Anda di halaman 1dari 13

NAMA : DITA HALIMAH APRILIA

NPM : 1415012014
ETIKA PROFESI

MATERI 1

A. MANAJEMEN PROYEK ARSITEKTURAL

Pelayanan dalam manajemen proyek arsitektural didasarkan pada :

 Ide
Ide, merupakan suatu gagasan awal dalam perencanaan pekerjaan manajemen proyek
arsitektural. Ide berawal dari adanya keterkaitan antara issue yang berkembang hingga
penomenal.
 Persiapan
Survei, merupakan langkah awal setelah kita memahami arah dan tujuan pekerjaan.
Survei, dapat dilakukan apabila persyaratan dan ketentuan telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
 Perencanaan

B. ANALISIS MANAJEMEN PROYEK


 Input
Dokumen kontrak, Sumber daya (5M), Peraturan standar konstruksi
 Proses
Pelaksanaan proyek konstruksi
 Output
Bangunan

C. TAHAPAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI


 Adanya Kebutuhan
 Studi Kelayakan
 Membuat Penjelasan (Briefing)
 Membuat Rancangan (Design Development And Detail Design)
 Melakukan Pengadaan (Procurement/Tender)
 Pelaksanaan (Construction)
 Pemeliharaan Dan Persiapan Penggunaan (Maintenance And Start Up)

D. PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN

Studi kelayakan suatu proyek adalah suatu penelitian ilmiah yang dikembangkan
denganprinsip manajemenuntuk menilai suatu kelayakan proyek yang direncanakan apakah
dapat dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan atau tidak.
E. KRITERIA KEBUTUHAN STUDI KELAYAKAN

 Menggunakan dana publik yang cukup besaratau proyek yang penting dan
strategisberdasarkan kebijakan publik.
 Mempunyai sifat ketidakpastian dan resiko yang cukup tinggi
 Merinci proyek-proyek yang dihasilkandalam pra-studi kelayakan yang mempunyai
indikasi kelayakan yang tinggi
 Proyek memerlukan penajaman dalam rencana melalui pembandingan dua atau lebih
alternatif solusi yang unggul
 Proyek memerlukan indikator kelayakan yang lebih teliti berdasarkan keinginan
pemberi kerja dan lain-lain

F. ASPEK – ASPEK STUDI KELAYAKAN

 Aspek Hukum

Biasanya kurang mendapat perhatian dari pemrakarsa maupun dari studi kelayakan, padahal
aspek ini merupakan dasar dari aspek yang lain dalam menentukan kelanjutan bangunan
lainnya. Tidak jarang suatu proyek gagal di bangun atau proses bangunan berhenti ditengah
jalan karena terbentur masalah legalitas (kelengkapan, kesempurnaan dan keaslian izin-izin
dan dokumen-dokumen), kalim, dari masyarakat setempat dan lain sebagainya.

 Aspek Ekonomi
 Kependudukan

Penilaian penetapan perkiraan dampak penting kependudukan / sosial mengacu pada


permen pu dan pedoman teknis aspek sosial.

 Perubahan mata pencaharian


 Pengaruh terhadap kekerabatan
 Keamanan
 Kesehatan masyarakat
 Pendidikan
 Cagar budaya dan peninggalan sejarah
 Estetika sosial
 Perubahan pola interaksi
 Aspek Sosial

Proyek dapat mengubah atau justru mengurangi income perkapita penduduk setempat.
Seperti seberapa besar tingkat pendapatan perkapita penduduk, pendapatan nasional atau
upah rata-rata tenaga kerja setempat atau UMR.

