BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu bentuk kajian ilmiah, AMDAL memiliki peran strategis
dalam pengelolaan setiap pembangunan dan wajib dilaksanakan karena tercantum
dalam UU No. 32/2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Pasal 22. AMDAL merupakan suatu kajian ilmiah multi disiplin yang terdiri dari
kajian teknis (biologi, fisika, kimia, ekologi, dan geologi), kajian ekonomi, dan
kajian sosial budaya. Sebagai suatu kajian ilmiah, penyusunan AMDAL dilakukan
melalui serangkaian tahapan agar menghasilkan suatu hasil yang berkualitas dan
dapat dipertanggungjawabkan.
BAB II
PEMBAHASAN
proyek dan kondisi wilayah sekitar proyek harus dikembangkan sendiri oleh
penyusun AMDAL. Satu kelemahan lain dari daftar uji adalah tidak diketahuinya
secara jelas sumber penyebab dampak.
4. Matriks
Matrik digunakan untuk keperluan mengidentifikasi interaksi antara
penyebab dampak, yaitu aktivitas yang akan dilakukan dalam pembangunan dan
faktor lingkungan yang akan terkena dampak. Dengan demikian diperlukan daftar
uji lain, yaitu:
- Daftar uji aktivitas pembangunan sebagai penyebab dampak
- Daftar uji faktor lingkungan yang akan terkena dampak.
Kedua daftar uji disusun dalam suatu matriks. Karena itu matriks tersebut
disebut juga dengan daftar dua dimensi. Umumnya, dalam suatu matriks, daftar
uji aktivitas pembangunan dituliskan pada sumbu horisontal atas dan faktor
lingkungan pada sumbu vertikal kiri. Kotak pertemuan antara lajur dan baris
menunjukkan interaksi antara aktivitas pembangunan dan faktor lingkungan.
Matriks untuk Amdal yang tertua adalah yang disusun oleh Leopold et al.
(1971). Leopold dengan beberapa modifikasinya banyak digunakan. Di dalam
metode ini sel yang menyatakan adanya interaksi diberi tanda garis miring
diagonal dari kanan atas ke kiri bawah.
Matriks yang diperkenalkan oleh Leopold adalah matriks dengan 88
komponen lingkunan dan 100 komponen aktivitas proyek/ pembangunan,
sehingga dalam matriks Leopold terdapat 8800 sel interaksi. Dari tiap sel yang
bergaris miring diagonal akan ditetapkan besar (magnitude) dampak dan tingkat
kepentingan (importance) dampaknya.
7
Keterangan :
A = Komponen Lingkungan
B = Aktivitas proyek
Besar dari dampak yang diduga dinyatakan dalam nilai angka atau skala
dari 1 sampai 10 serta diberi catatan uraian atau kriteria yang jelas dari setiap nilai
tersebut. nilai 1 merupakan besaran terkecil dari nilai 10 sebagai nilai besaran
terbesar. Penyusunan skala sebaiknya didasarkan pada evaluasi nilai yang
objektif. Dampak posititf diberi tanda (+), sedangkan dampak yang negatif diberi
tanda (-).
Nilai tingkat kepentingan dampak juga diberi nilai, mulai dari 1 sampai
dengan 10. Nilai kepentingannya ini dijinjau dari kepentingan lokal atau nilai bagi
masyarakat di lokasi proyek, sehingga penetapan arti dari skala dilakukan
berdasarkan pertimbangan yang subjektif dari masyarakat dan bukan nilai
subjektif dari tim. Nilai tingkat kepentingan tersebut semuanya positif dan setiap
skala diberi uraian atau kriteria yang jelas dari tiap skala.
Perkembangan dari matriks Leopold yang menarik adalah metode tersebut
telah digunakan dalam jumlah aktivitas proyek maupun melakukan modifikasi
atau perubahan, baik dalam jumlah aktivitas proyek maupun komponen
lingkungannya. Jumlahnya dapat diubah lebih banyak atau lebih sedikit.
Kelebihan lain dari metode ini adalah sangat berguna sebagai penyaring atau
untuk identifikasi dampak lingkungan dan merupakan gambaran dampak secara
keseluruhan yang nantinya akan menunjukan komponen lingkungan apa saja yang
akan banyak terkena dampak. Matriks ini juga dapat digunakan untuk melihat
besarnya dan banyaknya dampak positif dan negatif dari proyek. Dalam gambar
berikut ini ditunjukan sebuah contoh sebagian matriks yang digunakan untuk
mengidentifikasi zat pencemaran dari berbagai sumber.
Emisi potensial A B C D E F
Sumber
8
Lingkungan
Satwa liar
Spesies yang akan punah
Vegetasi alam
Sifat tanah
Drainase alam
Air bumi
Kualitar air
Kesehatan nilai ekonomi
Nilai ekonomi
Pelayanan masyarakat
10
lingkungan pada saat yang lalu secara lengkap di semua aspek (fisika, kimia,
biologi dan sosial ekonomi). Dengan teknik yang lebih sederhana dari sejarah
perkembangan atau bentuk dari dinamika lingkungan, kemudian dilakukan
ekstrapolasi atau pengembangan ke masa yang akan datang.
Untuk lingkungan yang belum banyak digunakan manusia, dan belum ada
atau hanya ada sedikit rencana perubahan untuk masa-masa yang akan datang,
pendugaannya relatif lebih mudah dilaksanakan. Namun untuk daerah yang sudah
berkembang dan untuk jangka waktu pendek maupun panjang sudah banyak
rencana pembangunan lain maka akan semakin sulit untuk melakukan prakiraan
dan semakin banyak kemungkinan terjadinya kesalahan.
Apabila diharapkan pendugaan yang lebih mendetail untuk jangka panjang
maka hal itu tidak mudah dilakukan kecuali kalau pendugaannya hanya bersifat
secara garis besar saja.
Secara umum, garis besar perkembangan keadaan lingkungan tanpa
proyek secara hipotesis disajkan dalam gambar:
waktu
Dengan:
Ddp = kepadatan penduduk dengan proyek pada waktu, t
rdp = laju pertumbuhan penduduk/tahun dengan proyek
P0 = jumlah penduduk pada waktu acuan, t0
t = periode waktu perhitungan, (ti – t0) tahun
Ltot = luas total daerah (km2)
21
nilai r didapatkan dari laporan statistik. jika tidak didapatkan laporan statistik,
r dapat dihitung dari pencatatan jumlah penduduk pada saat yang berbeda,
melalui persamaan:
Pt = P0 (1 + r)t
Kepadatan penduduk dengan proyek secara matematis dinyatakan dengan:
𝑃0 ( 1+𝑟𝑑𝑝)𝑡
Ddp = 𝐿𝑡𝑜𝑡−𝐿𝑖
Dengan:
Ddp = kepadatan penduduk dengan proyek pada waktu, t
rdp = laju pertumbuhan penduduk/tahun dengan proyek
Li = luas lahan yang digunakan oleh industry, termasuk lahan untuk kompleks
industri, prasarana perumahan, prasarana jalan.
Dapat diperkirakan bahwa pembangunan industri akan menarik penduduk
untuk bermigrasi dan mengurangi emigrasi karena bertambahnya lapangan
22
pekerjaan. Oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk dengan proyek, rdp akan
menjadi lebih besar dari rtp. Berdasarkan penelitian kasus-kasus industri yang
sejenis dengan skala yang serupa dan lokasi yang serupa pula dapat diprakirakan
besarnya rdp. Dampak industri terhadap kepadatan penduduk dinyatakan secara
matematis dengan:
∆D = Ddp – DTP
Contoh:
Luas suatu daerah dimana akan didirikan suatu pabrik kertas adalah 1000 ha. Luas
pabrik dan semua prasarana yang akan didirikan di daerah tersebut direncanakan
150 ha. Catatan kepadatan yang terdapat di kecamatan menyatakan bahwa jumlah
penduduk tahun 1985 adalah 8000 orang dan tahun 1995 adalah 9870 orang.
Berapa dampak industri terhadap kepadatan penduduk pada tahun 2005 pada saat
pabrik mulai beroperasi?
Jawab:
Laju pertumbuhan penduduk pertahun antara tahun 1985 dan tahun 1995 dihitung
berdasarkan persamaan:
𝑃𝑡
Pt = P0 (1 + r )t atau 𝑃0 = (1 + r)t
ln Pt – ln P0 = t ln (1 + r)
ln 𝑃𝑡−ln 𝑃0 9,197−8,987
ln(1 + r) = = 0,021
𝑡 10
Data historis pada proyek sejenis di daerah lain menunjukkan laju pertumbuhan
penduduk mula-mula meningkat perlahan-lahan dan kemudian berubah menjadi
meningkat dengan pesat. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara
3,5 %/tahun sampai 6 %/tahun, dengan nilai rata-rata 4,5% pertahun. Nilai rata-
rata ini digunakan sebagai prakiraan laju pertumbuhan penduduk dengan proyek,
sehingga kepadatan penduduk dengan adanya proyek:
𝑃0 ( 1+𝑟𝑑𝑝)𝑡 8000 (1+0,045)20
Ddp = = = 2269 orang/km2
𝐿𝑡𝑜𝑡−𝐿𝑡 (10−1,5 )𝑘𝑚2
23
3. Penggusuran Penduduk
Jumlah kepala keluarga dan jiwa yang tergusur oleh proyek dapat dihitung
dengan melakukan sigi di dalam batas daerah proyek. Akan tetapi yang terkena
proyek sebenarnya tidak terbatas pada keluarga yang tinggal di daerah proyek saja
melainkan juga sejumlah keluarga di luar daerah tersebut, seperti buruh tani,
pedagang hasil bumi dan buruh pengangkut hasil bumi yang tinggal di luar daerah
proyek, tetapi bekerja di dalam proyek. Mereka tidak tergusur secara fisik,
melainkan secara ekonomi.
Mengingat hal tersebut di atas, maka orang yang terkena dampak secara
matematis dapat dinyatakan sebagai
PY = Pf + Pe
dengan:
Y = jumlah total orang tergusur
Pf = jumlah orang yang tergusur secara fisik dari daerah proyek.
Pe = jumlah orang yang tergusur secara ekonomi dari daerah proyek.
4. Kenaikan Tekanan Penduduk
Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian di suatu daerah
tidak cukup untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang dianggap layak.
Karena itu penduduk berusaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan dengan
membuka lahan baru atau pergi ke kota. Dorongan untuk membuka lahan baru
dan/atau pergi ke kota disebut dengan tekanan penduduk. Jika seluruh gaya
tekanan penduduk bekerja pada pembukaan lahan baru, maka lahan baru yag
dibuka secara matematis dinyatakan dengan:
L = (TP – 1 ) Ltot
dengan:
L = lahan baru yang dibuka
TP = tekanan penduduk
Ltot = luas lahan pertanian penduduk
Garis dasar untuk menyatakan tekanan penduduk, tanpa dan dengan
proyek dinyatakan sebagai berikut:
25
𝑓𝑡𝑝 𝑃0 ( 1+𝑟)𝑡
TPtp = Ztp (1 - αtp) 𝛽𝑡𝑝 𝐿𝑡𝑜𝑡
𝑓𝑖 𝑃0 ( 1+𝑟)𝑡
TPdp = Zi (1 – αi) (𝐿𝑡𝑜𝑡 −𝐿𝑖 )
dengan:
Ttp = tekanan penduduk tapa proyek
Tdp = tekanan penduduk dengan proyek
Li = luas lahan pertanian yang terkena proyek
Ltot = luas total lahan pertanian penduduk
α = fraksi pendapatan dari sector non pertanian, α < 1
Z = luas lahan yang dibutuhkan untuk hidup layak
f = fraksi penduduk yang menjadi petani
β = fraksi manfaat lahan pertanian yang dinikmati penduduk
subscrip i menyatakan masing-masing faktor dengan adanya industri.
Nilai-nilai Z,α, f, P, r, β dan untuk garis dasar didapatkan dari penelitian
lapangan dan dari catatan kantor desa atau kecamatan. nilai-nilai Zi,αi, fi, ri dan βi
harus diprakirakan dari penelitian kasus industri yang sejenis dan/atau serupa. L
diketahi dari dokumen proyek.
Dampak proyek terhadap tekanan penduduk dinyatakan dengan:
∆TP = TPdp – TPtp
5. Kerusakan Hutan
Dari pola migrasi yang terjadi dapat diprakirakan berapa persen kenaikan
tekanan penduduk yang mengakibatkan meningkatnya kerusakan hutan dan
kenaikan laju urbanisasi. Jika berturut-turut untuk kondisi tanpa dan dengan
proyek, masing-masing presentase tersebut adalah α% dan b% tekanan penduduk
berakibat terjadinya penebangan hutan untuk perluasan lahan pertanian, maka
dampak terhadap kerusakan hutan dinyatakan sebagai:
Ytp =(TPtp – 1) x α% x Ltot ha
Ydp = (TPdp – 1) x b% x (Ltot –Li)ha
Dampak industri terhadap kerusakan hutan:
∆Y = (Ydp Ytp)ha
Contoh:
26
Lokasi proyek terletak 100 km dari kota besar dan mempunyai hubungan
transportasi yang cukup baik. Berdasarkan data historis dari tahun 1985 sampai
dengan 1995, yaitu perhitungan tekanan penduduk dan catatan kerusakan hutan
pada dinas kehutanan, diperkirakan pada kondisi tanpa proyek 50% kenaikan
tekanan penduduk mengakibatkan semakin luasnya lahan pertanian yang
menggusur areal hutan di sekeliling desa. Berdasarkan studi perbandingan proyek
sejenis di lokasi lain, lebih sedikit orang yang beremigrasi ke kota dengan harapan
akan mendapatkan pekerjaan di pabrik. Namun karena mereka tidak mempunyai
keterampilan, hanya sedikit yang mendapatkan pekerjaan di pabrik ataupun di
efek gandanya, sehingga persentase tekanan penduduk yang mengakibatkan
kerusakan hutan meningkat dari 50% menjadi 60%. Angka ini digunakan untuk
memperkirakan dampak kenaikan tekanan penduduk oleh industri terhadap
penebangan hutan (pembukaan lahan) untuk memperluas lahan pertanian yaitu:
Ytp = (4,31 – 1)x 0,5 x 900 = 1489,5 ha
Ydp = (9,07 – 1)x 0,6 x (900 – 150)= 3631,5 ha
Jadi dampak industry terhadap kerusakan hutan:
∆Y = (3631,5 – 1489,5) = 2142 ha
Tampak bahwa dampak yang terjadi menyebabkan efeknya menyebar ke daerah
lain.
6. Arus Urbanisasi
Dari prakiraan tekanan penduduk yang mengakibatkan kerusakan hutan,
bagian tekanan penduduk yang mendorong arus urbanisasi adalah (100-α)% untuk
kondisi tanpa proyek dan (100 – b)% untuk kondisi dengan proyek.
Karena itu jumlah orang yang melakukan urbanisasi dapat diprakirakan dengan
persamaan:
1
Xtp = (1 − )x ftp x Ptp
𝑇𝑃𝑡𝑝 (100− 𝛼)%
1
Xtp = (1 − )x fdp x Pdp
𝑇𝑃𝑑𝑝 (100− 𝑏)%
dengan:
X = jumlah orang
27
Karena tanpa proyek 50% tekanan penduduk di desa itu mendorong petani untuk
memperluas lahan pertanian, maka hanya 50% yang mendorong petani untuk
migrasi ke kota. dengan adanya proyek, 40% tekanan penduduk mendorong petani
untuk bermigrasi. dengan demikian petani yang bermigrasi adalah:
1
Xtp = (1 − ) x 0,9 x Ptp
4,3 (100−50)%
Tenggara adalah 0,4 kg/orang/hari (WHO, 1982), maka dampak produksi limbah
di kota sebesar:
z = 797 orang x 0,4 kg/orang/hari = 318,8 kg/hari.
3⁄
6
Dengan demikian sel tersebut berisi dua angka, yaitu nilai besarnya
dampak di bagian kiri atas (3) dan nilai pentingnya dampak (6) di kanan bawah.
Seperti hal dengan besarnya dampak, Leopold et al tidak memberikan pedoman
cara mendapatkan nilai penting dampak. Karena itu disinipun terjadi fruktuasi
yang besar antara anggota tim dalam pemberian nilai. Kadar subjektifitas evaluasi
tinngi, misalnya seorang pejabat Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
(PHPA) akan cenderung untuk memberikan nilai pentingyang lebih untuk dampak
pada margasatwa daripada seorang pejabat Dirjen Industri Dasar.
2.4.2 Metode formal
Metode formal dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode pembobotan
dan metode ekonomi.
1. Metode pembobotan
Dalam sistem ini dampak diberi bobot dengan menggunakan metode
yang ditentukan secara eksplisit. Sebuah contoh adalah sebuah sistem
29
bayangan cagar alam, yaitu nilai yang diberikan oleh pemerintah/ orang kepada
cagar alam tersebut.
Dalam hal ini lingkungan yang tercemar, biaya untuk membersihkan
lingkungan dari pencemaran. Biaya tersebut semakin tinggi dengan semakin
tingginya tingkat keberssihan yang dikehendaki masyarakat. Hubungan antara
biaya dengan tingkat kebersihan pada umumnya tidak linier, melainkan biaya
marjinal pembersihan semakin tinggi dengan semakin tingginya tingkat kebersiha
yang ingin dicapai, atau rostorasi fungsi lingkungan, misalnya fungsi air sebagai
bahan baku air minum. Harga bayangan fungsi lingkungan adalah biaya marjinal
pembersihan pada restorasi optimum fungsi tersebut.
Berdasarkan konsep ini pada dasarnya semua fungsi atau indikator
lingkungan yang dapat diberi baku mutu dapat diberi harga bayangan, yaitu uang
yang dibutuhkan untuk mengembalikan kualitas dan ketersediaan indikator
lingkungan dan sumber daya yang mengalami kerusakan karena kegiatan produksi
atau konsumsi pada baku mutu yang ditentukan.
A
M Hasil pendugaan RKL
RPL
D dampak suatu
A proyek
L
Gambar 2.6 Kedudukan RKL dalam Amdal dan kaitannya dengan aktivitaas
Pengelolaan Lingkungan setelah proyek dibangun dan berjalan
Dalam gambar tersebut jelas terlihat bahwa Pendugaan Dampak, RKL dan
RPL merupakan hasil dari studi Amdal, walaupun di dalam penyusunan laporan
Amdal bagian RKL dan RPL dapat dipisahkan atau disusun dalam laporan
tersendiri.
Suatu studi Amdal yang hanya berisi pendugaan dampak saja tanpa diikuti
dengan RKL tidak akan bermanfaat. Bila suatu RKL disusun namun tidak diikuti
dengan aktivitas pengelolaan lingkungan juga tidak akan bermanfaat. Hasil dari
suatu aktivitas pengelolaan lingkungan akan tampak pada kualitas lingkungan
ambien atau kualitas limbah, dan hasil ini harus selalu dipantau atau dimonitor.
Hasil pemantauan akan merupakan masukan untuk memperbaiki pendugaan
dampak, RKL dan RPL apabila dinilai masih belum tepat.
33
Studi Amdal telah selesai sewaktu telah disetujui oleh tim yang
mengevaluasi, tetapi RKL, RPL dan aktivitas pengelolaan lingkunngan akan
selalu dijalankan selama proyek masih berjalan atau sampai tahap reklamasi.
b. Ruang lingkup tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 1987, dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),
diminta isi dari uraian tentang RKL sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan yang terkena dampak
Uraian secara jelas tentang faktor biogeofisik kimia dan aspek-aspek
sosial-ekonomi dan sosial-budaya yang terkena dampak sebagai akibat
dilaksanakannya kegiatan.
b. Sumber dampak
Uraian secara jelas tentang komponen kegiatan yang merupakan sumber
dampak, misalnya penggunaan kilang yang menghasilkan emisi SO2 dan
NOx dengan konsentrasi tinggi.
c. Bobot dan tolok ukur dampak
Penentuan bobot dan tolok ukur dampak untuk mendapatkan gambaran
tentang berat dan ringannya dampak terhadap lingkungan. Misalnya, emisi
SO2 dan NOx dari kegiatan akan jauh melampaui Nilai Ambang Batas dan
bertahan lama di udara dalam ruang yang relatif luas.
d. Upaya pengelolaan lingkungan
Upaya penanganan dampak ini dapat berupa pencegahan, penanggulangan
dampak negatif serta pengembangan dampak positif. Misalnya:
1. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang tidak
atau kurang menghasilkan limbah berbahaya dan beracun yang dapat
mengganggu dan menbahayakan kesehatan manusia. Misalnya, untuk
mencegah terjadinya emisi SO2 dan NOx berkadar tinggi maka perlu
digunakan bahan minyak mentah berkadar belerang rendah. Dengan
kata lain pencegahan diupayakan sejak pemilihan bahan baku, di
dalam proses, usaha pendaur-ulangan limbah dan lain sebagainya.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran dari penulisan makalah ini yakni diharapkan kita bisa mengerti
tentang dasar-dasar penyusunan AMDAL. Jadi, belajar itu tidak hanya dari satu
buku tetapi dari buku lain juga, karena buku adalah ilmu pengetahuan untuk kita.