Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333381772

FENOMENA BIOLUMINESENSI IKAN LOMEK (Harpadon nehereus) BERASAL


DARI BAKTERI LUMINESEN The Bioluminescence Phenomenon of Lomek
Fishes (Harpadon nehereus) with their Luminous Bacteri...

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 104

18 authors, including:

Delianis Pringgenies
Universitas Diponegoro
55 PUBLICATIONS   53 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Personal research View project

Potensi Ekstrak Buah Mangrove Xylocarpus granatum Untuk Pemberantasan Larva Nyamuk Aedes aegypti View project

All content following this page was uploaded by Delianis Pringgenies on 25 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3
Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

FENOMENA BIOLUMINESENSI IKAN LOMEK (Harpadon nehereus)


BERASAL DARI BAKTERI LUMINESEN

Kartika Dewi1*, Delianis Pringgenies2, Haeruddin1, Sakti Imam Muchlissin3


Departemen Manajemen Sumberdaya Pantai, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
1

Diponegoro
2
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
3
Laboratorium Bioteknologi Laut Tropis, Gedung Laboratorium Kelautan dan Oseanografi Lt. 2, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Kampus Tembalang, Jalan Prof. Soedarto, SH., Semarang 50275 Jawa Tengah
Telepon/Fax: (024) 7460012
*Korespondensi: kakartikadewi@gmail.com
Diterima: 30 Agustus 2018/ Disetujui: 19 Desember 2018

Cara sitasi: Dewi K, Pringgenis D, Haeruddin, Muchlissin SI. 2018. Fenomena bioluminesensi ikan lomek
(Harpadon nehereus) berasal dari bakteri luminesen. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(3):
451-459.

Abstrak
Ikan lomek (Harpadon nehereus) merupakan salah satu ikan yang terkenal di Tanjung Balai Karimun,
Kepulauan Riau, Indonesia karena rasanya yang gurih, serta dilaporkan dapat memancarkan cahaya ketika
diletakkan di ruangan terbuka dalam keadaan mati. Fenomena ini dikenal dengan sebutan bioluminesensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan asal cahaya yang terdapat pada ikan lomek yang telah mati
dan aktivitas bioluminesensinya. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengambilan
dan preparasi sampel, pengamatan aktivitas bioluminesensi selama 13 jam, dan isolasi bakteri luminesen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioluminesensi pada ikan lomek dapat dilihat di sekitar permukaan
tubuhnya. Luminesensi dapat terlihat hingga ke dalam bagian tubuh ikan setelah 10 hingga 11 jam dibiarkan
terbuka pada suhu ruang, namun tidak terdapat pola sebaran jangkauan bioluminesensi yang konstan.
Bioluminesensi juga terbukti terjadi karena adanya bakteri luminesen pada permukaan tubuh ikan. Bakteri
dapat memancarkan cahaya setelah dipindahkan ke dalam media Zobell laut padat dengan masa inkubasi
48 jam dan berlangsung selama 8 jam.

Kata kunci: bakteri luminesen, bioluminesensi, isolat bakteri, lomek, luciferase.

The Bioluminescence Phenomenon of Lomek Fishes (Harpadon nehereus)


with their Luminous Bacteria

Abstract
Lomek fish (Harpadon nehereus) is one of the most popular fish in Riau, which is widely distributed
along the sea of Tanjung Balai Karimun, Riau Archipelago, Indonesia. Based on direct observation, this fish
emits light when uncovered in open air and caused a phenomenon which called as bioluminescence. The
purposes of this research were to reveale the cause of luminosity of the fish and to investigate the luminosity
activity. This research was conducted in several stages ie; sampling and sample preparation, observation of
bioluminescence activity, and isolation of luminous bacteria. The results showed that the bioluminescent of
lomek fish occurred around the surface of the body. After 10 to 11 hours, the luminosity can be observed
up to the innermost parts of the body. It is revealed that the bioluminescent of this fish is simply due to the
presence of luminous bacteria on surface of its body. The bacteria could emit light on primary isolation after
48 h incubation and the light last for 8 h ahead.

Keywords: bioluminescence, isolate bacteria, lomek, luciferase, luminous bacteria.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 451


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al.

PENDAHULUAN luciferase dan memproduksi rantai panjang


Ikan lomek memiliki rasa yang gurih aldehid yang dibutuhkan dalam reaksi kimia
dan banyak ditemukan di sepanjang perairan bioluminesensi. Bakteri luminesen selain
Pulau Tanjung Balai Karimun, Kepulauan bersimbiosis dengan organ cahaya organisme
Riau. Ikan yang memliki nama lokal laut, juga dapat ditemukan bercahaya pada
nomei, lembe-lembe, dan acang-acang juga kulit organisme laut (Dunlap 2009).
ditemukan di Pantai Utara Kalimantan, Haneda (1950) menduga bahwa bakteri
Pantai Barat Sumatera (Aceh, Padang, menjadi penyebab bioluminesensi pada
Pariaman, Pekanbaru) (Nugroho et al. 2015; tubuh ikan lomek, tetapi, masih banyak
Nugroho et al. 2014). Ikan ini termasuk informasi yang belum diketahui mengenai
dalam ordo Aulopiformes dari keluarga bioluminesensi pada ikan lomek di antaranya
Synodontidae, dengan ciri memiliki mulut benarkah bakteri menjadi penyebab
yang menganga dengan gigi yang panjang bioluminesensi saat setelah kematian ikan
dan runcing, mata yang kecil dan tubuh ini, serta belum diketahui pula bagian mana
yang lembek dengan 90% kandungan air dari tubuh ikan yang mampu memancarkan
(Haneda 1950; Kakatkar et al. 2003). Ikan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk
ini hidup di pantai dangkal yang berlumpur menentukan asal cahaya yang terdapat
dengan kedalaman kira-kira sampai 50 m pada ikan lomek dengan hipotesis bahwa
(Fishbase 2018). bakteri luminesen menjadi penyebab proses
Berdasarkan pengamatan, ikan lomek pemancaran cahaya, serta mendiskripsikan
yang mati saat tertangkap dapat memancarkan aktivitas bioluminesensinya dan melakukan
cahaya. Fenomena pemancaran cahaya isolasi bakteri luminesen, sehingga akan
disebut dengan bioluminesensi yang mengetahui apa yang menyebabkan aktivitas
dihasilkan oleh makhluk hidup (Dunlap biolumenesensi pada ikan lomek.
2009). Kemampuan bioluminesensi banyak
dimiliki oleh organisme laut, sekitar 80% BAHAN DAN METODE
organisme bioluminesensi mendiami lautan Bahan dan Alat
dan dapat dijumpai di kedalaman kurang Bahan yang digunakan pada penelitian
dari 1000 m (Shimomura 2006; Herring dan ini adalah air laut steril, bahan pembuatan
Widder 2001). Salah satu organisme laut yang media Zobell padat yang terdiri dari agar
memiliki kemampuan ini adalah kelompok (Oxoid), yeast (Oxoid), peptone (Oxoid), dan
ikan, bioluminesensi yang ada pada ikan air laut, dan bahan-bahan untuk uji biokimia
dapat dijumpai pada sekitar 43 famili dari 11 yaitu alkohol 70% (Onemed), senyawa kovacks,
ordo bony fishes termasuk di dalamnya ordo pereaksi oksidasi, reagen H2O2 medium MR
Aulopiformes dan 3 famili dari satu ordo shark (Merck), medium VP (Merck), medium urea
(Herring dan Widder 2001; Paitio et al. 2016). (Merck), medium acid (Merck), medium sitrat
Bioluminesensi merupakan hasil dari (Merck), medium glukosa (Merck), laktosa
proses reaksi kimia alami, produksi dan (Merck), sukrosa (Merck), maltose (Merck).
emisi cahaya dihasilkan oleh energi lewat Alat yang digunakan adalah autoclave HVE-
oksidasi dari substrat (lucifen) yang dikatalis 50 (Hirayama), petri dish (Pyrex), jarum ose,
oleh enzim (luciferase) (Haddock et al. 2010; bunsen, erlenmeyer (Duran), tabung reaksi
Schrope 2007; Herring dan widder 2001). Ikan (Iwaki), tabung durham (Iwaki), spreader
dapat memperoleh enzim luciferase dengan (Iwaki), vortex (corning), shaker (Corning),
berbagai cara, salah satunya adalah lewat mikropipet (Corning) dan mikrotip (Biologix),
simbiosis dengan bakteri luminesen pada wadah (Lion star).
organ cahayanya, contohnya pada jenis ikan
ponyfish, pinecone fish, deep-sea anglerfishes, Metode Penelitian
(Herring dan Widder 2001), cardinasfishes, Pengambilan dan persiapan sampel
flashlight fishes (Hellinger 2017). Bakteri Sampel ikan lomek segar sebanyak 20
luminesen adalah bakteri yang secara alami ekor berukuran panjang ±23 cm diperoleh
memiliki gen untuk menghasilkan enzim dari perairan Pulau Tanjung Balai Karimun,

452 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

Kepulauan Riau. Sampel dimasukkan ke Karakterisasi biokimia dari bakteri


dalam cool box yang berisi es. Sampel segera meliputi pewarnaan Gram, uji indol, katalase,
dibawa ke laboratorium untuk penelitian urease dan oksidase, uji metil red, uji Voges-
lebih lanjut. Proskauer, asimilasi citrat, dan uji pemanfaatan
sumber karbon dengan mengikuti metode
Pengamatan aktivitas bioluminesensi standar (Colome 2001). Pengamatan
Pengamatan pola bioluminesensi morfologi diamati dibawah mikroskop cahaya
ikan lomek dilakukan dengan acuan dengan pembesaran 100x10.
Bolelli et al. (2016). Pengamatan dilakukan
dengan 2 perlakuan yang berbeda yaitu 10 HASIL DAN PEMBAHASAN
ekor ikan lomek segar dicuci dengan air Aktivitas Bioluminesensi
laut steril dan dibiarkan terbuka pada suhu Aktivitas bioluminesensi terjadi pada
ruang, sedangkan 10 ekor lainnya disiapkan permukaan tubuh ikan lomek berkisar antara
tanpa dicuci terlebih dahulu. Sampel tersebut bagian anterior yang ditunjukkan oleh 4 ikan
kemudian diletakkan hingga jam ke-13 dan sampel, sedangkan 4 ikan sampel lainnya
diamati perubahan apa yang terjadi. Air menunjukkan bagian area caudal yang
laut steril adalah air laut yang disterilisasi bercahaya lebih dulu, dan sisanya, 2 ekor ikan
menggunakan autoclave dengan suhu 1210C sampel menunjukkan bagian posterior yang
selama 15 menit. mulai bercahaya lebih dulu (Table 1).
Bioluminesensi pada ikan yang dicuci air
Isolasi bakteri luminesen laut steril terjadi setelah 8 jam ikan dibiarkan
Bagian permukaan tubuh ikan lomek dalam keadaan terbuka pada suhu ruang.
yang bercahaya diambil sebanyak 1 gram Pengamatan 2- 3 jam kemudian bagian yang
untuk dijadikan sampel seri pengeceran bercahaya mulai menyebar lebih luas ke area
10-1-10-5, kemudian ditaman dalam pada permukaan yang lebih basah dari area yang
media Zobell padat dan diperiksa setiap 8 jam lain dan bioluminesensi bisa dilihat hingga
sekali di dalam ruangan gelap untuk melihat ke dalam daging ikan. Hasil pengamatan
bioluminesensi pada koloni (Pringgenies dan dapat disimpulkan bahwa tidak adanya
Sejati 2004). Koloni yang bercahaya dipilih pola yang konstan pada sebaran jangkauan
dan diinokulasikan ke dalam media baru bioluminesensi pada permukaan tubuh ikan
dengan metode streak quadran, selanjutnya lomek. Perbandingan pola bioluminesensi
dilakukan purifikasi hingga didapatkan koloni dengan sampel ikan lomek yang sebelumnya
tunggal yang masih bercahaya untuk dipelajari tidak dicuci terlebih dulu dengan air laut
karakteristik biokimianya. steril, menunjukkan hasil yang berbeda.

Table 1 Bioluminescence activity of washed fish

Sample Start luminesce Luminous peaks The first luminous part


1 After 8 hours After 10 hours Around anterior
2 After 6 hours After 11 hours Around anterior
3 After 8 hours After 10 hours Around anterior
4 After 8 hours After 10 hours Around anterior
5 After 6 hours After 12 hours Caudal area
6 After 7 hours After 10 hours Caudal area
7 After 8 hours After 10 hours Caudal area
8 After 6 hours After 11 hours Caudal area
9 After 9 hours After 13 hours Around posterior
10 After 9 hours After 13 hours Around posterior

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 453


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al.

Bioluminesensi sulit terjadi dan dari 10 memiliki sel-sel khusus yang disebut
sampel hanya 1 sampel yang memiliki area photocytes, tersebar di tubuh ikan atau
yang bercahaya dengan area penyebaran bioluminesensi juga bisa dihasilkan oleh
yang tidak terlalu luas (Table 2). Hal ini organ cahaya ikan yang bersimbiosis dengan
dapat diasumsikan bahwa bakteri luminesen bakteri luminesen (Herring dan Widder 2001;
menjadi penyebab bioluminesensi. Claes et al. 2009; Pearcy et al. 2009).
Hasil kultur murni bakteri hasil isolasi Berdasarkan pengamatan pola sebaran
yang ditumbuhkan dalam Zobell padat dapat bioluminesensi yang terjadi di kulit ikan
memancarkan cahaya di dalam ruangan gelap. lomek, tidak ditemukan adanya photopore
Fenomena ini membuktikan bahwa cahaya maupun organ cahaya. Bioluminesensi ini
yang dipancarkan ikan lomek berasal dari terjadi karena adanya bakteri luminesen pada
bakteri yang hidup dalam permukaan tubuh permukan tubuh ikan lomek. Menurut Haneda
ikan lomek (Figure 1 dan 2). (1950) tubuh ikan lomek mengandung jumlah
Bioluminesensi pada ikan bisa dihasilkan air yang sangat banyak, Kakatkar et al. (2003)
melalui photopore yang secara intrinsik melaporkan ikan ini memiliki tubuh yang

Table 2 Bioluminescence activity of unwashed fish

Sample After 8 hours After 10 hours Luminous part


1 Non luminous Luminous Around caudal
2 Non luminous Non luminous -
3 Non luminous Non luminous -
4 Non luminous Non luminous -
5 Non luminous Non luminous -
6 Non luminous Non luminous -
7 Non luminous Non luminous -
8 Non luminous Non luminous -
9 Non luminous Non luminous -
10 Non luminous Non luminous -

(a) (b)

Figure 1 (a) the bacteria were colonized on surface of fish skin (b) fresh lomek fish

454 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

lembek dan mengandung 90% air, sehingga Quorum sensing pada bakteri secara
ikan ini bisa menjadi media yang tepat untuk biokimia mampu mendeteksi minimal
pertumbuhan bakteri luminesen. akumulasi autoinduser untuk mengantarkan
Mikroorganisme laut yang memiliki ekspresi gen pada jumlah sel yang luas,
kemampuan biolumenesensi ada 3, yaitu jika ambang batas terpenuhi maka koloni
bakteri, dinoflagelata dan radiolarians bakteri akan melepaskan autoinduser dan
(Herring dan Widder 2001). Bakteri terbentuklah bioluminesensi. Oleh karena
luminesen adalah bakteri yang secara alami itu, individual bakteri luminesen tidak akan
memiliki gen untuk menghasilkan enzim bercahaya sampai membentuk koloni dengan
luciferase dan memproduksi rantai panjang densitas sel yang cukup (Side et al. 2015).
aldehid yang dibutuhkan dalam reaksi Bakteri luminesen harus mencapai jumlah sel
kimia bioluminesensi (Dunlap 2009). Enzim yang cukup serta membutuhkan tempat yang
luciferase adalah enzim yang bertanggung kaya nutrisi untuk bertumbuh, melepaskan
jawab dalam mengkatalis substrat luciferin autoinduser dan membentuk kerapatan.
sehingga bisa menghasilkan cahaya tampak Tempat yang kaya nutrisi itu misalnya organ
dalam proses reaksi kimia bioluminesensi. cahaya atau pada kulit dari organisme laut
Bakteri luminesen dapat ditemukan (Dunlap 2009; Bolelli et al 2016), oleh sebab
dalam bentuk bebas di lautan, tetapi lebih itu bakteri luminesen juga bisa diisolasi dari
umum dijumpai bercahaya jika bersimbiosis kulit organisme laut dan menjadi penyebab
pada organ cahaya ikan atau cumi-cumi pemancaran cahaya pada permukaan tubuh
(Herring dan Widder 2001; Pringgenies ikan.
dan Sejati 2004) atau bakteri ini juga dapat Hasil pengamatan pola bioluminesensi
bercahaya jika berkumpul pada kulit hewan pada kulit ikan lomek, menunjukkan bahwa
laut (Dunlap 2009). Bakteri tidak dapat pola bioluminesensi sampel berbeda-beda
berkolonisasi untuk membentuk kerapatan atau dengan kata lain tidak memiliki pola yang
yang sangat tinggi karena kondisi lautan konstan. Koloni bakteri yang bercahaya lebih
yang sangat luas, sehingga bakteri tidak dapat banyak ditemukan di area yang lebih basah
memancarkan cahaya (Pringgenies dan Sejati misalnya pada cekungan di area anterior
2004). Bakteri luminesen ini membutuhkan (Figure 2b). Hal ini didukung dari hasil uji
tempat yang kaya nutrisi untuk berkumpul motilitas, bahwa bakteri luminesen ini bersifat
dan membentuk kerapatan kemudian motil. Beberapa jenis bakteri yang bersifat
mencapai densitas sel yang cukup untuk motil, dengan flagella polar akan membantu
quorum sensing dan bercahaya. bakteri untuk berenang pada lingkungan yang
Quorum sensing merupakan respon berair (Carter 2004), dengan berenang bakteri
biologi khusus dari bakteri dengan luminesen akan meraih tempat yang kaya akan
membentuk sebuah molekul sinyal yang nutrisi lebih cepat dan akan bercahaya lebih
disebut autoinduser. Mekanisme ini terang dibandingkan dengan tidak berenang
merupakan bentuk komunikasi bakteri untuk (Sasaki et al 2009). Bakteri juga menyukai
memastikan jumlah sel mencukupi sebelum area yang lebih basah di bandingkan area yang
menghantarkan ekspresi gen. Molekul sinyal kering, karena area yang basah memungkinkan
yang disebut autoinduser akan dilepaskan sel flagella sebagai alat motilitas tetap berukuran
bakteri dan sel-sel yang lain akan menangkap panjang sehingga memudahkan bakteri
sinyal tersebut, kemudian merespon sinyal untuk berenang, sedangkan area yang kering
tersebut dan membentuk kerapatan antar membuat flagella bakteri memendek yang
sel. Menurut Bassler (2002) jika jumlah sel dapat menghambat motilitas bakteri (Berg
telah mencukupi ambang batas quorum 2005).
sensing maka setiap sel bakteri tersebut akan Ikan lomek yang dicuci dengan air
mengeluarkan ekspresi gen (enzim luciferase) laut steril dapat menghasilkan fenomena
secara serentak dan bersama-sama, kemudian bioluminesensi lebih terang dibandingkan
terjadilah bioluminesensi. dengan ikan yang tidak dicuci. Fungsi lain

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 455


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al.

(a) (b)
Figure 2 (a) The part that is more moist located in the anterior (b) Luminous bacteria are
accumulated in the wet surface of fish skin

dari air laut steril tersebut adalah memberikan media Zobell padat dan diinkubasi selama
salinitas yang sesuai agar bakteri bisa 48 jam. Hasil karakteristik morfologi bakteri
bercahaya karena salah satu faktor untuk luminesen dapat dilihat pada Table 3 dan
bakteri luminesen bisa bercahaya adalah Figure 3.
salinitas (Shilo dan Yetinson 1979). Morfologi dari isolat bakteri luminesen
Kemampuan bioluminesensi ditemukan yaitu berbentuk batang dan termasuk
pada flashlight fishes dan ikan laut dalam kelompok bakteri Gram negatif (warna
anglerfishes. Ikan-ikan ini memiliki organ merah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cahaya yang tidak terhubung dengan saluran isolat bakteri yang tumbuh dalam media zobell
pencernaantetapi organ cahaya mereka padat dapat bercahaya bila di dalam ruangan
terbuka di air laut. Bakteri masuk ke dalam gelap, ini membuktikan bahwa bakteri ini
organ cahaya melalui pori-porinya (Herring memiliki kemampuan bioluminesensi. Koloni
dan Widder 2001). Bakteri luminesen tersebut tunggal yang bercahaya dipilih, kemudian
berenang di area yang basah, setelah menempel dipelajari karakteristik biokimianya. Hasil
dan masuk ke pori-pori tubuh ikan, kemudian dari karakteristik biokimia isolat bakteri
memperoleh nutrisi dan dengan salinitas yang luminesen dapat dilihat pada Table 4.
sesuai untuk pertumbuhan, bakteri bertumbuh Hasil uji indol negatif menunjukkan
terus-menerus, melepaskan molekul sinyal bahwa bakteri luminesen ini tidak membentuk
(autoinduser), membentuk kerapatan hingga indol dari asam amino triptofan sebagai
mencapai ambang batas minimal untuk sumber karbon. Uji MR positif artinya bakteri
meraih quorum sensing, kemudian bercahaya ini menghasilkan asam campuran (metilen
(Side et al 2015). glikon) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam MR-VP. Uji VP negatif
Isolat bakteri luminesen menunjukkan bahwa hasil akhir fermentasi
Bakteri bioluminesensi didapatkan bakteri ini bukan asetil metil karbinol
dari seri pengeceran pertama dari sampel (asetolin). Katalase positif menunjukkan
permukaan tubuh ikan lomek yang sedang bakteri ini memiliki enzim katalase (Colome
bercahaya. Hasil pengeceran dituang pada 2001).

Table 3 Morphological characteristics of isolated luminous bacteria

Characteristics Luminous colonies


Colonies surface Smooth
Colony pigmentation White-yellow
Size Pin point
Shape Round
Margin Lobate
Elevation Raised

456 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

(a) (b) (c)

Figure 3 (a) Colonies of luminous marine bacterium observed in the dark room and (b) same
plate observed in the light (c) isolated bacteria obtained by microscope with 100 x10
magnification

Table 4 The biochemical characterization of isolated bacteria

Biochemical characteristics Result


Bioluminescence +
Oxidase reaction +
Catalase reaction +
Lysin deaminase -
Ornitin +
Citrate assimilation -
Urea hydrolysis -
Esculin hydrolysis -
Indole production -
Methyl red test +
Voges-Proskauer test -
Motility +
Glucose fermentation +
Sucrose fermentation -
Lactose fermentation -
Maltose assimilation +

Hasil uji biokimia juga menunjukkan (Volk dan Wheeler 1993). Sehingga dapat
bahwa isolat bakteri luminesen tersebut disimpulkan bahwa isolat bakteri luminesen
mampu menghasilkan enzim oksidase dan bukan dari keluarga Enterobacteriaceae dan
enzim katalase. Uji oksidase merupakan uji bakteri ini termasuk bakteri aerob.
untuk membedakan antara anggota-anggota Bakteri aerob menghasilkan senyawa
dalam genus Pseudomonas, yang merupakan H2O2 dari respirasi aerobik. Senyawa ini
oksidase positif, dan Enterobacteriaceae berbahaya bagi bakteri itu sendiri, oleh
yang merupakan oksidase negatif. Enzim karenanya bakteri akan menghasilkan
oksidase juga merupakan salah satu enzim enzim katalase untuk mengkatalis senyawa
yang dihasilkan oleh beberapa bakteri aerob tersebut (Volk dan Wheeler 1993). Hanya

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 457


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al.

bakteri yang bersifat aerob yang mampu Bolelli L, Ferri EN, Girotti S. 2016. The
menghasilkan ensim katalase. Uji Simmon’s management and exploitation of naturally
Citrat digunakan untuk melihat kemampuan light-emitting bacteria as a flexible
organisme enterik berdasarkan kemampuan analytical tool: A tutorial. Analytica
memfermentasi sitrat sebagai sumber Chimica Acta. 934: 22-35.
karbon(Volk dan Wheeler 1993). Organisme Carter LL Mc. 2004. Dual flagellar systems
enterik merupakan organisme yang umumnya enable motility under different
berada di saluran perncernaan. Isolat bakteri circumstances. Journal Molecular
luminesen diketahui memiliki hasil negatif Microbiology Biotechnology. 7:1 8–29.
pada uji Simmon’s Citrat sehingga dapat Colome JS. 2001. Laboratory Exercises in
disimpulkan bahwa bakteri ini memang bukan Microbiology. New York (USA): West
berasal dari pencernaan. Berdasarkan uji Publishing  Company.
biokimia juga diketahui bahwa isolat bakteri Dunlap PV. 2009. Encyclopedia of
luminesen hanya mampu memfermentasikan Microbiology Bioluminescence,
glukosa dari tiga gula yaitu sukrosa, fruktosa Microbial: Physiology. Elsevier Inc.
dan laktosa. University of Michigan, Ann Arbor.
Bakteri luminesen yang tercatat Fishbase. 2018 Harpadon nehereus (Hamilton.,
pada umumnya memiliki ciri-ciri Gram 1882). Fishbase Organization. http://
negatif, tidak membentuk spora, motil, w w w. f i s h b a s e . o r g / s u m m a r y / 2 6 0 .
chemoorganotrophs, aerob fakultatif, mampu (30/08/2018)
memfermentasi gula untuk mendapatkan Haddock SHD, Moline MA, Case JF. 2010.
energi jika oksigen dan terminal penerima Bioluminescence in the sea. Annual
elektron yang cocok tidak tersedia (Dunlap Review of Marine Science. 2: 443–493.
2009). Beberapa dari ciri-ciri tersebut sesuai Haneda Y. 1950. Harpodon nehereus, a non-
dengan hasil uji biokimia isolat bakteri luminous fish. Pacific Science Journal.
luminesen dari ikan lomek yaitu bakteri ini 4: 135-138.
termasuk bakteri Gram negatif, motil dan Hellinger J, JaÈgers P, Donner M, Sutt F,
mampu memfermentasikan glukosa. Mark MD, Senen B, Tollrian R, Herlitze
S. 2017. The flashlight fish Aanomalops
KESIMPULAN katoptron uses bioluminescent light to
Permukaan tubuh ikan lomek (Harpadon detect prey in the dark. Plos OneLoS ONE.
nehereus) dapat memancarkan cahaya setelah 12(2): 1-18.
8 hingga 9 jam kematian. Asal cahaya yang Herring PJ, Widder EA. 2001. Bioluminescence.
terdapat pada permukaan tubuh ikan ini Di dalam: Steele J, Thorpe S, Turekian
berasal dari bakteri luminesen. Bakteri ini K (editor) 1st Eedition of Encyclopedia
termasuk bakteri Gram negatif, motile dan of Ocean Sciences.1: 308–317. Elsevier
mampu memfermentasikan glukosa. Ltd. United States: Academic Press,
Elsevier Ltd.
UCAPAN TERIMA KASIH Kakatkar A, Sharma A, Venugopal V. 2003.
Penulis mengucapkan terima kasih Hydration of muscle proteins of bombay
kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, duck (Harpodon nehereus) during acetic
Kementerian Keuangan yang telah mendanai acid-induced gelation and characteristics
keseluruhan dari penelitian ini. of the gel dispersion. Food Chemistry.
83: 99–106.
DAFTAR PUSTAKA Nugroho ED, Ibrahim, Rahayu DA. 2014.
Bassler BL. 2002. Small tTalk: cell-to-cell Variasi morfologi dan kekerabatan ikan
communication in bacteria. Journal Cell. nomei perairan kalimantan sebagai upaya
109: 421–424. konservasi ikan laut lokal di Indonesia.
Berg HC. 2005. Swarming motility: it better be Prosiding Seminar Nasional XI Pendidikan
wet. curret biology. 15(15): 599-600. Biologi FKIP UNS. 11(1): 505-511.

458 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Fenomena bioluminesensi ikan lomek, Dewi et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3

Nugroho, Rahayu DA. 2015. Status taksonomi observed in luminous bacteria groups
ikan nomei dari perairan tarakan, with different motility. Letters in Applied
Kalimantan Utara berdasarkan gen 16S Microbiology. 48: 313–317.
rRNA sebagai upaya konservasi ikan laut Schrope M. 2007. Lights in the Deep. Nature.
lokal Indonesia. Jurnal Harpodon Borneo. 450: 472-474.
8(2): 132-141. Shilo M, Yetinson T.1979. Physiological
Paitio J, Oba Y, Rochow VBM. 2016. characteristics underlying the distribution
Bioluminescent fishes and their eyes: patterns of luminous bacteria in the
luminescence - an outlook on the Mediterranean Sea and the Gulf of Elat.
phenomena and their applications. Applied and Environmental Microbiology.
Intechopen. www.intechopen.com 38: 577-584.
Pearcy WG, Brodeur RD. 2009. Reference Shimomura O. 2006. Bioluminescence:
Module in Earth Systems and Chemical Principles and Methods.
Environmental Sciences Encyclopedia of Singapore (SG): World Scientific
Ocean Sciences. 2nd ed. Academic press. Publishing.
United States. Side DD, Giuffreda E, Tredici SM, Talà A,
Pringgenies D, Sejati S. 2004. Isolasi dan Pennetta C, Alifano P. 2015. Quorum
determinasi bakteri luminesensi sensing: Complexity in the bacterial
yang bersimbiosis pada cumi-cumi world. Chaos, Solitons and Fractals.
loligo duvauceli. Jurnal Ilmu Kelautan. 81:551–555.
9(1): 26-30. Volk WA, Wheeler MF. 1993. Mikrobiologi
Sasaki S, Okamoto T, Fujii T. 2009. Dasar. Vol.V. Jakarta (ID): Erlangga.
Bioluminescence intensity difference

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 459

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai