Anda di halaman 1dari 6

Resistensi Paramaecium caudatum terhadap Logam Tembaga (Cu)

dengan Pemberian Pakan Pseudomonas fluorescens pada Media Jerami

Galuh A.D. Vitalocha, Widowati Budijastuti, Fida Rachmadiarti


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Paramaecium caudatum resisten terhadap logam tembaga yang tinggi di perairan, karena itu dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat resistensi
P. caudatum terhadap logam tembaga dengan pemberian pakan Pseudomonas fluorescens pada media jerami sehingga
dapat digunakan sebagai suatu arahan penentuan bioindikator pencemaran. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan satu kontrol, empat perlakuan dan enam kali pengulangan. Desain penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi logam tembaga yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1
ppm, 2 ppm, dan 3 ppm. Pengumpulan data dilakukan dengan menghitung populasi P. caudatum setiap hari selama
10 hari setelah pembiakan dalam larutan logam tembaga. Data analisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif
dimana data tersebut dibentuk dalam kurva pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan resistensi P. caudatum
terhadap logam tembaga pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 2 ppm.

Kata kunci: Paramaecium caudatum; resistensi; konsentrasi logam tembaga; bioindikator pencemaran

ABSTRACT
Paramaecium caudatum to high copper metal in the water, because it can be used as an indicator of environtmental
pollution. This study aims to determine the level of resistance to copper metal Paramecium caudatum with Pseudomonas
fluorescens feeding hay on the media. So it can be used as a landing bioindicator determination of pollution. This study is a study
with a control experiment, four treatmants and six repetitions. The study design used was Randomized Complete. Design
concentration of copper used in this study was 1 ppm, 2 ppm, and 3 ppm. Data collection is done by calculating the population of
Paramaecium caudatum every day for 10 days after breeding in a solution of copper metal. Data analysis using quantitative
descriptive statistics where the data is establised in kurva growth. The result showed Paramaecium caudatum resistance to
metalic copper in this study were at a concentration of 2 ppm.

Key words: Paramaecium caudatum; resistance; the concentration of copper metal; bioindicator pollution

PENDAHULUAN daya racun setelah Ag dan Hg. Untuk jenis


Logam dibutuhkan untuk kelangsungan protozoa seperti Paramaecium, tembaga (Cu)
hidup makhluk hidup. Namun bila menempati peringkat keempat dalam daya racun
keberadaannya tidak seimbang dapat berbahaya yang dimiliki setelah logam-logam Hg, Pb, dan
bagi makhluk hidup. Salah satu logam tersebut Ag (Palar, 2004). Ekosistem air yang tercemar,
adalah tembaga. Tembaga dalam jumlah tertentu membuat makhluk-makhluk hidup yang tidak
dibutuhkan oleh makhluk hidup, namun bila tahan akan mati, dan makhluk hidup yang tahan
dalam jumlah yang berlebih akan bersifat toksik akan tetap hidup serta terbiasa dengan
bagi makhluk hidup dalam suatu lingkungan. Jika lingkungan, sehingga dapat berkembang dengan
jumlah logam tembaga berlebihan maka cepat dan bahkan dapat menjadi gulma. Dengan
merupakan salah satu zar pencemar suatu adanya kenyataan tersebut, maka makhluk hidup
perairan karena dapat mematikan organisme. dapat digunakan sebagai indikator kualitas suatu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekosistem (Hawkes, 1979; Wolf, 1991 dalam
daya racun yang dimiliki oleh tembaga (Cu) dapat Budijastuti, 1992).
membunuh biota perairan. Untuk jenis algae Salah satu jenis Protozoa adalah Paramaecium
seperti chlorella vulgaris, daya racun yang dimiliki caudatum. Menurut Budijastuti (1992) Paramaecium
oleh logam tembaga (Cu) menduduki peringkat caudatum mampu menyerap logam berat seperti
kedua setelah Hg. Pada jenis jamur (fungi), Pb, Cd, Fe yang berbahaya bagi lingkungan dan
tembaga (Cu) menduduki peringkat ketiga dalam juga mampu mendegradasi senyawa yang
106 LenteraBio Vol. 1 No. 2 Mei 2012: 105110

berbahaya menjadi senyawa yang tidak Laboratorium Mikrobiologi Universitas


berbahaya lagi, dengan kemampuannya itu maka Airlangga, nutrient agar, nutrient broth, kapas,
Paramaecium caudatum dapat digunakan untuk alkohol, larutan kanji dan aluminium foil yang
bioremediasi dalam mengatasi tingkat dipotong dengan ukuran 10x10 cm.
pencemaran yang semakin meningkat. Hasil Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai
penelitian Puspitasari (2006) juga menyebutkan pada akhir bulan November-Januari 2011, dengan
bahwa Paramaecium caudatum resisten tehadap menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
NH4. (RAL) dengan 4 perlakuan dangan 6 kali
Hasil penelitian Rachmadiarti, dkk (2007) pengulangan. Adapun teknik pengumpulan data
dalam Puspitasari (2006)` menyebutkan jika dilakukan dengan menghitung populasi
Paramaecium tahan terhadap logam Pb, Cd dan Fe. Paramaecium caudatum selama 10 hari setelah
Pada air yang tercemar logam berat (Pb, Cd, Fe) pembiaakan dalam larutan tembaga. Sedangkan
yang diberi Paramaecium dan dibiarkan sepuluh parameter faktor fisik-kimia yang diukur ialah
hari, kemudian dianalisis dua hari sekali suhu air (Termometer air) dan pH (pH meter).
menunjukkan bahwa dari hari ke hari kandungan
logam berat dalam air tersebut mengalami HASIL
penurunan. Paramaecium caudatum dengan Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
peranannya sebagai mikroorganisme yang dapat data berupa rata-rata populasi Paramaecium
mengatasi tingkat pencemaran di perairan atau caudatum, kandungan logam tembaga dalam
sebagai salah satu mikrooganisme yang berperan media pemeliharaan dan faktor fisik kimia media
penting dalam bioremidiasi. Oleh karena itu pemeliharaan.
ketersediaan organisme tersebut harus Rata-rata populasi Paramaecium caudatum
ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan
pertumbuhan Paramaecium caudatum yaitu dengan adanya perbedaan pertumbuhan populasi
cara memberikan pakan yang sesuai untuk Paramaecium caudatum pada konsentrasi logam
menunjang pertumbuhan Paramaecium caudatum, tembaga yang berbeda di dalam media jerami.
diantaranya yaitu dengan memberikan pakan Untuk memperjelas adanya perbedaan
berupa bakteri Pseudomonas fluorescens. pertumbuhan populasi Paramaecium caudatum
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah pada konsentrasi logam tembaga di dalam media
dilakukan mengenai resistensi Paramaecium jerami dapat dilihat pada Gambar 1.
caudatum terhadap berbagai jenis logam, maka
perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai
resistensi Paramaecium caudatum terhadap logam Tabel 1. Rata-rata jumlah populasi Paramaecium
tembaga (Cu). caudatum (individu/ml) setelah perlakuan selama 10
hari
Resistensi Paramaecium caudatum perlu
diketahui bila akan digunakan sebagai indikator
kualitas air. Resistensi Paramaecium caudatum Konsentrasi Logam Tembaga (Cu)
Hari ke-
diperlukan untuk mengetahui kisaran konsentrasi 0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm
1 5 3 2 1
tembaga yang masih dapat ditoleransi oleh
2 9 8 6 4
Paramaecium caudatum. Kisaran toleransi ini
3 19 15 12 11
kemudian dijadikan sebagai acuan indikator 4 30 23 21 19
pencemaran tembaga dengan menggunakan 5 48 30 27 21
Paramaecium, sp. 6 46 41 30 24
7 43 36 37 28
BAHAN DAN METODE 8 34 25 17 12
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 9 24 19 12 8
10 21 11 10 4
adalah kultur Paramaecium caudatum, potongan
Total Rata-
jerami yang dipotong-potong dengan ukuran 3-4 rata
28 22 17 13
cm, aquades, air rendaman jerami, biakan bakteri
Pseudomonas fluorescens diperoleh dari
Vitalocha dkk.: Resistensi Paramaecium caudatum terhadap Logam Tembaga 107

Gambar 1. Pola Pertumbuhan Populasi P. caudatum pada berbagai konsentrasi

Pada Gambar 1 menunjukkan pola Tabel 2. Rata-rata kandungan logam tembaga dalam
pertumbuhan populasi Paramaecium caudatum media pemeliharaan Paramaecium caudatum (ppm)
yang berbeda-beda pada tiap konsentrasi logam
tembaga dan pada kontrol. Pada kurva di atas Perlakuan Awal Akhir
dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan dan Kontrol 0,07 0,008
1 ppm 0,90 0,19
juga penurunan untuk setiap pemberian
2 ppm 1,84 0,49
konsentrasi larutan logam tembaga. Kurva 3 ppm 2,82 1,31
pertumbuhan populasi Paramaecium caudatum
pada bebagai konsentrasi logam tembaga Faktor fisik dan kimia media pemeliharaan
mengalami penurunan yang tajam dibandingkan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan nilai
dengan kontrol yang mengalami pertumbuhan faktor fisik dan kimia selama pemeliharaan tidak
populasi yang lebih optimal. memiliki perbedaan yang cukup besar pada tiap
Kandungan logam tembaga dalam media perlakuan dan masih dalam kisaran normal untuk
pemeliharaan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 kehidupan Paramaecium caudatum. Berdasarkan
menunjukkan kandungan logam tembaga pada hasil penelitian pada Tabel 3, pH medium
akhir perlakuan semakin menurun dibandingkan pemeliharaan berkisar antara 6,9 7,1 dan
pada awal perlakuan. suhunya berkisar antara 29 30C.

Tabel 3. Rata-rata faktor fisik kimia media pemeliharaan

Pengamatan Hari Ke-


Parameter Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kontrol 7,0 7,03 7,01 6,98 7,01 7,03 7,01 7,03 7,0 7,03
pH 1 ppm 7.01 7.01 7 ,0 7,03 7,01 7,0 7,0 7,01 7,0 7,0
2 ppm 7,0 7,0 1 7,0 7,0 6,98 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
3 ppm 7,03 7,02 7,0 7,,03 7,0 7,01 7,0 7,0 7,01 7,0
Suhu Kontrol 30 29,6 29,8 29,6 29,6 29,8 30 29,6 29,6 30
(oC) 1 ppm 30 29,6 29,6 29,8 30 29,5 29,8 29,6 29,6 30
2 ppm 29,8 30 29,8 30 29,8 29,8 30 29,8 29,8 29,8
3 ppm 29,6 29,6 30 29,8 30 30 29,6 30 29,8 29,8
108 LenteraBio Vol. 1 No. 2 Mei 2012: 105110

PEMBAHASAN melainkan dikeluarkan dari tubuh mereka


Pola pertumbuhan populasi pada media (ekskresi) sehingga kandungannya dalam jaringan
yang mengandung larutan logam tembaga 1,2, akan tetap (Darmono, 1995).
dan 3 ppm mengalami penurunan karena kondisi Penambahan larutan logam tembaga dalam
lingkungan yang seharusnya mendukung media pemeliharaan berpengaruh terhadap
aktivitas pertumbuhan yang optimal tercemar Paramaecium, namun pengaruh logam tembaga
oleh bahan toksik yang mempengaruhi yang merupakan zat toksik ini masih dapat
metabolisme sel yaitu Paramaecium sehingga ditolerir oleh Paramaecium pada konsentrasi yang
mengakibatkan kondisi puncak pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan organisme lain. Hal
populasi yang optimal tidak dapat dipertahankan. ini diperlihatkan pada grafik dimana
Oleh sebab itu, fase stasioner pada perlakuan pertumbuhan populasi Paramaecium masih relatif
konsentrasi logam tembaga sangat cepat, ditandai tinggi pada konsentrasi logam tembaga 2 ppm.
dengan menurunnya grafik. Hal ini dikarenakan Paramaecium caudatum
Rata-rata jumlah populasi Paramaecium kelompok jasad hidup yang dengan cepat dapat
caudatum pada masing-masing media jerami menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
dengan pemberian berbagai konsentrasi larutan lingkungan. Cara penyesuaian diri yang cepat
logam tembaga mengalami penurunan pada didukung oleh enzim-adaptif yang lebih aktif
setiap harinya laju pemangsaan lebih tinggi dari didalmnya sehingga dalam waktu relatif singkat
pada jumlah nutrien yang tersedia. Ketersedian dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
bahan makanan untuk dimangsa dan yang baru, walau pada awalnya lingkungan
dimetabolisme berkurang sehingga aktivitas tersebut bersifat toksik terhadapnya (Suriawiria,
metabolisme Paramaecium berkurang dan laju 2003).
pertumbuhan populasi pun berkurang. Jumlah Menurut pendapat Darmono (1995) ada
nutrient jerami sudah tidak mencukupi untuk beberapa faktor yang mempengaruhi daya
mendukung pertumbuhan populasi Paramecium toksisistas logam air terhadap makhluk hidup
sehingga laju kematian Paramecium lebih besar didalamnya yaitu bentuk ikatan kimia dari logam
daripada laju pertumbuhan populasi. Pada tahap yang terlarut; pengaruh interaksi antara logam
ini populasi semakin menurun (Waskito, 1999). dan jenis toksikan lainnya, pengaruh lingkungan
Hal ini juga didukung oleh pendapat Suriawiria seperti suhu, kadar garam, pH, dan kadar
(1985) yang menyatakan bahwa kurva oksigen yang terlarut dalam air; kondisi hewan,
pertumbuhan populasi jasad hidup dipengaruhi fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya
oleh faktor lingkungan diantaranya yaitu ukuran organisme, jenis kelamin, dan kecukupan
penambahan senyawa dalam media yang akan kebutuhan nutrisi; kemampuan hewan untuk
mengakibatkan pertumbuhan berkurang dan menghindar dari kondisi yang tidak
kehadiran senyawa yang mungkin dapat bersifat menguntungkan; serta kemampuan hewan untuk
toksik atau meracuni organisme sehingga beradaptasi dengan racun (detoksikasi).
populasinya berkurang. Paramaecium caudatum memiliki cara adaptasi
Pada konsentrasi ini dapat dikatakan bahwa pada kondisi yang tidak menguntungkan
Paramaecium masih toleran terhadap logam (perubahan bahan kimia berbahaya) yang ekstrim
tembaga, karena dilihat dari laju pertumbuhan dengan cara membentuk kista (bentuk sel yang
populasinya tidak terlalu menurun. Dalam hal ini dilindungi oleh dinding sel tebal) untuk
Paramaecium memiliki sifat yang tahan dan mempertahankan hidupnya. Selain itu
mampu menyesuaikan diri terhadap logam Paramaecium, sp memiliki perilaku yang khas yang
tembaga. Menurut Palar (2004), untuk jenis memungkinkan lari menyelamatkan diri dari
protozoa seperti Paramaecium logam tembaga bahan pencemar. Seluruh permukaan tubuh
menempatkan urutak keempat dalam daya racun Paramaecium oleh ratusan bulu-bulu getar yang
yang dimiliki setelah logam-logam Hg, Pb, dan disebut silia. Silia ini berfungsi untuk mendorong
Ag (Sumber: Niebor and Ricardson, Apllied Science tubuh sehingga dapat bergerak dan berenang di
Publisher Ltd, 1980). Dari data resebut dapat dalam air. Paramaecium termasuk hewan yang
diketahui bahwa pengaruh daya racun yang aktif berenang dengan berputar-berguling dan
dimiliki logam tembaga sangat rendah bagi selalau berubah posisi. Kecepatan gerakan
Paramaecium dibanding logam lainnya. Hal ini Paramaecium dalam air sebanyak tiga kali panjang
disebabkan karena organisme air mampu badan per detik. Paramaecium mampu
meregulasi logam yang pada konsentrasi berlebih menghindar dari rangsangan fisik dan konsentrasi
bila masuk ke dalam tubuhnya, tidak diakumulasi tinggi dari beberapa bahan kimia. Paramaecium
terus-menerus dalam tubuh organisme tersebut cenderung bergerak menuju temperatur hangat
Vitalocha dkk.: Resistensi Paramaecium caudatum terhadap Logam Tembaga 109

dari tempat dengan temperatur yang dingin. Iswanti. 2000. Mekanisme Asimilasi Pseudomonas
Demikian juga terhadap rangsangan kimia, fluorescens dalam mendegradasi minyak pelumas.
Paramaecium akan lari dari konsentrasi tinggi ke Skripsi (tidak dipublikasikan). Surabaya: Jurusan
rendah. Sebaliknya Paramaecium akan tertarik Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
bergerak ke arah rangsangan positif berupa Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.
makanan. Paramaecium cenderung bergerak Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya.
menuju suasana asam, dan bakteri cenderung Sinar Wijaya.
menyebabkan sedikit asam pada lingkungan Kastawi, Y., Indriawati, S. E., Ibrohim., Masjhudi., dan
sekeliling (Mulyawati, 2011). Selain itu, ligan Rahayu, S.E. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang:
tembaga merupakan logam berat yang sangat Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
mudah dan cepat melakukan penetrasi dalam Pengetahuan alam Universitas Negeri Malang.
Kotpal, M. L., S. K. Agrawal., & R. P. Kheparsal. 1981.
tubuh organisme air (Darmono, 2008). Dari data
Modern Texs Book of Zoologi Invertebrata. Mearut :
ini dapat dikatakan Paramaecium resisten terhadap
Rastologi Publication.
logam tembaga. Tingkat resistensi Paramaecium
Kusnadi, 2003. Mikrobiologi. Bandung: Universitas
terhadap logam tembaga adalah pada konsentrasi
Pendidikan Indonesia.
2 ppm
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I.
Jakarta : Erlangga.
SIMPULAN Mashur, Ali Muhammad. 2006. Aplikasi Pseudomonas
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik fluorescens Pada Cabai Terhadap Penyakit
suatu kesimpulan yaitu Resistensi Paramaecium Damping Off Oleh Fusarium oxysporum. Skripsi
caudatum terhadap logam tembaga pada (tidak dipublikasikan). Surabaya : Jurusan Biologi
penelitian ini adalah pada konsentrasi 2 ppm. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Muhlisin, Ahmad. 2010. Kualitas Air Sungai Porong
Asri , Tri Mahanani & Guntur Tri Mulyono. 2006. Sidoarjo Setelah Bencana Lumpur Lapindo Berdasarkan
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Surabaya: Indeks Diversitas Makrobentos dan Pencemaran Logam
Universitas Negeri Surabaya. Berat (Cu dan Zn). Skripsi (tidak dipublikasikan).
Bick, H. 1972. Ciliated Protozoa. Geneva: World Health Surabaya : Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Organization. dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Budijastuti, W. 1992. Studi Tentang Hubungan Surabaya.
Kandungan COD dan NH4 Dengan Mulyawati, Aftwan. 2011. Fisiologi Hewan (Sistem
Keanekaragaman Protozoa. Skripsi (tidak Sirkulasi). http://aftyanm.blogspot.com/. Diakses
dipublikasikan). Surabaya: Fakultas Pendidikan tanggal 29 Februari 2012.
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Nasir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Yudhistira.
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidup. Bogor: Universitas Indonesia (UI-Press). Pelczar, M. J. Jr., dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar
Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Mikrobiologi I. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Press).
Jakarta: UI Press. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air dan Universitas Indonesia Press.
Beberapa Parasit Pada Manusia. Bandung: Penerbit Puspitasari, Yunita. 2006. Resistensi Paramecium
ITB. caudatum Terhadap Ammonium (NH4) yang
Gross, Paul. R. 1994. Protozoan Nutrition. New York: Diberi Pakan Pseudomonas fluorescens. Skripsi (tidak
Blaisdell Publishing Company. dipublikasikan). Surabaya: Jurusan Biologi
Hall, R.P. 1965. Protozoan Nutrition. New York Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
University : Blaisdell Publishing Company Universitas Negeri Surabaya.
Harper, Laura J, Brady.J. Deaton, Judy.iskel. 1986. Purwanti, Heni. 2008. Pertumbuhan Populasi
Pangan, Gizi, dan Pertanian. Sunardjo, penerjenah. Paramecium caudatum dan Paramecium bursaria
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Pada Media dan Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi
Hasanah, Uswatun. 2008. Pemberian Bakteri (tidak dipublikasikan). Surabaya: Jurusan Biologi
Pseudomonas flourescens dan Bakteri Escherchia coli Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Terhadap Pertumbuhan Populasi Paramecium Alam Universitas Negeri Surabaya.
caudatum Dalam Medium Jerami. Skripsi (tidak Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta. Departemen
dipublikasikan). Surabaya: Jurusan Biologi Pendidikan dan Kebudayaan.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum.
Alam Universitas Negeri Surabaya. Bandung : Angkasa.
110 LenteraBio Vol. 1 No. 2 Mei 2012: 105110

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar (tidak dipublikasikan). Surabaya: Jurusan Biologi
Pengolahan Buangan Secara Biologis. Bandung: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alumni Alam Universitas Negeri Surabaya.
Suriawiria, U. 2003. Mokrobiologi Air. Bandung : Alumni. Waskito, T. E. 1999. Uji Toksisitas Basudin 60 EC
Suryanie, dan Waluyo, Lud. 1999. Pembuatan Media Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Paramecium
Pertumbuhan Beberapa Kuman Dari Ekstrak caudatum. Skripsi (tidak dipublikasikan). Surabaya:
Daging Sapi. Surabaya: Universitas Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Wahyuni, Sri. 2008. Efektivitas Pemberian Bakteri Pengetahuan Alam Universitas Airlangga
Pseudomonas fluorescens dan Bakteri Bacillus subtilis Surabaya
Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Populasi .
Paramecium caudatum Dalam Media Jerami. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai