Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319967352

STUDI BIOLOGI DAN EKOLOGI HEWAN FILUM Mollusca DI ZONA LITORAL


PESISIR TIMUR PULAU BINTAN

Article · January 2014

CITATION READS

1 1,000

21 authors, including:

Henky Irawan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
112 PUBLICATIONS   113 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penanaman bakau / Mangrove Planting View project

Biotechnology View project

All content following this page was uploaded by Henky Irawan on 21 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

STUDI BIOLOGI DAN EKOLOGI HEWAN FILUM Mollusca


DI ZONA LITORAL PESISIR TIMUR PULAU BINTAN

Henky Irawan dan Falmi Yandri

Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang


E-mail: Henkyirawan.umrah@gmail.com

Pengutipan ditulis:
Irawan, H dan Yandri, F. 2014. Studi Biologi Dan Ekologi Hewan Filum Mollusca di
Perairan Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. Dinamika Maritim Vol 4.No 1. Hal 10-26.

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di pesisir timur Pulau Bintan yang masuk dalam
kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD Kab Bintan). Pemilihan
lokasi berada pada KKLD dikarenakan pada kawasan tersebut di lindungi sehingga
organisme yang berada di kawasan tersebut masih dalam kondisi yang alami dan
keberadaannya tidak terganggu. Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel di
sekitar daerah KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa
Gunung Kijang yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut Pesisir Timur
Kecamatan Gunung Kijang. Pada lokasi-lokasi tersebut penelitian dilakukan pada zona
litoral. Hasil penelitian menemukan 73 spesies hewan Filum Mollusca dimana terdiri dari
26 spesies Kelas Bivalvia dan 47 spesies Kelas Gastropoda di pesisir timur pulau bintan.
Diantara 47 hewan kelas gastropoda masih ada 3 hewan yang belum ada nama ilmiahnya.
Hewan-hewan Kelas Bivalvia dan Gastropoda yang ditemukan memiliki kebiasaan hidup
melekat pada substrat, menetap tetapi tidak melekat pada substrat dan bergerak lambat.
Keberadaan hewan-hewan tersebut juga terkait dengan kondisi substrat pasir dan lumpur
dimana juga ditemukan dalam lambung hal ini terkait dengan kebiasaan makan hewan
tersebut. Kebiasaan makan hewan-hewan tersebut adalah pemakan endapan dan
penyaring makanan.

Kata kunci: Mollusca, Bivalvia, Gastropoda, Zona litoral

ABSTRACT

This research was conducted on the East coast of Bintan Island, in part of marine
conservation area in Bintan region. The locations were chosen in marine conservation
area because the organisem in that area were protected and still in natural condition. The
locations for sampling are at the coastal area of Malang Rapat Village, Teluk Bakau
Villege, and Gunung Kijang Village. Samplings on each location were take place in
litoral zone. The result from this research is there were 73 species of Mullusk wich is 26
species of Bivalvia class and 47 species of Gastropod class that were found in east coas of
Bintan Island. The species of Bivalvia and Gastropod were found live attach ti substrat,
settle but not attach to substrat, and moving slowly. The existence of that species has
relation with subtsrat sand and mud wich is also found in their gut, wich shown relation to
their feeding habit. The feeding habits of of that species were deposit freeder and filter
feeder.

Keyword: Mollusk, Bivalvia, Gastroopod, Litoral Zone

10
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

PENDAHULUAN Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali


Hewan dari filum Mollusca Haji, Tanjungpinang Provinsi
merupakan hewan avertebrata air yang Kepulauan Riau.
banyak di kaji dalam beberapa mata Di harapkan dengan adanya
kuliah yang di ajarkan di Fakultas Ilmu informasi dari daerah sendiri yang
Kelautan dan Perikanan (FIKP), bersifat spesifik lokal hewan filum
Universitas Maritim Raja Ali Haji Mollusca yang ada di zona litoral
(UMRAH) yang terletak di pesisir timur pulau bintan itu sendiri
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan maka akan menambah wawasan
Riau. mahasiswa dan membuat mahasiswa
Dari pengamatan dan penelitian FIKP UMRAH lebih mengenal potensi
pendahuluan yang telah di lakukan keanekaragaman hayati laut daeranya
selama tiga tahun di daerah perairan laut sendiri.
Pulau Bintan maka sangat banyak
keanekaragaman hewan-hewan di zona METODE PENELITIAN
litoral pesisir timur pulau Bintan yang di Penelitian ini dilaksanakan pada
temukan sehingga sangat berpotensi bulan Agustus hingga November 2013
untuk di teliti karena mengingat telah yang bertempat di Kawasan Konservasi
adanya lembaga akademis yang juga Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD
bergerak di bidang penelitian seperti kab Bintan). Pemilihan lokasi berada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada KKLD di karenakan pada kawasan
UMRAH dan belum adanya data tersebut di lindungi sehingga organisme
mengenai hewan-hewan dari filum yang berada di kawasan tersebut masih
Mollusca ini secara terperinci di dalamm kondisi yang alami dan
Kepulauan Riau umumnya dan Pulau keberadaannya tidak terganggu, lalu dari
Bintan khususnya. hasil pengamatan penelitian pendahulian
Beberapa hewan dari filum yang telah di lakukan di sekitar daerah
Mollusca yang sudah dikenal umum KKLD tersebut hewan filum Mollusca
adalah siput gonggong, kerang bulu, dapat dengan mudah di temukan.
cumi-cumi dan sotong. Hingga saat ini Lokasi yang di jadikan tempat
belum ada informasi yang terperinci pengambilan sampel di sekitar daerah
mengenai biologi dan ekologi hewan- KKLD tersebut adalah Desa Malang
hewan tersebut yang terdapat di perairan Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa
laut Pulau Bintan, maka oleh karena itu Gunung Kijang yang berada di
sangat perlu di lakukan penelitian agar Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut
dapat memperoleh data mengenai Pesisir Timur Kecamatan Gunung
biologi dan ekologi hewan-hewan filum Kijang.
Mollusca tersebut.
Tujuan dari studi biologi dan
ekologi hewan filum mollusca di zona
litoral pesisir timur pulau bintan adalah
untuk menggali informasi mengenai
biologi dan ekologi hewan filum
Mollusca yang terdapat di perairan
Pulau Bintan sehingga informasi
tersebut nantinya dapat berguna
khususnya dalam memperkaya bahan
ajar mata kuliah avertebrata air,
Budidaya Laut dan Pesisir, Bioteknologi
Laut, Bahan Hayati Laut,
Keanekaragaman Hayati Laut, Biologi
Laut, dan Ekologi Perairan yang di
ajarkan di Fakultas Ilmu Kelautan dan

11
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

Gambar 1. Peta KKLD Pulau Bintan, B. Pengamatan Morfologi


Kab Bintan Prov Kepulauan Pengamatan morfologi juga di
Riau. Sumber Satker lakukan di laboratorium dan yang
Direktorat Konservasi dan dilakukan adalah dengan
Taman Nasional Laut menggambarkan bentuk, tubuh, ciri-ciri
Direktorat Jenderal spesifik, yang mengacu kepada
Kelautan, Pesisir, Pulau- morfologi dalam bahan ajar avertebrata
Pulau Kecil Departemen air filum Mollusca oleh Irawan, 2012.
Kelautan Dan Perikanan. C. PengamatanAnatomi
2009. Pengamatan anatomi juga
dilakukan di laboratorium dan yang
dilakukan adalah dengan membedah
tubuh hewan-hewan filum Mollusca
tersebut untuk melihat organ-organ
dalamnya lalu menggambarkannya,
yang mengacu kepada anatomi dalam
bahan ajar avertebrata air filum
Mollusca oleh Irawan, 2012.

Ekologi Mollusca
A. Gambaran habitat
Penggambaran habitat Mollusca
Gambar 2. Peta Kecamatan Kabupaten dilakukan dengan mengamati keadaan
Bintan Provinsi Kepulauan lingkungan sekitar lokasi penelitian
Riau. Sumber Bappeda secara deskriptif.
Kabupaten Bintan.2009. B. Pengamatan kondisi perairan
Prosedur Kerja Penelitian Pengamatan kondisiperairan
Penelitian ini dilakukan dengan dengan melihat parameter: Fisika, Kimia
menggunakan metode survey lapangan dan Biologi dalam pengamatan in ijuga
untuk mengambil hewan Mollusca yang di lakukan sampling hewan Mollusca
ditemukan, metode wawancara dengan yang diamati lebih lanjut di
nelayan dan penduduk sekitar lokasi, laboratorium.Parameter fisika yang di
dan metode sampling dengan amati adalah: kecerahan, kedalaman,
mengambil hewan Mollusca sebanyak 3 danpasangsurut. Parameter Kimia yang
individu sebagai sampel untukstudi di amati adalah DO, pH, Salinitasbaik
biologi yaitu pengamatan morfologi dan yang ada di permukaandan di
anatomi di laboratorium dan mengambil dasarperairan.
data kualitas perairan dengan 3 kali
ulangan. Setiap kegiatan penelitian di C. Pengamatan sedimen
dokumentasikan dengan menggunakan Pengamatan sedimen dilakukan
kamera digital. dengan mengambil sedimen permukaan
di lokasi ditemukannya Mollusca.
Biologi Mollusca Sedimen dibawa kelaboratorium untuk
A. Identifikasi diamatistruktur dan jenisnya secara
Identifikasi hewan Mollusca deskriptif dengan
dilakukan dengan membawa sampel dari mikroskop.Karakteristik sedimen yang
lokasi pengamatan ke laboratorium dan diamati adalah tipe sedimen, warna
mengidentifikasi ciri-ciri spesies yang sedimen, dan organisme yang menempel
mengacu pada panduan identifikasi pada sedimen tersebut.
filum Coelenterata (Suginyo, Widigdo,
Wardianto, Krisanti,. 2005) dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dikonfirmasi serta di daftarkan World Biologi

12
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

Telah ditemukan 75 spesies daerah Teluk Bakau dan Malang Rapat


hewan Filum Mollusca dimana terdiri pada waktu pasang maupun surut
dari 26 spesies Kelas Bivalvia dan 47 dikarenakan suplai air asin dari laut
spesies Kelas gastropoda di pesisir timur lebih dominan dibandingkan air tawar
pulau bintan. Diantar 47 hewan kelas dari sungai dan ini ditunjang dengan
gastropoda masih ada 3 hewan yang kondisi di daerah tersebut relativ tidak
belum ada nama ilmiahnya. ditemukan sungai sebagai pensuplai air
tawar keperairan.

Ekologi 3. Keruhan
1. Suhu Hasil pengukuran tingkat
Dari hasil pengukuran suhu keruhan di masing-masing tempat
perairan Kampung Galang Batang didapatkan rata-rata di Galang Batang
berkisar antara 27-30oC. Kawal 26-32,1 1,9 ntu, Kawal 1,8 ntu. Teluk Bakau
o
C. Teluk Bakau 28-30 oC dan Malang 0,39 ntu dan Malang Rapat 0,29 ntu.
Rapat 28-34,5 oC. Adapun waktu Kekeruhan suatu perairan sangat
pengukuran suhu di tiap lokasi dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
dilakukan pada pagi dan siang hari. jumlah partikel tersuspensi yang
Hasil pengukuran siang hari dengan terdapat di kolom perairan yang
suhu tertinggi terjadi di perairairan bersumber dari aliran sungai yang
Malang Rapat dengan 34,5oC dan pagi memasuki perairan, maupun hasil
hari suhu terendah terdapat di Kawal pengadukan sedimen didasar perairan
dengan 26 oC. yang disebabkan oleh arus maupun
Perubahan suhu mengalami gelombang. Meningkatnya kekeruhan
kenaikan dari pagi menjeleng siang hari dikolom perairan menyebabkan
dan kembali turun pada sore hari. Tinggi kecerahan di perairan menjadi
rendah suhu perairan sangat dipengaruhi berkurang.
oleh intensitas penyinaran matahari. 4. Kecerahan
Tingginya suhu pada siang hari Hasil pengukuran tingkat
dikarenakan posisi matahari tegak lurus kecerahan perairan Kampung Galang
dan tidak condong. Berdasarkan Batang berkisar antara 134 cm – 153.5
pengukuran suhu perairain didapatkan cm, Kawal 148 - 163 cm. Teluk Bakau
bahwa suhu perairan di masing-masing 100 % dan Malang Rapat 100%.
lokasi masih dalam kondisi normal atau Pengukuran kecerahan perairan
mendukung kehidupan biota. dilakukan pada siang hari karena
2. Salinitas intensitas cahaya dan posisi matahari
Salinitas adalah tingkat keasinan berada tegak lurus dengan bumi,
atau kadar garam yang terlarut dalam rendahnya nilai kecerahan di desa
air. Salinitas perairan sangat penting Galang Batang dan Kawal sangat erat
untuk mengetahui karakteristik dari dengan suplai air tawar yang bersal dari
suatu perairan tersebut. Hasil sungai karena di daerah ini terdapat
pengukuran salinitas perairan Kampung sungai yang bermuara kelaut yang
Galang Batang berkisar antara 20-30‰. membawa partikel-partikel tersuspensi.
Kawal 18 - 30‰. Teluk Bakau 30,1 – Sementara di Malang Rapat dan Teluk
33,2‰ dan Malang Rapat 34,9-36,5 ‰. Bakau tingginya tingkat kecerahan
Hasil pengukuran salinitas pada saat menunjukan bahwa perairan tersebut
pasang tertinggi terdapat di Malang sangat sedikit mengandung partikel-
Rapat dan waktu terendah terdapat di partikel tersuspensi. tingkat
Kawal. kecerahannya 100%, Hal ini di
Tinggi rendahnya salinitas suatu karenakan pada saat pengukuran letak
perairan sangat tergantung dari suplai air piringan sechidisk menyentuh dasar
tawar dan air asin. Kisaran salinitas di perairan

13
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

Kecerahan sangat penting hal ini di karenakan seiringnya tingginya


karena erat kaitanya dengan proses intensitas cahaya matahari yang
fotosintesis yang terjadi diperairan. Dari menyinari perairan akan menyebabkan
hasil pengukuran yang didapat di lajunya proses fotosintesis oleh tumbuh-
Kampung Galang Batang Desa Gunung tumbuhan terutama jenis fitoplankton
Kjang termasuk perairan yang subur. yang menghasilkan kandungan oksigen.
Syukur. (2002) dalam Iman,M.S, (2010)
kecerahan keeping secchi < 3 m adalah 8. Substrat.
tipe perairan yang subur eutropik, antara Tipe tanah/substrat secara tidak
3-6 m kesuburan sedang mesotrofik dan langsung juga menjadi salah satu faktor
> 6 meter digolongkan pada tipe penentu kehidupan biota bentos
perairan kurang subur oligotrofik. terutama Filum Mollusca, dimana tipe
suptrat seperti yang kita ketahui, pada
5. Arus substrat yang berlumpur pekat dan
Arus yang diukur adalah arus selalu tergenang air laut menyebabkan
permukaan. Arus selama pengukuran di tanah kekurangan oksigen dan mudah
perairan Galang Batang berkisar antara menempel sehingga dibutuhkan adaptasi
0,17 – 1,28 m/dtk. Kawal 0,27 – 3,31 yang tinggi dalam merespon situasi ini
m/dtk. Teluk Bakau 1,2- 1,25 m/dtk dan seperti yang terjadi pada jenis-jenis
Malang Rapat 1,9-2,5 m/dtk. Cepat mollusca yang mengembangkan
lambatnya arus sangat berpengaruh adaptasi morfologinya dengan setae (
terhadap karakteristek endapan sedimen bulu halus ) untuk mencegah terjadinya
didasar perairan. Pada arus yang kuat penyumbatan pada system respirasi.
karakteristik sedimen di dasar perairan Hasil pengukuran substrat di
cendrung pasir dan berbatuan dan arus laboratorium, dengan menggunakan
yang lambat cendrung dasar perairannya saringan bertingkat dengan ukuran mesh
berlumpur. 2,36mm, 2,00mm, 1,18mm,
500μm(0,5mm), 250μm(0,25mm),
6. Derajat Keasaman ( pH ) 125μm(0,125mm), dan
Pengukuran yang di lakukan di 106μm(0,106mm), di dapat
Galang Batang 7,05. Kawal 7,12. Teluk penggolongan substrat menurut
Bakau 8,02 dan Malang Rapat 8,14. Wenworth pada subtrat dasar perairan
Hasil pengukuran ditemukan bahwa Galang Batang cendrung lumpur
nilai pH perairan di masing-masing berpasir, Kawal cendrung pasir
tempat berada diatas 7, ini dapat berlumpur, Teluk Bakau berpasir dan
dinyatakan bahwa perairan tersebut Malang Rapat berpasir.
cendrung bersifat basa yang disebabkan
oleh banyaknya suplai air asin dari laut KESIMPULAN DAN SARAN
yang mendominasi di perairan pantai Jenis hewan Filum Mollusca
karena parairan laut cendrung bersifat yang di temukan di zona litoral pesisir
basa. timur Pulau Bintan adalah dari kelas
Bivalvia dan Gastropoda, hal ini terkait
7. Dissolved Oxygen ( DO ) dengan kebiasaan hidup hewan kedua
Setelah melakukan pengukuran kelas tersebut yang menempel pada
kandungan oksigen terlarut pada siang substrat, bergerak lambat bahkan
hari di perairan dengan rata-rata desa cenderung menetap.
Galang Batang 7,15. Kawal 7,1. Teluk kulalitas air di di zona litoral
Bakau 7,5 dan Malang Rapat 8,1. pesisir timur Pulau Bintan mendukung
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di untuk kehidupan hewan-hewan tersebut.
masing-masing perairan tergolong baik Ekosistem yang ditemukan adalah
untuk organisme akuati dalam perairan, ekosistem hutan mangrove, padang
dengan demikian pada siang hari lamun dan terumbu karang dimana di
kandungan oksigen terlarut akan tinggi

14
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

ketiga ekosistem ini ditemukan hewan COREMAP.2013.


dari kelas Bivalvia dan Gastropoda. http://www.coremap.or.id/datin/
Keberadaan hewan kelas molusc/
Bivalvia dan Gastropoda ini terkait Irawan, H. 2012. Bahan Ajar Avetebrata
dengan lingkungannya adalah Air, Filum Mollusca. Handout
ketersediaan makanan dan kebiasaan Irawan, H. 2012. Penuntun Praktikum
makan dimana dalam kebiasaan makan Avertebrata Air, , Filum
hewan kelas Bivalvia dan Gastropoda Mollusca.
ini pemakan sedimen dan penyaring McKenzie, L. 2007. Undertanding
makanan. Substrat pada zona litoral Sediment. Seagrass Watch.
tersebut adalah sedimen pasir dan Nuraini dan Rusliadi. 2009. Buku Ajar
lumpur yang juga di temukan dalam Avertebrata Air.
pencernaan hewan-hewan tersebut. PUSBANGDIK UNRI.
Masih ada 3 hewan kelas Pekanbaru.
Gastropoda yang belum ada nama Satker Direktorat Konservasi dan Taman
ilmiahnya ketika di rujuk pada bank data Nasional Laut Direktorat
dunia World Register of Marine Species Jenderal Kelautan, Pesisir,
sehingga hewan-hewan tersebut Pulau-Pulau Kecil Departemen
berpotensi untuk di daftarkan sebagai Kelautan Dan Perikanan. 2009.
temuan spesies baru. Mengenal Kawasan Konservasi
Data dari penelitian ini dapat Perairan (Laut) Daerah.
dijadikan rujukan untuk penellitian Program rehabilitasi dan
berikutnya dalam keanekaragaman dan pengelolaan terumbu karang
struktur komunitas hewan mollusca di di (COREMAM II). Direktorat
zona litoral pesisir timur Pulau Bintan. Jenderal Kelautan, Pesisir,
Zona litoral pesisir timur Pulau Pulau-Pulau Kecil Departemen
Bintan dapat dijadikan sebagai lokasi Kelautan Dan Perikanan. Jakarta
laboratorium alam dalam mempelajari Selatan. ISBN 978-602-8717-
hewan-hewan mollusca kelas Bivalvia 30-4.
dan Gastropoda. Suginyo.S., Widigdo,B., Wardianto,Y.,
dan Krisanti,M. 2005.
TERIMAKASIH Avertebrata Air Jilid I. Penebar
Terimakasih kepada Lembaga Penelitian Swadaya. Jakarta
Universitas Maritim Raja Ali Haji yang
telah memberikan dana untuk kegiatan World Register of Marine Species.
penelitian studi biologi dan ekologi 2013.
hewan filum mollusca di zona litoral http://www.marinespecies.org
pesisir timur pulau bintan

DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Bintan.2009. Peta
Admin Kab. Bintan. Bank
Data Bappeda Bintan.
Kabupaten Bintan.
Bupati Bintan 2007 Keputusan Bupati
Bintan Nomor : 36/VIII/2007
TENTANG Kawasan
Konservasi Laut Daerah
Kabupaten Bintan. KAbupaten
Bintan.

15
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

Tabel 1. Spesies dan tempat ditemukannya hewan filum Mollusca di pesisir timur pulau
Bintan

No Tampat ditemukan
Desa Daerah Desa Desa Desa malang Desa
gunung kawal malang malang rapat teluk Teluk
Gambar dan nama ilmiah kijang rapat rapat dalam Bakau
pulau tanjung
pucung keling
1 √

Anadara antiquata (Linnaeus, 1758)


3 √

Isognomon californicum (Conrad, 1837)


3 √ √ √ √

Isognomon isognomum (Linnaeus,


1758)
4 √ √

Isognomon radiatus (Anton, 1838)


5 √

Pecten maximus (Linnaeus, 1758)

16
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

6 √

Placuna sp
7 √

Barbatia foliata (Forsskål in Niebuhr,


1775)
8 √

Barbatia novaezealandiae (E. A. Smith,


1915)
9 √

Pitar albidus (Gmelin, 1791)


10

Coecella chinensis (Deshayes, 1855)


11 √ √ √

Gafrarium sp

17
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

12 √

Fragum unedo (Linnaeus, 1758)


13 √

Circe scripta (Linnaeus, 1758)


14 √ √

Lioconcha berthaulti (Lamprell dan


Healy, 2002)
15 √

Hippopus porcellanus (Rosewater,


1982)
16 √

Lima vulgaris (Link, 1807)


17 √

Atrina (Atrina) vexillum (Born, 1778)

18
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

18 √ √ √

Atrina zelandica (Gray, 1835)


19 √

Atrina chinensis (Deshayes, 1841)


20 √

Pinna muricata (Linnaeus, 1758)


21 √

Corculum cardissa (Linnaeus, 1758)


22 √

Tridacna crocea (Lamarck, 1819)


23 √

Tridacna squamosa (Lamarck, 1819)

19
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

24 √

Anomia trigonopsis (Hutton, 1877)


25 √

Carditopsis smithii (Dall, 1896)


26 √

Pedum spondyloideum (Gmelin, 1791)


27 √

Volema pyrum (Gmelin, 1791)


28 √ √ √

Pugilina cochlidium (Linnaeus, 1758)


29 √

Gibberulus gibberulus (Linnaeus, 1758)


30 √

20
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

Canarium urceus (Linnaeus, 1758)


31 √ √

Canarium mutabile (Swainson, 1821)


32 √ √

Laevistrombus turturella (Röding, 1798)


33 √

Vasum turbinellus (Linnaeus, 1758)


34 √ √

Chicoreus capucinus (Lamarck, 1822)


35 √ √

Chicoreus sp
36 √ √

Semiricinula fusca (Küster, 1862)


37 √

Nerita undata (Linnaeus, 1758)


38 √ √ √

Narasius pullus

21
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

39 √ √

Cerithidea cingulata (Gmelin, 1791)


40 √

Cerithium zonatum (Wood, 1828)


41 √

Thais sp
42 √ √

Pictocolumbella ocellata (Link, 1807)


43 √

Cypraea tigris (Linnaeus, 1758)


44 √

Mauritia arabica (Linnaeus, 1758)


45 √ √ √

Lambis lambis (Linnaeus, 1758)


46 √ √

Tectus niloticus (Linnaeus, 1767)

22
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

47 √ √ √

Trochus maculatus (Linnaeus, 1758)


48 √ √

Astralium calcar (Linnaeus, 1758)


49 √ √

Cerithium nodulosum (Bruguière, 1792)


50 √

Turritella terebra (Linnaeus, 1758)


51 √

Conus tabidus (Reeve, 1844)


52 √

Rhinoclavis (Rhinoclavis) sinensis


(Gmelin, 1791)
53 √

Neverita didyma (Röding, 1798)


54 √

Melo melo (Lightfoot, 1786)

23
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

55 √

Cymbiola nobilis (Lightfoot, 1786)


56 √

Conus josephinae (Rolán, 1980)


57 √

Canarium labiatum (Röding, 1798)


58 √

Turbo haynesi (Preston, 1914)


59 √

Turbo bruneus (Röding, 1798)


60 √

Ampullina sp ( Cossman, 1918)


61 √

Angaria delphinus (Linnaeus, 1758)

24
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

62 √ √

Ergalatax junionae (Houart, 2008)


63 √ √ √

Planaxis sulcatus (Born, 1778)


64 √

Clypeomorus nympha (Houbrick, 1985)


65 √

Clypeomorus pellucida (Hombron &


Jacquinot, 1852)
66 √ √

Batillaria zonalis (Bruguière, 1792)


67 √ √

Morula (Morula) nodulosa (C. B.


Adams, 1845)
68 √

Semiricinula tissoti (Petit de la Saussaye,


1852)

25
Studi Biologi Dan Ekologi…. ISSN: 2086-8049
Henky Irawan, Falmi Yandri Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26

69 √ √

Telescopium telescopium (Linnaeus,


1758)
70 √

Engina menkeana (Dunker,1860)


Jenis hewan Kelas Gastropoda yang belum ada nama ilmiahnya
71 √

72 √

73 √

26

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai