Syaiful Eddy
ABSTRACT
Syaiful Eddy
ABSTRAK
uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk menentukan perlakuan terbaik. Dari hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa tanaman eceng gondok mampu mengakumulasikan Pb
pada jaringan akar dan daun. Akumulasi tertinggi dicapai untuk perlakuan 3000 ppm
Pb pada media tanam, masing-masing akumulasi pada akar dan daun yaitu sebesar
3.453,34 dan 2.185,70 µg/g DW selama 10 hari. Tanaman eceng gondok mampu
menurunkan kadar Pb pada media tanam rata-rata mencapai 80% selama 10 hari
untuk seluruh perlakuan melalui mekanisme rizofiltrasi dan fitoekstraksi. Tanaman
eceng gondok dapat berperan sebagai agens fitoremediasi air tercemar Pb, namun
kurang toleran terhadap konsentrasi Pb yang terlalu tinggi.
PENDAHULUAN
Timbal (Pb) yang juga sering disebut timah hitam (lead) merupakan salah satu
logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya.
Kegiatan industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb misalnya industri
baterai, bahan bakar, kabel, pipa serta industri kimia. Selain itu juga sumber Pb dapat
berasal dari sisa pembakaran pada kendaraan bermotor dan proses penambangan.
Semua sisa buangan yang mengandung Pb dapat masuk ke dalam lingkungan
perairan dan menimbulkan pencemaran (Herman, 2006).
Pb di dalam tubuh manusia dapat masuk secara langsung melalui air minum,
makanan atau udara. Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti gangguan
neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem syaraf
pusat. Selain itu pula Pb di dalam badan perairan dapat meracuni dan mematikan
organisme yang ada di dalam perairan tersebut, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem (Santi, 2001).
Menurut Mangkoedihardjo (2005), bahwa fitoremediasi (phytoremediation)
merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu, secara sendiri atau bekerjasama
dengan mikroorganisme dalam media tanam, dapat mengubah zat kontaminan
menjadi kurang atau tidak berbahaya. Tanaman yang digunakan dalam fitoremediasi
adalah tanaman hiperakumulator yang mampu mentranslokasikan unsur pencemar
seperti Pb, dengan konsentrasi sangat tinggi ke jaringan dan tanpa membuat tanaman
tumbuh dengan tidak normal (kerdil dan mengalami fitotoksisitas).
3
dengan konsentrasi 100 ppm. Pengukuran pH media tanam dilakukan setiap hari,
dengan kisaran 6-7. Aklimatisasi bertujuan untuk penyesuaian diri tanaman eceng
gondok dalam lingkungan laboratorium.
Setelah masa aklimatisasi berakhir, sampel tanaman eceng gondok yang akan
diuji dipilih yang benar-benar sehat (tidak terdapat cacat) dan memiliki kisaran berat
antara 90-100 g. Disiapkan media tanam untuk pengujian di dalam baskom plastik
yang telah ditambahkan Pb(NO3)2 dengan konsentrasi 0, 10, 100, 1000, 2000 dan
3000 ppm masing-masing dengan notasi K0, K1, K2, K3, K4 dan K5, serta masing-
masing ditambahkan pupuk majemuk sebanyak 25 ppm. Tanaman yang telah dipilih
dimasukkan ke dalam media tanam masing-masing satu tanaman dalam satu baskom.
Tanaman dipelihara selama 10 hari dan diamati setiap hari untuk melihat perubahan
morfologi yang mungkin terjadi. Pengukuran pH media tanam dilakukan setiap hari,
dengan kisaran 6-7.
Setelah masa pengujian sampel berakhir, dilakukan pengukuran berat kering
sampel dengan menggunakan timbangan digital dan dilanjutkan dengan pengukuran
kadar Pb pada akar, daun dan media tanam dengan alat Spektrofotometer Serapan
Atom (AAS) Shimadzu tipe AA-6200 mengikuti prosedur SNI 06-6989.8-2004
untuk air dan SNI 06-6992.3-2004 untuk padatan (akar dan daun).
Data kuantitatif diperoleh melalui pengukuran berat kering sampel akar dan
daun, serta kadar Pb pada daun, akar dan media tanam. Data kualitatif diperoleh
melalui pengamatan morfologi tanaman selama pengujian. Berat kering sampel
tanaman eceng gondok diperoleh dengan cara mengeringkan sampel dalam oven
pada suhu 700C sampai diperoleh berat yang konstan. Kandungan Pb pada akar, daun
dan media tanam diukur dengan alat AAS. Pengamatan morfologi tanaman dilakukan
dengan mengamati dan mencatat perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
daun maupun akar tanaman sebagai respons terhadap kandungan Pb dalam media
tumbuh.
Data yang diperoleh berupa kandungan Pb di akar, daun dan media tanam serta
berat kering dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F) menggunakan program
Minitab versi 13.20. Jika terdapat perbedaan nyata pada uji F dengan taraf 5%, maka
akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk menentukan perlakuan
terbaik.
5
Hasil analisis sidik ragam untuk berat kering tanaman eceng gondok
menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal ini dapat terjadi karena waktu
pengujian yang relatif singkat, yaitu hanya 10 hari, sehingga respons pertumbuhan
yang diberikan tanaman eceng gondok terhadap kadar Pb yang berbeda-beda dalam
media tanam cendrung sama.
Konsep pertumbuhan tanaman selalu berbanding lurus dengan waktu, yang
berarti bahwa pertumbuhan akan signifikan jika waktu yang diperlukan untuk
tumbuh mencukupi, disamping tercukupinya unsur-unsur hara dan kondisi
lingkungan yang sesuai. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis sidik ragam untuk
berat kering tanaman eceng gondok yang menunjukkan hasil yang berbeda tidak
nyata akibat limit waktu penelitian yang relatif singkat, sehingga respons
pertumbuhan yang diberikan tanaman eceng gondok terhadap kadar Pb yang
berbeda-beda dalam media tanam cendrung sama.
Sedangkan hasil analisis sidik ragam untuk konsentrasi Pb pada akar dan daun
tanaman eceng gondok menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (berbeda
sangat nyata). Hal ini memberikan indikasi bahwa tanaman eceng gondok dapat
mengakumulasi Pb pada akar dan daun sesuai dengan besarnya kandungan Pb pada
media tanam. Menurut Priyanto & Prayitno (2006), bahwa tumbuhan mengapung,
termasuk eceng gondok, dipakai untuk pengolah limbah karena tumbuhan tersebut
mengasimilasi senyawa organik dan anorganik dari limbah.
Hasil analisis sidik ragam kadar Pb pada media tanam eceng gondok
menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan serapan eceng gondok terhadap unsur Pb di dalam media tanam sesuai
dengan konsentrasi Pb yang terkandung di dalam media. Hasil yang diperoleh
memberikan indikasi makin besar konsentrasi Pb dalam media tanam, maka makin
besar pula jumlah Pb yang dapat diserap.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa untuk kadar Pb pada akar, daun
dan media tanam berbeda sangat nyata, sehingga perlu dilakukan uji lanjut BNJ.
Hasil uji lanjut BNJ dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Hasil uji lanjut BNJ pada taraf 5% terhadap kadar Pb pada akar (BNJ 5% =
691,86), daun (BNJ 5% = 476,34) dan media tanam (BNJ 5% = 25,15)
untuk semua perlakuan yang diberikan.
Parameter pengamatan
Konsentrasi rata-rata
Konsentrasi rata-rata Pb daun (µg/g Konsentrasi rata-rata
Perlakuan Pb akar (µg/g DW)* DW)* Pb media (ppm)*
K0 6,29 a 8,38 a 0,45 a
K1 294,95 a 33,48 a 3,77 a
K2 555,43 a 362,71 a 8,40 a
K3 2.380,79 b 1.400,92 b 160,59 b
K4 2.613,01 b 1.701,07 b 343,21 c
K5 3.453,34 c 2.185,70 c 600,48 d
*Angka yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata untuk masing-
masing perlakuan.
DW (Dry Weight) = Berat kering
Hasil uji lanjut pada Tabel 1 menunjukkan bahwa K5 merupakan perlakuan terbaik.
Konsentrasi Pb tertinggi dalam media ada pada perlakuan K 5, yaitu sebesar 600,48
ppm dimana konsentrasi awal adalah sebesar 3000 ppm. Hasil ini menunjukkan
bahwa tanaman eceng gondok mampu menurunkan kadar Pb pada media tanam
mencapai 80%.
Sementara pada perlakuan K1, K2, K3 dan K4 (10, 100, 1000 dan 2000 ppm)
masing-masing Pb yang tersisa di media tanam adalah 3,77, 8,40, 160,59 dan 343,21.
Jika dilihat hasil tersebut, ternyata pada perlakuan K1, K2, K3 dan K4 mampu
menurunkan kadar Pb pada media tanam masing-masing mencapai 62, 92, 84 dan
83%. Hasil ini menunjukkan nilai rata-rata penurunan konsentrasi Pb sekitar 80%,
dimana nilai ini cukup signifikan serta memberikan indikasi bahwa tanaman eceng
gondok dapat dijadikan sebagai agens fitoremediasi logam berat Pb.
Besarnya konsentrasi Pb rata-rata yang ada di akar, daun dan media tanam
untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1, dimana terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah serapan Pb baik pada akar maupun pada daun
sejalan dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada media tanam. Begitu juga yang
ditunjukan pada kurva konsentrasi Pb pada media tanam, dimana ada kecenderungan
semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka Pb yang tersisa di dalam media tanam
juga tinggi.
7
4000 700
KonsentrasiPb
Konsentrasi Pbakar
akar(mg/g)
(µg/g)
3500 KonsentrasiPb
Konsentrasi Pbdaun
daun(mg/g)
(µg/g) 600
Konsentrasi Pb media (ppm)
3000
500
Konsentrasi Pb (µg/g)
Konsentrasi Pb (ppm)
2500
400
2000
300
1500
200
1000
100
500
0 0
K0 K1 K2 K3 K4 K5
Macam perlakuan
Gambar 1. Grafik besarnya konsentrasi Pb rata-rata pada akar, daun dan media
tanam untuk masing-masing perlakuan.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Herman D.Z. 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen
(As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan
10
Liao, S.W. & Chang, W.L. 2004. Heavy Metal Phytoremediation by Water Hyacinth
at Constructed Wetlands in Taiwan, J. Aquat. Plant Manage.42, (Online),
(diakses 8 Maret 2008).
Santi, D.N. 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya,
USU Digital Library, (Online), (diakses 8 Maret 2008).