 Aspek Teknis Dan Teknologi

 sirkulasi dan aksesibilitas


 topografi dan tapak
 bentuk dan gubahan massa (material, estetika, facade,
 struktur tanah dan bentang alam
 unsur soft dan hard material
 kontur tanah dan drainase
 struktur bangunan

 Aspek Manajemen

 Planning
 Organizing
 Actuating
 Controlling

Aspek manajemen yang dikaji mencakup manajemen dalam pembangunan fisik proyek dan
manajemen saat proyek nantinya dioperasikan

 Aspek Keuangan

 Aspel Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

 Amdal secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan di sekitarnya baik


didalam usaha atau proyek manapun diluar suatu proyek yang akan dijalankan
 Dibutuhkan kajian mendalam terhadap pengaruh pembangunan terhadap
lingkungan sekitar, lingkungan Biologi (Flora dan Fauna), serta lingkungan Fisika
– Kimia (tanah, kualitas air, temperatur lingkungan, polusi udara, kebisingan dan
vibrasi).

MATERI 2

A. RUMUSAN KODE ETIK PERENCANA

Rumusan kode etik ini merupakan pedoman sikap etik yang dibutuhkan oleh segenap anggota
Ikatan Ahli Perencanaan Bersertifikat Indonesia (Indonesian Association of Certified
Planners). Rumusan ini juga bertujuan untuk menginformasikan masyarakat prinsip-prinsip
yang dianut para ahli perencana professional. Pembahasan yang sistematik dari penerapan
prinsip-prinsip ini mutlak dibutuhkan khususnya bagi pelaksanaan kegiatan harian anggota
dan organisasi.

Rumusan standard tingkah laku merupakan hal penting yang dibutuhkan organisasi
khususnya bilamana seseorang atau lebih anggota IAP bertindak tidak baik. Rumusan kode
etik ini menyajikan lebih daripada sekedar batas minimum yang dapat diwajibkan untuk
diterima. Rumusan kode etik dan sikap professional ini mengatur standard-standard nilai
yang memerlukan usaha yang tulus bagi anggota IAP untuk berusaha mematuhinya.

B. PRINSIP KODE ETIK

Prinsip-prinsip kode etik dan sikap professional ini diturunkan dari nilai-nilai luhur yang
dianut masyarakat sesuai falsafah dasar pancasila dan UUD 1945, serta dari tanggungjawab
khusus profesi perencanaan dalam melayani kepentingan masyarakat. Sebagaimana halnya
nilai dasar masyarakat yang seringkali bertentangan satu sama lain, maka prinsip-prinsip
kode etik dan sikap professional ini juga sering menghadapi hal yang sama.

Sebagai contoh, keinginan untuk memberi informasi sepenuhnya kepada masyarakat


seringkali bertentangan dengan keinginan dalam menghargai nilai kerahasiaan. Rencana dan
program seringkali merupakan hasil suatu keseimbangan antara ragam kepentingan. Suatu
penilaian etik seringkali juga merupakan suatu keseimbangan yang seksama, berdasarkan atas
fakta-fakta dan konteks dari suatu situasi yang bersifat khusus, serta interpretasi yang layak
dari keseluruhan kode etik dan sikap professional. Prosedur formal untuk pengisisan
keberatan atas suatu pelanggaran, penyidikan, dan resolusi atas pelanggaran yang dituduhkan,
serta pengeluaran aturan-aturannya merupakan bagian dari kode etik dan sikap professional
ini.

C. TANGGUNGJAWAB PERENCANA PADA MASYARAKAT

Tugas utama seorang perencana adalah untuk melayani kepentingan masyarakat. Sementara
definisi kepentingan masyarakat dirumuskan melalui debat yang terus berlanjut, seorang
perencana berkewajiban untuk secara tulus dan hati-hati mengikatkan diri pada konsep bagi
kepentingan masyarakat yang membutuhkan keharusan-keharusan khusus, yaitu :
• Seorang perencana harus mempunyai perhatian dan kesadaran khusus bagi
konsekuensi-konsekuensi yang akan dihadapi masyarakat pada masa yang akan
datang atas dasar tindakannya saat sekarang.

• Seorang perencana harus member perhatian khusus terhadap penuh keterkaitannya


suatu keputusan.

• Seorang perencana harus sepenuhnya berusaha menyediakan informasi yang jelas dan
benar masalah-masalah (issue-issue) perencanaan kepada masyarakat serta para
pembuat keputusan pemerintah. Seorang perencana harus berusaha memberi peluang
kepada masyarakat untuk mengetahui sepenuhnya akibat-akibat penerapan suatu
rencana dan program pembangunan. Partisipasi harus cukup memberi peluang dalam
melibatkan orang yang kurang berpengaruh atau tidak berorganisasi secara formal.

• Seorang perencana harus berusaha memperluas pilihan dan ruang lingkup


perencanaan bagi semua orang, khususnya menyangkut kepentingan kelompok atau
individu yang dirugikan, serta harus berusaha menghindari kebijaksanaan-
kebijaksanaan, lembaga-lembaga, dan keputusan-keputusan yang bertentangan
dengan maksud tersebut.

• Seorang perencana harus berusaha menjaga integritasnya terhadap lingkungan alam.

• Seorang perencana harus berusaha merancang fisik alam sebaik-baiknya serta


melindungi kenyamanan lingkungan hidup yang bertanggungjawab

• Seorang perencana harus tampil rajin, kreatif, independent, dan kompeten dalam
menampilkan pekerjaannya untuk memenuhi kepentingan client, atasannya atau pihak
pemberi kerja. Penampilan macam itu harus konsisten terhadap kesetiaannya
melayani kepentingan masyarakat.

Seorang perencana harus berani mempertaruhkan keputusan profesionalnya secara


bebas atas nama client dan atau pemberi kerja.

• Seorang perencana harus menerima keputusan-keputusan dari client atau pemberi


kerja dengan memperhatikan tujuan dan jenis pelayanan professional yang sebaiknya
ditampilkan, illegal atau tidak konsisten dengan tugas utama perencana dalam
melayani kepentingan masyarakat.

• Seorang perencana tidak boleh menerima pekerjaan perencana lain bilamana saat itu
secara nyata atau dapat dilihat dengan alas an yang masuk akal adanya konflik pribadi
atau keuangan dari perencana tersebut atau perencana lainnya dengan client atau
pemberi kerja yang merugikan perencana.

• Seorang perencana tidak boleh menjual atau menawarkan jasa dengan menyatakan
atau menerapkan kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan-keputusan melalui
cara yang tidak wajar.
• Seorang perencana tidak boleh mendukung kepentingan client atau pemberi kerja
yang melakukan cara-cara yang salah atau perkeliruan, penyalahgunaan dan
memaksakan kehendak.

• Seorang perencana tidak boleh menggunakan kekuasaan dari kantornya bekerja yang
manapun juga demi mencari atau mendapatkan keuntungan khusus yang bertentangan
dengan kepentingan umum atau yang bertentangan dengan pendapat umum.

• Seorang planner tidak boleh meminta atau menerima komisi atau komisi pada/ dari
client atau pemberi kerja yang tidak ada hubungannya dengan usaha kerja keras
keahlian profesi perencanaannya

• Seorang planner tidak boleh memberi komisi atau bonus kepada pihak client atau
pemberi kerja dengan maksud untuk membina hubungan kerja yang illegal dan
mempengaruhi dalam membuat keputusan yang tiodak jujur oleh pihak client atau
pemberi kerja.

• Seorang perencana tidak boleh menerima atau melanjutkan kerja di atas kemampuan
profesionalnya atau menerima kerja yang tidak dapat diselesaikan pada waktunya
seperti ditentukan oleh client atau pemberi tugas, atau ditentukan oleh kondisi tugas-
tugas yang sudah ada.

• Seorang perencana harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
kerjasama profesionalnya dengan client atau pemberi kerja yang secara tertulis
memang meminta untuk menjaga kerahasiaannya. Pengecualian dari hal kerahasiaan
tersebut bisa dilakukan hanya bilamana a.) dibutuhkan dalam proses hokum. Atau b.)
dibutuhkan untuk mencegah pelanggaran hokum yang terlihat jelas, atau c.)
dibutuhkan untuk mencegah kecelakaan fatal bagi keselamatan umum

• Seorang perencana wajib turut serta mengembangkan profesinya dengan


meningkatkan pengetahuannya dan kemampuannya, membuat kerja yang sesuai
dengan pemecahan masaalah yang ada di masyarakat, dan meningkatkan pengertian
masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan perencanaan. Seorang perencana harus
menghargai kemampuan dan keahlian professional teman sejawat dan anggota dari
profesi-profesi lain.

• Seorang perencana harus melindungi dan meningkatkan integritasnya terhadap profesi


dan harus tanggap pada kritik profesi.

• Seorang perencana harus secara akurat menampilkan kwalifikasinya, pandangan-


pandangannya, dan mengakui secara jujur pendapat atau penemuan rekan sejawatnya.

• Seorang perencana yang bertanggungjawab dalam mengkaji hasil kerja profesi


perencana lainnya, harus memenuhi tanggungjawab ini secara fair, penuh
pertimbangan ilmiah, professional, dan sesuai dengan masalahnya.
• Seorang perencana harus membagi hasil pengalaman dan penelitian yang turut serta
menambah isi pengetahuan perencana

• Seorang perencana harus menguji kedaya-terapan teori-teori perencanaan, metoda-


metoda dan standard terhadap fakta-fakta dan analisa dari setiap situasi tertentu, serta
tidak boleh menerapkan suatu cara pemecahan yang biasa dilakukan tanpa terlebih
dahulu meyakinkan kesesuaiannya pada situasi tertentu.

• Seorang perencana harus turut serta menyediakan waktu dan pengetahuannya bagi
peningkatan pengetahuan professional mahasiswa, kepentingan intern, perencana
profesi pemula, dan teman sejawat lainnya.

• Seorang perencana harus berusaha untuk memenuhi integritas, kemahiran, dan


pengetahuan professional dengan standard yang tinggi.

• Seorang perencana tidak boleh melakukan tindakan salah dan atau tercela yang
menggambarkan hal-hal yang berlawanan dengan kewajaran professional perencana

• Seorang perencana harus tanggap terhadap hak-hak oranglain dan khususnya tidak
boleh membeda-bedakan oranglain secara tidak wajar.

• Seorang perencana harus berusaha melanjutkan pendidikan profesionalnya.

• Seorang perencana harus secara akurat mewakili kualifikasi profesionalnya,


pendidikannya, dan tempatnya bekerja.

• Seorang perencana harus secara sistematik dan kritis menganalisa masalah-masalah


etik dalam praktek perencanaan.

• Seorang perencana harus berusaha untuk menyisihkan waktu dan usahanya bagi
kelompok-kelompok yang kurang memadai dalam sumberdaya perencanaan dan pada
aktifitas-aktifitas professional secara sukarela.

MATERI 3

KEAHLIAN & KARIER ARSITEK DALAM ASSESSING, EXPLORING, DECISION


MAKING, AND PLANNING.

A. Assessing

Assessing, merupakan suatu proses penilaian oleh seorang asesor (penilai) terhadap
permohonan tenaga kerja untuk mendapatkan sertifikasi keahlian ataupun serifikasi
keterampilan.
 Proses Assessing
 Dimulai oleh pemohon mengajukan berkas permohonan kepada asosiasi
khususnya IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) dengan persyaratan tertentu.
 Setelah berkas permohonan lengkap; dapat diajukan kepada lembaga yakni LPJK
(Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi), melalui unit USTK (Unit Sertifikasi
Tenaga Kerja). (sampai saat ini). Setelah berkas diterima USTK, USTK akan
menunjuk asesor untuk melakukan assesmen terhadap pemohon.
 Asesor berjumlah tiga orang dan akan sah apabila ketiga orang asesor hadir.

 Syarat Asesor
 Telah memiliki sertifikat keahlian minimal grade MADYA.
 Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Jasa Konstruksi (JaKon) dan
kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPERA).
 Wajib mengikuti seluruh kegiatan yang persyaratkan untuk menjadi asesor
penilai.

B. Exploring

Exploring, merupakan suatu proses keahlian disertai keterampilan arsitek dalam menyediakan
jasa kepada klien berupa desain perencanaan maupun perancangan. Exploring, dibutuhkan
terutama terkait dengan desain arsitek dalam penyajian produk.

C. Decision making

Decision making, merupakan hal penting sebelum karya dihasilkan. Proses ini didahului
dengan perencanaan yang matang, dari tahap awal perencanaan hingga desan akhir (jadi
sebuah karya). Seorang arsitek harus berfikir keras, sebelum hal yang tidak diinginkan
terjadi, terlebih terkait dengan fungsi dalam suatu bangunan (karya).

Decission Making atau Pengambilan keputusan adalah proses mencapai kesimpulan setelah
melakukan berbagai pertimbangan untuk memilih satu kemungkinan dengan
mengesampingkan yang lain.

 Pengambilan Keputusan

Suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk menentukan atau membuat pilihan-pilihan
diantara beberapa alternatif dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan. Pengambilan keputusan terjadi sebagai respon terhadap adanya masalah ataupun
peluang

 Masalah (problem) adalah kesenjangan (gap) antara apa yang terjadi saat ini dengan
apa yang sesungguhnya diharapkan
 Peluang (opportunity) adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan saat ini dengan
situasi yang lebih baik yang tidak direncanakan ataupun diharapkan sebelumnya.
 Identifikasi Permasalahan dan Peluang

Ada 2 faktor yang berpengaruh :

 Persepsi yang kurang sempurna


 Kemampuan diagnostik

 Pemilihan Solusi Permasalahan:


 Masalah tujuan
Seringkali tujuan kurang jelas atau bertentangan satu sama lain
 Masalah dalam pemrosesan informasi
Kecenderungan memfilter dan menyeksi informasi (selective attention)
 Masalah dengan Maksimalisasi
Cenderung memilih solusi yang cukup memuaskan ketimbang solusi yang terbaik

 Faktor penyebab Escalation of Commitment:

 Self justification (pembenaran diri)


 Gambler’s fallacy (spekulasi yang keliru)
 Perceptual blinders (ketidak tajaman persepsi)
 closing costs (tingginya biaya pengakhiran )

 Permasalahan dalam pengambilan keputusan kelompok

 Time Constraints & production blocking


 Evaluation apprehension
 Conformity to peer pressure
 Groupthink
 Group polarization

 Kondisi untuk Kreativitas

 Lingkungan kerja yang kreatif :

Otonom, bebas menetapkan tujuan, feed back, self-leadership, supportive leadership

 Pelatihan kreativitas :

Membuka wawasan baru, mendorong anggota untuk lebih memahami masalah dgn cara yang
berbeda.

 Struktur Kelompok untuk Kreativitas dan Pengambilan Keputusan :


 Constructive controversy
Situasi dimana anggota tim meperdebatkan opini mereka yang berbeda satu
sama lain tentang suatu permasalahan dengan cara yang dapat meminimalisasi
konflik sosioemosional.
 Brainstorming
Proses pengambilan keputuan secara terstruktur dimana anggota kelompok
berinteraksi secara langsung untuk menghasilkan alternatif solusi sebanyak
mungkin.
 Electronic Brainstorming
Proses pengambilan keputusan terstruktur dimana beberapa orang secara
individual menyampaikan ide-ide melalui program computer dan
disampaiakan kepada anggota lainnya tanpa nama.
 Delphi Technique
Proses pengambilan keputusan secara terstruktur untuk mengumpulkan
pandangan dari para ahli secara kolektif tentang permasalahan tertentu untuk
memutuskan, memprediksi dan mengidentifikasi pandangan yang
bertentangan.
 Nominal Group Technique
Proses pengambilan keputusan terstruktur dimana anggota kelompok secara
independen menulis idenya masing-masing, menjelaskan kepada seluruh
anggota dan secara independen pula merangking dan atau melakukan voting
atas ide-ide yang ada tersebut.

D. Planning

Planning, merupakan perencanaan dalam proses desain. Dalam menghasilkan sebuah karya
diawali dengan perencanaan yang matang; mulai dengan survei kondisi lapangan, analisis
serta perancangan hingga evaluasi merupakan satu rangkaian dalam perencaaan secara
komprehensif (menyeluruh). Pada proses Planning dilakukan :

 Survei
 Analisis
 Perancangan
 Evaluasi
MATERI 4

ASPEK KEPROFESIAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

A. Job  Occupation  Profession

 JOB: pekerjaan
 Occupation: bidang pekerjaaan
 Profession : profesi

Kriteria profesi menurut Hitchen (2000) :

1. Bidang yang terorganisir dari teori intelektual yang berkembang

2. Teknik intelektual yang menjembatani teori dan praktek

3. Penerapan intelektual pada tataran praktis

4. Adanya periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi

5. Adanya beberapa standar etika profesi

6. Kemampuan kepemimpinan pada profesi

7. Adanya asosiasi dan organisasi profesi

8. Adanya pengakuan

9. Adanya perhatian profesional terhadap pelaksanaan profesi

10. Adanya hubungan dengan profesi lain

B. Profesional & Profesionalisme

Profesional adalah sso dgn kualifikasi dalam bidang tertentu. Profesional meliputi menguasai
pengetahuan dan terikat dgn standar perilakau (kode etik) profesi ybs. Profesionalisme adalah
menyiratkan seperangkat sikap tertentu.

 Karakter profesional

Menurut Holtzapple, 2011:

1. Telah melalui pelatihan intelektual yang panjang (beberapa tahun utk sarjana dan
pasca sarjana)

2. Lulus ujian kualifikasi

3. Punya Keahlian

4. Monopoli (masyarakat memberikan hak monopoli kepada para profesional utk mllk
pekerjaan masing-masing)
5. Otonomi (masyarakat mempercayai profesional untuk mengatur dirinya sendiri)

6. Kode Etik (perilaku prefsional diatur dgn aturan yg diterapkan pada dirinya sendiri)

C. Kemampuan Yang Harus Dimiliki Perencana

 Analytical skills
 Communication skills
 Decision making skills
 Management skills
 Writing skills

D. Peran Perencana

 Perencana sebagai Analisator, peran profesi sebagai perencana.


 Perencana sebagai Organisator, membangun komitmen bersama masyarakat dan
memimpin.
 Perencana sebagai Perantara (mediator), koordinasi, negosiasi antar kelompok.
 Perencana sebagai Pendamping (fasilitator), advokasi, juru bicara.
 Perencana sebagai Enabler (motivator), fasilitator.
 Perencana sebagai Pendidik, pendidikan dalam masyarakat
 Perencana sebagai Penyebar informasi, komunikasi dan publikasi

E. Lapangan Kerja Perencana

 Sektor Publik

 Pemerintah Pusat: Kementerian (PUPR, AGRARIA DAN TATA RUANG,


PERHUBUNGAN, LH dan KEHUTANAN DAN BAPPENAS

 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota: SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)


tdd: BAPPEDA, PU, TATA KOTA, LINGKUNGAN HIDUP, PERHUBUNGAN

 Sektor Privat

 Konsultan Perencana (consultant)

 Pengembang (developer)

 NGO

F. Aspek Profesionalisme

 Kompetensi keahlian (expertise): berlandaskan keahlian yg dimiliki


 Tanggung Jawab (reponsibility) keahlian atau moral: untuk kepentingan masyarakat
 Kesejawatan (corporateness): bertggjwb tdp keahlian sendiri dan menghormati
profesi lain
 Etika (Ethics) : kaidah dan prinsip apa yang boleh dan apa yang tidak boleh yang
dilandasi moral profesi

Anda mungkin juga menyukai