannya dan dihitung

sesuai jumlah yang dipesan Pebudidaya ikan.

Selama ini usaha pembenihan ikan Balai Benih Ikan Kepanjen Malang

ditemukan suatu jenis penyakit yang menyerang. Penyakit yang biasanya

menyerang ikan adalah jamur. Pemberantasan jamur dilakukan dengan

menggunakan metil blue. Sedangkan jenis hama yang mengganggu adalah siput.

Hama adalah organisme pengganggu yang ada di sekitar ikan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup dari ikan. Pemberantasan

hama ini dengan cara manual yaitu dengan mengambil siput dari kolam kemudian

dikumpulkan dan dihancurkan. Pada umunya kematian benih ikan disebabkan oleh

kondisi lingkungan yang kurang baik. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan

dilakukan oleh balai setiap setahun sekali melalui laporan tahunan.

Dari kegiatan-kegiatan perencanaan di atas diperoleh penilaian untuk

masing-masing kegiatan pengawasan dengan menyesuaikan pada tabel 10 yaitu

kontrol pakan adalah 65, sleksi pemilihan indukan adalah 65, sleksi hasil panen

adalah 70, monitoring pertumbuhan adalah 75, dan pengendalian hama dan

penyakit adalah 65. Pembobotan masing-masing faktor penentu 20%, maka

penilaian terhadap fungsi perencanaan termasuk katagori ”sesuai” pada tingkat

kesesuaian 68% dengan bobot nilai 13,6. Untuk perincian penilaian terhadap

kegiatan pengawasan dapat dilihat pada tabel 11.

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap masing-masing kegiatan fungsi

manajemen dapat melihat tabel 10 sebagai bahan pertimbangannya.

67
Tabel 10. Kriteria penilaian terhadap kinerja Balai Benih Ikan Kepanjen

Kriteria Penilaian Nilai Bobot


Belum Terlaksana ≤ 40

Terlaksana Belum Sesuai 41  70


Terlaksana Sudah Sesuai ≥ 71

Sumber: Benny (2004)

68
Tabel 11. Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Pada Usaha Pembenihan Ikan

No. Fungsi Manajemen Kegiatan Manajemen dan Hasil Tingkat


persentase bobot Penilaian Kesesuaian
penilaian
1 Perencanaan a.Perencanaan target 80 16
produksi (20%)
b.Perencanaan pemasaran 65 13
(20%)
c.Perencanaan layout 70 14
(20%) 80 16
d.Perencanaan penentuan
lokasi (20%) 80 16
e.Perencanaan Proses
Produksi (20%)
75
2 Pengorganisasian a.Memiliki struktur 80 20
organisasi (25%)
b.Kerja sama antar 70 17,5
pebudidaya ikan (25%)
c.Membuat jaringan 65 16,25
pemasaran (25%)
d.Pembagian kerja sesuai 85 21,25
dengan bidangnya
(25%)
75
3 Pergerakan a.Peningkatan disiplin kerja 85 21,25
(25%)
b.Peningkatan 75 18,75
kesejahtraan pegawai
(25%) 65 16,25
c.Peningkatan kualitas
SDM (25%) 60 15
d.Pemberian motivasi
(25%)

71,25
4 Pengawasan a.Kontrol Pakan (20%) 65 13
b.Sleksi pemilihan 65 13
induk(20%) 70 14
c.sleksi hasil panen (20%) 75 15
d.Monitoring pertumbuhan
perkembangan(20%) 65 13
e.Pengendalian hama dan
penyakit (20%)
68
Sumber: hasil penelitian (2009)

69
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analis deskriptif kualitatif diperoleh

nilai bobot sebesar 72,475. Dengan demikian penerapan fungsi-fungsi manajemen

pada kegiatan usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Indik Ikan (BBI)

Kepanjen dikatagorikan ”sesuai”.

Tabel 12. Hasil penilaian terhadap pelaksana fungsi-fungsi manajemen

Fungsi Mananjemen Tingkat Kesesuaian (%) Nilai Bobot


Perencanaan 75 22,5
Pengorganisasian 75 15
Pergerakan 71,25 21,375
Pengawasan 68 13,6
Total 72,475
Sumber: Hasil Penelitian

5.4 Aspek Finansiil

5.4.1 Permodalan

Menurut Mubyarto (1995) dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang

atau uang yang bersama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan

barang-barang baru. Lebih lanjut dijelaskan oleh Bambang Rianto (2001), modal

pasif (modal menurut asalnya) dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan

modal asing. Modal sendiri adalah modal yang asalanya dari pemilik

perusahaan/pengusaha yang ditanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang

tidak menentu lamanya. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari

luar yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan, modal

tersebut merupakan hutang yang pada waktu tertentu harus dibayar kembali.

Modal yang digunakan pada Balai Benih Ikan Kepanjen adalah berasal dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja

70
Daerah (APBD) dari Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Timur. Hal ini karena

Balai Benih Ikan Kepanjen Malang ini adalah instalasi milik pemerintahan.

Modal dibagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal kerja. modal tetap

(fixed capital asset) adalah modal yang tidak habis dalam satu kali proses produksi

atau berangsur angsur habis turut serta dalam proses produksi. Modal kerja adalah

keseluruhan aktiva lancar, yang akan habis dipakai satu kali produksi (Riyanto

1995).

Modal tetap dapat diartikan sebagai investasi. Investasi merupakan

penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relative

panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir dan Jakfar, 2008). Pada usaha

pembenihan ikan air tawar Balai Benih Ikan Kepanjen memiliki investasi awal

meliputi: kolam, perlengkapan kantor, perlengkapan kolam, perlengkapan

laboratorium, dan perlengkapan transportasi. Jumlah dana yang dikeluarkan oleh

Balai Benih Ikan Kepanjen untuk investasi awal sebesar Rp.107.356.000,-. Untuk

rincian investasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dalam pelaksanaan usaha ada beberapa peralatan yang harus diganti

sebelum priode proyek usaha berakhir, karena umur teknisnya habis. Agar kegiatan

usaha tersebut tetap berjalan lancar diperlukan biaya penambahan investasi sesuai

dengan umur teknis dari jenis investasi. Nilai penambahan investasi ini didasarkan

pada asumsi bahwa kenaikan harga barang setiap tahun sebesar 5%. Pada Balai

Benih Ikan Kepanjen penambahan investasi dimulai pada tahun ke lima. Biaya

penambahan investasi dapat dilihat pada lampiran 9.

Dalam usaha ini ada beberapa peralatan yang pada akhir periode analisis

umur teknisnya masih belum habis yaitu kolam dan peralatan transportasi. Untuk

menghitung nilai sisa dari masing-masing investasi dengan cara membagi sisa umur

71
teknis dengan umur teknis dikalikan dengan harga investasi. Dari hasil perhitungan

diperoleh nilai sisa sebagai manfaat usaha pada akhir periode analisis sebesar

Rp.33.750.000,-. Nilai sisa dapat dilihat pada lampiran 9.

5.4.2 Biaya Produksi

Modal kerja diartikan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dibagi menjadi

dua yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap

merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi.

Sedangkan biaya variabel meruapakan biaya yang habis dalam satu kali produks.

Pada penelitian di Balai Benih Ikan Kepanjen biaya tetap meliputi: tenaga kerja/gaji

insentif, biaya perawatan, penyusutan, dan pajak. Jumlah biaya tetap pada Balai

Benih Ikan Kepanjen adalah Rp.58.102.600,-. Sedangkan biaya tidak tetap meliputi:

biaya pakan, biaya bahan dan obat-obatan, bensin, solar, listrik, telepon. Jumlah

biaya tidak tetap pada Balai Benih Ikan Kepanjen sebesar Rp.95.425.000,-. Rincian

biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada lampiran 5.

5.4.3 Penerimaan

Menurut Kotler (1986), penerimaan adalah hasil perkalian antara volume

penjualan dengan harga jual per unit. Secara umum saat usaha dapat dikatakan

berhasil dilihat dari segi finansiil, apabila usaha tersebut memenuhi keadaan sebagai

berikut:

• Telah menghasilkan penerimaan yang dapat menutupi semua biaya atas

pengeluaran

• Dari hasil penerimaan yang diperoleh dapat membiayai besarnya modal yang

digunakan

72
• Telah menghasilkan balas jasa pengelolaan yang wajar kepada pengusaha

itu sendiri

Produksi yang dimaksud dalam usaha pembenihan ikan air tawar pada Benih

Ikan (BBI) Kepanjen adalah berupa benih ikan nila, benih ikan gurami, dan benih

ikan lele dengan ukuran 1 cm hingga 5 cm. Harga jual untuk tiap masing-masing

ikan berbeda dikarenakan jumlah produksinya berbeda pula semakin sedikit jumlah

benih yang diproduksi semakin mahal harga benih yang akan dijual. Untuk benih

ikan nila dipatok dengan harga Rp90,- benih ikan gurami Rp150,- dan benih ikan lele

Rp75,-. Total produksi benih pertahun mencapai 2.480.250 ekor dengan hasil

penjualan sebesar Rp.229.387.500,- Rincian produksi dan penerimaan dapat dilihat

pada lampiran 6.

5.4.4 Analisis Finansiil

• Analisis Finansiil Jangka Pendek

1. Keuntungan

Menurut Soekartawi (1986), keuntungan adalah besarnya penerimaan

setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik

biaya tetap maupun biaya tidak tetap.

Total penerimaan yang diperoleh Balai Benih Ikan Kepanjen Malang selama

satu tahun adalah sebesar Rp 229.387.500,- sedangkan biaya-biaya yang

dikeluarkan adalah meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap sebesar

Rp.153.527.600,-. Dari pengurangan total penerimaan terhadap total biaya yang

dikeluarkan maka didapatkan keuntungan usaha yang diperoleh selama satu tahun

adalah sebesar Rp 75.859.900,-. Untuk membersihkan harta atau pendapatan yang

73
didapat maka perlu dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari pendapatan yang diperoleh

sehingga keuntungan yang didapat setelah dikurangi zakat adalah Rp73.963.402.5,-

. Perhitungan keuntungan dapat dilihat di lampiran 7.

2. R/C Ratio

Dalam usaha pembenihan ikan di Balai Benih Ikan Kepanjen Malang

diperoleh R/C ratio dalam satu tahun produksi adalah sebesar 1,49 yang artinya

bahwa biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 1, akan menghasilkan

penerimaan sebesar 1,49. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha pembenihan

ikan nila sudah memberikan keuntungan karena hasil produksi yang diperoleh lebih

besar dari total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan R/C Ratio dapat dilihat di

lampiran 7.

3. Rentabilitas

Dari hasil analisis rentabilitas diperoleh nilai rentabilitas pada usaha

pembenihan ikan di Balai Benih Ikan (BBI) sebesar 49.1% per tahun. Nilai

rentabilitas ini lebih besar dari suku bunga pinjaman bank saat ini yang besarnya

sekitar 15 % per tahun dan di atas suku bunga deposito yang besarnya sekitar 4 %

per tahun, sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil

perhitungan rentabilitas ini bisa dikatakan mampu untuk digunakan membayar

bunga dan pokok pinjaman bila melakukan pinjaman di bank dengan besarnya nilai

suku bunga pinjaman di bank sekitar 15 % per tahun. Selain itu bila dibandingkan

dengan suku bunga simpanan deposito di bank yang hanya berkisar 4 % per tahun

modal tersebut masih sangat menguntungkan bila diinvestasikan untuk kegiatan

usaha daripada didepositokan di bank. Namun menurut kriteria kelayakan

rentabilitas hasil dari perhitungan rentabilitas ini masih kurang baik/sangat rendah,

74
karena nilainya masih dibawah 50%. Perhitungan rentabilitas dapat dilihat di

lampiran 8.

4. Break Even Point (BEP)

Analisis Break Event Point (BEP) adalah suatu teknik analisis untuk

mempelajari hubungan antara biaya-biaya variabel, biaya tetap, keuntungan dan

volume kegiatan (Riyanto, 1995).

Hasil perhitungan mengenai analisis BEP pada usaha pembenihan ikan di

Balai Benih Ikan Kepanjen diperoleh nilai untuk BEP unit ikan nila sebesar 489.754

ekor, ikan gurami sebesar 93.498 ekor, ikan lele sebesar 547.634 ekor. untuk BEP

sales sebesar Rp.100.176.896.6,-. Usaha pembenihan ikan nila ini bisa dikatakan

cukup menguntungkan karena hasil produksinya sebesar 1.091.250 ekor jauh lebih

besar dari produksi pada titik impas yaitu sebesar 489.754 ekor, ikan gurami dapat

dikatakan cukup menguntungkan karena hasil produksinya sebesar 360.000 ekor

jauh lebih besar dari produksi pada titik impas yaitu sebesar 93.498 ekor, ikan lele

juga dapat dikatakan cukup menguntungkan karena hasil produksinya sebesar

1.029.000 ekor jauh lebih besar dari produksi pada titik impas yaitu sebesar 547.634

ekor. Besarnya total penerimaan yaitu sebesar Rp. 229.387.500,- jauh lebih besar

dari penerimaan pada titik impas yaitu sebesar Rp.100.176.896.6,-. Perhitungan

BEP dapat dilihat pada lampiran 8.

• Analisis Finansiil Jangka Panjang

a. Net Present Value (NPV)

Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung nilai semua

manfaat proyek di masa yang akan datang dengan nilai saat ini. Dalam penelitian ini

75
nilai NPV dihitung dengan cara mendiskonfaktorkan selisih antara penerimaan dan

pengeluaran tiap tahun dengan tingkat bunga pinjaman bank sebesar 15 %.

Dari hasil analisis usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan

Kepanjen, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 217.439.147.37,-. Nilai NPV yang

diperoleh pada usaha ini bernilai positif (NPV>0), sehingga usaha pembenihan ikan

air tawar ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Berdasarkan

nilai NPV tersebut usaha ini juga akan memberikan manfaat yang menguntungkan

terutama di masa yang akan datang. Data tentang nilai NPV dapat dilihat pada

lampiran 10.

b. Benefit Cost Ratio (BC Ratio)

Analisis Benefit-Cost Ratio (Net B/C) digunakan untuk mengetahui nilai

perbandingan antara penerimaan kotor dengan total biaya yang digunakan,

sehingga akan diketahui dengan cepat seberapa besar manfaat dari usaha tersebut.

Perhitungan BC Ratio dilakukan dengan cara membandingkan keuntungan bersih

yang telah didiskonfaktorkan dengan total biaya yang digunakan untuk memperoleh

keuntungan tersebut.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan air tawar

pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini di ketahui nilai BC Ratio sebesar 3,025. Dari

hasil nilai BC Ratio usaha tersebut nilainya lebih dari 1 (BC Ratio>1), ini berarti

bahwa usaha pembenihan ikan layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Dari nilai

BC Ratio diatas 1 akan mendapat manfaat selama umur teknis usaha lebih besar

dari biaya investasi yang dikeluarkan, sehingga pengembangan usaha dapat

dilaksanakan. Data tentang nilai BC ratio dapat dilihat pada lampiran 10.

76
c. Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk menghitung tingkat

bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. Nilai IRR merupakan

tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara penerimaan dan biaya yang

telah dipresent valuekan sama dengan nol (NPV=0).

Hasil perhitungan nilai IRR pada usaha pembenihan ikan air tawar pada

Balai Benih Ikan Kepanjen diperoleh sebesar 62% . Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa nilai IRR usaha ini lebih besar dari nilai suku bunga bank yang

berlaku saat ini sebesar 15% (IRR>15%). Ini menunjukkan bahwa usaha

pembenihan ikan air tawar ini layak untuk diteruskan dan dikembangkan. Nilai IRR

dapat dilihat pada lampiran 10.

d. Payback Periods (PP)

Payback Periode (PP) merupakan waktu atau periode yang diperlukan untuk

membayar kembali atau mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan

dalam investasi suatu usaha. Melalui analisis ini kita akan mengetahui seberapa

cepat investasi yang telah digunakan pada suatu kegiatan usaha akan kembali.

Hasil perhitungan Payback Periode pada usaha pembenihan ikan air tawar

pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini adalah 1.62. Hal ini berarti waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

investasi usaha pembenihan ikan air tawar ini adalah selama 1 tahun 6 bulan.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Payback Periode pada usaha ini

layak untuk dijalankan dan dikembangkan karena pengembalian biaya-biaya

investasi yang dikeluarkan cukup singkat. Semakin kecil nilai Payback Periode yang

77
di dapat, maka tingkat pengembalian biaya investasi akan semakin cepat dan usaha

tersebut semakin baik untuk di kembangkan. Data tentang nilai PP dapat dilihat

pada lampiran 10.

e. Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui apa yang akan terjadi

dengan analisis usaha/proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar

perhitungan biaya atau benefit. Analisis ini dilakukan dengan mengasumsikan suatu

perubahan kondisi pada biaya ataupun benefit suatu usaha/proyek. Suatu usaha

dapat dikatakan layak dan dapat dikembangkan dengan baik jika nilai NPV pada

usaha tersebut nilainya lebih dari nol (NPV>0), nilai Net BC lebih dari satu (Net

BC>1), nilai IRR lebih dari IRR estimate (lebih dari tingkat suku bunga yang dipakai),

serta nilai PP yang semakin kecil.

Pada usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini

secara normal memenuhi kriteria persyaratan sebagai usaha yang baik, tetapi jika

terjadi fluktuasi kenaikan atau penurunan benefit pada tingkatan tertentu bisa

dikatakan tidak layak. Besarnya persentase kenaikan biaya atau penurunan benefit

yang di asumsikan adalah menunjukkan tingkat kelayakan suatu usaha tersebut.

Semakin besar persentase yang di asumsikan, maka akan dapat diketahui seberapa

jauh usaha tersebut bisa mendapatkan manfaat sampai pada tingkat persentase

tertentu. Pada kenaikan biaya atau penurunan benefit mencapai kenaikan

persentase tertentu akan tidak memberikan manfaat dari usaha tersebut, sehingga

usaha dikatakan tidak layak pada kenaikan persentase tersebut.

78
• Kenaikan Biaya

Dasar pengambilan asumsi tersebut yaitu untuk mengantisipasi terjadinya

inflasi yang lebih tinggi, mengingat adanya kondisi ekonomi di negara Indonesia

yang tidak menentu, sehingga biaya produksi juga ikut naik. Dengan adanya asumsi

tersebut akan dapat menggambarkan apa yang akan terjadi terhadap kedua usaha

tersebut terhadap kenaikan biaya tidak tetap, perawatan alat dan bangunan serta

pengadaan investasi baru.

Pada kondisi normal, usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan

Kepanjen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 217.439.147.37,-; Net BC sebesar 3,025

dan IRR sebesar 62%. Jika terjadi kenaikan biaya sampai sebesar 20%, usaha ini

masih layak untuk dijalankan karena pada kenaikan biaya sebesar itu diperoleh nilai

NPV sebesar Rp.37.892.607.86,-; Net BC sebesar 1.35 dan IRR sebesar 26%.

Sedangkan jika ada kenaikan biaya sampai sebesar 25%, diperoleh nilai

NPV sebesar Rp.6.994.027.01,-; Net BC sebesar 0.93 dan IRR sebesar 13%. Dari

analisis Sensitifitas dengan kenaikan biaya sebesar 25%, dengan hasil tersebut

maka usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan (BBI) ini tidak dapat

dilanjutkan atau tidak layak. Namun mengingat peran dari BBI Kepanjen adalah

menyediakan dan menyalurkan benih bermutu dan melakukan pemantauan dan

pembinaan terhadap usaha perikanan rakyat dalam artian melakukan kegiatan

pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui budidaya

ikan maka secara fungsional kegiatan Balai BenihIkan (BBI) Kepanjen tetep perlu

dilanjutkan. Data analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 20% dan

25% dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12.

• Penurunan Benefit

79
Adapun dasar asumsi ini yaitu terjadinya penurunan penerimaan/benefit

karena adanya kerusakan produk, penanganan produk yang kurang tepat, mutu

bahan baku, dan bahan pelengkap yang kurang bagus sehingga dapat menurunkan

jumlah hasil penjualan (gross benefit).

Analisis Sensitifitas yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan air tawar

pada Balai Benih Ikan Kepanjen dengan menurunkan benefit sampai sebesar 15%

didapat nilai NPV sebesar Rp.16,242,106.10,-; Net BC sebesar 1.15 dan IRR

sebesar 20%. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan ini masih layak

untuk dijalankan dan masih dapat memberikan manfaat yang cukup. Sedangkan bila

terjadi penurunan benefit sampai sebesar 18%, maka diperoleh nilai NPV sebesar

Rp.23,997,302.16,-; Net BC sebesar 0.77 dan IRR sebesar 5%. Penurunan benefit

sampai sebesar 18% ini akan memberi manfaat yang buruk karena nilai jangka

panjangnya kurang dari yang disyaratkan sehingga dapat dikatakan usaha

pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini tidak layak dilanjutkan

jika terjadi penurunan benefit sebesar 18% dari benefit normal. Namun mengingat

peran dari BBI Kepanjen adalah menyediakan dan menyalurkan benih bermutu dan

melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap usaha perikanan rakyat dalam

artian melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat yang

belum mengetahui budidaya ikan maka secara fungsional kegiatan Balai BenihIkan

(BBI) Kepanjen tetep perlu dilanjutkan. Data analisis sensitivitas dengan asumsi

benefit turun sebesar 15% dan 18% dapat dilihat pada lampiran 13 dan lampiran 14.

• Kenaikan Biaya dan Penurunan Benefit

Untuk mengantisipasi terjadinya tingkat inflasi dan penurunan benefit yang

bersamaan maka dilakukan berbagai asumsi-asumsi. Pada pembenihan ikan air

tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen dilakukan asumsi bahwa biaya naik sebesar

80
5% yang bersamaan dengan penurunan benefit sebesar 10% maka diperoleh nilai

analisis jangka panjang untuk NPV sebesar Rp.38,421,151.65,-; Net BC sebesar

1.35 dan IRR sebesar 26%. Kenaikan biaya sebesar 5% dan penurunan benefit

sebesar 10% pada usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan

Kepanjen ini masih bisa memberi manfaat yang cukup besar bagi pihak balai.

sehingga usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen ini

masih bisa dikatakan layak dan dapat dikembangkan. Data analisis sensitivitas

dengan asumsi biaya naik sebesar 5% dan benefit turun sebesar 10% dapat dilihat

pada lampiran 15.

Asumsi yang berikutnya yaitu kenaikan biaya sebesar 15% dan diikuti

dengan penurunan benefit sebesar 8% diperoleh nilai NPV sebesar Rp

(24,525,845.94),-; Net BC sebesar 0.77; IRR sebesar 4%. Keadaan kenaikan biaya

15% bersamaan dengan penurunan benefit sebesar 8% ini tidak menguntungkan

bagi pihak balai, karena nilai Net BC kurang dari satu sehingga usaha pembenihan

ikan air tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen, pada keadaan ini tidak layak untuk

dijalankan. Namun mengingat peran dari BBI Kepanjen adalah menyediakan dan

menyalurkan benih bermutu dan melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap

usaha perikanan rakyat dalam artian melakukan kegiatan pembinaan dan

penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui budidaya ikan maka

secara fungsional kegiatan Balai BenihIkan (BBI) Kepanjen tetep perlu dilanjutkan.

Data analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 15% dan benefit turun

sebesar 8% dapat dilihat pada lampiran 16.

81
f. Analisis Risiko

Analisis risiko ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha yang

dilakukan akan mengalami risiko kerugian. Analisis risiko ini hanya merupakan

dugaan atau prediksi terhadap kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa yang

akan datang. Hasil perhitungan analisis risiko pada analisis kelayakan usaha

pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih Ikan Kepanjen dapat dilihat pada

lampiran 21. Analisis risiko analisis kelayakan usaha pembenihan ikan air tawar

pada Balai Benih Ikan Kepanjen dilihat pada tabel 20.

Tabel 20. Analisis Risiko Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar Pada BBI

Kepanjen.

No. Analisis Risiko Nilai Analisis Risiko Pada Usaha:


1 Rata-Rata (E) 9,7
2
2 Variance (V ) 188,18
3 Simpangan baku (V) * 13,71
4 Koefisien variasi (CV) ** 0,47
5 Batas bawah (L) *** 1,68
Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

Keterangan :

• * berarti fluktuasi nilai rentabilitas.

• ** berarti tingkat keamanan menanggung risiko.

• *** berarti nilai risiko keuntungan minimal yang harus diterima.

• Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0, maka pemilik usaha akan selalu

terhindar dari risiko kerugian.

• Apabila nilai CV ≥ 0,5 atau L ≤ 0, maka pemilik usaha mempunyai

peluang menderita kerugian.

82
Berdasarkan tabel 20 di atas untuk usaha pembenihan ikan air tawar

diperoleh nilai rata-rata rentabilitas sebesar 9,7%, dengan fluktuasi nilai rentabilitas

sebesar 13,71% dan risiko yang harus ditanggung sebesar 0,47. Hal ini

menyebabkan batas bawah nilai rentabilitas adalah 1,68% sehingga dalam 1 tahun

usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI Kepanjen harus berani menerima

rentabilitas minimum sebesar 1,68%. Batas bawah nilai rentabilitas usaha

pembenihan ikan air tawar ini masih cukup menguntungkan.

Dari hasil perhitungan analisis risiko dapat dihubungkan antara nilai koefisien

variasi (CV) dengan nilai batas bawah (L) sebagai berikut:

• Usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI Kepanjen:

CV = 0,47 < 0,5 dan L = 1,68 > 0

Dengan melihat hasil diatas, usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI

Kepanjen dapat dikatakan aman dari kerugian.

5.5 Aspek Pemasaran

Keberhasilan seseorang pengusaha ditentukan oleh kemampuannya dalam

menganalisis dan mengantisipasi pasar. Adakah perubahan dan perkembangan

yang terjadi di pasar. Pengusaha yang ingin maju harus tanggap akan hal ini.

Menurut Rahardi (1993), pasar adalah suatu kondisi di mana pembeli dan

penjual dapat berhubungan. Dengan demikian, pasar dapat berarti secara nyata

atau abstrak, dalam artian bahwa pasar sebagai tempat bertemu penjual dan

pembeli dan mengadakan transaksi.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008) pemasaran adalah suatu upaya untuk

menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud

tertentu.pemasaran berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik

83
barang maupun jasa kepada konsumen. Penciptaan produk tentu daja didasarkan

pada kebutuhan dan keinginan pasar.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pemasaran suatu produk atau jasa secara

umum adalah sebagai berikut:

• Memaksimumkan konsumsi

• Memaksimumkan kepuasan konsumen produksi benih yang baik.

• Meningkatkan penjualan barang dan jasa

• Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing

• Memaksimumkan pilihan produk

• Memenuhi keinginan para konsumen akan suatu produk atau jasa

Aspek pemasaran memegang peranan penting dalam menjamin

kelangsungan suatu usaha pembenihan ikan. Aspek tersebut meliputi sasaran

pemasaran, persaingan yang ada dalam usaha pembenihan ikan dan strategi

pemasaran.

Sasaran pemasaran produk untuk usaha pembenihan ikan air tawar pada

Balai Benih Ikan Kepanjen adalah pengusaha perikanan. Pengusaha perikanan

disini meliputi para pembudidaya ikan yang melakukan usaha budidaya dan warga

setempat ataupun dari luar daerah yang memerlukan benih ikan untuk dijadikan

bisnis ataupun sampel praktikum.

Persaingan merupakan hal yang wajar dalam dunia usaha, begitu pula pada

usaha pembenihan ikan air tawar. Untuk usaha pembenihan ikan air tawar oleh Balai

Benih Ikan Kepanjen pesaing relatif kecil, hal ini dikarenakan sangat sedikit warga

sekitar yang melakukan usaha pembenihan ikan.

84
Pada Balai Benih Ikan Kepanjen melakukan berbagai strategi pemasaran

diantaranya adalah:

5.5.1 Strategi produk

Menurut Kotler (1997) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi

yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.

Strategi produk yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan air tawar pada

Balai Benih Ikan Kepanjen adalah benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik,

tingkat kemtian yang relatife kecil dikarenakan proses produksi secara intensif dan

dilakukan pengawasan secara rutin, dimulai dari proses pemilihan induk sampai

proses pemijahan.

5.5.2 Strategi harga

Harga adalah salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix.

Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga

merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk dan jasa yang ditawarkan.

Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal pada produk yang ditawarkan

dan berakibat tidak lakunya produk dipasaran ( Kashmir dan Jakfar, 2004).

Strategi harga yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan pada Balai

Benih Ikan Kepanjen adalah dengan menetapkan harga benih lebih tinggi dari harga

benih di pasaran, hal ini dikarenakan mengingat kualitas benih yang dihasilkan

cukup baik sehingga harga yang diberikan relatif di atas harga pada umumnya.

Untuk benih ikan nila dijual dengan harga Rp.90/ekor, ikan gurami Rp.150/ekor dan

ikan lele Rp.75/ekor dengan ukuran 1cm hingga 5cm. Berdasarkan observasi, harga

85
benih dipasaran untuk benih ikan nila sekitar Rp.75/ekor, ikan gurami Rp.125/ekor

dan ikan lele Rp.50/ekor dengan ukuran 1cm hingga 5cm.

5.5.3 Strategi lokasi dan distribusi

Menurut Jakfar dan Kashmir (2004) penetuan lokasi dan distribusi berserta

sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar

konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang

atau jasa. Demikian pula sarana dan prasarana harus memberikan rasa nyaman dan

aman kepada konsumen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi

adalah sebagai berikut

• Dekat dengan lokasi perkantoran

• Dekat dengan lokasi pasar

• Dekat dengan pusat pemerintahan

• Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat

• Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi

• Sarana dan prasarana

Lokasi usaha pembenihan ikan air tawar Balai Benih Ikan Kepanjen adalah

Jl.Trunojoyo No.12 Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang,

Propinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian letak lokasi BBI Kepanjaen

tergolong ramai dan strategis, hal ini dikarenakan letaknya dipinggir jalan raya yang

menghubungkan antara pasar Kepanjen, pusat kota dan desa-desa sekitar dan

tersedianya fasilitas umum seperti angkutan umum, listrik dan telepon. Dengan

penempatan lokasi BBI Kepanjen yang cukup strategis ini memudahkan dalam

memperoleh input sehingga proses produksi berjalan dengan lancar dan

memudahkan konsumen menemukan lokasi BBI Kepanjen .

86
Distribusi pada usaha pembenihan ikan air tawar Balai Benih Ikan Kepanjen

menggunakan sistem personal selling, dimana produk didistribusikan langsung

kepada konsumen akhir, pemesanan pembelian disampaikan langsung oleh pembeli

lewat kontak tatap muka atau memesan melalui telepon. Untuk saluran distribusi

benih dapat dilihat pada gambar 7.

PRODUSEN / BALAI KONSUMEN /


BENIH IKAN (BBI) PEMBUDIDAYA
KEPANJEN IKAN

Gambar 7: Alur Distribusi Benih

Pengertian pasar dalam ilmu ekonomi tidak harus dikaitkan dengan satu

tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian sehari-hari. Pasar dalam ilmu

ekonomi juga merupakan peetemuan antara kurva permintaan dan kurva

penawaran. Kurva permintaan mewakili apa saja yang dikehendaki oleh konsumen

dan kurva penawaran menggambarkan apa saja yang diinginkan produsen.

Transaksi pasar akan terjadi apabila pihak produsen dan konsumen telah mencapai

suatu kesepakatan mengenai tingkat harga dan jumlah volume barang yang

ditransaksikan (Boediono, 1982). Tujuan dilaksanakannya suatu usaha adalah agar

memperoleh hasil yang dapat memberikan manfaat baik secara social ekonomi

maupun financial. Artinya selain keberadaanya dapat menciptakan lapangan

pekerjaan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, juga dapat memberikan

keuntungan yang optimal bagi pengusaha. Pencapaian tujuan tersebut syaratnya

adalah produk yang dihasilkan tersebut laku dipasaran dengan harga yang sesuai,

dalam arti komoditi yang dihasilkan mempunyai prospek dan peluang pasar yang

cukup baik. Berdasarkan hal diatas, dalam penelitian ini peluang pasar dianalisis

87
untuk mengetahui permintaan dan penawaran yang ada, guna mengetahui estimasi

permintaan dan penawaran benih ikan pada tahun-tahun mendatang. Metode

analisis yang digunakan adalah metode trend kuadratik. Metode ini digunakan untuk

memprediksi permintaan dan penawaran terhadap produk (bukan permintaan

turunan) atau permintaan produk tersebut ditentukan oleh produk lain.

5.5.4 Analisis Trend Kuadratik

a. Permintaan

Dalam menghitung estimasi permintaan terhadap benih ikan, data yang

diperlukan adalah data permintaan ikan selama 5 stahun terakhir. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 13. Data permintaan ikan pada tahun 2002 - 2006

NO TAHUN PERMINTAAN IKAN NASIONAL (kg)

1 2002 210.944.576

2 2003 213.749.956

3 2004 216.623.972

4 2005 219.727.322

5 2006 222.865.962

Sumber: DKP dan BPS.co.id (2007)

Dari data diatas dapat diperoleh data permintaan benih ikan dari tahun 2002

hingga 2006. Untuk data permintaan benih dapat dilihat pada tabel 4 dan untuk

perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 17.

88
Tabel 14. Data permintaan benih ikan Nasional pada tahun 2002 – 2006

NO TAHUN PERMINTAAN BENIH IKAN (ekor)

1 2002 1.808.096.366

2 2003 1.832.142.480

3 2004 1.856.776.903

4 2005 1.883.377.046

5 2006 1.910.279.674

Sumber: DKP dan BPS.co.id (2007), dikonversi menjadi data benih nasional

Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung estimasi permintaan

ikan mulai tahun 2010 – 2024 dengan menggunakan metode analisis trend

kuadratik. Setelah melakukan proses perhitungan diperoleh persamaan sebagai

berikut:

Y = 1,857,037,530 + 25560118.29X + 548,482X2

Untuk perhitungan persamaan hasil permintaan dapat dilihat pada lampiran 19

Sehingga dari perhitungan didapatkan estimasi permintaan benih ikan nasional dari

tahun 2010 hingga tahun 2024 dapat dilihat pada table 5

89
Tabel 15: Estimasi Permintaan Benih Ikan Nasional

No Tahun PERMINTAAN (ekor)


1 2010 2.030.143.592.82
2 2011 2.062.833.977.63
3 2012 2.096.621.326.53
4 2013 2.131.505.639.51
5 2014 2.167.486.916.57
6 2015 2.204.565.157.71
7 2016 2.242.740.362.94
8 2017 2.282.012.532.24
9 2018 2322.381.665.63
10 2019 2.363.847.763.10
11 2020 2.406.410.824.65
12 2021 2.450.070.850.29
13 2022 2.494.827.840.00
14 2023 2.540.681.793.80
15 2024 2.587.632.711.67

Gambar 8: Grafik estimasi permintaan benih Nasional

90
b. Penawaran

Untuk menghitung estimasi penawaran, data yang dipakai adalah data

produksi benih ikan nasional selama 5 tahun terakhir. Maksud penggunaan data ini

adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi benih ikan terhadap penawaran

ikan nasional dalam memenuhi permintaan masyarakat Indonesia. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 16. Data penawaran ikan pada tahun 1998 - 2006

NO TAHUN PENAWARAN (kg)


1 2002 5.300.000
2 2003 5.390.000
3 2004 5.480.000
4 2005 5.705.000
5 2006 5.902.000
Sumber: DKP dan BPS.co.id (2007)

Dari data diatas dapat diperoleh data penawaran benih ikan dari tahun 2002

hingga 2006. Untuk data permintaan benih dapat dilihat pada tabel 7 dan untuk

perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 18.

Tabel 17. Data Penawaran Benih Ikan Nasional pada tahun 2002 – 2006

NO TAHUN PENAWARAN BENIH IKAN (ekor)


1 2002 45.428.571
2 2003 46.200.000
3 2004 46.971.429
4 2005 48.900.000
5 2006 50.588.571
Sunber: DKP dan BPS.co.id (2007) dikonversi menjadi data benih nasional

91
Setelah dihitung menggunakan metode analisis trend kuadratik, diperoleh

estimasi penawaran mulai tahun 2010 – 2024. Setelah melakukan proses

perhitungan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = 47,190,367 + 1302000 X + 213,673X2

Untuk perhitungan persamaan hasil penawaran dapat dilihat pada lampiran 21.

Sehingga dari perhitungan didapatkan estimasi penawaran benih ikan nasional dari

tahun 2010 hingga tahun 2024 dapat dilihat pada table 8.

Tabel 18 : Estimasi Penawaran Benih Ikan Nasional

No Tahun PENAWARAN (ekor)

1 2010 7.314.371.43
2 2011 7.790.342.86
3 2012 8.316.171.43
4 2013 8.891.857.14
5 2014 9.517.400.00
6 2015 10.19.800.00
7 2016 10.918.057.14
8 2017 11.693.171.43
9 2018 12.518.142.86
10 2019 13.392.971.43
11 2020 14.317.657.14
12 2021 15.292.200.00
13 2022 16.316.600.00
14 2023 17.390.857.14
15 2024 18,514.971.43

92
Gambar 9: grafik estimasi penawaran benih ikan Nasional

c. Peluang pasar

Menurut Soekartawi et al (1995), peluang pasar merupakan peluang dari

seseorang produsen, nelayan atau pihak lain untuk menjual hasil perikanan dengan

memperoleh keuntungan.

Berdasarkan hasil estimasi permintaan dan penawaran ikan menunjukkan

bahwa nilai estimasi permintaan ikan lebih besar dari pada estimasi penawaran ikan.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan mengurangkan nilai estimasi penawaran

terhadap estimasi permintaan, maka diperoleh peluang pasar pada tahun 2010 –

2024 adalah:

93
Tabel 19. Peluang Pasar untuk Benih Ikan Nasional dari tahun 2010 hingga 2024

NO Tahun PERMINTAAN PENAWARAN PELUANG PASAR


1 2010 2.030.143.592.82 62.694.612.24 1.967.448.980.57
2 2011 2.062.833.977.63 66.774.367.35 1.996.059.610.29
3 2012 2.096.621.326.53 71.281.469.39 2.025.339.857.14
4 2013 2.131.505.639.51 76.215.918.37 2.055.289.721.14
5 2014 2.167.486.916.57 81.577.714.29 2.085.909.202.29
6 2015 2.204.565.157.71 87.366.857.14 2.117.198.300.57
7 2016 2.242.740.362.94 93.583.346.94 2.149.157.016.00
8 2017 2.282.012.532.24 100.227.183.67 2.181.785.348.57
9 2018 2.322.381.665.63 107.298.367.35 2.215.083.298.29
10 2019 2.363.847.763.10 114.796.897.96 2.249.050.865.14
11 2020 2.406.410.824.65 122.722.775.51 2.283.688.049.14
12 2021 2.450.070.850.29 131.076.000.00 2.318.994.850.29
13 2022 2.494.827.840.00 139.856.571.43 2.354.971.268.57
14 2023 2.540.681.793.80 149.064.489.80 2.391.617.304.00
15 2024 2.587.632.711.67 158.699.755.10 2.428.932.956.57

Gambar 10: Grafik estimasi peluang pasar untuk benih ikan Nasional

94
5.6 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi mengkaji tentang dampak keberadaan proyek atau

usaha tersebut terhadap keadaan masyarakat setempat baik dari segi sosial dan

ekomomi. Dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek atau usaha tersebut dapat

menambah atau mengurangi income perkapita penduduk setempat dan bangsa

Indonesia. Dari sisi sosial apakah keberadaan proyek atau usaha dapat diterima di

daerah tersebut yang dapat menjadikan semakin ramai, lalu lintas semakin lancar,

adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan sebagainya.

Dalam perkembanganya, Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen mendapat

sambutan yang baik dari masyarakat sekitar maupun masyarakat luar karena

banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat yaitu masyarakat dapat dengan

mudah mendapatkan benih ikan air tawar apabila mereka membutuhkanya untuk

kegiatan budidaya maupun kegiatan lainya.

Dari sisi ekonomi, keberadaan Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen mampu

meningkatkan income perkapita penduduk. Hal ini terbukti dengan banyaknya

konsumen yang membeli benih ikan air tawar seperti benih ikan nila, gurami, dan

lele untuk kegiatan budidaya. Dari hasil wawancara dengan konsumen, kegiatan

budidaya menggunakan benih ikan dari Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen mampu

memberikan hasil panen yang lebih banyak sehingga penerimaan dari hasil

penjualan juga meningkat dan dapat menambah pendapatan perkapita penduduk.

95
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih

Ikan (BBI) Kepanjen dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Aspek Teknis

Lokasi lahan usaha BBI terletak Jl.Trunojoyo No.12 Desa Panggungrejo,

Kecamatan Kepanjen. Tata letak Balai Benih Ikan (BBI) adalah tata letak kantor

(office layout). Dalam hal proses produksi terbagi mencadi 5 tahap yaitu: persiapan

kolam, memilih indukan, pemijahan dan penetasan, pendederan, pemanenan.

b. Aspek manajemen

Berdasarkan penilaiaan terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

diperoleh nilai bobot 72,475 sehingga usaha tersebut ditinjau dari aspek manajemen

dinyatakan ”layak” untuk dilaksanakan.

c. Aspek Finansial

Dari aspek finansial dapat diketahui pada analisis jangka pendek diperoleh

keuntungan sebelum zakat (EBZ) adalah Rp 75.859.900,- setelah dikurangi zakat

2,5% adalah Rp73.963.402.5,- dimana nilainya lebih besar dari nol yang berarti

usaha ini menguntungkan. Sedangkan nilai R/C ratio adalah 1.49; rentabilitas

sebesar 29,1%; BEP sales sebesar Rp.100.176.896.6,- dan BEP unit untuk benih

nila adalah 489.754 ekor, benih gurami 93.498 ekor dan benih lele 547.634 ekor.

96
Pada analisis jangka panjang diperoleh nilai NPV sebesar Rp 217.439.147.37,-; Net

B/C sebesar 3,025; IRR sebesar 62%; PP sebesar 1.62.

d. Aspek Pasar

Pada usaha pembenihan ikan air tawar di Balai Benih ikan (BBI) Kepanjen

dalam memasarkan produknya menggunakan strategi produk, strategi harga,

strategi lokasi.

Pada usaha pembenihan ikan air tawar di Balai Benih ikan (BBI) Kepanjen

”layak” untuk dijalankan, karena jumlah rata-rata peluang pasar adalah

2.188.035.108 ekor untuk tahun 2010 hingga tahun2024

e. Aspek sosial Ekonomi

Dari sisi ekonomi, keberadaan Balai Benih Induk (BBI) Kepanjen mampu

meningkatkan income perkapita penduduk.

5.2 Saran

Dari kesimpulan pada usaha pembenihan ikan air tawar pada Balai Benih

Ikan (BBI) Kepanjen dapat diberikan saran sebagai berikut:

a. Dari hasil aspek teknis sudah baik tetapi masih diperlukan pembelajaran lebih

mendalam tentang manajemen pakan agar lebih efisien.

b. Dari hasil penilaian aspek manajemen sudah baik dari berbagai kriteria aspek

manajemen tetapi dalam kriteria pengawasan masih kurang baik. Oleh karena itu

perlu ditingkatkan pengawasan terhadap proses produksi, seperti ; kontrol

pakan, kontrol hama dan penyakit dan seleksi indukan.

c. Dari hasil analisis finansial disarankan kepada pihak balai untuk terus

meningkatkan dan mengembangkan usahanya agar dapat memperoleh

keuntungan yang lebih besar dengan cara meningkatkan produksi benih. Untuk

97
analisa sensitifitas walaupun pada kondisi-kondisi tertentu usaha dinyatakan

tidak layak, mengingat peran dari BBI Kepanjen adalah menyediakan dan

menyalurkan benih bermutu dan melakukan pemantauan dan pembinaan

terhadap usaha perikanan rakyat dalam artian melakukan kegiatan pembinaan

dan penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui budidaya ikan

maka secara fungsional kegiatan Balai BenihIkan (BBI) Kepanjen tetep perlu

dilanjutkan.

d. Dari pembahasan tentang aspek pasar sudah baik dalam hal strategi pemasaran

dan peluang pasar, tetapi dalam menentukan harga benih ikan masih diatas

harga pasaran. Dalam hal ini diupayakan agar pihak balai menyesuaikan harga

benih dengan harga pasaran tanpa mengurangi kualitas benih ikan.

e. Bagi masyarakat sekitar, hal ini merupakan informasi tentang adanya peluang

bisnis yang cukup menjanjikan sehingga diharapkan masyarakat dapat

menciptakan usahanya sendiri dan sebagai informasi tentang penyerapan

tenaga kerja.

f. Untuk mengatasi resiko yang terjadi, disarankan agar pihak BBI Kepanjen

mengasuransikan investasi yang digunakan dalam proses produksi.

98
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal.2001. Analisis Usaha Budidaya Ikan Koi Sistem Kemitraan dan
Bukan Kemitraan serta Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang
Berpengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan Pemilihan Sistem
Usaha di DesaJabung Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Universitas
Brawijaya Malang.

Alpiani. 2007. Peranan Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Kuala Provinsi
Kalimantan Selatan Terhadap Usaha Budidaya Ikan Kolam.
Universitas Brawijaya. Malang

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Azwar, Saifuddin, MA. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Baroes, Hendra. 2009. Analisis Strategi Distribusi Dalam Meningkatkan Pangsa


Pasar PT Canggih Presisi Industri. http://hendra-
baroes.blogspot.com/2009/01/teori-ekonomi.html. Diakses 4 Maret 2009,
pukul 17 : 25.

Cahyono, Bambang. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. KANISUS. Yogyakarta.

Djamin, Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbitan FE UI.


Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Kelautan dan Perikanan Dalam


Angka 2007. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Effendi, Irzal dan Wawan Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Gaspersz, Prof. Dr. Vincent, D. Sc, CIQA, CFPIM. 2002. Pedoman Penyusunan
Rencana Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gittinger, J. Price dan Hans A. Adler. 1993. Evaluasi Proyek. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Gray, Clive, Payaman Simanjuntak, Lien K Sabur, P.F. L. Maspaitella, R. C. G.


Varley. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya Akuntansi


Dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

100
Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP
AMP YKPN. Yogyakarta.

Ichsan, Prof. DR. H. Moch, Drs. H. Kusnadi HMA, MSi, Drs. M. Syaifi, MSi. 2003.
Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.

Kasmir, S. E., MM. dan Jakfar, S. E., MM. 2008. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana.
Jakarta.

Kotler, Philip. 1986. Manajemen Pemasaran. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Marzuki. 1983. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.


Yogyakarta.

Nazir, M. 1992. Metodologi Penelitian. Penerbit Ghalia. Jakarta.


Primyastanto, Ir. Mimit dan Nunik Istikharoh, Spi. 2006. Potensi dan Peluang
Bisnis Usaha Unggulan Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Perss. Malang.

Pudjosumarto, M. 1988. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.


Purba, Radiks. 1997. Analisis Biaya Dan Manfaat (Cost and Benedit Analysis).
PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Rahardi, F, Regina Kristiawati, Nazaruddin. 2003. Agribisnis Perikanan. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan


Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta.

Sadi, Benny. 2004. Analisa Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Pada Tingkat
Petani Ikan Di Desa Canggu Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa
Timur. Universitas Brawijaya. Malang.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Septe. 2008. Analisa Pembenihan Ikan Nila Pada Balai Induk Udang Galah
Pandaan Jawa Timur. Universitas Brawijaya. Malang.

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek dan Prosedur Penyusunan Laporan.


J&J Learning. Yogyakarta.

Susanto, Heru. 2003. Budidaya Ikan Gurami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sutojo, Drs. Siswanto. 1996. Studi Kelayakan Proyek. PT Pustaka Binaman


Pressindo. Jakarta.

Triton PB. S.Si. 2005. Manajemen Investasi Proyek Analisis dan Strategi. Tugu.
Yogyakarta.

101
Lampiran 17

Data permintaan ikan nasional

No Tahun PERMINTAAN IKAN NASIONAL (kg)


1 2002 210.944.576
2 2003 213.749.956
3 2004 216.623.972
4 2005 219.727.322
5 2006 222.865.962

Dari data permintaan ikan diatas diolah menjadi data permintaan benih dengan rumus sebagai
berikut:

Jumlah ikan /ekor = jumlah ikan /kg x 6

Jumlah benih /ekor = jumlah ikan /ekor : 70 x 100

Dengan asumsi tingkat bertahan hidup ikan (SR) adalah 70% dan tiap satu kg berisi 6 ekor ikan

Dari persamaan diatas didapat data permintaan benih ikan

NO TAHUN PERMINTAAN BENH NASIONAL (EKOR)


1 2002 1.808.096.366
2 2003 1.832.142.480
3 2004 1.856.776.903
4 2005 1.883.377.046
5 2006 1.910.279.674

Perhitungan Trend Kuadratik

Rumus Y = a +bX + cX²


PERMINTAAN
BENIH
NASIONAL KENAIKAN
NO TAHUN PER EKOR (%) X X2 X4 X.Y X2.Y
1 2002 1.808.096.366 -2 4 16 -3616192731 7232385463
2 2003 1.832.142.480 1.33 -1 1 1 -1832142480 1832142480
3 2004 1.856.776.903 1.34 0 0 0 0 0
4 2005 1.883.377.046 1.43 1 1 1 1883377046 1883377046
5 2006 1.910.279.674 1.43 2 4 16 3820559349 7641118697
JUMLAH 9.290.672.469 1.38 0 10 34 255601182.9 18589023686

b= = 25.560.118.29

c= = 548.482

118
d= = 1.857.037.530

Sehingga didapat data estimasi sebagai berikut:

Tahun Perhitungan PERMINTAAN X a b c


estimasi permintaan

No
1 2010 Y = a + b X + c X2 2,030,143,592.82 6 1,857,037,530 25,560,118 548,482
2 2011 Y = a + b X + c X2 2,062,833,977.63 7 1,857,037,530 25,560,118 548,482
3 2012 Y = a + b X + c X2 2,096,621,326.53 8 1,857,037,530 25,560,118 548,482
4 2013 Y = a + b X + c X2 2,131,505,639.51 9 1,857,037,530 25,560,118 548,482
5 2014 Y = a + b X + c X2 2,167,486,916.57 10 1,857,037,530 25,560,118 548,482
6 2015 Y = a + b X + c X2 2,204,565,157.71 11 1,857,037,530 25,560,118 548,482
7 2016 Y = a + b X + c X2 2,242,740,362.94 12 1,857,037,530 25,560,118 548,482
8 2017 Y = a + b X + c X9 2,282,012,532.24 13 1,857,037,530 25,560,118 548,482
9 2018 Y = a + b X + c X2 2,322,381,665.63 14 1,857,037,530 25,560,118 548,482
10 2019 Y = a + b X + c X2 2,363,847,763.10 15 1,857,037,530 25,560,118 548,482
11 2020 Y = a + b X + c X2 2,406,410,824.65 16 1,857,037,530 25,560,118 548,482
12 2021 Y = a + b X + c X2 2,450,070,850.29 17 1,857,037,530 25,560,118 548,482
13 2022 Y = a + b X + c X2 2,494,827,840.00 18 1,857,037,530 25,560,118 548,482
14 2023 Y = a + b X + c X2 2,540,681,793.80 19 1,857,037,530 25,560,118 548,482
15 2024 Y = a + b X + c X2 2,587,632,711.67 20 1,857,037,530 25,560,118 548,482

119
Lampiran 18

Data penawaran ikan nasional

NO TAHUN PENAWARAN IKAN NASIONAL (kg)


1 2002 5.300.000
2 2003 5.390.000
3 2004 5.480.000
4 2005 5.705.000
5 2006 5.902.000

Dari data penawaran ikan diatas diolah menjadi data penawaran benih dengan rumus sebagai
berikut:

Jumlah ikan /ekor = jumlah ikan /kg x 6

Jumlah benih /ekor = jumlah ikan /ekor : 70 x 100

Dengan asumsi tingkat bertahan hidup ikan (SR) adalah 70% dan tiap satu kg berisi 6 ekor ikan

Dari persamaan diatas didapat data penawaran benih ikan

NO TAHUN PENAWARAN BENIH NASIONAL (ekor)


1 2002 45.428.571
2 2003 46.200.000
3 2004 46.971.429
4 2005 48.900.000
5 2006 50.588.571

Perhitungan Trend Kuadratik

Rumus Y = a +bX + cX²

NO TAHUN PENAWARAN KENAIKAN (%) X X2 X4 X.Y X2.Y


1 2002 45.428.571 -2 4 16 -90857142.86 181714285.7
2 2003 46.200.000 1.70 -1 1 1 -46200000 46200000
3 2004 46.971.429 1.67 0 0 0 0 0
4 2005 48.900.000 4.11 1 1 1 48900000 48900000
5 2006 50.588.571 3.45 2 4 16 101177142.9 202354285.7
JUMLAH 238.088.571 2.73 0 10 34 13020000 479168571.4

b= = 1.302.000

c= = 213.673

120
d= = 47.190.367

Sehingga didapat data estimasi sebagai berikut:

Perhitungan
No Tahun estimasi PENAWARAN X a b c
permintaan
1 2010 Y = a + b X + cX² 62,694,612.24 6 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
2 2011 Y = a + b X + cX² 66,774,367.35 7 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
3 2012 Y = a + b X + cX² 71,281,469.39 8 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
4 2013 Y = a + b X + cX² 76,215,918.37 9 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
5 2014 Y = a + b X + cX² 81,577,714.29 10 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
6 2015 Y = a + b X + cX² 87,366,857.14 11 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
7 2016 Y = a + b X + cX² 93,583,346.94 12 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
8 2017 Y = a + b X + cX² 100,227,183.67 13 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
9 2018 Y = a + b X + cX² 107,298,367.35 14 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
10 2019 Y = a + b X + cX² 114,796,897.96 15 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
11 2020 Y = a + b X + cX² 122,722,775.51 16 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
12 2021 Y = a + b X + cX² 131,076,000.00 17 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
13 2022 Y = a + b X + cX² 139,856,571.43 18 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
14 2023 Y = a + b X + cX² 149,064,489.80 19 47,190,367 1,302,000.0000 213,673
15 2024 Y = a + b X + cX² 158,699,755.10 20 47,190,367 1,302,000.0000 213,673

121
Lampiran 19

Dari data permintaan dan penawaran benih ikan dapat diperoleh data peluang pasar benih ikan
dengan cara data permintaan dikurangi data penawaran benih ikan.

Data estimasi peluang pasar benih ikan

NO Tahun PERMINTAAN PENAWARAN PELUANG PASA


1 2010 2.030.143.592.82 62.694.612.24 1.967.448.980.57
2 2011 2.062.833.977.63 66.774.367.35 1.996.059.610.29
3 2012 2.096.621.326.53 71.281.469.39 2.025.339.857.14
4 2013 2.131.505.639.51 76.215.918.37 2.055.289.721.14
5 2014 2.167.486.916.57 81.577.714.29 2.085.909.202.29
6 2015 2.204.565.157.71 87.366.857.14 2.117.198.300.57
7 2016 2.242.740.362.94 93.583.346.94 2.149.157.016.00
8 2017 2.282.012.532.24 100.227.183.67 2.181.785.348.57
9 2018 2.322.381.665.63 107.298.367.35 2.215.083.298.29
10 2019 2.363.847.763.10 114.796.897.96 2.249.050.865.14
11 2020 2.406.410.824.65 122.722.775.51 2.283.688.049.14
12 2021 2.450.070.850.29 131.076.000.00 2.318.994.850.29
13 2022 2.494.827.840.00 139.856.571.43 2.354.971.268.57
14 2023 2.540.681.793.80 149.064.489.80 2.391.617.304.00
15 2024 2.587.632.711.67 158.699.755.10 2.428.932.956.57

122
Lampiran 3

Bagan Struktur organisasi Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen

KEPALA BBI
KEPANJEN

SEKSI SEKSI BAGIAN


PEMBENIHAN TATA USAHA
DAN BUDIDAYA

104
Lampiran 4

Investasi Dan Penyusutan Usaha Pembenihan Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Tahun 2009
Umur Teknis Harga Satuan Penyusutan
Investasi Jumlah Nilai (Rp)
(tahun) (Rp) (Rp)
1. Kolam:
• Induk 6 10 2.000.000 12.000.000 1.200.000
• Pembenihan 3 10 2.000.000 6.000.000 600.000
• Penampungan 2 10 1.000.000 2.000.000 200.000

2. Induk:
• Nila 1.577 3 8.000 12.616.000 4.205.333
• Gurami 120 3 90.000 10.800.000 3.600.000
• Lele 184 3 35.000 6.440.000 2.146.667
3. Perlengkapan Kantor:
• Meja kerja 10 5 100.000 1.000.000 200.000
• Kursi kerja 18 5 50.000 900.000 180.000
• Kursi tamu 1 5 1.000.000 1.000.000 200.000
• Mesin tik 1 5 500.000 500.000 100.000
• Komputer 2 5 2.500.000 5.000.000 1.000.000
• Printer 1 5 500.000 500.000 100.000
• Almari buku 2 5 500.000 1.000.000 200.000
1 5 100.000 100.000 20.000
• Telepon
4. Perlengkapan Kolam:
• Diesel/pompa air 1 5 7.000.000 7.000.000 1.400.000
• Bak plastik 10 5 100.000 1.000.000 200.000
• Serok/seser 5 5 50.000 250.000 50.000
• Mesin potong 1 5 1.500.000 1.500.000 300.000
rumput
• Cangkul 5 5 50.000 250.000 50.000
5. Perlengkapan Laboratorium:
• Almari kaca 1 5 500.000 500.000 100.000
• Aquarium 10 5 50.000 500.000 100.000
• Heater 10 5 50.000 500.000 100.000
• Corong penetasan 5 5 100.000 500.000 100.000
• Mikroskop listrik 1 5 2.500.000 2.500.000 500.000
• Do meter 1 5 2.500.000 2.500.000 500.000
• Ph meter 1 5 2.500.000 2.500.000 500.000
2 5 1.500.000 3.000.000 600.000
• Tabung oksigen
6. Perlengkapan Transportasi:
• Motor 2 10 12.500.000 25.000.000 2.500.000
total 107.356.000 20.952.000

• Total modal investasi untuk usaha pembenihan ikan air tawar sebesar Rp.107.356.000.

• Total penyusutan modal investasi per tahun sebesar Rp.20.952.000 yang diperoleh dari

pembagian antara nilai investasi dan umur teknis dari masing-masing criteria investasi.

105
Lampiran 5

Biaya Tetap Usaha Pembenihan Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Tahun 2009

No. Jenis biaya Nilai (Rp)


1. Tenaga kerja 25.415.000
2. Penyusutan 20.952.000
3. Pajak 1.000.000
4. Biaya Perawatan 10.735.600
total 58.102.600

Keterangan:

• Tenaga kerja ada 3 orang, setiap orang mendapat upah sebesar Rp.705.972,- per bulan

• Pajak yang dikenakan adalah pajak bumi dan bangunan

• Biaya perawatan diperoleh dari 10% dari nilai investasi

• Keseluruhan jumlah tenaga kerja di BBI adalah 15 orang yang terdiri dari 12 orang

(PNS) di kantor dan 3 orang (Honorer) di lapang yang menangani pembenihan.

Sehingga yang dihitung dalam analisis 3 orang saja yang langsung terlibat dalam

pembenihan.

Tabel Biaya Tidak Tetap Usaha Pembenihan Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Tahun 2009

No. Jenis biaya Jumlah (Satuan) Harga (Rp) Nilai (Rp)


1. Pakan:
• pellet
5.625 kg 9.000 50.625.000
• cacing
2.250 liter 10.000 22.500.000
sutra/tubifex
2. Bahan dan obat
• pupuk organic 1.000 kg 2.500 2.500.000
• kapur tohor 1.000 kg 2.500 2.500.000
• obat-obatan 20 botol 50.000 1.000.000
3. Bensin untuk transportasi 1.000 liter 4.500 4.500.000
4. Solar untuk diesel 1.000 liter 4.300 4.300.000
5. Listrik 1 tahun 5.500.000 5.500.000
6. Telepon 1 tahun 2.000.000 2.000.000
Total 95.425.000

• Jadi total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap

= Rp.58.102.600 + Rp.95.425.000

= Rp.153.527.600,-

106
Lampiran 6

Penerimaan Usaha Pembenihan Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Tahun 2009

Jumlah Harga
Jumlah Tingkat Jumlah Jumlah benih
Jenis induk per
No. penetasan kematian kematian yang dijual Nilai (Rp)
ikan betina benih
benih (ekor) (%) (ekor) (ekor)
(ekor) (Rp)
1.
Nila 1.125 1.125.000 3 33.750 1.091.250 90 98.212.500
2. Gurami 90 450.000 20 90.000 360.000 150 54.000.000
3. Lele 98 1.479.000 30 441.000 1.029.000 75 77.175.000

Total 229.387.500

• Jumlah kematian samadengan tingkat kematian dikalikan jumlah penetasan benih

• Jumlah benih yang dijual samadengan jumlah penetasan dikurangi jumlah kematian

• Jadi total dari semua produk adalah Rp.229.387.500,-

107
Lampiran 7

1. Keuntungan (π) dalam 1 tahun:

Keuntungan = TR – TC

π = Rp.229.387.500 – Rp.153.527.600

= Rp 75.859.900

Keuntungan (π) setelah zakat (Earning After Zakat )

Zakat (Z) = 2,5% x EBZ

= 0,025 x Rp 75.859.900

= Rp 1.896.497.5

EAZ = EBZ – Z

= Rp75.859.900,− Rp1.896.497.5

= Rp73.963.402.5

2. Perhitungan RC Ratio

TR
RC Ratio =
TC

Rp.229.387 .500
=
Rp.153.527 .600

= 1,49 per tahun

108
Lampiran 8

3. Perhitungan Rentabilitas

Modal = modal tetap/investasi + modal kerja/biaya tetap dan biaya tidak tetap

= Rp.153.527.600

Laba
Rentabilitas = 100%
Modal

Rp 75.859.900
= 100%
Rp.153.527.600
= 49.4 %

4. Break Event Point

a. Break Event Point atas dasar sales

FC
BEP =
VC
1−
S

Rp.58.102. 600
=
Rp.95.425. 000
1−
Rp.229.387 .500

= Rp.100.176.896.6

b. Break Event Point atas dasar unit

∑ penjualanp roduk BEPsales


 Ikan nila =
∑ totalpenju alan
h arg asatuan

1091250
Rp.100.176 .896.6
= 2480250
Rp90

= 489.753.7 ekor

109
∑ penjualanp roduk BEPsales
 Ikan gurami =
∑ totalpenju alan
h arg asatuan

360000
Rp.100.176 .896.6
= 2480250
Rp150

= 93.498.4 ekor

∑ penjualanp roduk BEPsales


 Ikan lele =
∑ totalpenju alan
h arg asatuan

1029000
Rp.100.176 .896.6
= 2480250
Rp 75

= 547.633.7 ekor

110
Lampiran 9

NILAI RE-INVESTASI TAHUN KE NILAI SISA


HARGA
NO JENIS BARANG JUMLAH NILAI UE KENAIKAN SISA UE
SATUAN (residual
(5%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
value)

1 Kolam induk 6 2000000 12000000 10 600000 18000000 5 9000000

2 Kolam pembenihan 3 2000000 6000000 10 300000 9000000 5 4500000


Kolam
3 pemnampungan 2 1000000 2000000 10 100000 3000000 5 1500000

4 Meja kerja 10 100000 1000000 5 50000 1250000 1500000 1750000 0 0

5 Kursi kerja 18 50000 900000 5 45000 1125000 1350000 1575000 0 0

6 Kursi Tamu 1 1000000 1000000 5 50000 1250000 1500000 1750000 0 0

7 Mesin ketik 1 500000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

8 Komputer 2 2500000 5000000 5 250000 6250000 7500000 8750000 0 0

9 Printer 1 500000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

10 Almari buku 2 500000 1000000 5 50000 1250000 1500000 1750000 0 0

11 telepon 1 100000 100000 5 5000 125000 150000 175000 0 0

12 Disel 1 7000000 7000000 5 350000 8750000 10500000 12250000 0 0

13 Bak plastik 10 100000 1000000 5 50000 1250000 1500000 1750000 0 0

14 seser 5 50000 250000 5 12500 312500 375000 437500 0 0


mesin potong
15 rumput 1 1500000 1500000 5 75000 1875000 2250000 2625000 0 0

16 cangkul 5 50000 250000 5 12500 312500 375000 437500 0 0

17 Almari kaca 1 500000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

18 aquarium 10 50000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

19 heater 10 50000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

20 Corong penetasan 5 100000 500000 5 25000 625000 750000 875000 0 0

21 Mikroskop listrik 1 2500000 2500000 5 125000 3125000 3750000 4375000 0

22 DO meter 1 2500000 2500000 5 125000 3125000 3750000 4375000 0

23 PH meter 1 2500000 2500000 5 125000 3125000 3750000 4375000 0

24 Tabung oksigen 2 1500000 3000000 5 150000 3750000 4500000 5250000 0

25 Motor 2 12500000 25000000 10 1250000 37500000 5 18750000

26 Induk nila 1577 8000 12616000 3 630800 14508400 16400800 18293200 20185600 22078000

27 induk gurami 120 90000 10800000 3 540000 12420000 14040000 15660000 17280000 18900000

29 Induk lele 184 35000 6440000 3 322000 7406000 8372000 9338000 10304000 11270000

TOTAL 34334400 40625000 38812800 43291200 116250000 47769600 109123000 33750000


110
Lampiran 10
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan (Kondisi Normal)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 263137500

PVGB 199467391.3 173449905.5 150826004.8 131153047.6 114046128.4 99170546.41 86235257.75 74987180.65 65206244.04 56701081.78 49305288.5 42874163.91 37281881.66 32419027.53 32338147.6

Jumlah PVGB 1345461297

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya Operasional 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600

Gross Cost (B) 107356000 153527600 153527600 187862000 153527600 194152600 192340400 153527600 153527600 196818800 269777600 153527600 201297200 153527600 153527600 262650600

PVGC 107356000 133502260.9 116088922.5 123522314.5 87779903.59 96528155.82 83154062.73 57716711.49 50188444.77 55948186.82 66684896.77 32999717.12 37623885.99 24952527.12 21697849.67 32278310.28

Jumlah PVGC 1128022150

Net Benefit (A-B) -107356000 75859900 75859900 41525500 75859900 35234900 37047100 75859900 75859900 32568700 -40390100 75859900 28090300 75859900 75859900 486900

PV Net Benefit -107356000 65965130.43 57360982.99 27303690.31 43373144.04 17517972.55 16016483.68 28518546.25 24798735.87 9258057.219 -9983814.999 16305571.38 5250277.921 12329354.54 10721177.86 59837.32485

3 NPV Rp 217.439.147.37

4 Net BC 3.025402841

5 IRR 62%

6 PP 1.627465894

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

111
Lampiran 11
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (Kondisi kenaikan biaya layak 20%)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 263137500

PVGB 199467391.3 173449905.5 150826004.8 131153047.6 114046128.4 99170546.41 86235257.75 74987180.65 65206244.04 56701081.78 49305288.5 42874163.91 37281881.66 32419027.53 32338147.6

Jumlah PVGB 1345461297

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120 184233120

Gross Cost (B) 107356000 184233120 184233120 218567520 184233120 224858120 223045920 184233120 184233120 227524320 300483120 184233120 232002720 184233120 184233120 293356120

PVGC 107356000 160202713 139306707 143711692.3 105335884.3 111794226 96428906.37 69260053.79 60226133.73 64676612 74274831.71 39599660.54 43362967.23 29943032.55 26037419.61 36051849.35

Jumlah PVGC 1307568690

Net Benefit (A-B) -107356000 45154380 45154380 10819980 45154380 4529380 6341580 45154380 45154380 1863180 -71095620 45154380 -2615220 45154380 45154380 -30218620

- -
PV Net Benefit -107356000 39264678.26 34143198.49 7114312.485 25817163.32 2251902.361 2741640.036 16975203.96 14761046.92 529632.0409 17573749.94 9705627.957 -488803.317 7338849.117 6381607.928 3713701.749

3 NPV Rp 37.892.607.86

4 Net BC 1.352962181

5 IRR 26%

6 PP 2.734162223

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

112
Lampiran 12
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (Kondisi kenaikan biaya tidak layak 25%)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 229387500 263137500

PVGB 199467391.3 173449905.5 150826004.8 131153047.6 114046128.4 99170546.41 86235257.75 74987180.65 65206244.04 56701081.78 49305288.5 42874163.91 37281881.66 32419027.53 32338147.6

Jumlah PVGB 1345461297

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500 191909500

Gross Cost (B) 107356000 191909500 191909500 226243900 191909500 232534500 230722300 191909500 191909500 235200700 308159500 191909500 239679100 191909500 191909500 301032500

PVGC 107356000 166877826.1 145111153.1 148759036.7 109724879.5 115610743.6 99747617.28 72145889.36 62735555.97 66858718.3 76172315.45 41249646.4 44797737.54 31190658.9 27122312.09 36995234.12

Jumlah PVGC 1352455324

Net Benefit (A-B) -107356000 37478000 37478000 3143600 37478000 -3147000 -1334800 37478000 37478000 -5813200 -78772000 37478000 -10291600 37478000 37478000 -37895000

- -
PV Net Benefit -107356000 32589565.22 28338752.36 2066968.028 21428168.14 -1564615.19 -577070.875 14089368.38 12251624.68 -1652474.25 19471233.67 8055642.101 -1923573.63 6091222.761 5296715.444 4657086.517

3 NPV Rp 6.994.027.01

4 Net BC 0.934852016

5 IRR 13%

6 PP 3.294183254

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

113
Lampiran 13
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (Kondisi penurunan benefit layak 15%)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 194979375 228729375

PVGB 169547282.6 147432419.7 128202104.1 111480090.5 96939209.11 84294964.45 73299969.08 63739103.55 55425307.44 48195919.51 41909495.23 36443039.33 31689599.41 27556173.4 28109578.79

Jumlah PVGB 1144264256

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600

Gross Cost (B) 107356000 153527600 153527600 187862000 153527600 194152600 192340400 153527600 153527600 196818800 269777600 153527600 201297200 153527600 153527600 262650600

PVGC 107356000 133502260.9 116088922.5 123522314.5 87779903.59 96528155.82 83154062.73 57716711.49 50188444.77 55948186.82 66684896.77 32999717.12 37623885.99 24952527.12 21697849.67 32278310.28

Jumlah PVGC 1128022150

Net Benefit (A-B) -107356000 41451775 41451775 7117375 41451775 826775 2638975 41451775 41451775 -1839425 -74798225 41451775 -6317825 41451775 41451775 -33921225

- -
PV Net Benefit -107356000 36045021.74 31343497.16 4679789.595 23700186.89 411053.2953 1140901.717 15583257.59 13550658.78 -522879.387 18488977.27 8909778.106 -1180846.67 6737072.292 5858323.732 4168731.484

3 NPV Rp 16.242.106.10

4 Net BC 1.15129202

5 IRR 20%

6 PP 2.97838633

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

114
Lampiran 14
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (Kondisi penurunan benefit tidak layak 18%)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 188097750 221847750

PVGB 163563260.9 142228922.5 123677323.9 107545499.1 93517825.26 81319848.05 70712911.35 61489488.13 53469120.11 46494887.06 40430336.57 35156814.41 30571142.96 26583602.58 27263865.03

Jumlah PVGB 1104024848

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600 153527600

Gross Cost (B) 107356000 153527600 153527600 187862000 153527600 194152600 192340400 153527600 153527600 196818800 269777600 153527600 201297200 153527600 153527600 262650600

PVGC 107356000 133502260.9 116088922.5 123522314.5 87779903.59 96528155.82 83154062.73 57716711.49 50188444.77 55948186.82 66684896.77 32999717.12 37623885.99 24952527.12 21697849.67 32278310.28

Jumlah PVGC 1128022150

Net Benefit (A-B) -107356000 34570150 34570150 235750 34570150 -6054850 -4242650 34570150 34570150 -8721050 -81679850 34570150 -13199450 34570150 34570150 -40802850

-
PV Net Benefit -107356000 30061000 26140000 155009.4518 19765595.46 -3010330.56 -1834214.67 12996199.86 11301043.36 -2479066.71 -20190009.72 7430619.451 -2467071.58 5618615.842 4885752.906 5014445.246

3 NPV Rp 23.997.302.16.

4 Net BC 0.776469856

5 IRR 5%

6 PP 3.571271747

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

115
Lampiran 15
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (kondisi kenaikan biaya 5% dan penurunan benefit 10% layak)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 206448750 240198750

PVGB 179520652.2 156104914.9 135743404.3 118037742.9 102641515.5 89253491.77 77611731.97 67488462.58 58685619.64 51030973.6 44374759.65 38586747.52 33553693.5 29177124.78 29519101.73

Jumlah PVGB 1211329937

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980 161203980

Gross Cost (B) 107356000 161203980 161203980 195538380 161203980 201828980 200016780 161203980 161203980 204495180 277453980 161203980 208973580 161203980 161203980 270326980

PVGC 107356000 140177373.9 121893368.6 128569658.9 92168898.77 100344673.4 86472773.64 60602547.07 52697867.01 58130293.12 68582380.51 34649702.98 39058656.3 26200153.48 22782742.16 33221695.04

Jumlah PVGC 1172908785

Net Benefit (A-B) -107356000 45244770 45244770 10910370 45244770 4619770 6431970 45244770 45244770 1953570 -71005230 45244770 -2524830 45244770 45244770 -30128230

-
PV Net Benefit -107356000 39343278.26 34211546.31 7173745.377 25868844.09 2296842.166 2780718.127 17009184.91 14790595.57 555326.5203 -17551406.91 9725056.675 -471908.78 7353540.019 6394382.625 3702593.316

3 NPV Rp 38.421.151.65

4 Net BC 1.357885462

5 IRR 26%

6 PP 2.728699914

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

116
Lampiran 16
Analisis NPV, Net B/C, IRR dan PP (Kondisi kenaikan biaya 15% dan penurunan benefit 8% tidak layak)
No. Uraian TAHUN KE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.15 DF(15%) 1 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 0.214943223 0.18690715 0.162527957 0.141328658 0.122894485

1 Inflow (Benefit)

Hasil Penjualan 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500

Residual Value 33750000

Gross Benefit(A) 0 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 211036500 244786500

PVGB 183510000 159573913 138759924.4 120660803.8 104922438.1 91236902.69 79336437.13 68988206.2 59989744.52 52164995.23 45360865.42 39444230.8 34299331.13 29825505.33 30082910.9

Jumlah PVGB 1238156209

2 Outflow(Cost)

Investasi Awal 107356000

Penambahan
Investasi 0 0 34334400 0 40625000 38812800 0 0 43291200 116250000 0 47769600 0 0 109123000

Biaya
Operasional 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740 176556740

Gross Cost (B) 107356000 176556740 176556740 210891140 176556740 217181740 215369540 176556740 176556740 219847940 292806740 176556740 224326340 176556740 176556740 285679740

PVGC 107356000 153527600 133502260.9 138664347.8 100946889.1 107977708.5 93110195.46 66374218.21 57716711.49 62494505.71 72377347.98 37949674.69 41928196.92 28695406.19 24952527.12 35108464.58

Jumlah PVGC 1262682055

Net Benefit (A-B) -107356000 34479760 34479760 145360 34479760 -6145240 -4333040 34479760 34479760 -8811440 -81770240 34479760 -13289840 34479760 34479760 -40893240

- -
PV Net Benefit -107356000 29982400 26071652.17 95576.55955 19713914.69 -3055270.36 -1873292.77 12962218.91 11271494.71 -2504761.19 20212352.74 7411190.733 -2483966.12 5603924.94 4872978.208 5025553.678

3 NPV Rp 24.525.845.94

4 Net BC 0.771546575

5 IRR 4%

6 PP 3.580633972

Sumber: Hasil Penelitian, 2009.

117
Lampiran 20

Analisis Risiko usaha pembenihan ikan air tawar pada BBI

a. Hasil yang diharapkan (E)

∑ Ei
i =1
E =
n

29,1
E =
3

E = 9,7

b. Ukuran ragam (variance). Rumus ragam adalah:

n 2

∑ (Ei − E )
i =1
V2 =
(n − 1)

(29,1 − 9,7) 2
V2 =
(3 − 1)
376,36
V2 =
(2)
V2 = 188,18

c. Simpangan baku (standart deviation) merupakan akar dari ragam:

V = V2

V = 188,18

V = 13,71
d. Koefisien variasi (CV)

V
CV =
E

13,71
CV =
29,1

CV = 0,47

e. Batas bawah (L)

L = E − 2V

L = 29,1 − ( 2 x13,71)

L = 1,68

• Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0, maka pemilik usaha akan selalu terhindar dari risiko

kerugian.

• Apabila nilai CV ≥ 0,5 atau L ≤ 0, maka pemilik usaha mempunyai peluang menderita

kerugian.

Anda mungkin juga menyukai