45
8
Pembangunan VTS untuk
Pemantauan Objek
Kelautan di Perairan
Wakatobi
Hadhi Nugroho
46
tersebut, perlu dibuat sebuah sistem yang dapat memantau kondisi perariran laut,
khususnya kondisi lalu lintasnya. Untuk itu di Wakatobi telah dibangun sebuah sistem
VTS (Vessel Traffic System), yang dibangun oleh Pusat Pengkajian dan
Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan - Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Tulisan ini dibuat untuk menjelaskan sistem VTS yang dibangun di
Wakatobi tersebut.
47
Gambar 2. Pemantauan kelautan yang efektif dengan menggunakan beberapa sensor
Outdoor
Outdoor equipment equipment
X-Band Radar
Tx-Rx
Radar
Data
Prosesor
Digital
Recorder
48
Sistem VTS yang digunakan di Wakatobi menggunakan beberapa sensor, yaitu
sistem radar, peralatan radio VHF, AIS base station, dan kamera CCTV. Sistem VTS
tersebut dibangun di dua lokasi yang berbeda. Stasiun radar dibangun di Desa Tindoi,
Pulau Wangi-Wangi. Sedangkan Control Monitor Center dibangun di kantor Loka
Penelitian Teknologi Kelautan (LPTK) di Desa Patuno, Pulau Wangi-Wangi. Kedua
lokasi tersebut terhubung melalui komunikasi radio link. Konfigurasi sistem VTS
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Sistem Radar
Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection
and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu
sistem gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak,
dan memetakan benda-benda seperti pesawat terbang, kapal, berbagai kendaraan
bermotor dan informasi cuaca (hujan). Radar beroperasi dengan memancarkan energi
ke dalam ruang dan mendeteksi sinyal gema (echo) yang dipantulkan oleh objek atau
target. Gelombang radio / sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari suatu benda
tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisis sinyal yang dipantulkan
tersebut, suatu objek dapat ditentukan lokasinya dan melalui analisis lebih lanjut dari
sinyal yang dipantulkan dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang diterima
relatif lemah / kecil, tetapi radio sinyal tersebut dapat dideteksi dan diperkuat oleh
penerima radar.
Kelebihan radar adalah dapat melaksanakan fungsinya pada jarak dekat atau
jauh dan dibawah kondisi-kondisi yang tidak dapat dilalui oleh optik dan sensor
inframerah. Radar juga dapat bekerja dalam kegelapan, kabut tipis, kabut, hujan, dan
salju. Kemampuannya untuk mengukur jarak dengan ketelitian tinggi dan dalam
semua kondisi cuaca adalah atribut radar yang paling penting.
Namun, radar juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara
lain adalah memiliki resolusi yang terbatas, sehingga sulit untuk membedakan objek-
objek yang berdekatan. Selain itu, kadang-kadang sinyal yang kembali adalah palsu.
Sistem radar yang dibangun di Wakatobi terdiri dari antena radar, peralatan
pengirim-penerima radar tipe single solid state, radar data processor yang diinstal di
Stasiun Radar di Desa Tindoi, Pulau Wangi-Wangi, serta multi-sensor integrated
processor yang diinstal di Control Monitor Center di Desa Patuno, Pulau Wangi-Wangi.
Radar data processor berfungsi sebagai prosesor video radar, plot extractor, pelacak
radar tunggal, antarmuka radar, dan mentransmit citra video radar. Multi-sensor
integrated processor berfungsi mengintegrasikan antara target radar dan target AIS.
Antena radar yang digunakan memakai jenis 18-feet X-band, dengan lebar
beam horizontal 0.450 atau kurang dan gain antena 34 dB. Penggunaan antena ini
memungkinkan pemantauan jarak yang lebih jauh dan resolusi yang lebih tinggi.
Radar X band bekerja pada panjang gelombang 2,5-4 cm dan frekuensi 8-12 GHz.
Karena memiliki panjang gelombang yang lebih kecil, radar X band lebih sensitif dan
dapat mendeteksi partikel atau objek yang kecil.
Sensor radar menggunakan peralatan pengirim-penerima radar tipe solid state.
Sistem radar berbasis solid state memiliki beberapa keunggulan dibanding sistem
radar berbasis magnetron, antara lain yaitu:
Memiliki tingkat kualitas dan keandalan yang tinggi, tanpa membutuhkan kontrol
tegangan tinggi
Mengurangi clutter dengan teknologi pengolahan sinyal yang baru
Tingkat pancaran yang tidak diinginkan rendah
Biaya perawatan yang rendah
49
Sistem Komunikasi Radio VHF
Sistem komunikasi radio VHF didesain untuk menyediakan layanan komunikasi
antara kapal-kapal dalam wilayah pemantauan dengan operator di darat. Layanan ini
dapat berfungsi untuk keselamatan atau dalam kondisi darurat. Frekuensi yang
dipakai dalam band 156-162 MHz. Jangkauan sistem komunikasi VHF lebih besar 10
NM daripada jangkauan radar.
Sistem AIS
Automatic Identification System adalah sistem pelacakan otomatis yang
digunakan oleh kapal dan VTS untuk mengidentifikasi dan menentukan posisi kapal
secara elektronik melalui pertukaran data dengan kapal lain yang terdekat dan stasiun
AIS di darat. Informasi dari AIS akan melengkapi informasi dari radar, yang bertujuan
untuk memantau lalu lintas kapal di perairan.
Informasi yang dapat disampaikan oleh AIS adalah data statis (nomor IMO, tipe
kapal, panjang kapal, lokasi dari posisi antena di kapal), data dinamis (posisi kapal,
waktu pada UTC, kecepatan, status navigasi, laju gerakan kapal), dan data pelayaran
yang terkait (tinggi sarat kapal, tipe cargo hazard, ETA). AIS telah diwajibkan oleh IMO
(International Maritim Organization) untuk dipasang di kapal dengan ukuran di atas
300 GT sebagai alat keselamatan di laut.
Prinsip kerja AIS adalah sebagai berikut. Transponder AIS di sebuah kapal
secara otomatis memancarkan (broadcast) informasi seperti nama kapal, posisi, arah,
kecepatan, dan status navigasi kapal dalam selang waktu tertentu. Sinyal ini kemudian
diterima oleh transponder AIS di kapal lain atau oleh VTS di darat. Informasi yang
diterima ini kemudian ditampilkan dalam sebuah layar yang memperlihatkan posisi
kapal-kapal lainnya.
AIS base station yang dibangun di Wakatobi diinstal di Stasiun Radar di Desa
Tindoi, Pulau Wangi-Wangi. Sistem AIS base station ini terdiri dari transponder AIS
dan antarmuka AIS.
Penambahan AIS pada sistem pemantauan VTS memiliki beberapa kelebihan,
bila dibandingkan dengan pemantauan yang hanya menggunakan sensor radar, yaitu:
1. Identifikasi kapal secara otomatis
Informasi AIS seperti posisi, kecepatan, arah, nama kapal, jenis kapal, jenis
kargo/muatan kapal, tujuan, ETA, dll dari sebuah kapal yang dilengkapi dengan
50
transponder AIS selama berlayar dalam wilayah pemantauan dapat ditentukan
secara otomatis.
2. Mengurangi komunikasi VHF dengan kapal
Karena identitas sebuah kapal dapat ditentukan secara otomatis dengan
menggunakan AIS, maka komunikasi VHF antara operator di pusat kontrol dengan
kapal dapat dikurangi.
3. Melengkapi pemantauan pada wilayah bayangan radar (radar shadow area)
Wilayah bayangan radar adalah wilayah di mana kapal tidak dapat dideteksi oleh
radar karena terhalang oleh gedung/bangunan, jembatan, dan pulau. AIS
memungkinkan pemantauan navigasi kapal yang sedang berada dalam wilayah
bayangan radar.
4. Menyempurnakan fungsi pelacakan radar ketika terjadi cuaca buruk
Ketika terjadi hujan, salju, dan badai, fungsi pelacakan radar pada sebuah kapal
menjadi lebih sulit. Namun, dengan menggunakan AIS, informasi yang lebih akurat
dapat diterima, sehingga fungsi pelacakan radar ketika terjadi cuaca buruk tetap
dapat dilakukan.
5. Melaporkan pesan tentang keselamatan
Pesan tentang keselamatan dapat dikirim dari AIS base station dengan
menggunakan fungsi pesan singkat AIS kepada semua kapal atau kapal tertentu
yang dilengkapi dengan AIS transponder.
Kamera CCTV
Sistem kamera CCTV berfungsi untuk memantau target secara visual. Sistem
kamera CCTV tersebut dapat berintegrasi dengan sistem radar dan AIS, sehingga
tercapai sistem pemantauan VTS yang optimal.
Sistem kamera CCTV terdiri dari peralatan kamera CCTV dengan web encoder,
serta layar monitor CCTV dan network digital recorders. Sinyal TV yang diperoleh
peralatan kamera CCTV akan dikirim ke web encoder. Sinyal tersebut kemudian akan
diubah ke bentuk digital dan dikompresi dalam format MPEG4. Sinyal TV yang sudah
terkompresi tersebut kemudian dikirim ke Control Monitor Center dan akan ditampilkan
dalam monitor LCD berwarna. Dengan demikian, operator dapat mengawasi
pergerakan kapal yang berlayar di sekitar stasiun radar.
Camera
Image
Sinyal TV dari kamera CCTV dapat disimpan dalam HDD (kapasitas 1 TB) di
network digital recorder. Sinyal TV yang disimpan tersebut dapat ditampilkan kembali
pada layar monitor LCD ketika diperlukan.
51
Penutup
Telah dibangun sistem VTS di Wakatobi untuk mengatur lalu lintas kapal di
perairan. Sistem VTS tersebut terdiri dari empat sensor, yaitu radar, radio VHF, AIS,
dan kamera CCTV. Keterpaduan sensor-sensor tersebut diharapkan dapat
menghasilkan pemantauan lalu lintas kapal yang efektif.
Daftar Pustaka
Aisjah, A.S., Masroeri, A.A., Djatmiko, E.B., Dwi, A.W., Adi F, dan Suwito. 2012.
MCST-Intelligent Autopilot Ship System Increasing Safety in Sea Navigation.
Prosiding Insinas 2012: 9-15.
Anonim. 2012. Automatic Identification System.
http://en.wikipedia.org/wiki/Automatic_Identification_System.
Anonim. 2012. Vessel Traffic Service.
http://en.wikipedia.org/wiki/Vessel_traffic_service.
Anonim. 2012. Radar. http://id.wikipedia.org/wiki/Radar.
Anonim. 2013. Kondisi Geografi Daerah.
http://www.wakatobikab.go.id/statik/geografi.daerah/kondisi.geografi.daerah.html
Anonim. 2013. Dermaga. http://www.wakatobikab.go.id/statik/dermaga/dermaga.html.
Anonim. 2012. Informasi Taman Nasional Wakatobi. http://storage.jak-
stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/Wakatobi.pdf.
Darjat. 2010. Desain Perangkat Keras Komponen Pendukung Pengembangan Radar
Sekunder untuk Tracking Tiga Dimensi Trayektori Uji Coba Roket. Jurnal Teknik
– Vol. 31 No. 1: 27-30. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Japan Radio Co., Ltd. 2011. Training Manual Vessel Traffic System for Wakatobi.
Kayatmo, R.S. 2007. Frequency Modulation Continuous Wave (FM-CW) Radar.
Prosiding Seminar Radar Nasional: 21-25. Jakarta.
Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam
Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan
yang Ditetapkan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 71.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Windyandari, A. 2011. Tantangan Sistem Komunikasi Laut di Indonesia Sebagai
Faktor Pendukung Keselamatan Pelayaran. Jurnal Teknik – Vol. 32 No.1: 57-62.
Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
52