Anda di halaman 1dari 43

PROFIL

Nama : Puput Adi Saputro, ST, MT


Tempat Tgl Lahir : Jakarta, 26 November 1980
Alamat : Jambi (Koplek Rumah Dinas Jambi)
Jabatan : -Kasi Pemantauan Dan Penertiban Balmon Kelas II Jambi;
-Penyidik PNS Balmon Kelas II Jambi;
Pendidikan : S-2 IT Telkom (Universitas Telkom) Bandung
No-hp : 085765275129 / Wa
E-MAIL : Puput_as@postel.Go.Id
Pengalaman Kerja : Koordinator Fungsional Balmon Kelas II Batam 2012-2017
BALAI MONITOR SPEKTRUM
FREKUENSI RADIO KELAS II
JAMBI

“Tertib Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio”

KEMENTERIAN KOMUNIKASI & INFORMATIKA


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA DAN
PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA
JAMBI
2018
SEKILAS
BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI
RADIO KELAS II JAMBI
www.postel.go.id
BALMON SPEKTRUM FREKUENSI
KELAS II JAMBI
ORGANISASI DAN TATA
KERJA :
Peraturan MENKOMINFO No 15 Tahun 2017 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Monitor Spektrum Frekuensi Radio.

BAHWA :
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Monitor Spektrum
Frekuensi Radio merupakan Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat
Pos dan Informatika yang berada dibawah dan tanggung
jawab kepada Direktorat Sumber Daya dan Perangkat Pos
dan Informatika.

www.postel.go.id
STRUKTUR
BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
KELAS II JAMBI

KEPALA
BALAI MONITOR

KASUBAG TU DAN RT

KEPALA SEKSI
KEPALA SEKSI
PEMANTAUAN DAN
SARANA DAN PELAYANAN
PENERTIBAN

JABATAN
FUNGSIONAL

www.postel.go.id
TUGAS POKOK (PASAL 3) [1]
Pengawasan dan pengendalian spektrum
frek radio, yang meliputi :
a. Penyusunan Rencana dan Program
b. Pengawasan, Deteksi Sumber
Pancaran, Monitoring, Pengukuran
c. Penertiban dan Penyidikan
Pelanggaran
d. Penyampaian ISR, Pelayanan
masyarakat terhadap gangguan
frekuensi radio
e. UNAR
f. Urusan Keuangan, Kepegawaian, Tata
Usaha, dan kehumasan Unit Pelaksana
Teknis Bid. Monitor Spektrum
frekuensi radio
www.postel.go.id
TUGAS (PASAL 6) [2]

www.postel.go.id
LETAK GEOGRAFIS PROV. JAMBI
• Provinsi Jambi dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun
1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi
dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi
Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112),
yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 1 Kota.
• Pada tahun 1999, dilakukan pemekaran
terhadap beberapa wilayah administratif di
Provinsi Jambi melalui Undang-undang
Nomor 54 tahun 1999 tentang pembentukan
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
• Selanjutnya melalui Undang-undang nomor
25 tahun 2008, tentang Pembentukan Kota
Sungai Penuh, sehingga sampai tahun 2010,
secara administratif Provinsi Jambi menjadi 9
Kabupaten dan 2 Kota.

www.postel.go.id
KEGIATAN PEMANTAUAN & PENERTIBAN
• OBSERVASI ,PENGUKURAN PARAMETER TEKNIS DAN PENANGANAN GANGGUAN

www.postel.go.id
PERALATAN MONITORING

www.postel.go.id
PANCARAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DI SEKITAR KITA

 :  
  
 
: 
 
: 
 
www.postel.go.id
BEBERAPA BENTUK PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
UNTUK KEPERLUAN SEHARI-HARI

Remote Control

Distance Learning

www.postel.go.id
PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN
MILITER SEBAGAI PERTAHANAN NEGARA

www.postel.go.id
PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK
TRANSPORTASI

www.postel.go.id
PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK
KEPERLUAN IDENTIFIKASI

RFID

www.postel.go.id
PITA SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Frequency Band Prinsip mode propagasi

3kHz – 30kHz (Very Low Frequency) VLF Waveguide/Groundwave


30kHz – 300kHz (Low Frequency) LF Waveguide/Groundwave
300kHz – 3MHz (Medium Frequency MF Waveguide/Sky-wave/Groundwave
3MHz – 30MHz (High Frequency) HF Sky-wave/Groundwave
30MHz – 300MHz (Very High Frequency) VHF Sky-wave
300MHz – 3GHz (Ultra High Frequency) UHF Line of sight
3GHz – 30GHz (Super High Frequency) SHF Line of sight
30GHz – 300GHz (Extremely High Frequency) Line of sight
EHF

www.postel.go.id
MENGAPA PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
PERLU DIATUR ?

• Spektrum frekuensi radio banyak digunakan bagi keperluan sehari-hari.


• Mencegah timbulnya gangguan (interferensi), karena propagasi gelombang
radio merambat tanpa mengenal batas wilayah/negara,
• Agar pemanfaatan frekuensi radio tertib, teratur dan efisien (tidak boros),
• Penggunaan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, dapat membahayakan
keselamatan jiwa manusia. (contoh : penerbangan, maritim, dll)
• Guna mengantisipasi hadirnya teknologi baru komunikasi radio.
(Contoh : WiFi, 5G, TV digital, dsb.)
• Sumber daya bagi semua negara
– ITU mengatur alokasi spektrum frekuensi radio bagi seluruh dunia
– ITU menentukan berbagai jenis layanan (services) komunikasi radio
• Sumber daya penting dan salah satu tulang punggung ICT Nasional meliputi :
– Sektor Pertahanan dan Keamanan, Kepolisian,
– Sektor publik seperti : telekomunikasi, penyiaran (broadcasting), transportasi
(kereta, kapal dan pesawat terbang), pendidikan, dsb.

www.postel.go.id
CIRI-CIRI SPEKTRUM FREKUENSI RADIO

• SDA yang terbatas;


• Tidak diproduksi manusia;
• Tidak dapat dipakai/digunakan seenaknya;
• Tidak dapat ditukar/diganti seenaknya;
• Tidak aus/habis dipakai;
• Tidak mengenal batas perambatan
(tergantung propagasi dan cepat rambat
gel) elektromagnetik serta power pemancar.

www.postel.go.id
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PENGGUNAAN
PEMANCAR RADIO

• Penggunaan Power Tx (erp), service


area / coverage area;
• Toleransi frekuensi;
• Sporious emisi/emisi tersebar;
• Bandwidth;
• Koordinat lokasi;
• Tinggi antena dari permukaan laut;
• Sesuai Izin (ISR);
• Sesuai peruntukannya.

www.postel.go.id
PEMBAGIAN PETA WILAYAH (REGION) ALOKASI
SPEKTRUM FREKUENSI RADIO - ITU

www.postel.go.id
TABEL ALOKASI FREKUENSI RADIO – RR-ITU

www.postel.go.id
PROSEDUR PENANGANAN GANGGUAN
FREKUENSI RADIO
Laporan Gangguan

Tidak ada Penghentian Aktifitas


Cek Izin Proses Penyidikan
Pemancar Radio
Ada ijin
Tidak Sesuai Ijin

Ukur Parameter Teknis Pengguna Tidak Pengguna


Perbaiki Perangkat
Mengurus ijin Mengurus Izin
Sesuai Ijin

Monitor Gangguan
Selesai
dengan ADF
Proses Pengadilan Selesai
Ditemukan Gangguan

Pelacakan Gangguan
dengan Mobil DF

Ditemukan Pengganggu

Ada Ijin
Cek ijin Freq. Radio Perbaiki Perangkat Selesai

Tidak ada ijin

Penghentian Aktifitas
Proses Penyidikan
Selesai
Pemancar Radio

www.postel.go.id
PENERTIBAN
PENGGUNA FREKUENSI RADIO

www.postel.go.id
KEGIATAN PENERTIBAN DAN PENEGAKAN HUKUM

 Dasar Penertiban :
a. Hasil monitoring
b. Data Base / SPP
c. Pengaduan Masyarakat

 Tindakan yang dilakukan berupa :


1. Pembinaan melalui kegiatan Sosialisasi;
2. Penegakan Hukum :
a) Penyidikan dilakukan oleh PPNS dan aparat
Penegak Hukum;
b) Peringatan dan Penyitaan terhadap
pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio
serta Perangkat;
c) Proses Penyelesaian Perkara;

www.postel.go.id
PENERTIBAN
• Dalam melaksanakan penertiban, Balmon
Spekfrekrad Kelas II Jambi berkoordinasi
dengan instansi terkait.
• Instansi terkait tersebut terdiri dari :
- Dinas Kominfo / Infokom didaerah;
- POLDA Jambi & POLRESTA (POLRI);
- Sub Den POM;
- Kejaksaan Tinggi & Pengadilan Negeri;
- ORARI dan RAPI;
- KPID.

www.postel.go.id
TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN

SURAT PERINGATAN
Harmonisa melanggar dan berpotensi menimbulkan
interferensi pada Band Penerbangan.
Surat Peringatan untuk Off-Air, tdk diperbolehkan
mengudara sebelum perbaikan parameter teknis
pemancar serta Non - ISR
SURAT PANGGILAN
Klarifikasi / diminta keterangannya tentang tindak
lanjut surat peringatan
SURAT PERINGATAN TERAKHIR
Harmonisa masih melanggar & Spurious masih
menimbulkan interferensi pada Band Penerbangan

www.postel.go.id
TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN

PENERTIBAN DILAKUKAN SETELAH SURAT


PERINGATAN TERAKHIR TINDAK DI INDAHKAN

DASAR HUKUM
 Pasal 38 UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
“Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat gangguan
fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi”.

 Pasal 33 UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi


(1) Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib
mendapatkan izin Pemerintah.

www.postel.go.id
TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN

PENERTIBAN DILAKUKAN SETELAH SURAT


PERINGATAN TERAKHIR TDK DI INDAHKAN
DASAR HUKUM

 Pasal 32 UU No. 36 Tahun 1999 Tentang


Telekomunikasi
 Pasal 32 ayat (1) : “Perangkat telekomunikasi yang
diperdagangkan, dibuat, dirakit, dimasukan, dan atau
digunakan diwilayah Negara RI wajib memperhatikan
persyaratan teknis dan berdasarkan izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”

www.postel.go.id
SANGSI PIDANA
PASAL 58
Barang siapa yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).

PASAL 53
“Barang siapa yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
atau Pasal 33 ayat (2), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 400.000.000,-(empat ratus juta
rupiah).

www.postel.go.id
SANGSI PIDANA

PASAL 52

“Barang siapa memperdagangkan, membuat, merakit,


memasukan, atau menggunakan perangkat telekomunikasi
di wilayah Negara RI yang tidak sesuai dengan
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
100.000.000,-(seratus juta rupiah).

www.postel.go.id
KESIMPULAN

Perlu koordinasi dengan instansi terkait,


pengguna frekuensi serta masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan pelayanan serta
pengamatan terhadap frekuensi yang tidak
sesuai dengan peruntukannya.

www.postel.go.id
BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II JAMBI
JL. Raya Tangkit No. 3 Jambi 36373
TELP / FAX : 0741 – 570083
EMAIL : upt_jambi@postel.go.id

www.postel.go.id
www.postel.go.id
MATERI TAMBAHAN
DASAR HUKUM

1. UU NO 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.


2. PP No 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi.
3. PP No 53 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Spektrum Frekuensi Radio.
4. Permen No. 15 Tahun 2017 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Monitoring Spektrum Frekuensi Radio.
5. Permen Kominfo No.18 Tahun 2014 tentang
Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi.
6. Permen Kominfo No.33/PER/M.KOMINFO/08/2009
tentang Penyelenggaraan Amatir Radio

www.postel.go.id
Dasar Hukum (2)
7. Permen Kominfo No.34/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang
Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP).

8. Permen Kominfo No.6 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan


Telsus untuk Keperluan Instansi Pemerintah dan Badan
Hukum.

9. Permen Kominfo No. 3 Tahun 2017 tentang Rencana Induk


Frekuensi Radio untuk Keperluan Penyelenggaraan Radio
Siaran FM .

10. Permen Kominfo No. 31 Tahun 2014 tentang Rencana Induk


(Masterplan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telsus untuk
Keperluan Televisi Siaran Analog pada Pita UHF.

www.postel.go.id
LATAR BELAKANG
• Sesuai Ketentuan Konvensi Telekomunikasi Internasional bahwa
setiap negara harus memiliki Administrasi Telekomunikasi (AT) yang
mewakili Negara yaitu Pemerintah dan negara yang bersangkutan;
• Tugas dari Administrasi Telekomunikasi (AT) adalah melaksanakan
hak dan kewajiban Konvensi Telekomunikasi Internasional dan
peraturan lainnya antara lain memberi izin penyelenggaraan
telekomunikasi;
• Selain itu, AT juga melaksanakan hak dan kewajiban peraturan
internasional lainnya seperti peraturan yang ditetapkan Intelsat
(International Telecommunication Satelite Organization) dan
Immarsat (Internasional Maritime Satelite Organization) serta
perjanjian internasional di bidang telekomunikasi lainnya yang telah
diratifikasi Indonesia.

www.postel.go.id
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

• Melindungi Kepentingan dan keamanan


Negara;
• Mengantisipasi Perkembangan
Teknologi dan Tuntutan Global;
• Harus dilakukan secara profesional;
• Dipertanggungjawabkan serta
memberikan peran serta kepada
Masyarakat.

www.postel.go.id
TELEKOMUNIKASI KHUSUS
Penyelenggaraan bentuk seperti ini dapat berupa
penyelenggaraan untuk keperluan :

• Meteorologi dan geofisika;


• Broadcast / Penyiaran : televisi siaran, radio siaran;
• Navigasi : Penerbangan dan Maritim;
• Pencarian dan pertolongan kecelakaan, amatir radio,
komunikasi radio antar penduduk dan
• Penyelenggaraan telekomunikasi khusus instansi
pemerintah tertentu/swasta.

www.postel.go.id
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Penyelenggaraan telekomunikasi dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu :


1. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi.
Yaitu kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jaringan
telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya
telekomunikasi.
2. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
Yaitu kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jasa
telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya
telekomunikasi.
3. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus
Yaitu penyelenggaraan telekomunikasi yang sifat, peruntukkan
dan pengoperasiannya khusus.

www.postel.go.id
PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus diselenggarakan


untuk keperluan:
 
a. Sendiri;
b. Pertahanan Keamanan Negara;
c. Penyiaran.

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan


sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a
dilakukan
  untuk keperluan:
a. Perseorangan;
b. Instansi Pemerintah;
c. Dinas Khusus;
d. Badan Hukum.
www.postel.go.id
PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan


perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a meliputi:
 
a. Amatir Radio;
b. Komunikasi Radio Antar Penduduk

Pasal 41
 
1. Amatir radio sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40huruf a
digunakan untuk saling berkomunikasi tentang ilmu pengetahuan,
penyelidikan teknis dan informasi yang berkaitan dengan teknik
radio dan elektronika;
2. Kegiatan amatir radio dapat digunakan untuk penyampaian berita
mara bahaya, bencana alam, pencarian dan pertolongan (SAR).

www.postel.go.id
PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Dalam keadaan jaringan telekomunikasi yang diselenggarakan


oleh penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan
pertahanan negara atau keperluan keamanan negara belum atau
tidak mampu mendukung kegiatannya, maka dapat menggunakan
atau memanfaatkan penyelenggaraan telekomunikasi khusus lainnya
dengan wajib mengikuti ketentuan pengunaan jaringan dan atau jasa
telekomunikasi yang berlaku.

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penggunaan dan


pemanfaatan ditetapkan bersama oleh Menteri dan menteri yang
bertanggung jawab di bidang pertahanan atau Kepala Kepolisian
Republik Indonesia.

Seperti pada :
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus di Lingkungan
Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.
www.postel.go.id

Anda mungkin juga menyukai