Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOSMETIKOLOGI

REVIEW JURNAL
“KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING
KERANG HIJAU”

Dosen pengampu :
Apt. Vivin Nopiyanti, S.Farm., M.Sc.

Nama mahasiswa :
Afrina Fajar Ekowati NIM. 02216404A

S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Kerang hijau merupakan makanan penting sebagai sumber protein. Budi dayanya tergolong
murah dengan pertumbuhan yang cepat. Pemijahan kerang hijau. umumnya dipicu oleh peningkatan
suhu air dan ketersediaan makanan. Proses memijah pada kerang hijau dapat terjadi sepanjang tahun
di wilayah tropis, sedangkan di negara beriklim sedang bersifat musiman, bisanya terjadi pada musim
panas. Cemaran logam berat Hg, Pb dan Cd pada kekerangan bila dikonsumsi akan menyebabkan
keracunan. Keracunan Hg menyebabkan penyakit neurotoksik. Keracunan Pb dapat berpengaruh pada
hampir semua sistem organ manusia, anak dibawah usia enam tahun lebih rentan terhadap efek Pb,
juga keracunan timbal pada wanita hamil dapat berakibat serius pada janin (U.S.EPA, 2019).
Organ paling terpengaruh terhadap keracunan Pb adalah sistem hematopoetik, sistem saraf
pusat, sistem saraf tepi, dan ginjal (Endrinaldi, 2009). Keracunan Pb dapat mempengaruhi sistem
peredaran darah, sistem saraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung.
Efek keracunan Pb menyebabkan penyakit paru-paru dan kerusakan saraf (neurotoksik). Keracunan
Pb memiliki efek buruk pada perilaku dan mental perkembangan anak-anak berusia 2-4 tahun
(Andayani dkk, 2020)
Akumulasi logam berat timbal (Pb) sering terjadi pada kerang mentah sehingga menyebabkan
keracunan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya, karena toksisitasnya tinggi. Oleh karena itu, Haryono
2017 melakukan penelitian yang bertujuan menganalisis konsentrasi logam berat Pb pada air laut, sedimen
dan daging kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan kerrang hijau (Perna viridis) ?

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan kerang hijau
(Perna viridis).
BAB II
METODE
Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan tiga kali ulangan pada setiap stasiun yang
ditentukan posisinya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Sampel dikumpulkan dalam
penelitian terdiri dari air laut, sedimen dan kerang hijau. Sampel air diambil pada lapisan permukaan
perairan (kisaran 0-50 cm) sebanyak 1 liter menggunakan vandorn water sampler. Sampel air kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring membran selulosa whatman 7184-004 (membrane Circles,
Cellulose nitrat, white plain 0,45 µm, diameter 47 mm). Fase terlarut disimpan dalam botol polyethylene
dan diawetkan dengan HNO3 pekat hingga pH < 2. Di laboratorium, sampel air (250 ml) dimasukkan ke
dalam corong teflon, kemudian diekstraksi dengan APDC/NaDDC/MIBK.
Fase organik diekstraksi kembali dengan HNO3. Sampel air dibiarkan selama 20 menit,
ditambahkan 9,75 ml air suling lalu dikocok. Hasil ektraksi dalam fase air diambil dan disimpan dalam
botol polyethylene kemudian diukur menggunakan ASS. Contoh sedimen diambil menggunakan sedimen
grab kemudian dimasukkan ke dalam botol polyethylene dan disimpan dalam cool box untuk selanjutnya
dibawa ke laboraturium. Di laboraturium, sampel sedimen dimasukkan dalam beaker teflon dan
dikeringkan dalam oven suhu 105°C selama 24 jam, kemudian dihaluskan hingga homogen.
Sebbanyak 1 gram sampel sedimen kering didekstruksi dengan campuran larutan HNO3- H202-
HCL suhu 95°C selama 6 jam. Selain logam berat Pb, dilakukan pengukuran kualitas air yaitu DO
(dissolved oxygen), suhu air, salinitas dan pH di setiap stasiun penelitian. Jenis kekerangan yang diambil
sebagai sampel adalah kerang yang potensial di daerah setempat, yaitu kerang hijau (Perna viridis).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan logam berat Pb di air perairan pantai lekok mengandung Pb sebagai berikut : di stasiun
1 merupakan lokasi TPI kandungan logam berat Pb sebesar 0,3362 ± 0,2670 mg/l, di stasiun 2 (muara
Rejoso) kandungan logam berat Pb sebesar 0,4629 ± 0,4328 mg/l dan stasiun 3 yang lokasi berdekatan
dengan PLTU kandungan logam berat Pb sebesar 0,2970 ± 0,2821 mg/l.
Kandungan logam berat Pb pada ke tiga stasiun didapatkan nilai konsentrasi yang telah melebihi
ambang batas maksimum berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 yang telah diralat pada Nomor 179 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, dimana baku mutu air
laut untuk kandungan Pb pada perairan ditetapkan sebesar 0,008 mg/l. Kandungan logam berat Pb yang
terlarut di air tertinggi terletak pada stasiun 2 yang merupakan daerah muara sebesar 0,4444 ppm, hal ini
dikarenakan muara sungai merupakan zona jebakan bagi semua komponen pencemaran melalui peristiwa
dinamika pasang surut. Pada bagian hilir, aktivitas yang diperkirakan berpotensi menghasilkan limbah
mengandung Pb adalah transportasi dan pelabuhan. Proses pencucian dan pemeliharaan kapal nelayan serta
ceceran bahan bakar minyak yang digunakan dalam kegiatan transportasi diduga berkontribusi terhadap
konsentrasi logam Pb di perairan. Logam berat Pb juga terendapkan di daerah muara, sehingga tidak
terbawa sepenuhnya ke luar hingga ke laut lepas. Keberadaan material organik, zat hara serta kandungan
logam berat di perairan sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Hal inilah yang menyebabkan kadar logam
berat dalam sedimen muara lebih tinggi dari laut lepas.
Kandungan Pb pada kerang hijau sebagai berikut : di stasiun 1 dimana terdapat TPI sebesar 1,3551
± 1,2933 mg/kg, kemudian di lokasi muara (stasiun 2) sebesar 1,5703±1,4662 mg/kg, dan di stasiun 3 dekat
PLTU sebesar 1,2979 ± 1,2735 mg/kg. Kandungan Pb dalam kerang hijau relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan Pb di air. Hal ini menunjukkan bahwa Pb yang terdapat dalam air terakumulasi dalam
tubuh biota kerang hijau. erang hijau yang terdapat di perairan Pantai Lekok diduga telah mengalami
bioakumulasi logam berat Pb. Dugaan bahwa kerang hijau potensial terakumulasi logam berat, karena
sifatnya yang filter feeder dan menetap di dasar perairan. Padatan tersuspensi yang berasal dari proses
pengadukan sedimen memiliki kontribusi penting bagi proses akumulasi logam berat pada jaringan kerang
hijau. Hal tersebut akan mengakibatkan kandungan logam berat Pb dalam tubuh kerang hijau akan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kandungan logam berat dalam lingkungan hidupnya. Keracunan logam
berat Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan diikuti dalam proses metabolisme tubuh.
Sistem rantai makanan menunjukkan bahwa manusia merupakan penumpuk logam berat paling tinggi
dalam tubuhnya, karena berperan sebagai pemangsa tingkat tinggi.
Sedimen Kandungan logam berat Pb pada sedimen sebagai berikut: di TPI (stasiun 1) sebesar
21,0794 ± 20,4113 mg/l, kemudian di lokasi muara (stasiun 2) sebesar 24,372 ± 23,4413 mg/l, dan
selanjutnya di PLTU (stasiun 3) sebesar 20,1345 ± 19,4311 mg/l. Kadar logam yang cukup tinggi dapat
dilihat dari nilai pH yang relatif bersifat basa (pH = 7,9 - 8,2) di lokasi tempat logam tersebut sukar larut,
dan mengendap ke dasar perairan.
Akumulasi logam berat Timbal (Pb) pada sedimen tertinggi terdapat di perairan muara sungai
Kebon Agung, yaitu sebesar 13,157 ppm. Tingginya konsentrasi logam berat Pb dalam sedimen dapat
disebabkan oleh masukan secara geologis melalui pengikisan batuan, limbah penambangan serta aktivitas
pertambangan di sekitar lokasi. menyebutkan batas tertinggi Pb di dalam sedimen adalah 50 mg/l. Adapun
menurut CCME (1999) batas Pb yang diperkenankan dalam sedimen sebesar 30,2 mg/l. Mengacu pada
konsentrasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Pb di sedimen perairan Lekok masih aman bagi
kehidupan biota di dalamnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan daging kerang hijau (Perna viridis) dari ke
tiga stasiun penelitian tertinggi terdapat di muara sungai Rejoso.

