Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan Sistem Auto Cutoff Putaran

Antena Radar Menggunakan Sensor


Optocoupler Pada Radar Radar Thomson
TNI AU
Langgeng Andy S, Dr.Tri Arief Sardjono, ST.,MT., Ir. Totok Mujiono, MI.KOM.
Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

Abstrak - Teknologi radar sangat berkembang dengan Radio Detecting and Ranging (radar)
pesat. Penggunaan radar tidak hanya digunakan dalam merupakan salah satu Alat Utama dan Sistem
dunia sipil untuk memantau lalu-lintas pesawat udara Persenjataan (Alutsista) yang dimiliki oleh TNI
tetapi juga digunakan dalam dunia militer.Dalam AU. Pada saat ini Satuan Radar (Satrad) TNI
dunia militer, radar digunakan untuk memonitor lalu-
AU berjumlah 19 dan tersebar di berbagai
lintas pesawat militer, memantau pergerakan pesawat
militer asing yang masuk ke wilayah negara kita, dan wilayah Indonesia. Dalam dunia militer radar
untuk mengamati daerah perbatasan terhadap digunakan untuk memonitor lalu-lintas pesawat
ancaman pesawat asing. militer , memantau pergerakan pesawat asing yang
Dalam pengoperasiaannya radar berputar sebesar masuk ke wilayah negara kita dan mengamati
360° yang mana secara umum berputar sebanyak 6 daerah perbatasan terhadap ancaman pesawat asing
putran per menit menggunakan motor AC 3 Phase. dan turut juga juga membantu dalam lalu lintas
Perputaran radar juga sangat terpengaruh oleh pesawat sipil.
kecepatan angin. Kecepatan angin yang tinggi dapat Pada pengoperasiannya radar berputar
berakibat suatu drag (penahan) pada putaran antena sebesar 360° yang mana secara umum berputar
radar. Penahan yang diakibatkan oleh angin dapat
sebanyak 6 putaran per menit menggunakan motor
berpengaruh pada putaran antena yang seharusnya
tetap konstan 6 putaran per menit , oleh karena itu AC 3 Phase. Perputaran antena radar dapat
diperlukan suatu kontrol agar antena tetap berputar terpengaruh oleh kecepatan angin, kecepatan angin
secara konstan sesuai dengan ambang kecepatan angin yang tinggi dapat berakibat suatu drag (penahan)
yang ditoleransi. Untuk mengatasi masalah tersebut pada putaran antena radar. Kecepatan angin yang
maka di perlukan suatu sistem yang dapat menjaga bertiup dapat berubah-ubah dalam setiap saat.
putaran antena radar agar tetap konstan pada ambang Penahan yang diakibatkan oleh angin dapat
batas angin yang diperbolehkan dan mematikan berpengaruh pada putaran antena yang seharusnya
putaran antena secara otomatis bila kecepatan angin tetap konstan 6 rpm, oleh karena itu diperlukan
melebihi batas yang ditentukan.
suatu sistem kontrol agar antena tetap berputar
Untuk mengatasi hal tersebut pada tugas akhir ini
secara konstan.
akan dirancang sebuah sistem pengontrol putaran
antena radar menggunakan kontrol PID dengan Untuk mengatasi hal tersebut akan
memenfaatkan Variable Speed Drive dan perancangan dirancang sebuah sistem pengontrol kecepatan
pengukuran kecepatan angin menggunakan antena agar tetap berputar secara konstan
optocoupler. Hasil data pembacaan anemometer akan menggunakan Variable Speed Drive dan
digunakan untuk mematikan sistem putaran antena pengukuranan kecepatan angin menggunakan
yang akan berfungsi sebagai auto cutoff pada putaran optocoupler yang berfungsi mengukur kecepatan
antena radar bila angin melebihi batas kecepatan. angin yang bertiup,
Sistem pengontrolan pada putaran antena
I. PENDAHULUAN belum ada dalam sistem radar yang ada, putaran
TNI Angkatan Udara (TNI AU) memiliki antena hanya memanfaatkan penggabungan gear
tugas pokok menjaga kedaulatan negara untuk menghasilkan putaran antena sebesar 6
khususnya di wilayah udara. Dengan kondisi (±10%) putaran permenit. Sedangkan sistem cut off
geografis wilayah Indonesia yang sangat luas putaran antena dilakukan secara manual yaitu
dan potensi konflik yang rawan terjadi dengan dengan melibatkan personil untuk mealakukannya.
pihak luar, maka dibutuhkan suatu Sistem Dengan adanya sistem kontrol putaran antena radar
Pertahanan Udara Nasional (Sishanudnas) yang dan sistem autocutoff putaran antena radar
memadai, yang dapat menjamin keamanan wilayah diharapkan sistem pada radar akan lebih optimal,
udara nasional. dapat menghemat personil yang ditugaskan atau

1
juga dapat mengalihkan personil pada tugas yang satuan radar yang tersebar di beberapa wilayah.
lebih diperlukan Sebagian besar Radar Thomson sudah memiliki
Metodologi yang digunakan pada adalah kemampuan sebagai radar GCI dan sebagian masih
meliputi studi literature yaitu pengumpulan dalam tahap perencanaan untuk pengembangan
referensi penunjang tentang radar, motor AC 3 kemampuan dari radar EW menjadi radar GCI.
phasa, VSD, Optocoupler, mikrokontroler dan Beberapa karakteristik dari Radar Thomson TRS
DAC, Perancangan Sistem yaitu perancangan 2215 yaitu antara lain :
mekanik rangkaian meliputi sistem minimum
Atmega 16, rangkaian DAC, mekanik anemometer 1. Frekuensi operasional : 2,9 - 3,1 Ghz
dan mekanik antena radar. Dilanjutkan dengan 2. Kisaran jarak jangkau : 10 - 470 Km
pembuatan software untuk mengontrol putaran 3. Putaran antenna : 6 rpm ± 10 %
antena dan software untuk anemometer. 4. Kecepatan angin maksimal : 120 km/jam atau
Dari sistem yang telah dirancang dilakukan 33,3 meter/detik
pengujian dalam mengontrol putaran antena dan 5. Berat antena dan trailer : 8700 Kg
pengujian anemometer yang dibuat dengan 6. Dimensi antenna : P = 6 meter, T= 5
anemometer dari BMG untuk mengetahui tingkat meter
keakuratan alat yang dibuat. Pada makalah ini 7. Kecepatan motor : 700 rpm
terdapat lima bagian penting. Bagian 1 merupakan 8. Power supply motor : 220/380 Volt 3
pendahuluan. Bagian 2 adalah dasar teori .Bagian 3 phasa
menjelaskan perancangan sistem. Bagian 4 9. Frekuensi motor : 50 Hz
membahas mengenai pengujian alat. Bagian 5 10.Daya motor : 4 Hp
menjelaskan beberapa kesimpulan dan saran.
Secara garis besar Radar Thomson TRS 2215
II DASAR TEORI terdiri dari :
1. Sistem Pemancar ( Transmiter/Tx )
A.RADAR
Radar singkatan dari radio detecting and Pada Transmiter terdiri dari beberapa bagain yaitu :
ranging, adalah suatu sistem komunikasi elektronik pilot, signal generation unit dan amplifier. Secara
yang digunakan untuk mendeteksi obyek pada garis besar pilot akan menghasilkan 3 macam
jarak jauh yaitu dengan memancarkan gelombang frekuensi sebesar 2330 Mhz sampai 2530 Mhz.
elektromagnetik. Pantulan dari gelombang yang Selanjutnya sinyal tersebut akan masuk ke signal
dipancarkan digunakan untuk mendeteksi obyek generation untuk di adder dengan sinyal 570 Mhz,
yang konduktif yaitu antara lain pesawat terbang, sehingga akan dihasilkan frekuensi sebesar 2900
kapal,dan lain-lain. Mhz sampai 3100 Mhz dengan besar daya sebesar
125 mw. Setelah itu sinyal akn dikuatkan dalam
amplifier sampai sebesar 660 Kw.

2. Duplexer
Duplexer berfungsi seperti swich penghubung yaitu
untuk mengontrol sinyal atau pulsa radar yang
dipancarkan dari transmitter menuju antena dan
menerima kembali sinyal echo dari objek melalui
antena sehingga sinyal echo akan menuju ke
receiver untuk diolah menjadi data yang akan
Gambar 2.1 Konsep dasar radar ditampilkan ke display.
Pada saat ini, Radar telah digunakan oleh TNI AU 3. Antena
sebagai salah satu unsur sistem pertahanan udara Antena berfungsi sebagai pengirim sinyal radar dan
nasional. TNI AU saat ini memiliki 19 buah Radar penerima sinyal echo radar.
dengan beberapa tipe Radar berjenis Thomson TRS
4. Sistem Penerima (Receiver/Rx)
2215, Thomson TRS 2230, Plessey AWS 2,
Plessey AR 325C, Plessey AR 15 dan Thales Receiver berfungsi untuk mengolah sinyal echo
Master T. sehingga menjadi data jadi yang siap ditampilkan
dalam display.
Radar Thomson adalah salah satu radar
yang dimiliki oleh TNI AU dalam upaya 5. Display
melaksanakan sistem pertahanan wilayah udara Display berfungsi untuk menampilkan data dari
nasional. Radar ini dibeli oleh TNI dari perusahaan echo yang telah diolah oleh receiver , yang mana
Thomson CSF Prancis. Saat ini Radar Thomson data berupa track pesawat yang didalamnya
berjumlah 8 buah yaitu Thomson TRS 2230 mencakup komponen jarak, sudut (azimuth),
sebanyak 1 buah dan Thomson TRS 2215 sebanyak kecepatan, ketinggian dan nomer identifikasi
7 buah. Radar tersebut telah terinstalasi pada pesawat.

2
mengkompensasi secara otomatis karena perubahan
sering di setpoint, jumlah energi yang tersedia, atau
massa harus dikontrol.
Hubungan sinyal eror dengan sinyal kontrol
pada kontroler tipe PDI dapat dinyatakan sebagai
berikut :

III PERANCANGAN SISTEM


Gambar 2.2 Antena Radar Thomson Sistem yang dirancang pada bagian ini
meliputi perancangan rangkaian elektronik
(hardware) , mekanika dan perangkat lunak
B. Optocoupler (software).
Optocoupler adalah suatu komponen
elektronika yang bekerja berdasarkan picu cahaya A Perancangan Rangkaian Elektronik
optic. Optocoupler terdiri dari dua bagian yaitu : Pada bagian ini akan dirangkai komponen
pendukung system yang akan dirancang yaitu
1. Transmitter yaitu dibangun dari sebuah LED
perancangan optocoupler, sistem minimum Atmega
infra merah.
16, VSD(Variable Speed Drive), DAC 0808.
2. Receiver dibangun dengan dasar komponen
Photodiode, Photodiode merupakan suatu transistor Perancangan Optocoupler
yang peka terhadap tenaga cahaya. Suatu sumber Optocoupler yang dipasang dengan
cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula piringan digunakan sebagai sensor untuk
dengan spektrum infra merah. Karena spekrum mengetahui jumlah putaran yang dihasilkan dalam
infra mempunyai efek panas yang lebih besar dari satuan waktu. Rangkain optocoupler pada
cahaya tampak, maka Photodiode lebih peka untuk anemometer dan motor 3 phasa memiliki rangkaian
menangkap radiasi dari sinar infra merah. yang sama dan berfungsi untuk mengetahui jumlah
Prinsip kerja dari optocoupler adalah : putaran yang dihasilkan.
• Jika antara Photodiode dan LED terhalang maka
Photodiode tersebut akan off sehingga output dari
emitor akan berlogika low.
• Sebaliknya jika antara Photodiode dan LED
tidak terhalang maka Photodiode dan LED tidak
terhalang maka Photodiode tersebut akan on
sehingga output-nya akan berlogika high.

C. Kontrol PID Gambar 3.1 Rangkaian Optocoupler


Kontroler yang menggabungkan kontrol Pemasangan optocoupler pada anemometer dan
proporsional dengan dua penyesuaian tambahan motor 3 phasa dapat kita lihat pada gambar 3.2 dan
yaitu kontrol integral dan derivatif, yang membantu gambar 3.3
unit secara otomatis mengkompensasi perubahan
dalam sistem.. Istilah proporsional, integral dan
turunan harus individu disesuaikan atau "disetel" Baling-baling
untuk sebuah sistem tertentu menggunakan trial
and error. Ini memberikan kontrol yang paling
akurat dan stabil dari tiga jenis controller, dan
paling baik digunakan dalam sistem yang memiliki
massa yang relatif kecil, mereka yang bereaksi Piringan Sensor
Optocoupler

dengan cepat terhadap perubahan energi


ditambahkan ke proses.
Disarankan dalam sistem di mana perubahan
beban sering dan controller diharapkan untuk Gambar 3.2 Optocoupler pada anemometer

3
VSD yang digunakan adalah produk dari
Antena
Schneider dengan tipe ATV 31H055N4A,produk
tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1.Vin= 3 Phasa input (380 V s/d 500V)
2.Frekuensi output= 0 Hz s/d 50 Hz
Optocoupler 3.Daya aktif=0,75 HP ( horse power ) /
0,55 Kw
4.Analog input = 0 Volt s/d 10 Volt q
(Vref)

Bentuk dari rangkaian VSD dapat kita lihat pada


Gambar 3.3 Optocoupler pada motor ac 3 phasa
gambar 3.5

Perancangan Sistem Minimum


Pada sistem minimum digunakan Atmega-
16 sebagai komponen utama, pada sistem juga di
tempatkan
LCD 2x16 untuk menampilkan jumlah putaran
antena yang dihasilkan dan juga kecepatan angin
yang bertiup.
Gambar 3.5 VSD Schneider ATV 31H055N4A
Perancangan DAC 0808
DAC berfungsi sebagai referensi tegangan analog
yang diperlukan oleh VSD dalam menghasilkan B. Perancangan Mekanika Alat
frekuensi output pada motor ac 3 phasa. Pada Pada bagian ini akan dirancang rangkaian
DAC referensi yang digunakan adalah I Reff yaitu mekanika untuk menukung sistem yang akan
dengan menggunakan referensi arus. I reff yang dirancang yaitu meliputi mekanika anemometer
digunakan adalah sebesar 2mA dengan tegangan dan mekanika sistem antena.
referensi sebesar 5 Volt, sehingga :
R = V/I = 5/2mA = 2.5 KΩ Perancangan Mekanika Anemometer
Bahan – bahan yang diperlukan dalam perancangan
Karena dipasaran tidak ada resistor dengan nilai 2.5 sistem mekanika anemometer adalah :
KΩ maka dipilih resistor dengan nilai 2.4 KΩ dan
100Ω yang disusun secara seri. 1. Plat Besi
2. Pipa Besi
3. Bola kecil
4. Piringan sensor
5. Bearing sebanyak 2 ea

Dimensi mekanika alat :


1. Panjang = 14 cm
2. Lebar = 11cm
Gambar 3.4 Rangkaian DAC 0808 3. Tinggi = 17.5 cm

Dimensi mekanika baling-baling :


Perancangan VSD 1. Diameter = 16 cm
VSD berfungsi sebagai pengatur frekuensi 2. Panjang = 27 cm
AC yang masuk ke dalam motor AC 3 phasa.
Dalam VSD terdapat rangkaian rectifier
(penyearah) untuk menyearahkan arus AC dari
tegangan jala-jala. Arus AC dari jala-jala yang
telah dirubah menjadi arus DC oleh rangkaian
penyearah akan masuk ke rangkaian inverter yang
terdapat dalam VSD untuk dirubah kembali
menjadi arus AC 3 phasa yang mana frekuensi
output dapat dikontrol dengan panel kontrol yang
terdapat dalam VSD atau juga dapat menggunakan
kontrol dari luar berupa referensi tegangan analog. Gambar 3.6 Perancangan mekanika anemometer

4
Berikut ini adalah blok diagram alir
program yang dibuat :

Start

Kec. Angin > 3 m/s

Ya Melebihi batas
Antena Off maksimal

Tidak
Gambar 3.7 Rangkaian mekanika anemometer
Antena On

Perancangan Mekanika Antena


Bahan – bahan yang diperlukan dalam perancangan
sisitem mekanika antena adalah : > 6 RPM Tidak Tidak < 6 RPM
Jumlah 6 RPM
1. Plat besi DAC -- DAC ++

2. Roda Gear sebanyak 2 ea


3. Bearing sebanyak 2 ea
4. Motor AC 3 phasa Stabil 6 RPM

Dimensi mekanika alat :


1. Panjang = 26.5 cm
2. Lebar = 18 cm Reset
Tidak

3. Tinggi = 20 cm Ya

Gambar 3.10 Diagram alir mikrokontroler

IV PENGUJIAN ALAT
Pada bagian akan dibahas mengenai
pengujian serta pembahasan dari beberapa
subsistem yang merangkai cara kerja dari sistem
secara keseluruhan. Adapun tujuan pengujian
sistem bertujuan untuk mengetahui apakah sistem
Gambar 3.8 Perancangan mekanika antena yang dirancang dapat berfungsi dan bekerja sesuai
yang diharapkan.

A. Pengujian DAC
Pada bagian ini akan dilakukan pengujian
terhadap mikrokontroler dan DAC. Prosedur yang
dilakukan adalah memberikan output biner 8 bit
dari mikrokontroler yang berfungsi sebagai input
pada DAC. Hasil tegangan yang dihasilkan oleh
DAC akan dibandingkan dengan perhitungan
rumus yaitu :

− 𝑉𝑟𝑒𝑓 𝐴1 𝐴2 𝐴3 𝐴8
Io = ( + + + ... + ),
Gambar 3.9 Rangkaian mekanika antena 𝑅𝑟𝑒𝑓 2 4 8 256
Vo = -Io Rout
C. Perancangan Software (Perangkat Lunak) −5 𝐴1 𝐴2 𝐴3 𝐴8
Io = ( + + + ... + ),
Penggunaan software(perangkat lunak) 2500 2 4 8 256
adalah menggunakan code vision untuk Vo = -Io x 2500
memprogram IC Atmega 16 yaitu untuk
mengontrol putaran antena radar menggunakan Untuk A1 sampai A8 input bilangan biner yaitu 1
kontrol PID, konversi putaran baling-baling pada atau O Tabel
anemometer menjadi kecepatan angin.

5
Tabel 4.1 Pengujian DAC Pengujian Kontrol Putaran Antena
Input Output Output Pengujian awal yaitu pengujian tanpa beban
No Mikrokontroler DAC Rumus dengan hasil seperti di dalam tabel 4.4
Desimal (Volt) (Volt)
1 0 0.003 0 Tabel 4.4 Pengujian Kontrol Antena
0.492 No RPM DAC (mVolt)
2 25 0.488
0.982 1 4-6 195.8
3 50 0.977
1.472 2 4-6 196.1
4 75 1.465
1.963 3 4-6 196.6
5 100 2.031
2.451 4 4-6 196.5
6 125 2.383
2.94 5 4-6 196.3
7 150 2.93
8 175 3.428 3.418
Karena keterbatasan alat uji, untuk kestabilan
9 200 3.92 3.906 putaran antena dilakukan dengan cara memberikan
10 225 4.41 4.394 beban pada antena seperti pada gambar 4.1
11 255 4.99 4.98 Panjang (L)

Beban Beban

B. Pengujian Anemometer
Pengujian anemometer di lakukan di BMKG
Stasiun Meteorologi Klas 1 Juanda Surabaya, pada
hari Jumat tanggal 13 Mei 2011 dengan hasil
sebagai berikut : Roda Gear

Tabel 4.2 Pengujian Anemometer


Fan (Kipas Anemometer Anemometer Motor
Ac 3
Angin) Standar yang diuji Phasa
Kecepatan
Kecepatan Kecepatan
(No
(m/s) (m/s)
Kecepatan ) Gambar 4.1 Rangkaian pengujian kestabilan
1 2 2 putaran antena
2 3 3
Pengujian berikutnya adalah dengan menggunakan
3 4 4 panjang L adalah 20 Cm dan dengan memberikan
beban pada tiap ujung L
Tingkat error pembacaan anemometer adalah
berkisar antara 0.1 sampai dengan 0.9 dikarenakan Tabel 4.5 Pengujian beban dengan panjang L 20
anemometer hanya akan menampilkan perhitungan Cm
digital yang ditampilkan dalam LCD. Tegangan
Beban Putaran
No DAC
C. Pengujian Sistem Cutoff (Ons) (RPM)
(mVolt)
Karena keterbatasan alat pengujian yang dimiliki
penulis maka untuk sistem cutoff putaran antena di 1 20 198.4 4-6
tentukan yaitu kecepatan angin untuk cutoff adalah 2 40 198.5 4-6
>3 m/s. 3 60 198.5 4-6
Tabel 4.3 Pengujin Sistem cutoff
4 80 198.5 4-6
Putaran 5 100 198.5 4-6
Kecepatan Angin Tegangan
No Antena 6 120 198.5 4-6
(m/s) DAC (mVolt)
(RPM)
1 4-6 0 196.4 7 140 198.5 4-6
8 160 198.5 4-6
2 4-6 1 196.3
3 4-6 3 196.5 9 180 198.5 4-6
10 200 198.6 4-6
4 0 4 0.2
5 4-6 1 196.2
6 0 4 0.3

6
Pengujian ketiga adalah dengan menggunakan [3].________” Long Range 3-D Mobile Radar TRS
panjang L adalah 40 Cm dan dengan memberikan 2215” Direktorat Elektronika Depo Pemeliharaan
beban pada tiap Elektronika 02
ujung L. [4] Christian Wolff, ”Radar tutorial” < URL : http
: //www.radartutorial.eu/01.basics/rb04.en.html >
Tabel 4.6 Pengujian beban dengan panjang L 40 Juni 2011
Cm [5] ______“Radar Tutorial” < URL :
Beban Tegangan DAC Putaran http://id.wikipedia.org/wiki/Radar > Juni 2011.
No
(Ons) (mVolt) (RPM) [6] Eddy Mt Sianturi, ”Pengembangan Teknologi
1 20 197.6 4-6 Dan Rencana Kebutuhan Sistem Radar Pertahanan
2 40 197.8 4-6 Udara (HANUD) Menuju Alutsista Guna
Optimalisasi Penyelenggaraan Pertahanan
3 60 197.9 4-6 Negara”<URL :
4 80 198.1 4-6 http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomo
5 100 198.1 4-6 r=25&mnorutisi=4 > Juni, 2011
[7] ________”Motor Listrik” < URL : http:
6 120 198.1 4-6 //www.energyefficiencyasia.
7 140 198.3 4-6 org/docs/ee_modules/Chapter-
8 160 198.3 4-6 Electric%20Motors.pdf >Mei, 2011
[8] ________” Dasar rectifier dan inverter ” <URL
9 180 198.3 4-6 : http://tutorial- pdf.tp.ac.id/bank/
10 200 198.6 4-6 teknik_dasar_rectifier_dan_inverter. pdf>
Mei,2011 [9]_______, “Altivar 31 Variable speed
drives for asynchronous motors Programming
BAB V PENUTUP manual”<URL : www.schneider-electric.com>
April, 2011
A. KESIMPULAN [10] Aswan H, ” Operational Amplifier ”,
Dari perancangan alat dan hasil pengujian 2004[14]__________”PID controller” <URL :
alat dapat kita simpulkan yaitu rangkaian DAC http://en.wikipedia.org/wiki/PID_controller, Juni,
dapat bekerja dengan baik yaitu sesuai dengan yang 2011
diharapkan yaitu menghasilkan tegangan output [11] Iwan Setiawan, “Kontrol PID Untuk Proses
antara 0 Volt sampai 5 Volt, antena dapat berputar Industri” Elex Media Komputindo, 2008
secara konstan sebesar 6 (4-6) rpm. Anemometer
dapat menunjukan hasil kecepatan angin dengan
keakuratan data error sekitar 0.1 m/s sampai 0.9 RIWAYAT HIDUP
m/s pada kecepatan 1m/s sampai 4m/s untuk
kecepatan angin lebih besar perlu dilakukan Nama : Langgeng Andy S.
pengujuan lebih lanjut dan sistem dapat mematikan NRP: 2209105083
putaran antena saat pembacaan anemometer diatas Alamat: Perum Karang Indah Tuban
3 m/s. Penulis lahir di Tuban pada bulan Februari 1983,
merupakan putra kedua dari empat bersaudara.
B. SARAN Riwayat pendidikan penulis :
Kontrol pada putaran antena dapat 1. SDN Rengel 2 tahun 1989-1995
dikembangkan pada sistem putaran antena radar 2. SLTP N 1 Rengel tahun 1995-1998
Thomson, Pengaplikasian anemometer sebagai 3. SMU N 1 Bojonegoro tahun 1998-2001
sistem auto cutoff pada sistem radar sehingga 4. Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tahun
sistem cutoff dapat dilakukan secara otomatis, 2002-2005
Masih perlu penelitian lebih lanjut agar sistem 5. ITS Surabaya tahun 2009 sampai sekarang
kontrol putaran antena dapat diterapkan dalam
Radar Thomson TNI AU terutama masalah drag
oleh angin yang timbul pada antena saat berputar
dengan kecepatan angin yang berubah-ubah.

REVERENSI
[1]. Heri Andrianto, ”Pemrograman Mikrokontroler
AVR Atmega 16 Menggunakan bahasa C (code
vision Avr)” Informatika Bandung 2008.
[2]. Rachmad Setiawan, ” Teknik Akuisisi Data”
Graha Ilmu Yogyakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai