9 (3) : 206-213
Abstract
Water mimosa (Neptunia oleracea L.) is one of the aquatic plants (Leguminoceae) which had adaptive
capabilities on water environment was exposed by heavy metal. This research purposed to know the
morphology responses, biomass and chlorophyll contents of water mimosa (Neptunia oleracea L.) in water
exposed by HgCl2. This research used Completely Randomized Designed (CRD) with 4 levels of HgCl 2
treatment such as: control (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), and 225 ppm (D). The experimental plants used was
N. oleracea L. from the treatment of HgCl2 concentrations give effects on morphology, biomass and
chlorophyll contents, such as: chlorophyll a, chlorophyll b, total chlorophyll. N. oleracea showed the change
of color, leaves become yellow, stems are thinner, brownish-look root with soft textures and curled up. The
concentration of HgCl2 225 ppm, biomass of N. oleracea L, occurred decrease until 81.93%, and chlorophyll
contents of N. oleracea L. occurred decrease until 93.11%.
206
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
207
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
Pengukuran Kandungan Klorofil Daun N. Tabel 1. Rerata Berat Basah Akar N. oleracea L.
oleracea L. setelah perlakuan konsentrasi HgCl2
hingga hari ke-15
Daun segar dari N. oleracea L. ditimbang sebanyak Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat basah akar (g)
0,1 gram dimasukkan ke dalam mortar lalu digerus. 0 0,797a
Daun yang telah digerus kemudian dimaserasi 75 0,590ab
dengan pelarut aseton 80% sebanyak 10 mL, lalu 150 0,533ab
diaduk untuk melarutkan klorofil. Ekstrak 225 0,373b
kemudian disaring menggunakan kertas saring. Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
Filtrat yang didapatkan kemudian diencerkan diikuti oleh huruf kecil yang sama
sebanyak 5 kali dengan volume pelarut aseton 80% menunjukkan hasil yang tidak berbeda
sebanyak 50 mL. Filtrat yang telah diencerkan nyata pada uji Duncan taraf 5%
disiapkan dan dimasukkan ke dalam cuvet dan
dianalisis untuk mendapatkan nilai absorbansi Berat Basah Tajuk N. oleracea L.
menggunakan sprektofotometer UV-Vis pada Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
panjang 645 nm dan 663 nm (Anggarwulan & konsentrasi HgCl2 (F3.8 = 15,682, p = 0,001 Anova)
Solichatun, 2007). Kandungan klorofil dihitung berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk N.
menggunakan rumus yang diadopsi dari Hendry & oleracea L. (Tabel 2). Hasil uji lanjut Duncan me-
Grime (1993) sebagai berikut: nunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
Klorofil a mg/L berat daun = 12,7 x A663 – 2,69 x A645 HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2 75
ppm tidak berbeda nyata dengan perlakuan
Klorofil b mg/L berat daun = 22,9 x A645 – 4,68 x A663 konsentrasi HgCl2 lainnya. Berat basah tajuk
terendah ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi
Klorofil total mg/L berat daun = 8,02 x A663 – 20,2 x
A645 HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar 0,070 g.
Berat basah tajuk tertinggi diperoleh pada per-
Keterangan: lakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,940 g.
A645 = Absorbansi pada panjang gelombang 645 nm
A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm Tabel 2. Rerata berat basah tajuk N. oleracea L.
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2
Analisis Data hingga hari ke-15
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat basah tajuk (g)
Data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran 0 0,940b
berat basah dan berat kering. Pengukuran berat 75 0,127a
basah dan berat kering tersebut dianalisis secara 150 0,093a
statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) 225 0,070a
dengan SPSS 18. Jika terdapat perbedaan yang Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
nyata akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
Duncan pada taraf 5% (Hanafiah, 2004).
nyata pada uji Duncan taraf 5%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Kering Akar N. oleracea L.
Hasil
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
Berat Basah Akar N. oleracea L. konsentrasi HgCl2 (F3.11 = 10,429 p = 0,004 Anova)
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar N.
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
oleracea L. (Tabel 3). Hasil uji lanjut Duncan
konsentrasi HgCl2 (F3.8 = 3,003, p = 0,003 Anova)
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
berpengaruh nyata terhadap berat basah akar N.
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
oleracea L. (Tabel 1). Hasil uji lanjut Duncan
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2. Berat
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
kering akar terendah ditunjukkan pada perlakuan
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2 75
0,087 g. Berat kering akar tertinggi diperoleh pada
ppm tidak berbeda nyata dengan perlakuan kon-
perlakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,303 g.
sentrasi HgCl2 150 ppm. Berat basah akar terendah
ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi HgCl2 225
ppm dengan rerata sebesar 0,373 g. Berat basah
akar tertinggi diperoleh pada perlakuan kontrol
dengan rerata sebesar 0,797 g.
208
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
Tabel 3. Rerata berat kering akar N. oleracea L. Kandungan pigmen klorofil dari daun N. oleracea
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2 hingga perlakuan HgCl2 mengalami penurunan pada
hari ke-15 kandungan klorofil a, klorofil b, dan juga klorofil
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat kering akar (g) total (Tabel 4). Kandungan klorofil a terendah
0 0,303b ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi HgCl2 225
75 0,183a ppm dengan rerata sebesar 0,54 mg/L. Kandungan
150 0,117a
klorofil a tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
225 0,087a
Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
kontrol dengan rerata sebesar 7,88 mg/L.
diikuti oleh huruf kecil yang sama Kandungan klorofil b terendah ditunjukkan pada
menunjukkan hasil yang tidak berbeda perlakuan konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan
nyata pada uji Duncan taraf 5% rerata sebesar 0,24 mg/L. Kandungan klorofil b
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kontrol
Berat Kering Tajuk N. oleracea L. dengan rerata sebesar 3,59 mg/L. Kandungan
klorofil total terendah ditunjukkan pada perlakuan
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar
konsentrasi HgCl2 (F3.11 = 10,429 p = 0,001 Anova) 0,79 mg/L. Kandungan klorofil total tertinggi
berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk N. ditunjukkan pada perlakuan kontrol dengan rerata
oleracea (Tabel 4). Hasil uji lanjut Duncan sebesar 11,47 mg/L.
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan Morfologi N. oleracea L.
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2. Berat
kering tajuk terendah ditunjukkan pada perlakuan Hasil pengamatan morfologi N. oleracea
konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar menunjukkan bahwa setelah perlakuan cekaman,
0,013 g. Berat kering tajuk tertinggi diperoleh pada daun pada perlakuan kontrol berwana hijau tua,
perlakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,357 g. jumlah daun banyak berkisar 9-11 helai daun, dan
kondisi daun masih segar. Daun perlakuan HgCl2
Tabel 4. Rerata berat kering tajuk N. oleracea L, berwarna hijau kekuningan, kecuali daun
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2 perlakuan 225 ppm yang berwarna kecoklatan,
hingga hari ke-15 dengan jumlah daun hanya 1 helai saja (Gambar 1).
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat kering tajuk (g) Setelah perlakuan cekaman, kondisi batang pada
0 0,357b perlakuan kontrol bertekstur halus, segar dan
75 0,023a berwarna hijau. Sedangkan batang pada perlakuan
150 0,020a HgCl2 bertekstur kasar, agak kering, dan berwarna
225 0,013a kecoklatan. Tinggi batang perlakuan HgCl2 lebih
Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang pendek (23-28 cm) dibandingkan tinggi batang
diikuti oleh huruf kecil yang sama
perlakuan kontrol (46 cm). Ukuran batang
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf 5% perlakuan HgCl2 lebih kecil dan kurus
dibandingkan batang kontrol (Gambar 2).
Kandungan Klorofil Daun N. oleracea L. pada
Cekaman Logam Merkuri Setelah perlakuan cekaman, akar perlakuan lebih
lunak dibandingkan dengan akar kontrol. Akar
Cekaman logam merkuri memengaruhi kandungan perlakuan berwarna kecoklatan, lebih panjang dari
pigmen klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun akar kontrol, namun tidak beraturan seperti
N. oleracea. Rerata kandungan pigmen klorofil a, menggulung. Sedangkan akar kontrol berwarna
klorofil b, dan klorofil total daun N. oleracea pada hitam pekat, lebih pendek dari akar perlakuan, dan
perlakuan cekaman merkuri setelah 5 hari kondisinya masih baik (Gambar 3).
perlakuan disajikan dalam Tabel 5 berikut ini:
209
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
A B C D
Gambar 1. Morfologi daun N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)
A B C D
Gambar 2. Morfologi batang N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)
A B C D
Gambar 3. Morfologi akar N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)
210
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
211
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
Gejala yang ditimbulkan oleh N. oleracea dehydratase dan enzim PBG deaminase yang
dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi logam menyebabkan penurunan kandungan klorofil
merkuri. Meskipun demikian, pada konsentrasi sebesar 43% pada konsentrasi 50 ppm. Unsur
tertinggi yaitu 225 ppm, N. oleracea mampu merkuri juga berpengaruh terhadap penurunan
beradaptasi dan bertahan hidup dalam durasi kadar klorofil berdasarkan kemampuan
sampai 15 hari. Hal ini dikarenakan N. oleracea interaksinya terhadap unsur intrinsik pada daun.
memiliki mekanisme detoksifikasi logam merkuri Unsur merkuri dapat menggantikan unsur
secara internal yang menyebabkan efek toksisitas magnesium (Mg) dari struktur klorofil sehingga
logam menurun, sehingga kondisi tersebut masih menyebabkan penurunan kandungan klorofil
bisa ditoleransi. Reichmann (2002) menyatakan (Patra & Sharma, 2000). Kehilangan magnesium
bahwa pada umumnya, tumbuhan yang mengalami pada atom pusat menyebabkan terjadi degradasi
kondisi tercemar logam berat akan melakukan kandungan klorofil yang menyebabkan mudahnya
proses pencegahan masuknya logam ke dalam daun mengalami klorosis dan terbentuknya
xilem secara berlebihan. Cara utama mencegah senyawa turunan klorofil a yaitu pheophytin-α
masuknya logam berlebihan oleh tumbuhan (Alscher et al., 1997). Senyawa pheophytin-α
dengan cara mengsekresikan ion fosfat. Fosfat adalah senyawa turunan klorofil a yang terbentuk
akan mengikat kandungan logam yang berada di karena hilangnya logam magnesium dalam
sekitar perakaran. Mekanisme ini dilakukan untuk klorofil. Pembentukan feofitin juga dipengaruhi
melindungi tumbuhan dari pengaruh buruk yang oleh asam lemah. Feofitin menyebabkan perubahan
diakibatkan konsentrasi logam yang terlalu tinggi. warna dari hijau tua menjadi keabu-abuan.
212
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213
Hidayati, N, 2013, Mekanisme Fisiologis Tumbuhan Septiani, MN, Mukarlina & Wardoyo, ERP, 2017,
Hiperakumulator Logam Berat, Pusat Penelitian Pertumbuhan dan Karakter Anatomi Mimosa Air
Biologi LIPI, Bogor (Neptunia oleracea Lour.) pada Air yang
Terpapar Logam Aluminium (Al)’, Jurnal
Kinraide, TB, 1997, ‘Reconsidering The Rhizotoxicity Protobiont, Vol. 6, No. 3, hal. 75-82
of Hydroxyl, Sulphate, and Fluoride Complexes
of Alumunium’, J Exp. Botany, Vol. 48. No. 310, Shofi, M & Suharyanto, 2014, ‘Respon Fisiologis
pp. 1115-1124 Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica
Forssk.) pada Cekaman Logam Merkuri’,
Lestarisa, T, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan Proceeding Education Biology Conference, Vol
dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada 11, No. 1, hal. 81-86
Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) di
Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Skugoreva, J & Golovko, D, 2007. ‘Mercury
Kalimantan Tengah, Tesis, Universitas Translocation of Spine Spinach Leaves
Diponegoro, Semarang (Amaranthus spinosus) from Contaminated Bare
Soil’, Biotropical, Vol. 2, No. 5, pp. 249-353
Mirdat, S, Patada’ungan, YS & Isrun B, 2013, ‘Status
Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah pada Tan, KH, 2000, Environmental Soil Science, Marcel
Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Dekker Inc, New York
Kelurahan Poboya, Kota Palu’, Jurnal
Agroteknis, Vol. 3. No. 4, hal. 127-133 Widowati, W, Sastiono, A & Rumampuk, RJ, 2008,
Efek Toksik Logam, Andi, Yogyakarta
Mossor, T & Pietraszewska, 2001, ‘Effect of Alu-
minium on Plant Growth and Metabolism’, Acta Yulis, PAR, 2018, ‘Analisis Kadar Logam Merkuri
Biochimica Polonica, Vol. 48, No. 6, pp. 673- (Hg) dan pH Air Sungai Kuantan Terdampak
686 Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)’, Orbital:
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, hal. 28-
Mysliwa, B & Kurdziel, SK, 2004, ‘Influence of Cd (II), 36
Cr (IV) and Fe (III) on Early Steps of
Deetiolation Process in Wheat Fluorescence
Spectral Changes of Protochlorophyllide and
Newly Formed Chlorophyllide’, Agriculture,
Ecosystems & Environment, Vol. 106, No. 2, pp.
199-207
213