Anda di halaman 1dari 8

Protobiont (2020) Vol.

9 (3) : 206-213

RESPON MORFOLOGI, BIOMASSA, DAN KANDUNGAN


KLOROFIL DAUN MIMOSA AIR (Neptunia oleracea L.) PADA AIR
YANG TERPAPAR MERKURI KLORIDA (HgCl2)

Hafizh Rizqi Fadhlullah1*, Elvi Rusmiyanto P.W.1, Zulfa Zakiah1


1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.
*
Email korespondensi: hafizhrizqiopponeo3@gmail.com

Abstract

Water mimosa (Neptunia oleracea L.) is one of the aquatic plants (Leguminoceae) which had adaptive
capabilities on water environment was exposed by heavy metal. This research purposed to know the
morphology responses, biomass and chlorophyll contents of water mimosa (Neptunia oleracea L.) in water
exposed by HgCl2. This research used Completely Randomized Designed (CRD) with 4 levels of HgCl 2
treatment such as: control (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), and 225 ppm (D). The experimental plants used was
N. oleracea L. from the treatment of HgCl2 concentrations give effects on morphology, biomass and
chlorophyll contents, such as: chlorophyll a, chlorophyll b, total chlorophyll. N. oleracea showed the change
of color, leaves become yellow, stems are thinner, brownish-look root with soft textures and curled up. The
concentration of HgCl2 225 ppm, biomass of N. oleracea L, occurred decrease until 81.93%, and chlorophyll
contents of N. oleracea L. occurred decrease until 93.11%.

Keywords: chlorophyll, heavy metal, mercury chloride, Neptunia oleracea L.

PENDAHULUAN Tumbuhan yang mampu beradaptasi dalam


lingkungan tercemar salah satunya adalah
Merkuri (Hg) merupakan logam reaktif yang
tumbuhan air. Mimosa air (Neptunia oleracea L,)
bersifat amalgam, sehingga sulit ditemukan dalam
mampu beradaptasi pada cekaman logam berat.
bentuk bebas atau murni di alam bebas. Merkuri
Hasil penelitian Septiani et al. (2017) menunjuk-
ditemukan dalam alam dalam bentuk mineral
kan bahwa perlakuan logam alumunium (Al2SO4)
merkuri sulfide (HgS). Menurut Mirdat et al.
berpengaruh terhadap morfologi daun dan akar
(2013), merkuri termasuk logam yang dapat
Neptunia oleracea L. yang menyebabkan daun
diperoleh dari reduksi cinnabar yang terbentuk
menjadi berwarna kuning dan akar menjadi lunak
dari batuan vulkanik dan sumber air panas.
serta terjadinya penurunan diameter stele akar
Merkuri banyak dimanfaatkan dalam berbagai
bidang diantaranya sebagai bahan pembuatan sebesar 69,34%. Penelitian yang dilakukan Abdul
pestisida yang digunakan dalam pembukaan lahan Wahab et al. (2014), menunjukkan bahwa mimosa
sawit dan dalam kegiatan penambangan emas air (N. oleracea) dapat berperan sebagai
(Lestarisa, 2010). akumulator yang baik terhadap logam berat seperti
timbal (Pb), kadmium (Cd), dan tembaga (Cu)
Pemanfaatan merkuri dalam berbagai kegiatan hingga pada konsentrasi tertinggi perlakuan
manusia menyebabkan logam tersebut menjadi sebesar 10 mg/L.
limbah yang mencemari lingkungan sehingga
berpotensi menyebabkan gangguan ekosistem pada Hidayati (2013) menyatakan bahwa tumbuhan
biota teresterial dan biota akuatik. Menurut yang mengalami gangguan secara fisiologis
Widowati et al. (2008), merkuri yang masuk ke ditunjukkan dengan terhambatnya pertumbuhan,
lingkungan perairan akan berikatan dengan klor penurunan produksi biomassa, penurunan laju
yang ada dalam air membentuk ikatan merkuri fotosintesis dan terjadinya penurunan konsentrasi
klorida (HgCl) yang dapat membahayakan klorofil daun. Berdasarkan uraian tersebut maka
tingkatan trofik. Upaya yang dapat dilakukan untuk perlu dilakukan penelitian tentang respon
mengatasi permasalahan ini salah satunya dengan pertumbuhan mimosa air (N. oleracea L.) yang
cara menggunakan tumbuhan air yang mampu terpapar cekaman logam berat lain, seperti logam
beradaptasi dengan lingkungan yang tercemar merkuri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
logam berat. respon pertumbuhannya pada tiap konsentrasi yang
diberikan.

206
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

BAHAN DAN METODE Aklimatisasi


Waktu dan Tempat Penelitian Aklimatisasi dilakukan selama 7 hari dengan
sistem pencahayaan alami di rumah kaca. Setelah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
masa aklimatisasi, tumbuhan dipilih pada bagian
sampai April 2020. Penelitian ini diawali dengan
batang yang ruasnya telah tumbuh akar segar dan
penanaman benih di rumah kaca bertempat di
tidak terdapat daun yang rusak untuk memudahkan
Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas
mengamati warna pigmen pada daun. Selanjutnya
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
tumbuhan dengan tinggi yang relatif sama akan
Universitas Tanjungpura Pontianak. Selanjutnya,
analisis kandungan klorofil pada daun N. oleracea diaplikasikan ke perlakuan selanjutnya.
L. dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pembuatan Larutan Stok dan Standar HgCl2
Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura. Larutan stok HgCl2 konsentrasi 500 ppm dibuat
dengan cara melarutkan 0,5 g HgCl2 dalam 1 L
Alat dan Bahan akuades. Pembuatan larutan untuk masing-masing
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsentrasi uji dilakukan dengan metode
baskom, botol plastik, corong buchner, cutter, pengenceran yang dihitung menggunakan rumus:
cuvet, gelas beker, gelas objek, gelas penutup,
gelas ukur, kertas pH, kertas saring, labu ukur, V1. M1 = V2. M2
mikroskop, mortar, neraca digital, oven, pipet tetes,
silet, spuit, spektrofotometer UV-VIS dan termo- Keterangan:
meter. Bahan – bahan yang digunakan dalam pene- V1 = volume perlakuan (mL)
litian ini yaitu akuades, aseton teknis, aseton 80%, V2 = volume larutan stok (mL)
larutan pupuk hidroponik AB-Mix, merkuri (II) M1 = konsentrasi perlakuan (ppm)
klorida (HgCl2), tanah bakar dan tumbuhan M2 = konsentrasi larutan stok (ppm)
mimosa air (Neptunia oleracea L.). Alat dan ba-
han tersebut sebagian telah disediakan oleh Perlakuan Cekaman Merkuri
laboratorium. Perlakuan cekaman merkuri terhadap N. oleracea
L. dilakukan dengan memasukan tumbuhan ke
Rancangan Percobaan wadah yang telah diisi larutan nutrisi ditambah
Rancangan percobaan yang digunakan adalah dengan larutan sesuai konsentrasi perlakuan.
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor Larutan yang digunakan sebagai campuran adalah
penelitian adalah konsentrasi yang dibagi menjadi larutan pupuk hidroponik. Waktu pemaparan
0 ppm (kontrol), 75 ppm HgCl2, 150 ppm HgCl2, tumbuhan uji terhadap logam merkuri dilakukan
225 ppm HgCl2 (Anania et al., 2017). Jumlah unit selama 15 hari.
percobaan sebanyak 4 perlakuan dengan 3 kali
pengulangan sehingga total unit percobaan yang Parameter Penelitian
akan dilakukan sebanyak 12 unit. Parameter pada penelitian ini meliputi:
pengamatan struktur morfologi N. oleracea L.,
Prosedur Kerja berat basah (gram) dan berat kering (gram) dan
Preparasi Tumbuhan pengukuran kandungan klorofil di daun N.
oleracea L. Pengamatan morfologi N. oleracea L.
Biji tumbuhan N. oleracea diambil di belakang mulai dilakukan 1 hari setelah inkubasi sampai
area kampus FMIPA Universitas Tanjungpura. Biji akhir pengamatan. Pengamatan morfologi
disemai pada media tanah bakar sampai berumur 7 meliputi: jumlah daun, kondisi daun, tinggi batang,
hari. Tumbuhan N. oleracea yang berumur 7 hari kondisi batang, panjang akar, dan kondisi akar.
diseleksi lalu diaklimatisasi dalam media air yang Pengukuran berat basah akar dan tajuk dilakukan
sudah ditambahkan dengan larutan pupuk pada akhir pengamatan dengan mengukur berat
hidroponik. Larutan pupuk hidroponik yang segar tumbuhan yang telah dibersihkan dan
digunakan mengandung nutrisi antara lain, kalsium ditiriskan terlebih dahulu menggunakan timbangan
(Ca) 8,3%, kalium hidroksida (K2O) 16,50%, analitik. Pengukuran berat kering akar dan tajuk
nitrogen (N) 9,9%, fosfat (P2O5) 4,7%, sulfur (S) dilakukan pada akhir pengamatan dengan
6,6%, magnesium (Mg) 2,8%, seng (Zn) 0,01%, mengukur berat setelah dikeringkan dalam oven
dan tembaga (Cu) 0,01% (Septiani et al., 2017). pada suhu 60ºC hingga mencapai berat yang
konstan.

207
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

Pengukuran Kandungan Klorofil Daun N. Tabel 1. Rerata Berat Basah Akar N. oleracea L.
oleracea L. setelah perlakuan konsentrasi HgCl2
hingga hari ke-15
Daun segar dari N. oleracea L. ditimbang sebanyak Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat basah akar (g)
0,1 gram dimasukkan ke dalam mortar lalu digerus. 0 0,797a
Daun yang telah digerus kemudian dimaserasi 75 0,590ab
dengan pelarut aseton 80% sebanyak 10 mL, lalu 150 0,533ab
diaduk untuk melarutkan klorofil. Ekstrak 225 0,373b
kemudian disaring menggunakan kertas saring. Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
Filtrat yang didapatkan kemudian diencerkan diikuti oleh huruf kecil yang sama
sebanyak 5 kali dengan volume pelarut aseton 80% menunjukkan hasil yang tidak berbeda
sebanyak 50 mL. Filtrat yang telah diencerkan nyata pada uji Duncan taraf 5%
disiapkan dan dimasukkan ke dalam cuvet dan
dianalisis untuk mendapatkan nilai absorbansi Berat Basah Tajuk N. oleracea L.
menggunakan sprektofotometer UV-Vis pada Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
panjang 645 nm dan 663 nm (Anggarwulan & konsentrasi HgCl2 (F3.8 = 15,682, p = 0,001 Anova)
Solichatun, 2007). Kandungan klorofil dihitung berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk N.
menggunakan rumus yang diadopsi dari Hendry & oleracea L. (Tabel 2). Hasil uji lanjut Duncan me-
Grime (1993) sebagai berikut: nunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
Klorofil a mg/L berat daun = 12,7 x A663 – 2,69 x A645 HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2 75
ppm tidak berbeda nyata dengan perlakuan
Klorofil b mg/L berat daun = 22,9 x A645 – 4,68 x A663 konsentrasi HgCl2 lainnya. Berat basah tajuk
terendah ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi
Klorofil total mg/L berat daun = 8,02 x A663 – 20,2 x
A645 HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar 0,070 g.
Berat basah tajuk tertinggi diperoleh pada per-
Keterangan: lakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,940 g.
A645 = Absorbansi pada panjang gelombang 645 nm
A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 nm Tabel 2. Rerata berat basah tajuk N. oleracea L.
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2
Analisis Data hingga hari ke-15
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat basah tajuk (g)
Data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran 0 0,940b
berat basah dan berat kering. Pengukuran berat 75 0,127a
basah dan berat kering tersebut dianalisis secara 150 0,093a
statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) 225 0,070a
dengan SPSS 18. Jika terdapat perbedaan yang Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
nyata akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
Duncan pada taraf 5% (Hanafiah, 2004).
nyata pada uji Duncan taraf 5%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Kering Akar N. oleracea L.
Hasil
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
Berat Basah Akar N. oleracea L. konsentrasi HgCl2 (F3.11 = 10,429 p = 0,004 Anova)
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar N.
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor
oleracea L. (Tabel 3). Hasil uji lanjut Duncan
konsentrasi HgCl2 (F3.8 = 3,003, p = 0,003 Anova)
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
berpengaruh nyata terhadap berat basah akar N.
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
oleracea L. (Tabel 1). Hasil uji lanjut Duncan
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2. Berat
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
kering akar terendah ditunjukkan pada perlakuan
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan
konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2 75
0,087 g. Berat kering akar tertinggi diperoleh pada
ppm tidak berbeda nyata dengan perlakuan kon-
perlakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,303 g.
sentrasi HgCl2 150 ppm. Berat basah akar terendah
ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi HgCl2 225
ppm dengan rerata sebesar 0,373 g. Berat basah
akar tertinggi diperoleh pada perlakuan kontrol
dengan rerata sebesar 0,797 g.

208
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

Tabel 3. Rerata berat kering akar N. oleracea L. Kandungan pigmen klorofil dari daun N. oleracea
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2 hingga perlakuan HgCl2 mengalami penurunan pada
hari ke-15 kandungan klorofil a, klorofil b, dan juga klorofil
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat kering akar (g) total (Tabel 4). Kandungan klorofil a terendah
0 0,303b ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi HgCl2 225
75 0,183a ppm dengan rerata sebesar 0,54 mg/L. Kandungan
150 0,117a
klorofil a tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
225 0,087a
Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang
kontrol dengan rerata sebesar 7,88 mg/L.
diikuti oleh huruf kecil yang sama Kandungan klorofil b terendah ditunjukkan pada
menunjukkan hasil yang tidak berbeda perlakuan konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan
nyata pada uji Duncan taraf 5% rerata sebesar 0,24 mg/L. Kandungan klorofil b
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kontrol
Berat Kering Tajuk N. oleracea L. dengan rerata sebesar 3,59 mg/L. Kandungan
klorofil total terendah ditunjukkan pada perlakuan
Hasil Anova menunjukkan bahwa faktor konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar
konsentrasi HgCl2 (F3.11 = 10,429 p = 0,001 Anova) 0,79 mg/L. Kandungan klorofil total tertinggi
berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk N. ditunjukkan pada perlakuan kontrol dengan rerata
oleracea (Tabel 4). Hasil uji lanjut Duncan sebesar 11,47 mg/L.
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian
HgCl2 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan Morfologi N. oleracea L.
HgCl2 lainnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2. Berat
kering tajuk terendah ditunjukkan pada perlakuan Hasil pengamatan morfologi N. oleracea
konsentrasi HgCl2 225 ppm dengan rerata sebesar menunjukkan bahwa setelah perlakuan cekaman,
0,013 g. Berat kering tajuk tertinggi diperoleh pada daun pada perlakuan kontrol berwana hijau tua,
perlakuan kontrol dengan rerata sebesar 0,357 g. jumlah daun banyak berkisar 9-11 helai daun, dan
kondisi daun masih segar. Daun perlakuan HgCl2
Tabel 4. Rerata berat kering tajuk N. oleracea L, berwarna hijau kekuningan, kecuali daun
setelah perlakuan konsentrasi HgCl2 perlakuan 225 ppm yang berwarna kecoklatan,
hingga hari ke-15 dengan jumlah daun hanya 1 helai saja (Gambar 1).
Konsentrasi HgCl2 (ppm) Berat kering tajuk (g) Setelah perlakuan cekaman, kondisi batang pada
0 0,357b perlakuan kontrol bertekstur halus, segar dan
75 0,023a berwarna hijau. Sedangkan batang pada perlakuan
150 0,020a HgCl2 bertekstur kasar, agak kering, dan berwarna
225 0,013a kecoklatan. Tinggi batang perlakuan HgCl2 lebih
Keterangan: angka pada setiap baris dan kolom yang pendek (23-28 cm) dibandingkan tinggi batang
diikuti oleh huruf kecil yang sama
perlakuan kontrol (46 cm). Ukuran batang
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf 5% perlakuan HgCl2 lebih kecil dan kurus
dibandingkan batang kontrol (Gambar 2).
Kandungan Klorofil Daun N. oleracea L. pada
Cekaman Logam Merkuri Setelah perlakuan cekaman, akar perlakuan lebih
lunak dibandingkan dengan akar kontrol. Akar
Cekaman logam merkuri memengaruhi kandungan perlakuan berwarna kecoklatan, lebih panjang dari
pigmen klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun akar kontrol, namun tidak beraturan seperti
N. oleracea. Rerata kandungan pigmen klorofil a, menggulung. Sedangkan akar kontrol berwarna
klorofil b, dan klorofil total daun N. oleracea pada hitam pekat, lebih pendek dari akar perlakuan, dan
perlakuan cekaman merkuri setelah 5 hari kondisinya masih baik (Gambar 3).
perlakuan disajikan dalam Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Rerata kandungan klorofil daun N.


oleracea L.
Kandungan Klorofil Daun
Konsentrasi
Klorofil Klorofil Klorofil
HgCl2
A B Total
(ppm)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
0 7.88 3.59 11.47
75 1.43 0.55 1.88
150 1.23 0.48 1.71
225 0.54 0.24 0.79

209
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

A B C D

Gambar 1. Morfologi daun N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)

A B C D

Gambar 2. Morfologi batang N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)

A B C D

Gambar 3. Morfologi akar N. oleracea L. setelah perlakuan. Kontrol (A), 75 ppm (B), 150 ppm (C), 225
ppm (D)

210
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

Pembahasan coklatan dan akar yang menggulung seperti benang


kusut. Hal ini selaras dengan pernyataan Kinraide
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
(1997) yang menjelaskan bahwa tumbuhan yang
nyata antara pemberian konsentrasi logam merkuri
diberi perlakuan aluminium sulfat (Al2SO4) secara
terhadap berat basah akar, berat basah tajuk, berat
morfologi memperlihatkan bahwa kondisi akar
kering akar dan berat kering tajuk N. oleracea L.
tepat pada bagian ujung akar menggulung, ber-
Penurunan berat basah dan berat kering akar-tajuk
warna kecoklatan, dan terlihat seperti benang
terjadi seiring dengan naiknya konsentrasi HgCl2.
kusut. Selain itu, akar perlakuan lebih lunak di-
Hasil ini dipertegas dengan pernyataan Patra &
bandingkan akar kontrol. Tumbuhan yang menga-
Sharma (2000) yang menunjukkan bahwa logam
lami cekaman logam akan menyebabkan akar
merkuri berpengaruh dengan menghambat pertum-
menjadi lunak, dikarenakan akar tersebut tidak
buhan akar dan tajuk pada tanaman gandum
efisien menyerap hara dan air (Ryan et al., 1993).
(Tristicum aesticum), serta menurunkan rasio berat
keringnya. Perlakuan konsentrasi HgCl2 yang se-
Kemampuan akar untuk menyerap unsur hara akan
makin meningkat tidak menyebabkan kematian
terhambat oleh cekaman logam. Pemaparan logam
pada semua tumbuhan N. oleracea yang diuji. Hal
merkuri akan mengikat unsur-unsur esensial dalam
ini diduga, tingkat konsentrasi merkuri yang
lingkungan tumbuh. Ikatan antara logam merkuri
diberikan, masih berada di ambang batas toleransi
yang terlarut dengan unsur-unsur esensial
tumbuhan N. oleracea.
menyebabkan terjadinya ketidaktersediaan unsur
hara. Unsur hara yang tidak tersedia juga berkaitan
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi N.
dengan reaksi merkuri yang dapat menurunkan pH
oleracea pada perlakuan 75 ppm, terlihat jumlah
larutan jika berikatan dengan air. Sebelum
daun yang makin sedikit, dan ukuran daun yang
perlakuan cekaman, pH air media mendekati 7.
mengecil. Perbedaan morfologi tersebut terlihat
Setelah cekaman merkuri perlakuan 75 ppm, 150
jelas seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ppm, dan 225 ppm, rerata pH air menjadi 5. Hasil
merkuri yang diberikan. Kondisi ini sejalan dengan
pengukuran pH menunjukkan larutan media
pernyataan Mossor & Pietraszewska (2001), bahwa
bersifat asam. Menurut Yulis (2018), hasil dari
toksisitas logam berat berperan dalam menghambat
reaksi yang terjadi antara HgCl2 dan air akan
penyerapan unsur hara yang mengakibatkan tum-
menyebabkan pH menurun yang ditulis dengan
buhan mengalami penurunan aktivitas fotosintesis
rumus sebagai berikut:
sehingga daun akan mengalami nekrosis, klorosis,
penurunan jumlah daun dan ukuran daun yang
4HgCl2 + 2H2O 2Hg2Cl2 + 4HCl + O2
lebih kecil dibandingkan tumbuhan sehat. Hasil ini
juga sejalan dengan penelitian (Shofi &
Reaksi ini menyebabkan pembebasan oksigen yang
Surhayanto, 2014) yang melaporkan bahwa
bereaksi dengan asam klorida, membentuk asam
pemaparan logam merkuri pada tanaman kangkung
perklorat yang merupakan asam kuat. Pemben-
air (Ipomoea aquatica) berdampak pada me-
tukan asam perklorat itu yang menyebabkan pH
nurunnya jumlah daun.
larutan menjadi asam. Penurunan pH juga di-
pengaruhi oleh interaksi rizosferik yang melibat-
Perbedaan morfologi juga terlihat pada kondisi
kan sejumlah eksudat akar. Menurut Tan (2000),
tumbuhan yang tidak lebih segar daripada
akar tumbuhan mengeluarkan sejumlah eksudat
tumbuhan kontrol serta perubahan warna yang
yang bertugas melepaskan asam organik misalnya
menjadi hijau-kekuningan, terlihat pada daun
asam malat, sitrat, fumarat, fenolat yang menye-
perlakuan 75 ppm. Perbedaan morfologi tersebut
babkan pH sekitar perakaran menurun. Akibatnya,
semakin terlihat jelas dengan semakin me-
banyak senyawa dan ion logam berat terlarut dan
ningkatnya konsentrasi logam merkuri yang
terserap oleh akar tanaman. Logam berat yang
diberikan. Hasil yang sama juga terjadi pada
terserap oleh tumbuhan akan menembus membran
penelitian yang menggunakan alumunium sebagai
sel akar, kemudian ditranspor ke sitosol. Logam
logam perlakuan pada tumbuhan N. oleracea
yang berada di sitosol memicu sel untuk men-
(Septiani et al., 2017).
sintesis asam sitrat dan asam oksalat yang ber-
tujuan untuk mengkhelat logam tersebut, agar bisa
Respon pertumbuhan N. oleracea terlihat juga pada
diakumulasikan di vakuola pada sel epidermis dan
morfologi batang perlakuan yang berbeda dengan
sel korteks. Logam yang terakumulasi di vakuola
batang kontrol. Kondisi batang N. oleracea per-
akan mengalami proses penetralan sifat toksik yang
lakuan cekaman menunjukkan semakin pendek dan
berguna mengurangi efek toksiksitas logam
semakin kurus dibandingkan kondisi batang kon-
terhadap pertumbuhan sel dan jaringan (Saefuddin,
trol. Gangguan merkuri juga berpengaruh terhadap
2003).
morfologi akar N. oleracea yang berwarna ke-

211
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

Gejala yang ditimbulkan oleh N. oleracea dehydratase dan enzim PBG deaminase yang
dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi logam menyebabkan penurunan kandungan klorofil
merkuri. Meskipun demikian, pada konsentrasi sebesar 43% pada konsentrasi 50 ppm. Unsur
tertinggi yaitu 225 ppm, N. oleracea mampu merkuri juga berpengaruh terhadap penurunan
beradaptasi dan bertahan hidup dalam durasi kadar klorofil berdasarkan kemampuan
sampai 15 hari. Hal ini dikarenakan N. oleracea interaksinya terhadap unsur intrinsik pada daun.
memiliki mekanisme detoksifikasi logam merkuri Unsur merkuri dapat menggantikan unsur
secara internal yang menyebabkan efek toksisitas magnesium (Mg) dari struktur klorofil sehingga
logam menurun, sehingga kondisi tersebut masih menyebabkan penurunan kandungan klorofil
bisa ditoleransi. Reichmann (2002) menyatakan (Patra & Sharma, 2000). Kehilangan magnesium
bahwa pada umumnya, tumbuhan yang mengalami pada atom pusat menyebabkan terjadi degradasi
kondisi tercemar logam berat akan melakukan kandungan klorofil yang menyebabkan mudahnya
proses pencegahan masuknya logam ke dalam daun mengalami klorosis dan terbentuknya
xilem secara berlebihan. Cara utama mencegah senyawa turunan klorofil a yaitu pheophytin-α
masuknya logam berlebihan oleh tumbuhan (Alscher et al., 1997). Senyawa pheophytin-α
dengan cara mengsekresikan ion fosfat. Fosfat adalah senyawa turunan klorofil a yang terbentuk
akan mengikat kandungan logam yang berada di karena hilangnya logam magnesium dalam
sekitar perakaran. Mekanisme ini dilakukan untuk klorofil. Pembentukan feofitin juga dipengaruhi
melindungi tumbuhan dari pengaruh buruk yang oleh asam lemah. Feofitin menyebabkan perubahan
diakibatkan konsentrasi logam yang terlalu tinggi. warna dari hijau tua menjadi keabu-abuan.

Pemberian cekaman logam merkuri berpengaruh DAFTAR PUSTAKA


terhadap perubahan kandungan pigmen klorofil.
Berdasarkan hasil analisis uji kandungan pigmen Abdul Wahab, AS, Syed Ismail, SN, Praveena, SM &
klorofil N. oleracea, setiap kandungan pigmen Awang, S, 2015, ‘Heavy Metals Uptake of Water
klorofil mengalami penurunan. Penurunan Mimosa (Neptunia oleracea) and Its Safety for
kandungan klorofil a dan b berpengaruh terhadap Human Consumption’, Iranian Journal Public
kandungan klorofil total. Semakin turun Health, Vol. 43, pp. 103-111
kandungan klorofil a atau klorofil b menyebabkan
Alscher, RG, Donahue, JL & Cramer, C, 1997,
semakin turun kan dungan klorofil total. Penelitian
‘Reactive Oxygen Species and Antioxidants
Skugoreva & Golovko (2007) menunjukkan logam Relationships in Gren Cells’, Physiol Plant,
merkuri pada konsentrasi 36 ppm dan 90 ppm Vol. 100, pp. 224-233
berpengaruh terhadap penurunan kadar klorofil a
dan b sebesar 15%, beserta kadar klorofil total juga Anania, A, Mukarlina, & Linda, R, 2017, ‘Pertumbuhan
mengalami penurunan mulai dari 15-50%. dan Kandungan Pigmen Tanaman Keladi
(Caladium bicolor Aiton Vent) pada Tanah yang
Penurunan kandungan pigmen klorofil akan Merkuri (HgCl2)’, Jurnal Protobiont, Vol. 6, No.
berpengaruh terhadap laju fotosintesis. Unsur 3, hal. 215-221
HgCl2 di dalam media akan berinteraksi dengan air
Anggarwulan, E & Solichatun, 2007, ‘Kajian Klorofil
dan berpotensi memicu terbentuknya senyawa
dan Karotenoid Plantago major L. dan
merkuri (I) klorida (Hg2Cl2). Unsur merkuri ter- Phaseolus vulgaris L. sebagai Bioindikator
sebut meyebabkan penghambatan biosintesis en- Kualitas Udara’, Jurnal Biodiversitas, Vol. 8,
zim pembentukan klorofil, terutama amino- No. 4, hal. 279-282
levulinic acid (ALA) dehydratase dan proto-
chlorophyllide reductase (Mysliwa & Kurdziel, Gross, J, 1991, Pigments in Vegetable’s Chlorophylls
2004). Enzim ALA dehydratase berperan sebagai and Carotenoids, Springer-Science Bussiness
katalis pembentukan porphobilinogen (PBG) dari Media, United Kingdom
dua molekul aminolevulinic acid (ALA). Enzim
porphobilinogen (PBG) deaminase berperan dalam Hanafiah, KA, 2004, Rancangan Percobaan: Teori dan
Aplikasi, Raja Grafindo, Jakarta
pembentukan uroporphyrinogen (URO) III pada
proses sintesis klorofil (Gross, 1991) Hendry, GAF & Grime, JP, 1993, Methods in
Comparative Plant Ecology a Laboratory
Keberadaan merkuri dalam tumbuhan juga Manual, Springer-Science Business Media,
menganggu aktivitas sintesis klorofil yang United Kingdom
menyebabkan terjadinya klorosis. Penelitian
Prasad & Prasad (1990) menunjukkan bahwa
merkuri dapat menghambat aktivitas enzim ALA

212
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 206-213

Hidayati, N, 2013, Mekanisme Fisiologis Tumbuhan Septiani, MN, Mukarlina & Wardoyo, ERP, 2017,
Hiperakumulator Logam Berat, Pusat Penelitian Pertumbuhan dan Karakter Anatomi Mimosa Air
Biologi LIPI, Bogor (Neptunia oleracea Lour.) pada Air yang
Terpapar Logam Aluminium (Al)’, Jurnal
Kinraide, TB, 1997, ‘Reconsidering The Rhizotoxicity Protobiont, Vol. 6, No. 3, hal. 75-82
of Hydroxyl, Sulphate, and Fluoride Complexes
of Alumunium’, J Exp. Botany, Vol. 48. No. 310, Shofi, M & Suharyanto, 2014, ‘Respon Fisiologis
pp. 1115-1124 Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica
Forssk.) pada Cekaman Logam Merkuri’,
Lestarisa, T, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan Proceeding Education Biology Conference, Vol
dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada 11, No. 1, hal. 81-86
Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) di
Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Skugoreva, J & Golovko, D, 2007. ‘Mercury
Kalimantan Tengah, Tesis, Universitas Translocation of Spine Spinach Leaves
Diponegoro, Semarang (Amaranthus spinosus) from Contaminated Bare
Soil’, Biotropical, Vol. 2, No. 5, pp. 249-353
Mirdat, S, Patada’ungan, YS & Isrun B, 2013, ‘Status
Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah pada Tan, KH, 2000, Environmental Soil Science, Marcel
Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Dekker Inc, New York
Kelurahan Poboya, Kota Palu’, Jurnal
Agroteknis, Vol. 3. No. 4, hal. 127-133 Widowati, W, Sastiono, A & Rumampuk, RJ, 2008,
Efek Toksik Logam, Andi, Yogyakarta
Mossor, T & Pietraszewska, 2001, ‘Effect of Alu-
minium on Plant Growth and Metabolism’, Acta Yulis, PAR, 2018, ‘Analisis Kadar Logam Merkuri
Biochimica Polonica, Vol. 48, No. 6, pp. 673- (Hg) dan pH Air Sungai Kuantan Terdampak
686 Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)’, Orbital:
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, hal. 28-
Mysliwa, B & Kurdziel, SK, 2004, ‘Influence of Cd (II), 36
Cr (IV) and Fe (III) on Early Steps of
Deetiolation Process in Wheat Fluorescence
Spectral Changes of Protochlorophyllide and
Newly Formed Chlorophyllide’, Agriculture,
Ecosystems & Environment, Vol. 106, No. 2, pp.
199-207

Patra, M & Sharma, A, 2000, ‘Mercury Toxicity in


Plant’, The Botanical Review, Vol. 66, Hal. 123-
126

Prasad, DDK & Prasad, BK, 1990, ‘Porphyrin


Metabolism in Lead and Mercury Treated Bajra
(Pennisetum thypoideum) seedlings’, Biosci,
Vol. 15, No. 4, pp. 271-292

Reichmann, SM, 2002, The Responses of Plants to


Metal Toxicity’, A Review Focussing on Copper,
Manganese, Zinc, The Australian Minerals
Energy Environment Foundation Publisher,
Melbourne

Ryan, PR, Ditomaso, JM & Kochian, LV, 1993,


’Alumunium Toxicity in Roots: An Investigation
of Spatial Sensitivity and the role of Root Cap’,
Journal of Experimental Botany, Vol. 44, No.
259, pp. 437-466

Saefuddin, J, 2003, ‘Mercury and Cyanide


Contamination in Aquatic Environments Around
Two Gold Mines Areas and Possible Solution of
Using Green Technology of Phytoremediation’,
Journal of International JSPS, Vol. 7, No. 1, pp.
4-6

213

Anda mungkin juga menyukai