Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Airaha, Vol.10, No.

02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-


9638
Pertumbuhan Sargassum sp. dengan Berat Bibit Berbeda pada Budidaya dengan
Metode Patok Dasar
Growth of Sargassum sp. with Different Weights of Seeds in Cultivation with off-Bottom
Method

Rovi Ratna Sari, Nunik Cokrowati*, Nanda Diniarti


1
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram Indonesia
*Korespondensi : nunikcokrowati@unram.ac.id

Received: September 2021 Accepted: November 2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat bibit awal berbeda terhadap
pertumbuhan rumput laut Sargassum sp. yang dibudidayakan dengan metode patok dasar.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan mneggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan
dengan 4 kali ulangan, yaitu A (berat bibit 25 g), B (berat bibit 50 g), C kontrol (berat bibit
100 g), D (berat bibit 150 g), E (berat bibit 200 g). Data dianalisis menggunakan analysis of
variance (ANOVA) pada taraf nyata 5% dengan selang kepercayaan 95% dan dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan berat mutlak
Sargassum sp. selama 30 hari masa budidaya dengan berat bibit awal berbeda berkisar
antara 306,25 g – 568 g. Laju pertumbuhan spesifik Sargassum sp. berkisar antara 19,07% –
21,14%. Jumlah daun Sargassum sp. berkisar antara 2193 - 4214 helai. Jumlah buah
Sargassum sp. berkisar antara 2579 – 4224 buah. Kesimpulan penelitian ini adalah berat
bibit awal yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan Sargassum sp.
Pertumbuhan yang paling baik adalah perlakuan E yaitu berat bibit 200 g.
Kata kunci : Rumput laut, alga coklat, budidaya, bobot.

ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of different initial seedling weights on the growth of
Sargassum sp. cultivated by the off- bottom method. The research method used is an
experimental method using a completely randomized design. The treatments in this study
consisted of 5 treatments seedling weight with 4 replications, namely A (25 g), B (50 g), C
control (100 g), D (150 g), E (100 g), and F (200 g). Data were analyzed using analysis of
variance (ANOVA) at a significance level of 5% with a 95% confidence interval and
continued with Duncan's test. The results showed that the absolute weight growth of
Sargassum sp. for 30 days of cultivation with different initial seedling weights ranging from
306.25 g - 568 g. The specific growth rate of Sargassum sp. ranged from 19.07% – 21.14%.
The number of leaves of Sargassum sp. ranged from 2193 - 4214 strands. The number of
Sargassum sp. ranged from 2579 – 4224 pieces. This study concluded that different initial
seedling weights had a significant effect on the growth of Sargassum sp. The best growth was
treatment E, which was 200 g of seedling weight.
Keywords: Seaweed, brown algae, alginate, weight.

PENDAHULUAN Sargassum sp. tumbuh di daerah intertidal,


Sargassum sp. merupakan jenis dari subtidal, sampai daerah tubir dengan ombak
kelompok alga coklat (Phaeophyceae) dan tumbuh pada kedalaman berkisar dari
penghasil alginat yang tersebar di perairan 0,5-10 m. Fajri (2020) menjelaskan bahwa
tropis, termasuk di Pulau Lombok. Sargassum sp. mengandung bahan alginat

