Anda di halaman 1dari 10

SALINITAS DAN PENYERAPAN KATION ANION PADA

PERTUMBUHAN KACANG HIJAU ( Vigna radiata L)


Lasri Susanti
Program studi pendidikan biologi
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas riau 28293
Emai: Lasrisusanti2@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
salinitas NaCL terhadap penyerapan air dan pertumbuhan tanaman kacang hijau,
serta mengetahui selektivitas pemyerapan kation dan anion pada tanaman kacang
hijau. Kegiatan praktikum ini dilakukan pada Kamis, 31 Maret 2016 di
Laboratorium Biologi FKIP universitas riau. Metode yang digunakan adalah
metode pengamatan. Dari pengamatan pengaruh salinitas terhadap penyerapan air
didapatkan hasil NaCl dengan masing-masing konsentrasi terjadi pengurangan
volume pada larutan NaCl. Pengurangan volume larutan NaCl terjadi secara
seimbang. Pada konsentrasi 0,20 M terjadi pengurangan volume lebih banyak
dibandingkan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya lebih rendah. pada
pengmatan fisiologisnya tanaman kacang hijau pada konsentrasi 0,20M mulai
layu pada hari ke 3 lalu diikuti tanaman pada konsentrasi 0,10M pada hari ke 4..
Sedangkan untuk pengamatan selektivitas penyerapan kation dan anion pada
tanaman kacang hijau , tanaman yang diamati segar semua hingga hari ke enam
hanya 1dari 3 tanaman pada larutan NaNO3 mati.
Kata Kunci : Salinitas, Selektivitas, Kation, Anion, Konsentrasi
PENDAHULUAN
Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk
melakukan fotosintesis. Namun, untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga
memerlukan bahan mentah dalam bentuk bahan-bahan anorganik seperti

karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam
tanah. Suatu unsur kimia tertentu dianggap sebagai suatu nutrien esensial jika
nutrien tersebut diperlukan agar suatu tumbuhan dapat tumbuh dari suatu biji dan
menyelesaikan siklus kehidupannya. Unsur yang diperlukan oelh tumbuhan dalam
jumlah yang relatif besar disebut makronutrien. Terdapat sembilan makronutrien,
yang meliputi enam unsur penyususn utama senyawa organik : karbon, oksigen,
hidrogen, sulfur dan fosfor. Tiga makronutrien lainnya adalah kalium, kalsium dan
magnesium. Unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit
disebut mikronutrien. Kedelapan mikronutrien tersebut adalah besi, klorida,
tembaga, mangan, seng, molibdenum, boron, dan nikel (Campbell, dkk. 2002).
Garam dapur (NaCl) merupa-kan senyawa yang mengandung unsur
natrium yang merupakan unsur hara mikro esensial bagi tumbuhan. Peran utama
natrium dalam tanaman adalah untuk menggantikan sebagian kalium yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum (Brownell, 1979 dalam Iswadi, 2004).
Klor diserap oleh ta-naman dalam bentuk ion CL-, merupa-kan unsur hara mikro
yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Fungsi klor berkaitan langsung dengan
pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman (Novizan, 2002).
Pada kondisi garam tinggi, tumbuhan akan menghadapi dua masalah yaitu
memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif dan me-ngatasi
konsentrasi ion tinggi natrium, carbonat dan klorida yang kemung-kinan beracun
(Salisbury dan Ross, 1995). Salah satu metode adaptasi tanaman terhadap salinitas
adalah melalui pengaturan osmotik dengan cara mensintesis senyawa-senyawa
asam amino prolin, asam amino lain, galak-tosilgliserol, dan asam organik.
Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan di-mana
garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis diantaranya garam khlorida, sulfat dan
bikarbinat dari natrium, kalsium dan magnesium, masing-masing akan
memberikan berbagai tingkat salinitas. Salinitas dengan taraf sedang pada saat
perkembangan buah dapat merubah bagian dari fotosintesis dan meningkatkan
total padatan terlarut pada buah melon dan tomat (Shannon, 1999). Salinitas
menyebabkan bawang merah dapat berbunga lebih awal, se-dangkan salinitas

menunda waktu ber-bunga pada tanaman tomat (Pasternak et al., 1979 In


Shannon, 1999).
NaCl merupakan garam utama yang terkandung dalam tanah salin. Pada
lahan semacam ini kadar NaCl berkisar antara 2-6 %. NaCl jika dilarutkan dalam
air akan berdisosiasi menjadi ion-ion penyusunnya yaitu Na+ dan Cl-. Natrium
merupakan unsure alkali yang sangat reaktif sehingga tidak dijumpai sebagai
unsure bebas di alam. Atom monovalen ini memiliki energi ionisasi kecil sehingga
sangat mudah untuk membentuk senyawa dengan unsure-unsur yang memiliki
daya elektro negative besar, misalnya dengan unsure-unsur halogen (Tan, 1991
dan Harborne,1982). Klorin juga sangat reaktif dan tidak dijumpai sebagai unsure
bebas di alam. Unsur golongan halogen ini memiliki daya kelektronegatifan besar
sehingga sangat mudah bereaksi dengan logam alkali. Itulah sebabnya mengapa
kedua unsure ini biasanya ditemui sebagai senyawa NaCl (Suharto dkk, 1997).
Rains (Bonner dan Varner, 1976) menyatakan bahwa Cl- mempunyai
fungsi utama dalam reaksi fotosintesis. Ion klor ini bertugas sebagai pemicu
oksidasi pada fotosistem II. Cl- bersama K+ juga dianggap bertanggung jawab
pada aktivitas pembukaan stomata saat kondisi ada cahaya. K+ dan Cl- bergeak
menuju sel-sel penjaga dalam waktu yang relative cepat setelah adanya cahaya,
sehingga air segera masuk ke dalam sel akibat perbedaan potensial osmotic.
Disamping itu Cl- juga penting bagi akar dan pada pembelahan sel daun.
Pertumbuhan tanaman secara umum diartikan sebagai terjadinya
peningkatan bobot kering tubuh tanaman. Pada proses pertumbuhan melibatkan
berbagai aktivitas kehidupan dan indicator yang dapat diukur antara lain meliputi
fotosintesis, respirasi, transpirasi, bobot basah, bobot kering, tinggi, hasil
metabolisme yang lain.
Boudsocq dan Lauriere (2005) menyatakan bahwa tumbuhan akan
terdehidrasi akibat tingginya salinitas tanah dan kekeringan. Kondisi ini
menyebabkan tumbuhan mengalami tekanan hiperosmotik yang ditandai dengan
berkurangnya tekanan turgor dan hilangnya air dari jaringan. Berlimpahnya Na+
dan Cl- dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ion sehingga aktivitas
metabolisme tumbuhan terganggu. Anthraper dan DuBois (2003) menyatakan

bahwa Na+ yang berlebihan dapat memperbesar tingkat kebocoran membrane.


Harborne (1982) menyatakan juga bahwa efektivitas Na+ dalam tanah dapat
menghambat penyerapan K+.
El-Sheekh (2004) juga menyatakan bahwa cekaman salinitas dapat
menyebabkan menurunnya efisiensi transfer electron sehingga akan mengganggu
kinerja fotosistem II. Salinitas dan luas daun biasanya merupadan hubungan yang
terbalik. Dengan meningkatnya salinitas, kehilangan air per tanaman melalui
transpirasi juga berkurang. Tidak hanya luas daun, juga fiksasi CO2 neto per unit
luas daun juga dapat berkurang, sedangkan respirasi meningkat. Laju yang rendah
dari fiksasi CO2 neto selama periode cahaya mungkin disebabkan oleh deficit air
dan penutupan stomata secara parsial, kehilangan turgor dari sel mesofil, yaitu
karena akumulasi garam pada apoplas atau secara langsung karena toksisitas ion.
Salinitas juga dapat meningkatkan respirasi sel akar, yang memerlukan
karbohidrat banyak untuk mempertahankan respirasi dalam kondisi salin.
BAHAN DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 05 November 2014. Di
laboratorium Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Riau. Alat yang digunakan
dalam Praktikum ini adalah Botol M-150 (9 buah), kertas karton manila, karet
gelang, pisau silet, Cawan Petri. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Stek
tanaman kacang hijau yang masih muda (umur 5 hari), akuades, larutan NaCl
dengan konsentrasi 0,01 M., 0,05 M, 0,10 M, 0,20 M masing-masing 100 cc,
larutan NaNO3, K2SO4, (NH4)2SO4, kertas label dan indicator pH.
Adapun langkah kerja dalam praktikum tentang pengaruh salinitas
terhadap penyerapan air yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 0,00 M, 0,01M,
0,05M, 0,10M dan 0,20M disiapkan masing-masing 100 cc. Lalu masing-masing
larutan dimasukkan kedalam botol M-150 dan diberi label. Selanjutnya tiga stek
tanaman kacang hijau yang memiliki tinggi dan jumlah daun yang sama dipotong
akarnya tepat dileher akar. Dan mulut botol M-150 ditutup dengan potongan
kertas (diusahakan agar batang tanaman dapat berdiri tegak). Setelah itu dilakukan
pengamatan setiap 24 jam selama 6 hari dan semua perubahan-perubahan yang

terjadi pada tanaman dicatat. Dan pada hari terakhir pengamatan, volume larutan
yang ada pada masing-masing botol M-150 diukur dan dicatat.
Sedangkan langkah kerja pada praktikum selektivitas penyerapan kation
dan anion pada tanaman kacang hijau yaitu larutan yang telah disiapkan
dimasukkan kedalam botol M-150 masing-masing 15 ml. lalu akar tanaman
dipotong didalam air dan diusahakan agar batang dalam keadaan bersih.
Selanjutnya tanaman ini ditanam dalam erlenmeyer yang berisi larutan,
diusahakan dalam keadaan tegak dengan bantuan kapas/karton. Dan dilakukan
pengamatan setiap hari untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Pada
pengamatan terakhir dilakukan pengecekan pH larutan pada masing-masing botol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh salinitas terhadap penyerapan air
Tabel Pengamatan
a. Tabel pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan
tanaman kacang hijau selama 6 hari
Konsentrasi
NaCl (M)
0,00
0,01
0,05
0,10
0,20

Hari 1
0
0
0
0
0

Volume Air Yang Hilang (ml)


Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
2,225
4,675
7,125
9,575
4,675
7,125
9,575
10,8
5,9
8,35
10,8
12,025
7,125
9,575
12,025 12,225
9,575
10,8
13,25
13,25

Hari 6
12,025
14,475
16,925
12,025
13,25

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama enam hari diperoleh
hasil yang dituliskan pada table, NaCl dengan masing-masing konsentrasi 0,00 M,
0,01 M, 0,05 M, 0,10 M, dan 0,20 M, terjadi pengurangan volume pada larutan
NaCl. Pengurangan volume larutan NaCl terjadi secara seimbang. Pada
konsentrasi 0,20 M terjadi pengurangan volume lebih banyak dibandingkan
dengan larutan NaCl yang konsentrasinya lebih rendah, yaitu 0,00 M, 0,01 M,
0,05 M dan0,10 M. Berkurangnya volume larutan NaCl ini disebabkan
oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel, dan
dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai bahan dalam fotosintesis, melarutkan zat-zat

yang dibutuhkan tumbuhan serta untuk mempertahankan turgiditas sel tumbuhan.


Karena banyak aktivitas tumbuhan yang ditentukan oleh air dan bahan yang larut
dalam air. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan NaCl maka volume air akan
semakin berkurang sehingga tekanan osmotiknya akan besar, potensial osmotik
rendah dan potensial airnya juga akan rendah.
b. Pengaruh salinitas NaCl terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau
selama 6 hari
Konsentrasi NaCl (M)
Har
i
ke

0,00

0,01

0,05

0,10

0,20

TT

P
D

L
D

J
A

TT

P
D

L
D

J
A

TT

P
D

L
D

J
A

TT

P
D

L
D

J
A

TT

P
D

L
D

J
A

12,
5

3,5

1,3

16

3,5

1,5

13,
5

3,5

1,7

16

3,8

1,5

14

3,5

1,4

15,
5

3,8

1,5

17,
5

3,8

1,7

15,
8

3,9

1,8

17,
8

1,7

14,
2

3,7

1,5

15,
2

1,6

18

4,1

1,8

10

16

1,8

17,
9

3,8

1,9

14,
6

2,5

1,1

16,
9

4,1

1,7

14

20

4,2

2,1

16

18

4,4

2,3

15

4,1

1,9

15,
1

3,8

1,6

17,
3

4,2

1,8

32

20,
5

4,5

2,3

40

18,
8

4,7

2,6

27

15,
1

4,1

1,9

15,
2

3,8

1,6

17,
3

4,4

1,8

36

20,
8

4,1

2,4

54

19,
0

4,8

2,7

38

15,
1

4,1

1,9

15,
2

3,8

1,6

Keterangan: TT : Tinggi Tanaman (cm)


PD: Panjang Daun (cm)
LD: Lebar Daun(cm)
JA: Jumlah Akar
Dari pengmatan yang telah dilakukan di peroleh hasil bahwa
perbedaan konsentrasi NaCl yang diberikan pada tanaman menghasilkan respon
yang berbeda pula pada tanaman. Tanaman yang diberikan NaCl dengan
konsentrasi 0,00 M, 0,01 M, 0,05 M, pada hari pertama sampai hari ke enam
menunjukkan pekembangan yang baik terutama dalam panjang batang, panjang
daun dan jumlah akar serta kondisi tanaman yang tetap subur. Hal ini sangat
berbeda dengan tanaman yang diberikan NaCl dengan konsentrasi 0,10 M dan
0,20 M. Tanaman-tanaman tersebut sebagian besar layudan mati (NaCl 0,20M
pada hari ke 3, NaCl 0,10 pada hari ke 4). Hal ini sangat erat kaitannya dengan

potensial osmotik dan stress garam yang terjadi pada tumbuhan akibat
peningkatan konsentrasi NaCl yang bersifat garam.
Tanaman yang diberi NaCl memiliki potensial osmotik yang kecil (nilai
negatifnya besar) dibandingkan dengan air. Semakin besar konsentrasi garam hara
yang diberikan maka semakin besar pula nilai negatif dari potensial osmotik. Nilai
negatif yang besar dari potensial osmotik menyebabkan energi bebas air akan
menurun sehingga penyerapan air juga akan berkurang. Akhirnya pertumbuhan
tanaman akan terganggu.
Pada percobaan diperoleh data yang sesuai dengan konsep di atas.
Tanaman yang diberi larutan NaCl 0,20 M (memiliki salinitas tinggi) menyerap
air lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain yang diberi NaCl
dengan konsentrasi yang lebih rendah .
B. Selektivitas penyerapan kation dan anion pada tanaman kacang hijau
Hari ke:

Keadaan Tanaman pada Larutan

NaNO3
Batang dan daun

K2SO4
Batang dan daun

(NH4)2SO4
Batang dan daun segar

segar
Batang dan daun

segar
Batang dan daun

Batang dan daun segar ,

segar , tinggi

segar , tinggi

tinggi tanaman serta lebar

tanaman serta

tanaman serta lebar

dan daun bertambah

lebar dan ujung

dan daun bertambah

daun menghitam
Batang dan daun

Batang dan daun

Batang dan daun segar ,

segar , tinggi

segar , tinggi

tinggi tanaman serta lebar

tanaman serta

tanaman serta lebar

dan daun bertambah

lebar dan ujung

dan daun bertambah

daun menghitam
Batang dan daun

Batang dan daun

Batang dan daun segar ,

segar , tinggi

segar , tinggi

tinggi tanaman serta lebar

tanaman serta

tanaman serta lebar

dan daun bertambah

lebar dan ujung

dan daun

daun menghitam

bertambah,salah

satu tanaman mati

Batang dan daun

Batang dan daun

Batang dan daun segar ,

segar , tinggi

segar , tinggi

tinggi tanaman serta lebar

tanaman serta

tanaman serta lebar

dan daun bertambah

lebar dan ujung

dan daun

daun menghitam

bertambah,salah

Batang dan daun

satu tanaman mati


Batang dan daun

Batang dan daun segar ,

segar , tinggi

segar , tinggi

tinggi tanaman serta lebar

tanaman serta

tanaman serta lebar

dan daun bertambah

lebar dan ujung

dan daun

daun menghitam.

bertambah,salah

pH awal

pH akhir

satu tanaman mati


7
7

7
5

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan semua tumbuhan pada
ketiga larutan (NaNO3, K2SO4, hidup semua, selama enam hari pengamatan
hanya salah satu dari 3 tanaman yang mati pada larutan Na(NO) 3. Semakin lama
tanaman kacang hijau direndam dalam larutan tersebut maka tanaman tersebut
akan layu dan kemudian mati. Tanaman yang direndam pada larutan yang asam
akan cenderung layu dan akhirnya mati. Tanaman yang tumbuh pada pH asam
lebih banyak menyerap kation daripada anion. Berdasarkan teori yang ada bila pH
larutan lebih rendah dari 7.0 maka akan secara fisik akan merusak sistem
perakaran, terutama sel akar muda yang baru akan tumbuh sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat. Tumbuhan yang tumbuh pada pH asam lebih banyak
menyerap kation dari anion.
Berdasarkan hasil pengmatan yang diamati tidak sesuai dengan teori yang ada,
karena seharusnya jika pHnya asam seharusnya mati, tetapi sebaliknya tumbuhan
segar dan akarnya banyak. Tumbuhan pada larutan K2SO4 yang memiliki pH
netral tumbuh subur sesuai dengan teori yang ada.
KESIMPULAN

Karena banyak aktivitas tumbuhan yang ditentukan oleh air dan bahan yang larut
dalam air. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan NaCl maka volume air akan
semakin berkurang sehingga tekanan osmotiknya akan besar, potensial osmotik
rendah dan potensial airnya juga akan rendahTanaman yang diberi NaCl memiliki
potensial osmotik yang kecil (nilai negatifnya besar) dibandingkan dengan air.
Semakin besar konsentrasi garam hara yang diberikan maka semakin besar pula
nilai negatif dari potensial osmotik. Nilai negatif yang besar dari potensial
osmotik menyebabkan energi bebas air akan menurun sehingga penyerapan air
juga akan berkurang. Akhirnya pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Tanaman yang tumbuh pada daerah asam, lebih banyak menyerap kation dari pada
anion dan tanaman yang tumbuh pada daerah basa lebih cenderung untuk
menyerap anion. Selektivitas tanaman kacang hijau terhadap anion dan kation
sangat tinggi sehingga tanaman konsentrasi tinggi mengakibatkan tumbuhan tak
dapat bertahan hidup. Bila pH lebih rendah dari 7 maka secara fisik akan merusak
sistem perakaran, terutama sel akar muda yangbaruakan tumbuh sehingga
pertumbuhan terhambat
DAFTAR PUSTAKA
A Luchli And S.R. Grattan, Plant Growth And Development Under Salinity
Stress, Department Of Land, Air And Water Resources, University Of
California, One Shields Ave.Davis, Ca 95616, USA
Andr Dias de Azevedo Neto et. all,2004, Effects of salt stress on plant growth,
stomatal response and solute accumulation of different maize genotypes,
1Departamento de Biologia, Universidade Federal Rural de Pernambuco,
CEP 52171-900, Recife, PE, Brasil; 2Departamento de Bioqumica e
Biologia Molecular, Universidade Federal do Cear, CP 6039, CEP
60455-900, Fortaleza, CE, Brasil
Anthraper, A and DuBois, J. D. 2003. The Effect of NaCl on Growth, N2 Fixation,
and Percentage Total Nitrogen in Leucaena leucacephala var K-8.
American J.of Botany, Vol. 90:683-692

Bermawie, N., M. Januwati and Sudiarto, 2002. Conservation and cultivation of


herbal and medicinal plants. A coun-try report on workshop on the
conser-vation of herbal and medicinal plants. 12-13 Desember 2002,
Bogor. Indonesia. 8 p.
Bombardelli, E., 1991. Technologies for processing of medicinal plants. In The
Medicinal Plant Industry. CRC Press. Florida, USA. pp. 85-98.
Bonner, J. and Varner, J. E. 1976. Plant Biochemistry. Academic Press. New York.
Boudsocq, M and Lauriere, C. 2005. Osmotic Signaling in Plants: Multiple
Patways Mediated by Emerging Kinase Families. Plant Physiology. Vol.
38: 11185-1194
Campbell, NA., Reece, JB., Mitchell, LG., 2002. Biologi jilid II edisi ke lima.
Erlanga. Jakarta.
Shannon, M.C., 1999. Salinity and Hor-ticulture. An International Journal. The
International Society for Horti-cultural Science. Vol. 78, No. 1-4.
Soepardi, G., 1983. Sifat dan ciri tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. hal. 24-36.
Suharto, dkk. 1997. Kimia Dasar II. Jurdik Kimia FPMIPA IKIP Yogyakarta
Vanhaelen, M., J. Lejoly, M. Hanocq and L. Molle, 1991. Climate and
geographical aspects of medicinal plant constituents. In The Medicinal
Plant Industry. CRC Press. Florida, USA. pp. 59-76.
Vijesekera, R.O.B., 1991. Plant derived medicines and their role in global health.
In the Medicinal Plant Indus-try. CRC Press, Florida, USA. pp. 1-18.

Anda mungkin juga menyukai