DAFTAR PUSTAKA
Andayani dkk, 2020. Akumulasi Logam Berat Pada Kerang Hijau di Perairan Pesisir Jawa. Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia 5(2):135-144

Handoyo, 2017. Kandungan Logam Berat Pb Air Laut, Sediaan dan Daging Kerang Hijau Perna viridis.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 1-7

U.S.Environmental Protection Agency (U.S.EPA).2019. Learn about Lead.Diakses dari


https://www.epa.gov/lead/learn-about-lead#effects
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 1-7, Juni 2017

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb AIR LAUT, SEDIMEN DAN


DAGING KERANG HIJAU Perna viridis

HEAVY METAL Pb CONTENT IN THE SEAWATER, SEDIMENT AND


GREEN MUSSEL TISSUE Perna viridis

M. Gandri Haryono1*, Mulyanto2, dan Yuni Kilawati2


1
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Brawijaya
*
E-mail: gandriharyono@yahoo.com
2
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK, Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Accumulation of heavy metal Pb into the tissue can proceed through a food chain or environmental
exposure. This study was to determine the content of heavy metals Pb in water, sediments and mussels
(perna viridis). This research was conducted in March 2016, in the waters of Lekok Pasuruan at the
three stations. TPI Station 1, Station 2 at the mouth of the Rejoso river and station 3 nearby PLTU 3.
The water, sediments and green mussels (Perna viridis) samples were collected for Pb analysis using
Absorpotion Atomic Spectrophotometer (AAS). In addition to the water quality such as salinity,
temperature, DO and pH was observed. The results showed the highest Pb content in the water (0.4444
mg/l), sediment (23.8284 mg/kg) and green mussel tissue (1.5098 mg/kg) were found at station 2
(Rejoso river mouth). The Pb content in green mussel seemed to above safety level to consume.

Keywords: green mussel (Perna viridis), heavy metals Pb, Lekok waters Pasuruan

ABSTRAK
Akumulasi logam berat Pb ke dalam tubuh kerang dapat melalui jaringan makanan atau kontak dengan
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Pb pada air, sedimen
dan kerang hijau (Perna viridis). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di perairan Lekok
Kabupaten Pasuruan pada tiga stasiun. Stasiun 1 di TPI, stasiun ke 2 di muara sungai Rejoso dan stasiun
ke 3 dekat dengan PLTU. Sampel air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis) dianalisis kandungan
logam berat Pb dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectro-photometer (AAS). Selain
itu pada lingkungan perairan dilakukan pengamatan kualitas air yang meliputi salinitas, suhu, DO dan
pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Pb pada air tertinggi dijumpai di
stasiun 2, yaitu muara Rejoso sebesar 0,4444 mg/l, selanjutnya kandungan logam berat Pb tertinggi
pada sedimen juga didapatkan di stasiun 2 sebesar 23,8284 mg/l. Demikian pula kandungan logam
berat Pb pada kerang hijau (Perna viridis) tertinggi ditemukan di stasiun 2 yang merupakan muara
sungai Rejoso. Hasil penelitian menunjukkan logam berat Pb telah melewati ambang batas aman untuk
dikonsumsi.

Kata kunci: kerang hijau (Perna viridis), logam berat Pb, perairan Lekok Pasuruan

I. PENDAHULUAN hasil kerang dan ikan yang cukup tinggi.


Pantai Lekok mendapat masukan dari Sungai
Kabupaten Pasuruan terletak pada Rejoso serta beberapa anak sungai kecil
cekungan dan juga merupakan daerah yang dimana di bagian sebelumnya terdapat pe-
terdekat dengan wilayah Sungai Porong. mukiman penduduk, kegiatan industri dan
Limbah yang terbawa dari Sungai Porong pertanian yang juga berpotensi membuang
ke laut kemungkinan akan masuk ke wi- limbahnya ke sungai yang akhirnya akan
layah pantai dan sungai-sungai yang ada di sampai ke laut. Pemilihan tiga lokasi pe-
Kabupaten Pasuruan, seperti perairan pantai ngambilan sampel (sampling) dipilih dengan
Lekok Pasuruan sebagai salah satu peng- mempertimbangkan kriteria, yakni stasiun 1

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 1
Kandungan Logam Berat Pb Air Laut, Sedimen dan . . .

merupakan tempat para nelayan biasa mencari 2.2. Penentuan Stasiun dan Penentuan
ikan dan terdapat TPI (Tempat Pelelangan Sampel
Ikan) serta dekat dengan perkampungan Pengambilan sampel dilakukan juga
penduduk, stasiun 2 merupakan muara sungai dengan tiga kali ulangan pada setiap stasiun
Rejoso dan stasiun 3 dekat dengan PLTU yang ditentukan posisinya dengan meng-
(Pusat Listrik Tenaga Uap). gunakan Global Positioning System (GPS).
Salah satu bioindikator pencemaran di Sampel yang dikumpulkan dalam penelitian
lingkungan perairan adalah analisis kan- terdiri dari air laut, sedimen dan kerang hijau.
dungan logam berat yang terakumulasi di Sampel air yang diambil pada lapisan per-
dalam biota air, seperti ikan dan kerang di mukaan perairan (kisaran 0-50 cm) sebanyak
perairan tersebut. Kerang dapat digunakan 1 liter (Bahnasawy, 2009) menggunakan
sebagai indikator yang baik karena sifatnya Vandorn water sampler. Sampel air ke-
menetap dalam suatu tempat habitat tertentu. mudian disaring dengan menggunakan kertas
Banyaknya logam berat yang terserap dan saring membran selulosa Whatman 7184-004
terdistribusi diikan bergantung pada bentuk (membrane Circles, Cellulose nitrat, white
senyawa dan konsentrasi polutan (Darmono, plain 0,45 µm, diameter 47 mm). Fase ter-
1995). larut disimpan dalam botol polyethylene dan
Kerang hijau hidup di perairan payau diawetkan dengan HNO3 pekat hingga pH < 2
hingga asin dan memiliki sifat menempel dan (Batley and Garnerd, 1977; APHA et al.,
dijumpai melekat pada benda-benda keras, 2001; Taftazani et al., 2005). Di labora-
seperti kayu, bambu, badan kapal atau jaring torium, sampel air (250 ml) dimasukkan ke
tempat budidaya ikan (Hutagalung, 2001). dalam corong teflon, kemudian diekstraksi
Kerang hijau bersifat filter feeder non dengan APDC/NaDDC/MIBK. Fase organik
selective dan sessile (menetap) atau mobilitas diekstraksi kembali dengan HNO3 (Bruland et
rendah, sehingga memungkinkan terjadi al., 1979). Sampel air dibiarkan selama 20
akumulasi logam berat dalam tubuhnya menit, kemudian ditambahkan 9,75 ml air
(Suryono, 2013). suling lalu dikocok. Hasil ektraksi dalam fase
Akumulasi logam berat timbal (Pb) air diambil dan disimpan dalam botol
sering terjadi pada kerang mentah dan polyethylene kemudian diukur menggunakan
menyebabkan keracunan bagi masyarakat ASS.
yang mengkonsumsinya, karena toksisitasnya Contoh sedimen diambil mengguna-
tinggi (Hutagalung, 1991; Connell dan Miller, kan sedimen grab kemudian dimasukkan ke
1995). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan dalam botol polyethylene dan disimpan dalam
menganalisis konsentrasi logam berat Pb pada cool box untuk selanjutnya dibawa ke
air laut, sedimen dan daging kerang hijau laboraturium. Di laboraturium, sampel se-
(Perna viridis) di Perairan Lekok Kabupaten dimen dimasukkan dalam beaker teflon dan
Pasuruan. dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C
selama 24 jam, kemudian dihaluskan hingga
II. METODE PENELITIAN homogen (Hutagalung et al., 1997). Se-
banyak satu gram sampel sedimen kering di-
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dekstruksi dengan campuran larutan HNO3-
Penelitian dilaksanakan pada bulan H202-HCL pada suhu 95°C selama 6 jam
Maret 2016 di Kecamatan Lekok Kabupaten (USEPA, 2006).
Pasuruan. Analisis logam berat Pb pada air, Selain logam berat Pb, dilakukan
sedimen dan kerang hijau dilaksanakan di pengukuran kualitas air, yaitu DO (dissolved
Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA oxygen), suhu air, salinitas dan pH di setiap
Universitas Brawijaya, Malang. stasiun penelitian. Jenis kekerangan yang
diambil sebagai sampel adalah kerang yang

2 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Haryono et al.

potensial di daerah setempat, yaitu kerang telah melebihi ambang batas maksimum ber-
hijau (Perna viridis). Posisi pengambilan dasarkan Keputusan Menteri Negara Ling-
sampel di perairan Lekok disajikan pada kungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yang
Gambar 1. telah diralat pada Nomor 179 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut, dimana baku
III. HASIL DAN PEMBAHASAN mutu air laut untuk kandungan Pb pada
perairan ditetapkan sebesar 0,008 mg/l.
3.1 Kandungan Logam Berat Pb pada Kandungan logam berat Pb yang
Air, Sedimen dan Kerang Hijau terlarut di air tertinggi terletak pada stasiun 2
(Perna viridis) yang merupakan daerah muara sebesar 0,4444
3.1.1 Kandungan Logam Berat Pb di Air ppm, hal ini dikarenakan muara sungai
Perairan pantai Lekok mengandung Pb merupakan zona jebakan bagi semua kom-
sebagai berikut: di stasiun 1 yang merupakan ponen pencemaran melalui peristiwa dinami-
lokasi TPI kandungan logam berat Pb sebesar ka pasang surut. Pada bagian hilir, aktivitas
0,3362 ± 0,2670 mg/l, di stasiun 2 (muara yang diperkirakan berpotensi menghasilkan
Rejoso) kandungan logam berat Pb sebesar limbah mengandung Pb adalah transportasi
0,4629 ± 0,4328 mg/l dan selanjutnya stasiun dan pelabuhan. Proses pencucian dan
3 yang lokasi berdekatan dengan PLTU pemeliharaan kapal nelayan serta ceceran
kandungan logam berat Pb sebesar 0,2970 ± bahan bakar minyak yang digunakan dalam
0,2821 mg/l terlihat pada Gambar 2. kegiatan transportasi diduga berkontribusi
Kandungan logam berat Pb pada ke tiga terhadap konsentrasi logam Pb di perairan.
stasiun didapatkan nilai konsentrasi yang

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 3
Kandungan Logam Berat Pb Air Laut, Sedimen dan . . .

Gambar 2. Kandungan rata-rata logam berat Gambar 3. Kandungan rata-rata logam berat
Pb di air pada tiga stasiun pe- Pb pada kerang hijau pada tiga
nelitian di Perairan Lekok. stasiun penelitian di Perairan
Lekok.
Daerah pelabuhan umumnya menjadi
salah satu penyumbang bagi keberadaan Pb di Kandungan Pb dalam kerang hijau
air laut (Rochyatun et al., 2004; Naria, 2005). relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat kandungan Pb di air. Hal ini menunjukkan
tambahan tetraetyl yang mengandung Pb bahwa Pb yang terdapat dalam air ter-
untuk meningkatkan mutu bahan bakar, akumulasi dalam tubuh biota kerang hijau.
khususnya bensin sebagai anti knocking, Menurut Dahuri et al. (1996) dalam Yenni et
pencegah korosi, anti pengembunan dan zat al. (2005), logam berat dapat terakumulasi
pewarna. Menurut Darmono (1995), logam dalam tubuh organisme melalui rantai
berat Pb dapat digunakan sebagai zat tam- makanan, yang akhirnya akan membahaya-
bahan bahan bakar dan pigmen timbal dalam kan kesehatan manusia, dimana keadaan ini
cat yang merupakan penyebab utama pening- biasa disebut dengan biomagnifikasi. Faktor
katan kadar Pb di lingkungan. akumulasi pada setiap jenis biota laut relatif
Logam berat Pb juga terendapkan di berbeda, hal ini disebabkan oleh perbedaan
daerah muara, sehingga tidak terbawa sifat-sifat biologis (jenis, umur dan fisio-
sepenuhnya ke luar hingga ke laut lepas. logis) masing-masing jenis biota, selain per-
Menurut Magni dan Montani (2000), Magni et bedaan sifat fisik dan kimia serta aktivitas di
al. (2002) keberadaan material organik, zat setiap lokasi dimana biota laut tersebut
hara serta kandungan logam berat di perairan berada.
sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Hal Kerang hijau yang terdapat di per-
inilah yang menyebabkan kadar logam berat airan Pantai Lekok diduga telah mengalami
dalam sedimen muara lebih tinggi dari laut bioakumulasi logam berat Pb. Dugaan bahwa
lepas. kerang hijau potensial terakumulasi logam
berat, karena sifatnya yang filter feeder dan
3.2.2 Kandungan Logam Berat Pb menetap di dasar perairan. Organisme yang
Kerang Hijau hidupnya menetap, tidak bisa menghindar dari
Kandungan Pb pada kerang hijau kontaminan dan mempunyai toleransi tinggi
sebagai berikut: di stasiun 1 dimana terdapat terhadap konsentrasi logam tertentu, sehingga
TPI sebesar 1,3551 ± 1,2933 mg/kg, ke- dapat mengakumulasi logam lebih besar dari
mudian di lokasi muara (stasiun 2) sebesar hewan lainnya (Darmono, 1995). Akumulasi
1,5703±1,4662 mg/kg, dan di stasiun 3 dekat ini terjadi karena kecenderungan logam berat
PLTU sebesar 1,2979 ± 1,2735 mg/kg Pb membentuk senyawa kompleks dengan
(Gambar 3). zat-zat organik yang terdapat dalam tubuh

4 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Haryono et al.

kerang hijau. Dengan demikian logam berat


Pb terfiksasi dan tidak segera diekskresikan
oleh kerang hijau. Logam berat Pb bersifat
persisten dan toksik serta dapat terakumulasi
dalam rantai makanan. Hal ini membahayakan
manusia yang mengkonsumsi organisme
(kerang) yang terkontaminasi mengingat
logam berat bersifat teratogenik (Riani et al.,
2014) dan dapat mengakibatkan kerusakan
berbagai organ tubuh (Riani, 2005).
Padatan tersuspensi yang berasal dari
proses pengadukan sedimen memiliki kontri-
Gambar 4. Hasil rata-rata kandungan logam
busi penting bagi proses akumulasi logam
berat Pb pada sedimen pada tiga
berat pada jaringan kerang hijau (Arifin,
stasiun penelitian di Perairan
2009). Hal tersebut akan mengakibatkan
Lekok.
kandungan logam berat Pb dalam tubuh
kerang hijau akan lebih tinggi jika dibanding-
Kadar logam yang cukup tinggi dapat
kan dengan kandungan logam berat dalam
dilihat dari nilai pH yang relatif bersifat basa
lingkungan hidupnya. Keracunan logam berat
(pH = 7,9 - 8,2) di lokasi tempat logam
Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui
tersebut sukar larut, dan mengendap ke dasar
makanan akan diikuti dalam proses meta-
perairan. Hal ini sama dengan hasil penelitian
bolisme tubuh. Menurut Hutabarat dan Evan
Arrisandy et al. (2012), akumulasi logam
(1985), sistem rantai makanan menunjukkan
berat Timbal (Pb) pada sedimen tertinggi
bahwa manusia merupakan penumpuk logam
terdapat di perairan muara sungai Kebon
berat paling tinggi dalam tubuhnya, karena
Agung, yaitu sebesar 13,157 ppm. Menurut
berperan sebagai pemangsa tingkat tinggi.
Expo et al. (2013), tingginya konsentrasi
logam berat Pb dalam sedimen dapat dise-
3.2.3. Kandungan Logam Berat Pb pada
babkan oleh masukan secara geologis melalui
Sedimen
pengikisan batuan, limbah penambangan serta
Kandungan logam berat Pb pada
aktivitas pertambangan di sekitar lokasi.
sedimen sebagai berikut: di TPI (stasiun 1)
Pedoman mutu dari dari ANZECC/
sebesar 21,0794 ± 20,4113 mg/l, kemudian di
ARMCANZ (2000), menyebutkan batas ter-
lokasi muara (stasiun 2) sebesar 24,372 ±
tinggi Pb di dalam sedimen adalah 50 mg/l.
23,4413 mg/l, dan selanjutnya di PLTU
Adapun menurut CCME (1999) batas Pb yang
(stasiun 3) sebesar 20,1345 ± 19,4311 mg/l
diperkenankan dalam sedimen sebesar 30,2
(Gambar 4).
mg/l. Mengacu pada konsentrasi tersebut,
Kandungan logam berat Pb pada sedi-
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Pb di
men paling tinggi dibandingkan kandungan
sedimen perairan Lekok masih aman bagi
logam Pb di air dan kerang hijau. Hal ini
kehidupan biota di dalamnya.
dikarenakan logam berat yang semula terlarut
dalam air sungai diabsorpsi oleh partikel halus
IV. KESIMPULAN
(suspended solid) dan diendapkan ke sedimen
baik di sungai maupun di muara. Air sungai
Kandungan logam berat Pb pada air,
bertemu dengan arus pasang di muara sungai,
sedimen dan daging kerang hijau (Perna
sehingga partikel halus tersebut mengendap di
viridis) dari ke tiga stasiun penelitian tertinggi
muara sungai.
terdapat di muara sungai Rejoso.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 5
Kandungan Logam Berat Pb Air Laut, Sedimen dan . . .

DAFTAR PUSTAKA Erlangga, 2007. Efek pencemaran perairan


sungai Kampar di Provinsi Riau
Arifin, Z. dan D. Fadhlina. 2009. Fraksinasi terhadap ikan baung (Hemibagrus
logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam nemurus). Bogor. 99hlm.
sedimen dan bioavailabilitasnya bagi Expo, F.E., N.N. Agu, and U.I. Udoakpan.
biota di Perairan Teluk Jakarta. J. Ilmu 2013. Influence of heavy metals con-
Kelautan, 14(1):27-32. centration in three common fish,
Arrisandy, K.R., E.Y Herawati, dan E. sediment and water collected within
Suproyitno. 2012. Akumulasi logam quarry environment, Akamkpa Lg
berat timbal (Pb) dan gambaran Area, Cross River State. Nigeria.
histologi pada jaringan Avicennia European J. of Toxicological Scienc-
marina (forsk.) Vierh di Perairan es, 3:1-11.
Pantai Jawa Timur. J. Ilmu Perairan Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran laut oleh
dan Perikanan Indonesia, 1(1):15-25. logam berat dalam beberapa perairan
Australian and New Zealand Enviromental Indonesia. Oceanologi LIPI. Jakarta.
and Conservation Council and Agri- 45-59hlm.
culture (ANZECC) and Resource Hutagalung, H.P. 2001. Mercury and Cad-
Management Council of Australia and mium content in green mussel, Mytilus
New Zealand (ARMCANZ). 2000. viridisL. From Onrust waters, Jakarta
Australian and New Zealand guide- Bay Creator. Bull env cont and to.,
lines for fresh and marine water 42(6):814-820.
quality. 1st ed Canberra. 314p. Hutagalung, H. P., D. Setiapermana dan S. H.
Bahnasawy, M., A.A. Khidr, and N. Dheina. Riyono. 1997. Metode analisis air laut,
2011. Assesment of heavy metals sedimen dan biota. Buku 2. Puslitbang
concentrations in water, plankton and Oseanologi. LIPI. 182hlm.
fish of Lake Manzala, Egypt. J. Aquat. Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985. Pengan-
Biol. and Fish, 13(2):117-133. tar Oseanografi. UI Press. Jakarta.
Batley, G.E. and D. Gardner. 1977. Sampling 159hlm.
and storage of natural water for trace Kementrian Negara Kependudukan dan
analysis. Water Res. 11:747-756. Lingkungan Hidup, Keputusan No.51
Bruland, K., R.P. Franks, G.A. Knauer, and /MNKLH/I/2004. Tentang pedoman
J.H. Martin. 1979. Sampling and penetapan baku mutu air laut,
analytical methods for the determina- Kementrian Negara Kependudukan
tion of copper, cadmium, zinc and dan Lingkungan Hidup. Jakarta. 1-
nickel at the nanogram per liter in sea 85hlm.
water. Anal. Chem. Acta., 105:233- Mac Farlane, G.R. 2003. Accumulation And
245. Distribution of Heavy Metal in The
Canadian Council of Ministers of the Enviro- Grey Mangrove Avicennia marina.
mental (CCME). 1999. Canadian se- Marine Pollution Bulletin, 39:179-
dimenr quality guidelines for the 186.
protection of aquatic life: merucy. Magni, P. and S. Montani. 2000. Responses of
Canadian Enviromental Quality intertidal and subtidal commu-nities of
Gueidelines. 5p. the macrobenthos to organic load and
Connel dan Miller. 1995. Environmental oxygen depletion in the seto Inland
toxicology and chemistry, Oxford Sea, Japan. J. Res. Océanogr, 23:47–
University pers Inc. New York. 520p. 56.
Darmono. 1995. Logam dalam sistim biologi Magni, P., S. Montani, and K. Tada. 2002.
maklukhidup. UI Press. Jakarta. 140p. Semidiurnal dynamics of salinity,

6 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Haryono et al.

nutrients and suspended particulate berat. Chrisna Adhi Suryono. Buletin


matter in an estuary in the Seto Inland Oseanografi Marin, 2:41- 47.
Sea, Japan, during a Spring Tide Taftazani, A., Muzakky, dan Sumining. 2005.
Cycle. J. Oceano., 58:389-402. doi: Evaluasi kadar logam berat dalam
10.1023/A:10158 26212267. sampel lingkungan Pantai in-dramayu
Naria. E. 2005. Mewaspadai dampak bahan dengan teknik analisis aktivitas
pencemaran timal (Pb) di lingkungan neutron. Dalam Prosiding PPI-
terhadap kesehatan. J. Komunikasi PDIPTN 2005. Puslitbang Tek-nologi
Penelitian, 17(4):66-72. maju BATAN. Jogjakarta. Hlm: 35-
Riani, E., Y. Sudarso, and M.R. Cordova. 44.
2014. Heavy metal effect on unviable United States Environmental Protection
larvae of Dicrotendipes simpsoni Agency (USEPA). 2006. Volunterr
(Diptera; Chrinomidae), a case study Estuary Monitoring Manual, A
from Saguling Dam, Indonesia AACL. Methods Manual. 2nd ed. EPA-842-B-
Bioflux, 7(2):76-84. 06003,15p.http://water.epa.gov/type/o
Riani, E. 2015. The effect of heavy metals on ceb/nep/upload/stuaries_monitor_cha
tissue damage in different organs of p12.pdf. (Retrieved on 13 march
goldfish cultivated in floating fish net 2013).
Cirata Reservoir, Indonesia. PARI- Yennie, Y. dan J.T. Murtini 2005. Kan-
PEX - Indian J. of Research, 4(2):54- dungan logam berat air laut, sedimen
58. dan daging kerang darah (Anadara
Rochyatun, E., Lestari dan A. Rozak. 2004. granosa) di Perairan Mentok dan
Kondisi perairan Muara Sungai Digul Tanjung Jarung Timur. J. Ilmu-ilmu
dan Perairan Laut Arafura dilihat dari Perairan dan Perikanan Indonesia,
kandungan lgam berat. Oseanologi 12(1):27-32.
dan Limnologi di Indonesia, 36:15-31.
Suryono, C.H. 2013. Filtrasi kerang hijau Diterima : 12 Juli 2016
perna viridis terhadap micro algae Direview : 23 Agustus 2016
pada media terkontaminasi logam Disetujui : 7 April 2017

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 7
8

Anda mungkin juga menyukai