1
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
dan iodin yang digunakan pada industri di Teluk Ekas, Desa Ekas Buana, Kecamatan
makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Minat alginat di perusahaan makanan dan Persiapan Alat dan Bahan
non-makanan untuk bahan alami terus Bahan dan alat yang digunakan
meningkat setiap tahun. Pemanfaatan Sargassum sp., tali nilon, tali jangkar, tali
tumbuhan alga coklat untuk produksi alginat raffia, patok bambu, timbangan, tagging,
telah menjadi industri, sehingga Sargassum kamera, meteran, thermometer air, pH meter,
harus tetap tersedia untuk keberlanjutan DO meter, refraktometer, stopwatch dan
industri tersebut. layang-layang arus.
Upaya yang dapat dilakukan untuk Prosedur Penelitian
pemenuhan Sargassum sp. untuk industri 1. Tahap Persiapan Patok Dasar
adalah dengan melakukan budidaya. Hal Disiapkan alat dan bahan yang akan
tersebut dilakukan untuk mengatasi digunakan untuk membuat patok dasar
kebutuhan alga coklat yang meningkat setiap sebagai wadah budidaya. Disiapkan 4 batang
tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan kayu patok bambu sebagai patok yang akan
Sargassum sp., makaadilakukan penelitian dipasangkan pada setiap sudut budidaya.
budidaya Sargassum sp. dengan metode Patok dihubungkan dengan tali utama
patok dasar. Menurut BSN (2011), metode polyetilen nomor 10 atau 12. Ukuran
patok dasar adalah suatu metode kontruksi budidaya dari dasar perairan sekitar
menumbuhkan rumput laut diatas perairan 25-30 cm. Pengulanagn perlakuan adalah
(masih terendam air 20 cm - 50 cm pada jumlah tali ris, setiap perlakuan dilakukan
surut terendah) menggunakan tali yang pengulangan 4 kali (4 tali ris).
diikatkan pada patok yang dipasangkan 2. Tahap Persiapan Bibit Sargassum sp.
secara teratur. Patok bisa berupa kayu, Bibit Sargassum sp. adalah bibit yang
bambu atau besi yang berfungsi sebagai diambil langsung dari alam dengan ciri bibit
pasak untuk mengikatkan tali ris. Metode yang sehat yaitu segar dan rimbun. Bibit
ini,banyak digunakan oleh pembudidaya Sargassum sp. ditimbang dengan berat setiap
rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Barat. perlakuan yaitu berat 25 g, 50 g, 100 g, 150
Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi g, dan 200 g. Diikatkan bibit pada tali ris
oleh faktor internal yaitu umur, spesies, dan menggunakan tali rafia dengan jarak antar
bagian talus. Faktor eksternal yang bibit sama sekitar ± 30 cm. Berat bibit 100 g
mempengaruhi pertumbuhan yaitu berat bibit dianggap kontrol karena secara umum
awal, jarak tanam, pemilihian bibit, dan, penanaman bibit rumput laut adalah 100 g.
perawatan tanaman (Ismail et al., 2015). 3. Tahap Penanaman Sargassum sp.
Berat bibit awal merupakan faktor utama Diambil bibit Sargassum sp. sesuai berat
yang mempengaruhi pertumbuhan rumput bibit yang telah ditentukan yaitu 25 g, 50 g,
laut yang akan dibudidaya. Penelitian yang 100 g, 150 g, dan 200 g. Diikatkan bibit pada
telah dilakukan oleh (Rochmady et al., 2015) tali ris menggunakan tali rafia dengan jarak
dengan berat bibit 50 g, 75 g, dan 100 g antar bibit sama yaitu ± 30 cm. Bibit diikat
memberikan hasil pertumbuhan terbaik pada pada tali yang direntangkan di dalam air
berat bibit 100 g. Tujuan penelitian ini, dengan tiang pancang atau patok.
adalah untuk mengetahui pengaruh berat Variabel Penelitian
bibit awal berbeda terhadap pertumbuhan 1. Pertumbuhan Mutlak
Sargassum sp. yang dibudidaya dengan Menurut Sahabati et al. (2017),
metode patok dasar. pertumbuhan mutlak diukur dengan rumus
sebagai berikut:
BAHAN DAN METODE ∆ W =Wt−W 0
Lokasi dan Waktu Penelitian Keterangan:
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan W : Pertumbuhan mutlak (g)
Desember 2020 sampai dengan Januari 2021, Wt : Rata-rata berat akhir

2
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
W0 : Rata-rata berat awal kontrol (berat bibit 100 g) sebesar 425 g,
perlakuan B (berat bibit 50 g) sebesar 381,3
2. Laju Pertumbuhan Spesifik g, dan rata-rata terendah yakni perlakuan A
Menurut Kasim (2017), pertumbuhan (berat bibit 25 g) sebesar 306,25 g.
spesifik diukur dengan rumus pertumbuhan Berdasarkan hasil uji Analysis of Variance
spesifik: (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%
ln Wt−ln W 0 menunjukkan bahwa berat bibit awal berbeda
SGR = X.100%
t terhadap pertumbuhan mutlak Sargassum sp.
Keterangan: berbeda nyata (signifikan). Hasil uji lanjut
SGR = Laju pertumbuhan spesifik1 Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan
Wt = Rata-rata berat akhir perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan
Wo = Rata-rata berat awal B, D, dan E. Perlakuan B tidak memiliki
t1 = Waktu pemeliharaann perbedaan yang nyata dengan perlakuan C.
3. Perhitungan Jumlah Daun dan Buah Perlakuan E memiliki pertumbuhan
Pengamatan dilakukan dengan yang tertinggi. Hal tersebut diduga karena
menghitung daun dan buah Sargassum sp perlakuan E memiliki berat awal yang lebih
yang tumbuh selama 10 hari sekali. besar dengan perlakuan yang lain. Menurut
4. Kualitas Air Kurniawan (2018), pertumbuhan mutlak
Pengukuran kualitas air dilakukan secara rumput laut dengan berat awal yang lebih
berkala (10 hari sekali). Kualitas air yang besar akan memberikan hasil yang lebih baik
diukur adalah suhu, oksigen terlarut, pH, dibandingkan dengan berat awal bibit yang
salinitas, kecepatan arus, kecerahan, nitrat, lebih kecil.
dan fosfat. Perbedaan pertumbuhan rumput laut
Metode Analisis dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara,
Metode Penelitian yang digunakan adalah semakin banyak unsur hara yang terserap
metode eksperimental dengan perlakuan pertumbuhan rumput laut akan semakin baik.
perbedaan berat bibit awal Sargassum sp. Perlakuan E memiliki pertumbuhan yang
Budidaya dilakukan selama 30 hari. paling baik diduga karena menyerap unsur
Rancangan percobaan yang digunakan adalah hara dengan baik sehingga proses
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang metabolismenya tinggi. Menurut Marisca
terdiri atas 5 perlakuan dengan 4 kali (2013) dalam Gultom (2019), rumput laut
pengulangan, yaitu A (Berat bibit 25 g), B tumbuh dengan baik ketika mendapatkan
(Berat bibit 50 g), C (Berat bibit 100 g), D nutrisi yang cukup dari lingkungannya.
(Berat bibit 150 g) E (Berat bibit 200 g). Ketika jumlah nutrisi di lingkungan sedikit,
Metode analisis data yang digunakan adalah maka akan sedikit pula yang diserap rumput
analysis of variance (ANOVA) pada taraf laut. Adanya hal ini membuat pertumbuhan
nyata 5% dengan selang kepercayaan 95% rumput laut menjadi rendah dan terlambat
dan dilanjutkan dengan uji Duncan. dalam proses pertumbuhannya.
600 568.0
481.0
HASIL DAN BAHASAN 500
381.3
425.0
Pertumbuhan Mutlak 400
Berat (g)

306.3
Hasil analisa pertumbuhan mutlak 300
200
Sargassum sp. selama 30 hari budidaya
100
menunjukkan bahwa perlakuan dengan berat 0
bibit awal berbeda signifikan (p>0,05) A B kontrol D E
terhadap pertumbuhan Sargassum sp. Perlakuan
Perlakuan E (Berat bibit 200 g) memberikan
rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi yakni Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Berat
568 g, diikuti berturut-turut oleh perlakuan D Mutlak Sargassum sp.
(berat bibit 150) sebesar 481g, perlakuan

3
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
Sargassum sp. dapat tumbuh dengan dan E. Perlakuan C tidak berbeda nyata
baik pada air yang bergerak. Air yang dengan perlakuan B dan D.
bergerak berfungsi membersihkan kotoran Perlakuan E memiliki pertumbuhan
yang menempel pada tanaman, dan yang paling baik. Hal tersebut diduga karena
menyediakan nutrisi baru. Menurut Fajri fase adaptasi dari rumput laut pada
(2020), pergerakan air yang baik dapat lingkungannya telah berlangsung baik,
meningkatkan pertumbuhan rumput laut, hal sehingga berpengaruh terhadap laju
itu dikarenakan pergerakan air dapat pertumbuhan spesifik rumput laut.
berfungsi untuk membersihkan rumput laut, Kurniawan (2018) menjelaskan bahwa
menghadirkan nutrisi baru,dan merangsang peningkatan pertumbuhan harian pada
pertumbuhan rumput laut melalui gaya atau rumput laut mununjukkan bahwa pada
tekanan hidrolik air. kondisi tersebut pertumbuhan rumput laut
Kelimpahan Sargassum sp. dipengaruhi sangat baik karena sudah melewati masa
beberapa faktor lingkungan perairan laut, adaptasi dan pengaruh lingkungan budidaya
seperti gelombang, substrat tempat tumbuh, yang baik. Pertumbuhan rumput laut juga
intensitas cahaya matahari dan pasang surut dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap.
mempengaruhi saat kering. Proses Penyerapan unsur hara akan digunakan oleh
fotosintesis yang baik sehingga rumput laut dalam proses metabolisme. Hal
meningkatkan pertumbuhan Sargassum sp. tersebut sesuai dengan pernyataan Ismail et
diperoleh dengan cahaya matahari yang baik al., (2015) bahwa pertumbuhan rumput laut
saat budidaya. Hal tersebut sesuai dengan dipengerahui oleh pemenuhan unsur hara
pernyataan Fajri (2020) bahwa cahaya pada rumput. Perbedaan pertumbuhan
matahari yang cukup baik diterima oleh spesifik ini tidak lepas dari perbedaan berat
rumput laut dapat menentukan kecepatan bibit awal, dimana penggunaan berat bibit
rumput laut memenuhi kebutuhan nutrient 200 g memiliki nilai yang lebih tinggi dan
seperti N (Nitrogen), C (karbon), dan P nilai tersebut masuk dalam standard nilai
(fosfor) yang bertujuan untuk pertumbuhan spesifik yang menguntungkan
pertumbuhannya. bagi pembudidaya. Gunawan (1987) dalam
Laju Pertumbuhan Spesifik Cokrowati et al. (2018) menyatakan bahwa
Hasil analisa laju pertumbuhan Spesifik laju pertumbuhan rumput laut dianggap
Sargassum sp. selama 30 hari budidaya cukup menguntungkan adalah diatas 3%.
menunjukkan bahwa perlakuan dengan berat Pada setiap waktu penimbangan,
bibit awal berbeda nyata (p>0,05) terhadap rumput laut mengalami peningkatan
pertumbuhan Sargassum sp. Perlakuan E pertumbuhan dan rumput laut mengalami laju
(Berat bibit 200 g) memberikan rata-rata pertumbuhan tertinggi pada minggu ke-4.
pertumbuhan spesifik tertinggi yakni 21,14 g, Menurut Cokrowati et al. (2016) rumput laut
diikuti berturut-turut oleh perlakuan D (berat baik dipanen pada umur 30 hari (lebih awal).
bibit 150) sebesar 20,58 g, perlakuan kontrol Hal ini karena rumput laut pada umur ± 30
(berat bibit 100 g) sebesar 20,17 g, perlakuan hari masih mengalami pertumbuhan yang
B (berat bibit 50 g) sebesar 19,80 g, dan rata- baik, tapi rumput laut tidak mampu
rata terendah yakni perlakuan A (berat bibit mempertahankan thallus yang berat setelah
25 g) sebesar 19,07 g. Berdasarkan hasil uji melewati umur 30 hari.
Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf 21.14
21.00 20.58
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa berat 20.17
Rata-rata (%)

bibit awal berbeda terhadap pertumbuhan 20.00 19.80


spesifik Sargassum sp. berbeda nyata 19.07
19.00
(Signifikan). Hasil uji lanjut Beda Nyata
18.00
Terkecil (BNT) menunjukkan perlakuan A A B Kontrol D E
berbeda sangat nyata dengan perlakuan B, D, Perlakuan

4
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Spesifik nutrisi yang cukup dari lingkungannya akan
Sargassum sp. memberikan pertumbuhan yang tinggi pada
Jumlah Daun rumput laut dan sebaliknya.
Hasil analisa jumlah daun Sargassum Tubuh Sargassum sp. berwarna coklat,
sp. selama 30 hari budidaya menunjukkan struktur tubuh terbagi menjadi sebuah
bahwa perlakuan dengan berat bibit awal holdfast yang berfungsi sebagai desain dasar,
berbeda signifikan (p>0,05) terhadap stipe atau batang semu, dan sebuah pelepah
pertumbuhan Sargassum sp. Perlakuan E berbentuk seperti daun. Warna coklat pada
(Berat bibit 200 g) memberikan rata-rata alga divisi Phaeophyta muncul karena
jumlah daun tertinggi yakni 4214,5d, diikuti dominansi dari pigmen fucoxanthin, klorofil
berturut-turut oleh perlakuan D (berat bibit a dan c, betakaroten, dan xantofil lainnya.
150) sebesar 3235,5c, perlakuan kontrol umumnya tersedia dalam struktur laminar
(berat bibit 100 g) sebesar 2856,25b, (polisakarida glukosa; terbentuk dari proses
perlakuan B (berat bibit 50 g) sebesar fotosintesis), disertai dengan pati dalam
2325,25a, dan rata-rata terendah yakni jumlah tertentu tergantung pada spesies.
perlakuan A (berat bibit 25 g) sebesar Menurut Lutfiawan et al. (2015),
2193,25a. Berdasarkan hasil uji Analysis of Sargassum sp. memiliki bentuk thallus yang
Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan rata, banyak percabangan yang menyerupai
95% menunjukkan bahwa berat bibit awal pohon di darat, bentuk daun lebar, lonjong
berbeda terhadap jumlah daun Sargassum sp. seperti bilah, memiliki gelembung udara
berbeda nyata (Signifikan). Hasil uji lanjut yang umumnya tunggal, batang utama bulat
Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan agak kasar, dan holdfast (bagian yang
perlakuan A berbeda sangat nyata dengan digunakan untuk melekat) berbentuk
perlakuan C, D, dan E. Perlakuan A tidak linkaran, tepi daun jarang bergerigi,
berbeda nyata dengan perlakuan B. bergelombang, dan ujung melengkung.
Perbedaan jumah daun dapat 5000 4214.5
disebabkan oleh penumpukan kotoran pada
Jumlah Daun

4000 3235.5
2856.25
thallus sehingga dapat memperhambat 3000 2193.25 2325.25
penetrasi cahaya yang dibuutuhkan oleh 2000
rumput laut. Hal tersebut sesuai dengan 1000
0
pernyataan Hermawan (2015) bahwa A B kontrol D E
penumpukan kotoran pada thallus rumput Perlakuan
laut dapat menyebabkanmengakibatkan
terhambatnya penetrasi cahaya matahari yang Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Jumlah
dibutuhkan rumput laut untuk melakukan daun Sargassum sp.
fotosintesis. Selain itu kotoran yang Fauziah (2017) menyatakan bahwa
menempel akan menyebabkan pigmentasi reproduksi vegetatif rumput laut dilakukan
rumput laut memudar sehingga mudah patah melalui fragmentasi potongan thallus,
dan akhirnya mati. Sargassum sp. yang tumbuh lebat akan
Daun rumput laut berfungsi menyerap mudah putus ketika terkena gerakan air.
unsur hara yang terdapat dilingkungan. Bagian fragmen thallus yang putus akan
Dahlia et al. (2015) menyatakan bahwa hanyut di permukaan air, jika tersangkut pada
rumput laut menyerap atau memperoleh benda-benda yang dapat dimanfaatkan
makanan melalui sel-sel yang terdapat dalam sebagai substrat untuk tempat mendamparkan
thallusnya dengan cara difusi melalui diri, fragmen tersebut akan berkembang
permukaan tubuh. Nutrisi sangat berpengaruh menjadi tumbuhan yang terisolasi dari
terhadap kelimpahan rumput laut, nutrisi induknya, sedangkan bagian pangkal thallus
yang baik akan memberikan pertumbuhan yang tertinggal pada akhirnya akan mati,
yang baik pada rumput laut yang tetapinamun ada juga fragmen thallus yang
dibudidayakan. Menurut Gultom (2019),

5
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
tetap hidup terapung-apung dan tidak memerlukan cahaya matahari dalam
memerlukan substrat. melakukan fotosintesis. Hal tersebut sesuai
Jumlah Buah dengan pernjelasan Aslan (1998) dalam
Hasil analisa jumlah buah Sargassum Lutfiawan et al. (2015), bahwa pertumbuhan
sp. selama 30 hari budidaya menunjukkan rumput laut membutuhkan cahaya matahari
bahwa perlakuan dengan berat bibit awal untuk siklus fotosintesisnya. Karena itu,
berbeda signifikan (p>0,05) terhadap rumput laut tumbuh pada perairan dengan
pertumbuhan Sargassum sp. Perlakuan E kedalaman tertentu dimana sinar matahari
(Berat bibit 200 g) memberikan rata-rata sampai pada dasar perairan.
jumlah buah tertinggi yakni 4224,25d, diikuti 5000 4224.25
3409.75

Jumlah Buah
berturut-turut oleh perlakuan D (berat bibit 4000 2937 3286.75
150) sebesar 3409,75c, perlakuan kontrol 3000 2579.75
2000
(berat bibit 100 g) sebesar 3286,75c,
1000
perlakuan B (berat bibit 50 g) sebesar 2937b, 0
dan rata-rata terendah yakni perlakuan A A B kontrol D E
(berat bibit 25 g) sebesar 2579,75a. Perlakuan
Berdasarkan hasil uji Analysis of Variance
(ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Jumlah
menunjukkan bahwa berat bibit awal berbeda Buah Sargassum sp.
terhadap jumlah buah Sargassum sp. berbeda Kualitas Air
nyata (Signifikan). Hasil uji lanjut Beda Hasil pengukuran kualitas air selama
Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan 30 hari pemeliharaan menunjukkan nilai
perlakuan A berbeda sangat nyata dengan kisaran suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas,
perlakuan B, C, dan E. Perlakuan C tidak kecepatan arus, kecerahan, nitrat, dan fosfat
memiliki perbedaan yang nyata dengan berada dalam batas kelayakan budidaya
perlakuan D. rumput laut (Tabel 1). Hasil pengukuran suhu
Hasil penelitian menunjukkan yang didapatkan selama penelitian di Teluk
pertumbuhan Sargassum sp. juga terlihat Ekas berkisar antara 25-30oC. Kisaran suhu
pada pertumbuhan jumlah buahnya. tersebut baik untuk pertumbuhan Sargassum
Pertumbuhan yang baik dengan jumlah buah sp. Hal tersebut sesuai dengan BSN (2011)
paling tinggi terlihat pada perlakuan E yang bahwa nilai suhu yang layak untuk
memberikan rata-rata jumlah buah yakni pertumbuhan rumput laut adalah 26-32 oC.
4224,25. Setiap cabang pada talus Menurut Efendi (2003) dalam Abdan et al.,
Sargassum sp. ada gelembung udara (2013) suhu yang ideal memperluas proses
berbentuk bulat yang disebut “Bladder” atau penyerapan nutrien untuk mempercepat
kita kenal sebagai buah dari rumput laut ini. pertumbuhan rumput laut karena akan
Buah Sargassum sp. berfungsi sebagai memberikan kelancaran dalam metabolisme.
penopang cabang-cabang thallus terapung Hasil pengamatan oksigen terlarut yang
kearah permukaan air untuk mendapat didapat selama penelitian, meningkat dari 5,1
cahaya matahari. Hal tersebut sesuai dengan menjadi 7,5 ppm. Nilai DO bermanfaat untuk
pernyataan Lutfiawan et al. (2015), bahwa perkembangan rumput laut, hal ini sesuai
panjang thallus primer rumput laut mencapai dengan penegasan Direktorat Jenderal
1-3 m dan setiap cabang memiliki gelembung Kebudayaan dan Kebudayaan (2008) dalam
udara bulat yang disebut “Bladder” yang Susilowati (2012) bahwa kandungan oksigen
berguna untuk menopang cabang thallus terlarut untuk membantu perkembangan
terapung kearah permukaan air untuk pertumbuhan laut adalah 3-8 mg/L
mendapatkan intensitas cahaya matahari. Hasil pengukuran oksigen terlarut
Intensitas cahaya memiliki peran selama penelitian berkisar antara 5,1-7,5
mempengaruhi pertumbuhan rumput laut, ppm. Nilai DO tersebut baik untuk
karena rumput laut secara keseluruhan pertumbuhan rumput laut, hal tersebut sesuai

6
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
dengan pernyataan Ditjenkanbud (2008) saat penanaman karena dilakukan pada
dalam Susilowati (2012) bahwa kandungan musim hujan yang memiliki gelombang dan
oksigen terlarut sebagai penunjang arus air yang besar. Hasil pengukuran
pertumbuhan rumput laut berkisar antara 3-8 Kecerahan berkisar antara 1-2 m. nilai
mg/L. Hasil pengukuran pH yang didapatkan kecerahan tersebut baik untuk menunjang
selama penelitian berkisar antara 7,7-8,2. pertumbuhan rumput laut. Susilowati (2012)
Kisaran pH tersebut sesuai untuk menjelaskan bahwa kecerahan yang baik
pertumbuhan Sargassum sp. Menurut BSN untuk pertumbuhan rumput laut adalah 1-2
(2011), rumput laut dapat tumbuh pada m. Kedalaman perairan rata-rata yang
kisaran pH 7 – 8,5. pH mempengaruhi diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut
pertumbuhan dan kualitas serta kuantitas tergantung pada jumlah intensitas cahaya
rumput laut. Hal tersebut mengoptimalkan matahari.
sistem metabolisme dari rumput laut. Hasil Hasil pengukuran nitrat berkisar antara
pengukuran salinitas yang didapatkan selama 10-12,5 mg/L. BSN (2011) menyatakan
penelitian berkisar antara 30-31 ppt. Salinitas bahwa kadar nitrat yang baik untuk
tersebut baik bagi pertumbuhan rumput laut, pertumbuhan rumput laut adalah > 0,04.
menurut BSN (2011) rumput laut dapat subur Rumput laut sebagai tanaman memerlukan
pada salinitas 28-34 ppt. Rumput laut akan nutrien dari air laut untuk tumbuh. Unsur
mengelami pertumbuhan yang lambat apabila hara utama yang banyak dibutuhkan oleh
salinitas pada perairan terlalu rendah dan rumput laut adalah nitrat dan fosfat. Hal
pada salinitas yang terlalu tinggi sesuai tersebut diperlukan sebagai bahan dasar
dengan pernyataan Chou dan Chiang (2010) penyusun protein dan pembentukan klorofil
dalam Ode (2014) rumput laut akan dalam proses fotosintesis. Ode (2014)
mengalami pertumbuhan yang lambat, jika menjelaskan bahwa kandungan nitrat rata-
salinitas terlalu rendah (kurang dari 5 ppt) rata di perairan laut sebesar 0,5 ppm dan
dan terlalu tinggi (lebih 35 ppt). Perbedaan kandungan fosfat lebih rendah dari itu, kedua
salinitas mempengaruhi mekanisme fisiologi senyawa tersebut bisa melebihi batas pada
dan biokimia rumput laut sebab proses wilayah permukaan air. kadar nitrat yang
perubahan tekanan osmosis berkaitan erat tinggi dapat disebabkan karena adanya
dengan peran membran sel dalam proses aktifitas manusia. Hasil pengukuran fosfat
transfer nutrien. yang didapatkan selama penelitian berkisar
Arus memiliki peran penting pada antara 0,03-0,1 mg/L. Kadar fosfat tersebut
transportasi unsur hara menjadi sumber sesuai untuk budidaya Sargassum sp.
makanan. Ode (2014) menjelaskan bahwa berdasarkan BSN (2011) kadar fosfat yang
arus merupakan adalah gerakan air yang di sesuai (layak) yaitu >0,1 ppm. jika kadar
kendalikan oleh angin dan berperan dalam fosfat >2,0 menunjukan kadar fosfat tinggi,
proses penyebaran unsur hara di lautan, senyawa fosfat dalam perairan berasal dari
karena arus bisa membawa nutrien. Semakin sumber alami seperti erosi tanah, buangan
kuat arus maka pertumbuhan rumput laut kotoran dari hewan dan pelapukan tumbuhan,
akan semakin cepat karena difusi nutrient dan dari laut itu sendiri.
kedalam sel tanaman semakin banyak Tabel 1. Kualitas Air
sehingga metabolisme di percepat. Jika Parameter Nilai Referensi
gerakan air terjadi rutin maka akan Suhu (oC) 25-30 26-32(BSN, 2011)
membawa nutrien yang cukup dan dapat DO (mg/L) 5,1-7,5 3-8 (Susilowati,
mencuci kotoran halus yang menempel pada 2012)
thallus. Hasil pengukuran kecepatan arus pH 7,7-8,2 7-8,5 (BSN, 2011)
berkisar antara 100-450 cm/s yang melebihi Salinitas(ppt) 30-31 28-34(BSN, 2011)
kecepatan arus ideal antara 15-50 cm/s Kecepatan 1-4,5 15-50 (Ode, 2014)
(Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Arus (m/s)
2005 dalam Ode, 2014). Besarnya arus pada Kecerahan(m 1-2 2-5 (Susilowati,
)

7
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
2012) Terhadap Pertumbuhan Effect. Jurnal
Nitrat (mg/L) 10-12,5 >0,04(BSN, 2011) Sains Akuakultur Tropis. 4(2):156–60.
Fosfat (mg/L) 0,03-0,1 >0,1(BSN,2011) doi:
https://doi.org/10.14710/sat.v4i2.6920.
SIMPULAN Fauziah, F. (2017). Pertumbuhan Sargassum
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat sp. pada Tipe Habitat dan Berat Koloni
disimpulkan bahwa berat bibit awal yang Berbeda di Pantai Sakera Bintan. Thesis.
berbeda memberikan pengaruh yang nyata Universitas Maritim Raja Ali Haji. doi:
terhadap pertumbuhan Sargassum sp. https://www.google.com/url?
Pertumbuhan yang paling baik adalah sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurn
perlakuan E (200 g) dengan pertumbuhan al.umrah.ac.id
mutlak 568 g, pertumbuhan spesifik 21,14 g, Gultom, Riris. C., I. Gusti N. P. D., dan Ni
jumlah daun 4214 lembar, dan jumlah buah Luh P. R. P. (2019). Perbandingan Laju
4224 buah. Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma
cottonii) dengan Menggunakan Sistem
DAFTAR PUSTAKA Budidaya Ko-Kultur dan Monokultur di
Abdan, Abdul R., dan Ruslaini. (2013). Perairan Pantai Geger, Nusa Dua, Bali.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Journal of Marine Research and
Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Technologi. 2(1):8–16. doi: https : /
Rumput Laut (Eucheuma dpinosum) /ojs .unud.ac . id/ index.php/JMRT.
Menggunakan Metode Long Line. Hermawan, D. (2015). Pengaruh Perbedaan
Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(12):113– Strain Rumput Laut Kappaphycus
23. alvarezii Terhadap Laju Pertumbuhan
Arjuni, Andy., Nunik C., dan Rusman. Spesifik. Jural Perikanan dan Kelautan.
(2018). Pertumbuhan Rumput Laut 5(1):71–78.
Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Ismail, A., Rully T., dan Mulis. (2015).
Jaringan. Jurnal Biologi Tropis. Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda
18(2):216–23. doi: Terhadap Pertumbuhan Kappaphycus
http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v18i2.740. alvarezii di Perairan Teluk Tomini.
BSN. (2011). Produksi Bibit Rumput Laut Jurnal Ilniah Perikanan dan Kelautan.
Kotoni (Eucheuma cottonii) – Bagian 1 : 3(4):2–6. doi:
Metode Lepas Dasar. Jakarta. https://doi.org/10.37905/.v3i4.1325.
Cokrowati, N., Ayuningsih R. S., dan Kasim, M., dan Ahmad M. (2017).
Rusman. (2016). Pertumbuhan Rumput Comparison Growth of Kappaphycus
Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur alvarezii ( Rhodophyta , Solieriaceae )
Jaringan Pada Jarak Tanam Yang Cultivation in Fl Oating Cage and
Berbeda. Depik. 5(1):12–18. doi: Longline in Indonesia. Aquaculture
http://dx.doi.org/10.13170/depik.5.1.384 Reports. 6:49–55. doi:
3. 10.1016/j.aqrep.2017.03.004.
Dahlia, I., Sri R., dan Susilowati T. (2015). Kurniawan, M. C., Riris A., dan wike A. E.
Pengaruh Dosis Pupuk dan Substrat yang P. (2018). Pertumbuhan Rumput Laut
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum dngan Perlakuan
Caulerpa lentillifera. Journal of Asal Thallus dan Bobot Berbeda Di
Aquaculture Management and Teluk Lampung Provinsi Lampung.
Technology. 4(4):28–34. doi: Maspari Journal. 10(2):161–68. doi:
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/ja https://doi.org/10.36706/maspari.v10i2.5
mt. 900.
Fajri, M. I., Istiyanto S., dan Diana R. Lutfiawan, M., Karnan, dan Lalu J. (2015).
(2020). Pengaruh Jarak Tanam Rumput Analisis Pertumbuhan Sargassum sp.
Laut (Sargassum sp.) yang Berbeda dengan Sistem Budidaya yang Berbeda

8
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): 213 – 221, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-
9638
di Teluk Ekas Lombok Timur Sebagai
Bahan Pengayaan Mata Kuliah Ekologi
Tumbuhan. Jurnal Biologi Tropis.
15(2):135–44. doi:
http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v15i2.202.
Ode, I. (2014). Kandungan Alginat Rumput
Laut Sargassum crassifolium dari
Perairan Pantai Desa Hutumuri,
Kecamatan Leitimur Selatan, Kota
Ambon. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan
Perikanan. 6(3):47–54. doi:
https://doi.org/10.29239/j.agrikan.6.0.47-
54.
Rochmady, S., dan La S. (2015). Pengaruh
Bobot Bibit Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat
Metode Longline Menggunakan Rumpun
Ganda. Researchgate. doi:
10.5281/zenodo.246595.
Sahabati, S., Joppy D. M., dan Lukas L. J. J.
M. (2017). Pertumbuhan Rumput Laut
(Kappaphycusalvarezii) Yang
Dibudidaya Dalam Kantong Jaring
dengan Berat Awal Berbeda Di Teluk
Talengen Kepulauan Sangihe. E-Journal
Budidaya Perairan. 4(3):16–21. doi:
10.35800/bdp.4.3.2016.14742.
Susilowati, T., Sri R., Eko N. D., dan
Zulfitriani. (2012). Pengaruh Kedalam
Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut
(Eucheuma cottoni) yang Dibudidayakan
dengan Metode Longline di Pantai
Mlonggo Kabupaten Jepara. Jurnal
Saintek Perikanan. 8(1):7–12. doi:
https://doi.org/10.14710/ijfst.8.1.7-12.

Anda mungkin juga menyukai