Anda di halaman 1dari 18

MODUL I

DIVISI THALLOPHYTA (Tumbuhan Thallus)

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUH. AKBAR HIDAYAT
NIM : G 401 18 057
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : FEDRIK STANLEE LAKIU

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ


dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak
memiliki “organ” seperti yang dimilliki tumbuan (akar, batang, daun, dan
sebagainya), karena itu, alga pernah digolongkan juga sebagai tumbuhan
bertalus. Istilah anggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah
tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrlla, dalam taksonomi yang
banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu
kelompok divisi atau kelas tersendri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan
fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu
kelompok takson tersendiri (Mitchell, 2012).

Alga atau ganggang merupakan tumbuhan yang belum memiliki akar, batang,
dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat
autotrof. Alga hidup di tempat-tempat yang berair, baik air tawar maupun air
laut dan tempat-tempat yang lembab. Alga atau ganggang merupakan sumber
daya nabati sebagai bahan kebutuhan hidup manusia (Bold dan Wynne,
1978).

Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan


termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan
bertalus. Makroalga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ia hidup
dengan menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast dan memiliki
berbagai macam pigmen terutama klorofil untuk proses fotosintesis
(Kurniastuty, 1995).
Berdasarkan uraian diatas, hal yang melatarbelakangi praktikum ini adalah
untuk mengenal ciri-ciri tumbuhan yang tergolong thallophyta, perbedaan
antara sub divisi algae dan lichens serta mengetahui cara mendeskripsi contoh
tumbuhan yang tergolong thallophyta yang meliputi kelompok algae dan
lichens.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal ciri-ciri tumbuhan
yang tergolong thallophyta, perbedaan antara sub divisi algae dan lichens
serta mengetahui cara mendeskripsi contoh tumbuhan yang tergolong
thallophyta yang meliputi kelompok algae dan lichens.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Alga merupakan tumbuhan talus yang hidup d air, baik air tawar maupun air laut,
setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Yang hidup di
air ada yang bergerak aktif dan ada yang tidak. Semua alga atau ganggang
memerlukan lingkungan yang basah untuk melakukan proses-proses hidupnya
secara aktif tetapi banyak yang beralih ke dalam keadaan tidur yaitu tetap hidup
serta tidak melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan (Tjitrosoepomo,
1981).

Alga eukariotik merupakan organisme yang mengandung satu pigmen atau lebih
klorofil ditamba pigmen-pigmen yang kita kenal sebagai karotenoid dan
biloprotein. Dalam sistem 5 kingdom, alga bukan nama takson dan tidak masuk
dalam kingdom plantae. Alg masuk dalam kingdom protista, karena mempunyai
ciri-ciri tubuh tersusun dari satu atau banyak sel, yang tidak berdiferensiasi
membentuk jaringan khusus (Jati, Wijaya, 2007).

Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ”
seperti yang dimilliki tumbuan (akar, batang, daun, dan sebagainya), karena itu,
alga pernah digolongkan juga sebagai tumbuhan bertalus. Istilah anggang pernah
dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti
Hydrlla, dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak
lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendri, namun dipisah-
pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian
alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri (Blatchley, 2012).

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan


Cyanobacteria, dengan demikian, sebutan “alga” menadi tidak valid.
Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun
mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya
alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik
bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria).
Sebagai tambaha, beberap akelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan
sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Jenis-jenis alga lainnyamemiliki struktur sel eukariotik dan mampu
berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang
membantu dalam asimilasi energi (Kirby, 2010).

Divisi ini meliputi tubuh-tumbuhan yang memiliki sebagai ciri utama tubuh yang
berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh-tumbuhan yang belum dapat di
bedakan dalam 3 bagian utamanya, yang di sebut akar, batang, dan daun. Tubuh-
tumbuhan yang telah dapat dibedakan dalam ke tiga bagian tersebut dianamakan
kormus. Tumbuhan berkormus disebut cormophyta. Tubuh yang berupa talus itu
mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari yang
terdiri dari 1 sel berbentuk bulat sampai yang terdiri atas banyak sel dengan
bentuk yang kadang-kadang telah mirip dengan kormus nya tumbuhan tingkat
tinggi. Sel yang menyusun tubuh telah memperlihatkan diferensiasi yang jelas,
dalam protoplasmanya tampak nyata 1 inti atau lebih dan plastida dengan bentuk
yang beraneka ragam (Soemarwoto, 1980).

Perkembangbiakan terjadi baik dengan cara vegetative atau aseksual maupun


secara generative atau seksual. Pembentukan spora dalam organ-organ yang di
namakan sporangium umum terjadi pada warga divisi ini. Berbeda dengan pada
Schizophyta yang spora nya hanya merupakan alat untuk mengatasi kala yang
buruk, pada thallophyta spora itu benar-benar merupakan alat reproduksi,
yaitu sebagai calon-calon individu baru. Perkembangan seksual terjadi melalui
peleburan gamet-gamet yang terbantuk dalam organ-organ yang disebut
gametangium. Siap gamet yang beranekaragam, demikian pula gametangiumnya,
menyebabkan perbedaan-perbedaan pula dalam terjadinya peleburan sel-sel
kelamin itu. Istilah-istilah yang bertalian dengan cara perkembangbiakan seksual
pada tumbuhan talus seperti misalnya: isogami, anisogami, gametangiogami, dan
oogami, mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut (Soemarwoto,
1980).

Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk
dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus. Makroalga
tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ia hidup dengan menempel pada
substrat dengan menggunakan holdfast dan memiliki berbagai macam pigmen
terutama klorofil untuk proses fotosintesis. Makroalga tergolong dalam empat
kelompok besar yaitu alga hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta), alga
merah (Rhodophyta), dan alga hijau biru (Cyanophyta) (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).

Mikroalga merupakan jenis alga yang memiliki ukuran lebih kecil baik uniseluler
maupun multiseluler dan hidup dalam wilayah perairan tawar maupun laut. Dalam
praktikum ini mikroalga yang teridentifikasi adalah Chlorella sp, Spirulina sp dan
Nanodoropsus sp (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995)

Perbedaan mikroalga dan makroalga adalah berdasarkan ukuran serta waktu


generasinya. Mikroalga memiliki waktu generasi lebih cepat dibandingkan
makroalga. Baik mikroalga maupun makroalga memiliki potensi yang sangat
besar dalam bidang pangan karena mengandung berbagai banyak komponen gizi
diantaranya adalah protein, karbohidrat, asam lemak tidak jenuh seperti linoleat,
eicosapentaenoic acid (EPA), dan docosahexanoic acid (DHA), serat kasar,
beberapa vitamin dan mineral. Pigmen yang dimiliki oleh alga juga dapat
digunakan sebagai zat pewarna alami serta antioksidan (Olaizola, 2004).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 November 2019,


pukul 13.30 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium
Biosistematika Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, pinset, pipet tetes,
cawan petri, kamera, mistar dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu alga.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu mengambil sampel
yang sudah didapatkan dari lapangan, diletakkan diatas papan bedah,
kemudian mendeskripsikan bagian-bagian morfologi yang diamati dengan
cara mencocokkannya pada jurnal dan menentukan spesiesnya serta
menyusun klasifikasinya.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
No Gambar Keterangan
1 No. Koleksi 1 Warna : Hijau Muda
Percabangan :
Dikotomus
Stip : Silindris
Bled : bercabang
Substrat : Pasir
Habitat : Tepi Pantai
Pertumbuhan : Vertikal
Panjang : 28 mm
Panjang pangkal : 2-3
mm
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ
2 No. Koleksi 2 Warna : Coklat
Habitat : Pantai
Substrat : kayu
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

Perbesaran 40 x
Perbesaran 100 x
3 No. Koleksi 3 Warna : hijau tua
Habitat : tepi pantai
Substrat : kayu
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

Perbesaran 40 x

Perbesaran 100 x
4 No. Koleksi 4 Warna : hijau tua
Habitat : tepi pantai
Substrat : kayu
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

Perbesaran 40 x
Perbesaran 100 x

5 No. Koleksi 5 Warna : coklat muda


Habitat : tepi pantai
Substrat : kayu
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

Perbesaran 40 x

Perbesaran 100 x
6 No. Koleksi 6 Warna : Kuning
Percabangan :
monopodial
Stip : silindris
Bled : lamina kipas
Substrat : kayu
Habitat : laut dangkal
Pertumbuhan : Vertikal
Panjang : 8 mm
Panjang pangkal : 1
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

7 No. Koleksi 7 Warna : hijau


Percabangan :
Dikotomus
Stip : silindris
Bled : kaku dan
berkapur
Substrat : Pasir
Habitat : laut dangkal
Pertumbuhan : Vertikal
Panjang : 8,5 mm
Panjang pangkal : 4
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ
8 No. Koleksi 8 Warna : coklat
Percabangan :
monopodial
Stip : silindris
Bled : bergerigi
Substrat : Pasir
Habitat : laut dangkal
Pertumbuhan : Vertikal
Panjang : 12-13 mm
Panjang pangkal : 3
mm
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

9 No. Koleksi 9 Warna : hijau tua


Habitat : laut dangkal
Substrat : kayu
Titik koordinat :
S 00º58ʹ48ʺ
E 120º26ʹ09ʺ

Perbesaran 40 x

Perbesaran 100x
4.2 Pembahasan
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak
memiliki “organ” seperti yang dimilliki tumbuan (akar, batang, daun, dan
sebagainya), karena itu, alga pernah digolongkan juga sebagai tumbuhan
bertalus (Mitchell, 2012).

Tujuan pada praktikum ini adalah melakukan deskripsi pada spesimen yang
telah didapatkan dari lapangan, agar mengetahui jenis dari specimen tersebut.
Metode yang dilakukan untuk mendeskripsi specimen tersebut, dengan cara
membandingkan ciri-ciri morfologi yang ada pada specimen tersebut dengan
yang ada pada jurnal. Metode tersebut dilakukan agar data yang dihasilkan
lebih akurat dalam menentukan jenis spesimennya.

Hasil pengamatan yang telah diidentifikasi pada praktikum ini yaitu, pada
koleksi nomor (1) spesies Eucheuma cottonii dengan ciri-ciri alga berwarna
hijau muda yang mempunyai bentuk silindris, percabangannya dikotomus
(satu batang bercabang dua), teksturnya lunak, tumbuh vertikal, ukuran tubuh
28 cm, ukuran dari pangkal ke batang 2-3 cm, habitat berada di laut dangkal
dan substratnya di pasir. Pada koleksi nomor (2) spesies Chaetomorpha sp.
dengan ciri-ciri alga berwarna coklat, habitatnya berada di pantai, substratnya
di kayu, diamati dengan mikroskop pada perbesaran 4×10 dan 10×10. Pada
koleksi nomor (3) spesies Chaetomorpha sp. dengan ciri-ciri alga berwarna
hijau tua, habitatnya berada di tepi pantai, substratnya di kayu, diamati pada
mikroskop dengan perbesaran 10×10. Pada koleksi nomor (4) spesies
Chaetomorpha sp. dengan ciri-ciri alga berwarna hijau tua, habitatnya berada
di tepi pantai, substratnya dikayu, diamati dengan mikroskop pada perbesaran
4×10 dan 10×10. Pada koleksi nomor (5) spesies Chaetomorpha sp. dengan
ciri-ciri alga berwarna coklat muda, habitatnya berada tepi pantai, substratnya
dikayu, diamati dengan mikroskop pada perbesaran 4×10. Pada koleksi
nomor (6) spesies Ulva lactura dengan ciri-ciri alga berwarna, tumbuh secara
vertikal, percabangannya monopodial, blednya lamina kipas, teksturnya
lunak, ukuran tubuh 8 cm, ukuran dari pangkal ke batang 1 cm, habitatnya
berada dilaut dangkal dan substratnya dikayu. Pada koleksi nomor (7) spesies
Halimeda macroloba dengan ciri-ciri alga berwarna hijau, thallusnya rimbun,
blednya kaku dan berkapur, percabangannya dikotomus, teksturnya kaku,
ukuran tubuh 8,5 cm, ukuran dari pangkal ke batang 4, habitatnya berada di
laut dangkal dan substratnya dipantai. Pada koleksi nomor (8) spesies
Turbinia lamour dengan ciri-ciri alga berwarna coklat, percabangannya
monopodial, stipnya silindris, blednya bergerigi, strukturnya keras, ukuran
tubuh 12-13 cm, ukuran pangkal 3 cm, habitatnya berada dilaut dangkal dan
substratnya dipasir.Pada koleksi nomor (9) spesies Chaetomorpha sp. dengan
ciri-ciri alga berwarna hijau tua, habitatnya berada dilaut dangkal, substratnya
dikayu, diamati dengan mikroskop pada perbesaran 10×10.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah jumlah Alga yang didapatkan


berjumlah 9 koleksi. Pada nomor koleksi 1,6,7 dan 8 dapat diamati langsung
tanpa bantuan mikroskop yang terdiri dari nomor koleksi 1 (Eucheuma
cottoni), 6 (Ulva lactuca),7 (Halimeda macroloba) dan 8 (Turbinia lamour).
Pada nomor koleksi 2,3,4,5, dan 9 diamati menggunakan alat bantu yaitu
mikroskop yang terdiri dari koleksi 2 (Chaetomorpha), koleksi 3
(Chaetomorpha), koleksi 4 (Chaetomorpha), koleksi 5 (Chaetomorpha),
koleksi 9 (Chaetomorpha). Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang
tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimilliki tumbuan (akar,
batang, daun, dan sebagainya), karena itu, alga pernah digolongkan juga
sebagai tumbuhan bertalus.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan pada praktikum ini adalah sebaiknya hati-hati
dalam memegang alga katena sudah terendam formalin.
DAFTAR PUSTAKA

Bold, (1978). Introduction to the algae second edition. Prentice: Amerika.

Blatchley, (2012). Sistem alga. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Isnansetyo, (1980). Bahan serahan algae. Tri Ganda Karya: Bandung.

Jati & wijaya, (2007). Teknik kultur Phytoplankton. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.

Kirby, (2010). Introduction to phytologi. Prima Jaya: Bandung.

Kurniastuty, (1995). Introduction to algae. UGM Prees: Bandung.

Mitchel, (2012). Kualitas alga pada penyimpanan nata de nano. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.

Olaizola, (2011). Biology, Fifth Edition. Weasley Publishing Company Inc:


Addison.

Soemorwoto, (1980). Pengolahan rumput laut. UGM Press: Bandung.

Tjitrosoepomo, (1981). Pertumbuhan mikroalga penghasil biofuel. Gajah Mada


University: Yogyakarta.
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Muh. Akbar Hidayat

Stambuk : G 401 18 057

Kelompok : VI (Enam)

Asisten : Fedrik Stanlee Lakiu

NO. HARI/TGL KETERANGAN PARAF

Anda mungkin juga menyukai