Anda di halaman 1dari 44

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RADIOLOGI

TAHUN 2018

RSUD JARAGA SASAMEH

BUNTOK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan Radiologi sebagai bagian ya ng terintegrasi dari pelayanan kesehatan


secara menyeluruh yang merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945
dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanaan
Radiologi sudah elayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa
ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat terdeteksi dengan menggunakan
fasilitas Radiologi Diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan
non pengion. Dengan berkembangnya waktu, Radiologi Diagnostik juga telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan Radiologi Diagnotik di Instalasi Radiologi


RSUD Jaraga Sasameh Buntok yang merupakan Rumah Sakit Tipe C , maka disusunlah
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik RSUD Jaraga Sasameh Buntok ini yang
mengacu pada Buku Standar Pelayanan Radilogi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan sesuai SK MenKes No.0114/MenKes/SK/XI/2008.

1.2. Ruang Lingkup

Pelayanan Radiologi Diagnostik RSUD Jaraga Sasameh Buntok meliputi :

a. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-Ray konvensional.
b. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan Imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, antara lain pelayanan pemeriksaan dengan
Ultrasonografi (USG).
1.3. Batasan Operasional
Pedoman Pelayanan Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok disusun untuk
dipergunakan sebagai acuan pihak terkait, yaitu :
a. Direktur dan Manajemen RSUD Jaraga Sasameh Buntok
b. Komite Medik RSUD Jaraga Sasameh Buntok
c. Kepala Instalasi dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok
d. Instalasi Rawat jalan dan Rawat Inap RSUD Jaraga Sasameh Buntok
e. Puskesmas/Praktek Dokter

1.4. Landasan Hukum


Dasar Hukum Pelayanan radiologi, antara lain :
a. UU No. 23 Tahun 1992
b. UU No. 10 Tahun 1997
c. UU No. 23 Tahun 1997
d. UU No. 29 Tahun 2004
e. UU No. 32 Tahun 2004
f. UU No. 12 Tahun 2008
g. PP No. 32 Tahun 1996
h. PP No. 27 tahun 2002
i. PP No. 33 Tahun 2007
j. PP No. 38 Tahun 2007
k. PP No. 29 Tahun 2008
l. Permenkes No. 920 Tahun 1986
m. Permenkes No. 159b Tahun 1988
n. Permenkes No. 145 Tahun 1988
o. Permenkes No. 1575 Tahun 2005
p. Permenkes No. 1427 Tahun 2006
q. Permenkes No. 1295 Tahun 2007
r. Permenkes No. 512 Tahun 2007
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


a. Struktur Organisasi
DIREKTUR
Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok.
Kepala Instalasi SMF PENANGGUNG
Radiologi JAWAB PELAYANAN
nstalasi Radiologi
rektur
KABID PELAYANAN
PENUNJANG

KASI PELAYANAN
PENUNJANG

KEPALA INSTALASI
RADIOLOGI

KEPALA RUANGAN
RADIOLOGI

PPR DAN PENANGGUNG PENANGGUNG PENANGGUNG


PENANGGUNG
FILM JAWAB JAWAB JAWAB
JAWAB
BADGE KAMAR GELAP ALAT DAN KEBERSIHAN
ULTRASONOGRAFI
INSTRUMEN

PENANGGUNG PENANGGUNG PENANGGUNG


JAWAB JAWAB JAWAB
ADMINISTRASI JADWAL JAGA LOGISTIK/BHP
DAN ARSIP

PETUGAS PETUGAS
RADIOGRAFER SONOGRAFER ADMINISTRASI
KAMAR GELAP KEBERSIHAN
Pelayanan Radiologi yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia
yang ada di dalamnya. Maka dari itu Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok
menentukan ketenagaan pelayanan radiologi yang terdiri dari :

1. Kepala Instalasi Radiologi


a. Uraian Tugas :
- Membantu Direktur dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan Radiologi
- Merencanakan, mengkoordinasikan, merekomendasikan dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pelayanan Radiologi
- Merencanakan kebutuhan dan prediksi anggaran Instalasi Radiologi
- Merencanakan merekomendasikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengembangan
sumber daya manusi, sarana dan prasarana
- Bertanggung jawab pada terjaminnya pelaksanaan proteksi radiasi bagi staff
radiologi, penderita dan lingkungan
- Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, perawatan sarana/prasarana dan
peralatan Radiologi

b Tanggung Jawab
- Terlaksananya SPO dan peraturan lainnya
- Ketepatan jumlah kebutuhan SDM Radiologi
- Kebenaran laporan kepada manajemen
- Kebenaran penilaian kinerja tenaga radiologi

c Wewenang
- Mengatur seluruh kegiatan radiologi
- Memberikan masukan atau gagasan kepada atasan untuk pengembangan radiologi
- Menilai, menegur dan memotivasi staff
- Meminta masukan dari semua staff
- Mengesahkan jadwal dinas jaga

d Syarat Jabatan
- Dokter Spesialis
- Memiliki SIB
2. Kepala Ruangan Radiologi
a. Uraian Tugas
- Membantu Kepala Instalasi Radiologi dalam mengkoordinir pelaksanaan program
kerja pelayanan Radiologi
- Melakukan koordinasi dalam perawatan dan pemeliharaan peralatan Radiologi
- Menjamin pelaksanakan kegiatan proteksi radiasi
- Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada Radiografer pelaksana dalam
pemanfaatan peralatan dan pelaksanaan peralatan radiologi
- Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan radiologi kepada Kepala Instalasi
Radiologi

b. Tanggung Jawab
- Menjamin pelaksanaan pelayanan radiologi sesuai peraturan dan SPO yang berlaku
- Menjamin tidak adanya masalah dalam pelayanan radiologi
- Membuat laporan kinerja radiologi
- Menjamin profesionalisme dalam bekerja
- Menjamin penggunaan radiasi sesuai peraturan yang berlaku
- Menjamin kebenaran pemeliharaan peralatan radiologi
- Menjamin keobyektifan penilaian kinerja karyawan radiologi

c. Wewenang
- Mengatur kegiatan pelayanan radiologi
- Menilai dan menegur staff radiologi untuk menjaga mutu pelayanan
- Meminta arahan dari Kepala Instalasi untuk pengembangan kinerja
- Memberikan saran kepada Kepala Instalasi
- Meminta masukan dari semua Staff

d. Syarat Jabatan
- Minimal DIII Radiologi
- Memiliki Surat Izin Kerja
- Pengalaman bekerja di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh minimal 5 tahun
3. Dokter Spesialis Radiologi
a. Uraian Tugas
- Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SPO tindak medik radiodiagnostik dan
imejing diagnostik serta melakukan revisi bila perlu
- Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik dan imejing diagnostik
sesuai yang telah ditetapkan dalam SPO
- Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dengan radiografer. Khusus pemeriksaan
yang memerlukan penyuntikan intravena dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi
atau dokter lain atau tenaga kesehatan yang mendapat pendelegasian
- Menjelaskan dan menandatangani informed consent/ izin tindakan medik kepada
pasien dan keluarga pasien
- Melakukan pembacaan hasil pemeriksaan radiodiagnostik dan imejing diagnostik
- Melaksanakan teleradiografi dan konsultasi radiodiagnostik maupun imejing
diagnostik sesuai kebutuhan
- Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan
- Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien
- Menjamin bahwa paparan radiasi bagi pasien serendah mungkin untuk mendapatkan
citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat
panduan paparan medik
- Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis dengan
mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya
- Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandangan klinis
- Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK

b. Syarat Jabatan
- Dokter Spesialis Radiologi
- Memiliki Surat Izin Bekerja

4. Radiografer
a. Uraian Tugas
- Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan
pembuatan Foto Radiologi
- Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan
- Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SPO. Khusus untuk pemeriksaan
dengan bahan kontras, pemeriksaan dilakukan bersama dokter spesialis radiologi
- Melakukan kegiatan prosesing film ( kamar gelap dam work station )
- Melakukan penjaminan dan kendali mutu
- Memberikan proteksi terhadap pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang
X-Ray
- Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang
diterima pasien sesuai kebutuhan
- Merawat daan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin

b. Syarat Jabatan
- Minimal DIII Radiologi
- Memiliki STR sebagai Radiografer
- Memiliki Surat Izin Kerja

5. Fisikawan Medik
a. Uraian Tugas
- Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk
penggunaan klinik
- Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi
- Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa
dan terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu
- Melakukan penghitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita
hamil
- Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuati dengan
keselamatan radiasi
- Acceotence test dari unit yang baru
- Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik
- Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya
manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapan proteksi radiasi
- Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi
- Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
b. Syarat Jabatan
- S1 Fisikawan Medik
- Memiliki STR sebagai Fisikawan Medik

6. Penanggungjawab Proteksi Radiasi


a. Uraian Tugas
- Membuat program proteksi dan keselamatan Radiasi
- Memantau aspek operasional program proteksi radiasi dan memantau
pemakaiannya
- Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi dan
memantau pemakaiannya
- Meninjau secara sistematis dan periodik program pemantauan di semua tempat
dimana Pesawat X-Ray digunakan
- Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi radiasi dan keselamatan
radiasi
- Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi
- Mengawasi perilaku semua staff radiologi yang berhubungan dengan radiasi
- Memotivasi dan menyarankan agar semua petugas mematuhi peraturan
keselamatan radiasi
- Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi
- Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan
keselamataan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh Pemegang
Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN
- Mendokumentasikan hasil paparan rdiasi semua petugas

b. Tanggung Jawab
- Terwujudnya ruang dan sarana radiologi yang memenuhi standar keselamatan
radiasi
- Tersedianya alat radiologi yang terkalibrasi secara rutin
- Terlaksananya medical check up bagi semua petugas radiologi
- Mengirim dan mengevaluasi paparan radiasi petugas
- Terwujudnya petunjuk kerja untuk keselamatan radiasi
c. Wewenang
- Mengawasi perilaku petugas radiasi
- Memastikn pemakaian alat proteksi radiasi yang benar
- Mengatur jadwal medical check up semua petugas radiasi

d. Syarat Jabatan
- Memiliki Surat Izin Bekerja sebagai PPR

7. Koordinator Pelayanan Radiologi


a. Koordinator USG
- Mengatur jadwal pemeriksaan USG dan jadwal staff radiologi yang menjadi
asisten dokter spesialis radiologi
- Menyiapkan dan mengontrol BMHP yang dibutuhkan di ruang USG
- Mengawasi proses pelaksanaan USG
- Membuat laporan jumlah pasien per bulan

b. Koordinator Ruang Pemeriksaan X-ray


- Mengatur jadwal radiografer yang melakukan dinas pagi
- Mengatur jadwal pemeriksaan kontras
- Bertanggungjawab pada hasil mutu foto rontgen
- Mengontrol kerusakan film

8. Koordinator Mutu dan Diklitbang


a. Koordinator survey dan perhitungan
- Melakukan survey kepuasan pelanggan
- Mengumpulkan data survey
- Membuat laporan hasil survey
- Melakukan pengumpulan data stander pelayanan mutu
- Menghitung data SPM
- Membuat laporan SPM

b. Koordinator reject analysis


- Mengumpulkan data film yang rusak
- Melakukan penghitungan data film yang rusak
- Membuat laporan kerusakan film setiap bulan

9. Koordinator Administrasi dan Logistik


a. Koordiantor Administrasi
- Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
- Melakukan pengarsipan hasil pemeriksaan
- Mencatat jadwal pemeriksaan kontras ataupun pemeriksaan yang memerlukan
jadwal lainnya
- Membuat laporan jumlah pemeriksaan setiap bulan
b. Koordinator Logistik
- Mencatat perbekalan dan logistik di Instalasi Radiologi termasuk BMHP, ATK,
dll
- Membuat permintaan BMHP, ATK, dll dengan persetujuan kepala ruangan
radiologi
- Membuat laporan pemakaian BMHP, ATK, dll setiap tahun

2.2. Distribusi Ketenagaan


Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu :
a. Jenis sarana kesehatan
b. Kemampuan
c. Beban Kerja
d. Jumlah Pesawat
Berdasarkan jenis sarana kesehatan RSUD Jaraga Sasameh merupakan RS Tipe C
dengan standar ketenagaan RS Tipe C atau setara sebagai berikut :
Standar RS
Jenis Tenaga Persyaratan Jumlah
Tipe C
Spesialis Radiologi Memilik SIP 1 Orang 1 Orang
Radiografer DIII Teknik
Radiologi 10 Orang 2 Orang/ alat
Memiliki SIKR
Petugas Proteksi
Radiasi (PPR) Memiliki SIB 3 Orang 1 Orang
Medik Tk. 1
Fisikawan Medik DIV/ S1 1 Orang 1 Orang
Tenaga
DIII ATEM - 1 Orang
Elektromedis
Perawat DIII Keperawatan
- 2 Orang
Memiliki SIP
Tenaga
SMA/DIII 2 Orang 2 Orang
Administrasi
Petugas Kamar
SMA/ Sederajat 1 Orang 1 Orang
Gelap
Pengembangan Tenaga/ staff
Pengembangan dapat meliputi 2 hal, yaitu :
1. Peningkatan Jumlah Tenaga
Penambahan jumlah tenaga dapat dilakukan setelah dilakukan analisa beban
kerja dalam unit radiologi diagnostik sesuai dengan standar di atas dan disesuaikan
juga dengan rencana pengembangan unit tersebut
2. Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga
Dapat dilakukan melalui program pendidikan atau pelatihan ( diklat ) dalam
bentuk :
a. Kursus atau seminar dalam bidang manajemen atau teknis sesuai dengan
bidangnya masing-masing atau apabila ada penambahan alat dan teknologi baru
b. Pendidikan formal untuk mencapai gelar sesaui bidangnya masing-masing
c. Pendidikan penyegaran kembali dalam bidang keselamatan dan kecelakaan
radiasi dan qulity control

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang

1. Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan radiologi


diagnostik harus mempunyai izin pelayanan dari Departemen Kesehatan cq Kepala
Dinas Provinsi sesuai peraturan yang berlaku
2. Setiap peralatan yang menggunakan radiasi pengion harus mempunyai izin
pemanfaatan alat dari BAPETEN
3. Peralatan yaang dicabut izin penggunaannya oleh BAPETEN tidak dapat digunakan
utuk pelayanan radiologi diagnostik
4. Penambahan alat baru yang menyebabkan perubahan denah ruangan harus
diberitahukan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan melampirkan :
- Fotocopy legalisir asli izin penggunaan alat dari BAPETEN beserta dokumen
penyertaannya
- Fotocopy legalisir asli izin edarr peralatan kesehatan dari Departemen Kesehatan
5. Sarana pelayanan kesehatan yang mengalami perubahan nama dan kepemilikan,
pindah lokasi harus mengganti izin pelayanan.

3.2. Standar Fasilitas

Berdasarkan jenis sarana kesehatan RSUD Jaraga Sasameh Buntok yang merupakan
RS Tipe C, dengan standar peralatan RS Tipe C atau setara sebagai berikut :

1. Ruang Administrasi

No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi


1. Meja Administrasi 2 Unit Baik
2. Kursi Kerja 2 Unit Baik
3. Komputer 2 Unit Baik
4. Kursi Panjang Petugas 1 Unit Baik
5. Lemari 2 Unit Baik
6. Keranjang Amplop 1 Unit Baik
7. Papan Informasi 1 Unit Baik

2. Ruang Pemeriksaan 1
No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
1. Pesawat X-Ray 1 Unit Baik
2. Meja Pemeriksaan 1 Unit Baik
3. Bucky Stand 1 Unit Baik
4. Kursi Pasien 1 Unit Baik
5. Tiang Infus 1 Unit Baik
6. Gantungan Baju Pasien 1 Unit Baik
7. AC 1 Unit Baik
8. Pengeras Suara 1 Unit Baik
9. Tempat Sampah 3 Unit Baik

3. Ruang Pemeriksaan 2

No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi


1. Pesawat X-Ray 1 Unit Baik
2. Meja Pemeriksaan 1 Unit Baik
3. Bucky Stand 1 Unit Baik
4. Mobile X-Ray 1 Unit Baik
5 Dental Unit 1 Unit Baik
6. Gantungan APRON 1 Unit Baik
7. Pengeras Suara 1 Unit Baik
8. AC 1 Unit Baik
9. Tempat Sampah 1 Unit Baik

4. Ruang CR

No
Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
.
1. Printer CR 1 Unit Baik
2. Komputer CR 1 Unit Rusak
3. Kursi 1 Unit Baik
4. Meja Kerja 1 Unit Baik
5. Scanner CR 1 Unit Baik
6. AC 1 Unit Baik
7. Kaset CR Uk. 14 x 17 2 Unit Baik
8. Kaset CR Uk. 8 x 10 3 Unit Baik
5. Ruang Kamar Gelap

No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi


1. Automatic Processor 1 Unit Baik
2. Kaset Uk. 35 x 35 3 Unit Baik
3. Kaset Uk. 30 x 40 2Unit Baik
4. Kaset Uk. 24 x 30 2 Unit Baik
5. Safe Light 2 Unit Baik
6. Film Drying 1 Unit Baik
7. AC 1 Unit Baik
8. Exhaust Fan 1 Unit Baik
9. Meja 1 Unit Baik
10. Tong Air 2 Unit Baik
11. Lemari Arsip 1 Unit Baik
12. Lemari Peralatan dan Linen 1 Unit Baik
13. Lemari Kebersihan 1 Unit Baik

6. Ruang USG

No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi


1. Pesawat USG 1 Unit Baik
2. Lampu Baca 1 Unit Baik
3. Kursi 2 Unit Baik
4. Meja kerja 1 Unit Baik
5. Meja Alat 1 Unit Baik
6. Washtafle 1 Unit Baik
7. Tempat tidur 1 Unit Baik
8. Bantal Pasien 1 Unit Baik
9. Tempat Sampah 1 Unit Baik

6. Ruang Tunggu Pasien

No
Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
.
1. Kursi Panjang Kayu 2 Unit Baik
2. Kursi Panjang Besi 1 Unit Baik
3. Papan Informasi 1 Unit Baik
3.3. Pemeliharaan dan Perawatan

Pemeliharaan dan perawatan peralatan radiologi mengacu pada pedoman dari


pabrikan yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan oleh radiografer, fisikawan
medis, teknisi elektromedis dan teknisi pabrikan untuk menjamin mutu alat yang dipakai
sehingga pelayanan tidak terganggu

3.4. Ruangan

Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan adalah :

a. Fungsi Ruangan/ Jenis kegiatan


b. Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien dan lingkungan
c. Efisiensi

3.5. Persyaratan Ruangan

a. Letak unit/ instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat
darurat, ruang perawatan intensif, poliklinik dan ruangan lainnya
b. Disetiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm
sesuai dengan kebutuhan
c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24⁰C dan kelembaban 40-60%
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut

Persyaratan ruangan meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/ luas ruangan yang
dibutuhkan sebagai berikut :

1. Ketebalan Dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm³ atau beton
dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam ( Pb) sehingga
tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui batas 1
mSv/tahun
2. Pintu dan Ventilasi
a. Pintu ruangan pesawat sinar-X dilapisi dengan timh hitam dengan ketebalan
tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat Sinar-X tidak
melampaui batas 1 mSv/tahun
b. Ventilasi setinggi 2 meter daeri lantai sebelah luar agar orang diluar tidak
terkena paparan radiasi
c. Diatas pintu ruang masuk dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat Sinar-X sihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu
peringatan tanda bahaya radiasi)
3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb dibuat tumpang tindih/ overlapping
5. Jenis dan ukuran ruangan radiologi
a. Ruang penyinaran/ ruang X-Ray
- Ukuran ruangan sesuai dengan kebutuhan/ besarnya alat
- Ruang X-Ray tanpa Flouroscopy , minimal :
 Alat dengan kekuatan s/d 125 Kv : 4 x 3 x 2,8 m
 Alat dengan kekuatan > 125 Kv : 6,5 x 4 x 2,8 m
- Ruang X-Ray dengan Fluoroscopy : 7,5 X 5,7 X 2,8 m
b. Ruang Ultrasonografi
- Ukuran 4 x 3 x 2,7 m
- Dinding terbuat dari batu bata tanpa Pb
- Perlengkapan : meja/tempat tidur pemeriksaan, kursi pasien
c. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
- Terpisah dengan ruang pemeriksaan
- Luas disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat menampung :
1 buah meja kerja
1 buah viewing box
2 buah kursi
1 buah lemari
d. Ruang Ganti Pakaian
- Ada disetiap ruang pemeriksaan X-ray
- Luas disesuaikan dengan kebutuhan
e. WC
- Ada disetiap ruang pemeriksaan X-ray
f. Kamar Gelap
- Terdiri dari daerah basah dan kering
- Ukuran minimal 2 x 3 x 4 m
- Lantai tidak menyerap air, tahan terhadap cairan processing serta tidak licin
dan mudah dibersihkan
- Dinding berwarna cerah/ putih, mudah dibersihkan, tidak menyerap air/
keramik, dilengkapi dengan cassette passing box, serta dilengkapi dengan
Exhaust fan yang kedap cahaya
- Pintu masuk kedap cahaya agar petugas mudah keluar masuk tanpa
mengganggu jalannya processing
- Kelengkapan daerah basah adalah safe light, rak gantungan film / film
hanger, lemari tempat penyimpanan cassette dan box film serta meja kerja
- Kelengkapan daerah kering yaitu alat pengering film serta viewing box film
g. Ruang Lain
- Loket/ ruang informasi, ruang diskusi, ruang jaga ( dokter, radiografer,
perawat) dan pantry
- Ruang tunggu pasien
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Tata Laksana Pelayanan di Instalasi Radiologi

Disamping struktur organisasi, diperlukan pula adanya sistem administrasi yang


memuat aturan administrasi yang dilakukan dalam menyelenggarakan pelayanan
radiologi diagnostik.

Sistem administrasi pelayanan radiologi diagnostik meliputi administrasi pada :

a. Loket penerimaan pasien dan Loket pengambilan hasil


b. Ruang diagnostik
c. Ruang USG
d. Pembacaan
e. Penyimpanan

Kebijakan sistem administrasi pelayanan radiologi diagnostik :

1. Unsur administrasi diselenggarakan oleh petugas administrasi


2. Pelayanan radiologi diagnostik dilaksanakan atas indikasi sesuai dengan SPO dan atas
permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi
Spesialis
3. Petugas administrasi mencatat semua data tentang jumlah, jenis dan bentuk pelayanan
radiologi diagnostik
4. Setiap pasien didaftar dan dibuatkan nomor pasien radiologi
5. Petugas administrasi menginout data pasien ke komputer untuk kegiatan Billing
System dan ke kemputer untuk kegiatan SIM Radiologi
6. Kegiatan pelayanan radiologi diagnostik dapat dilakukan sesuai jadwal tertentu
sampai dengan 24 jam tergantung dengan kondisi, sumber daya manusia dan peralatan
yang digunakan
7. Setiap tindakan yang dapat menimbulkan resiko (sesuai dengan ketentuan umum
pelayanan medis) terhadap pasien disertai surat persetujuan ( informed consent)
8. Setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas yang berkompeten
9. Penanggung jawab hasil bacaan dan atau hasil pemeriksaan radiologi adalah dokter
spesialis radiologi atau dokter yang memiliki kompetensi terbatas yang ditetapkan
kolegium Spesialis radiologi disertai rekomendasi dari Perhimpunan Dokter
Spesialis Radiologi Indonesia
10. Hasil pembacaan telah diterima oleh pelanggan/klien dalam waktu paling lambat 24
jam
11. Hasil pembacaan / diagnosa pasien dicatat dalam catatan medik

4.2. Pendaftaran Pemeriksaan

Instalasi Radiologi melayani permintaan pemeriksaan radiologi dengan jam


pelayanan, yaitu :

1. Pelayanan Radiologi Jam Kerja Pagi


a. Pendaftaran Pasien
- Senin – Kamis : Pukul 07.00 - 14.00 WIB
- Jumat : Pukul 07.00 – 13.00 WIB
- Sabtu : Pukul 07.00 – 13.00 WIB
b. Pemeriksaan Radiologi
- Senin – Kamis : Pukul 07.00 - 14.00 WIB
- Jumat : Pukul 07.00 – 13.00 WIB
- Sabtu : Pukul 07.00 – 13.00 WIB
2. Pelayanan Radiologi di luar jam kerja
Pelayanan radiologi 24 jam, ada petugas jaga shift sore dan shift malam. Pada
pasien yang membutuhkan pemeriksaan diluar jam kerja dapat langsung mendaftar ke
bagian radiologi dan langsung mendapatkan pelayanan radiologi

3. Untuk pasien dengan tindakan khusus


Tindakan khusus pemeriksaan yaitu BNO-IVP. Pasien membawa surat
permintaan ke bagian radiologi untuk dibuatkan jadwal pemeriksaan dan pemeriksaan
dengan menggunakan kontras harus menyertakan hasil lab yang diperlukan
4.3. Persiapan Pemeriksaan

Persiapan pemeriksaan dalam Instalasi Radiologi, meliputi :

1. Persiapan pemeriksaan USG antara lain :


a. Persiapan Pemeriksaan USG Abdomen
- Pasien puasa minimal 8 jam sebelum pemeriksaan
- Bila ada resiko dehidrasi, hanya boleh diberikan air putih saja
- Pada keadaan akut dapat dilaksanakan tanpa persiapan
- Pada bayi, bila kondisi memungkinkan dipuasakan selama 3 jam sebelum
pemeriksaan
b. Persiapan pemeriksaan USG Urologi, USG Pelvis, dan USG Kandungan
- Pasien tanpa persiapan ( tanpa puasa )
- Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum air putih 4-5 gelas kemudian
pasien tidak boleh buang air kecil sampai pemeriksaan selesai
- Bila pasien menggunakan kateter, maka kateter di klem agar buli-buli terisi
c. Persiapan pemeriksaan USG Mammae dan USG Thyroid
- Pasien tanpa persiapan ( tanpa puasa )
- Semua benda atau kain yang menutupi obyek yang diperiksa dilepas agar tidak
mengganggu pemeriksaan

2. Persiapan pemeriksaan Radiologi Non Kontras antara lain :


a. BNO Polos
- Satu hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan yang lunak dan tidak
berserat ( bubur dengan kecap)
- Pukul 21.00 WIB di hari yang sama, pasien minum garam inggris yang
1
dilarutkan dalam gelas air masak ( bisa ditambah sedikit air gula atau sirup)
2
- Dilanjutkan dengan puasa sampai besok harinya, hingga pemeriksaan selesai
- Selama menjalankan persiapan pasien tidak boleh merokok dan diharapkan
tidak banyak bicara
- Pukul 08.00 WIB pasien datang ke radiologi mendaftar dengan membawa
lembar permintaan pemeriksaan BNO

b. Extremitas atas, extremitas bawah, cranium, vertebrae, dan thorax


- Pasien tanpa persiapan ( tanpa puasa )
- Melepas semua benda logam yang melekat di daerah obyek yang diperiksa

3. Persiapan pemeriksaan Radiologi dengan kontras


a. BNO IVP
- Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak dan tidak
berserat ( bubur dengan kecap)
- Pukul 21.00 WIB di hari yang sama, pasien minum garam inggris yang
1
dilarutkan dalam gelas air masak ( bisa ditambah sedikit air gula atau sirup)
2
- Dilanjutkan dengan puasa sampai besok harinya, hingga pemeriksaan selesai
- Selama menjalankan persiapan pasien tidak boleh merokok dan diharapkan
tidak banyak bicara
- Pukul 08.00 WIB pasien datang ke radiologi mendaftar dengan membawa
lembar permintaan pemeriksaan BNO-IVP

4. Pelaksanaan Pemeriksaan

Di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok, dilakukan pelaksanaan


pemeriksaan radiodiagnostik antara lain adalah :

a. Pelaksanaan Pemeriksaan USG


- Pemeriksaan USG di Instalasi Radiologi dilakukan dan di expertise oleh dokter
spesialis radiologi
- Pemeriksaan dilakukan sesuai SPO yang berlaku
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi Non Kontras
- Pemeriksaan Radiologi Non kontras di Instalasi Radiologi dilakukan oleh
radiografer dan diexpertise oleh dokter spesialis Radiologi
- Pemeriksaan dilakukan sesuai SPO yang berlaku
c. Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi dengan kontras
- Pemeriksaan radiologi dengan kontras di Instalasi Radiologi dilakukan oleh
Radiografer dan diexpertise oleh dokter spesialis radiologi
- Pemasukkan zat kontras dilakukan oleh dokter spesialis atau diwakilkan kepada
tenaga medis lain yaitu perawat yang telah ditunjuk dengan dibawah
pengawasan dokter spesialis radiologi yang bersngkutan
- Pemeriksaan dilakukan sesuai SOP yang belaku

5. Pencucian Film

Proses pencucian Film di Instalasi Radiologi dilakukan sebagai berikut :

a. Processing di lakukan dengan Automatic Processing dan dengan menggunakan


CR
b. Untuk Automatic Processing dilakukan di kamar gelap, sedangkan dengan
menggunakan CR dilakukan di Ruang CR
c. Untuk Automatic Processing, kaset yang sudah kosong diisi kembali dengan film
baru yang belum di ekspos.
d. Untuk pemeriksaan Radiologi yang menggunakan Pesawat CR hasil film
menggunakan printer film

6. Pemberian Expertise
a. Di dalam jam kerja

Oleh dokter spesialis Radiologi pada saat jam kerja

b. Di luar jam kerja

Oleh dokter spesialis radiologi dapat dikonsulkan dan di expertise dengan


menggunakan teleradiograf atau pada saat jam kerja hari berikutnya.

7. Penyerahan Hasil
a. Di dalam jam kerja
- Hasil expertise radiograf pada pasien yang dikerjakan pada hari tersebut akan
diberikan pada saat itu juga, pasien menunggu maksimal 30 menit sesudah
pemeriksaan
- Hasil expertise pemeriksaan imejing diagnosti (USG) diberikan pada hari
tersebut setelah pasien dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi maksimal 1
jam sesudah pemeriksaan
b. Di luar jam kerja
- Hasil expertise radiograf pada pasien di luar jam kerja di berikan setelah
dilakukan pemeriksaan dengan menunggu maksimal 1 jam

c. Tata cara penyerahan hasil


- Pasien rawat jalan datang ke radiologi dengan menanyakan hasil ke bagian
administrasi, sedangkan pasien rawat inap hasil akan diambil oleh petugas
ruangan
- Petugas radiologi mencocokkan hasil rontgen dengan identitas pasien sedangkan
untuk rawat inap mencocokkan hasil pemeriksaan dengan nama pasien dan
ruang rawat pasien
- Petugas radiologi menyerahkan hasil rontgen
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah proses pengelolaan daripada pemindahan dan penyimpanan barang dan
informasi terkait dari pengadaan sampai konsumen akhir secara efektif dan efisien.
Manajemen lgistik merupakan bagian dari mulai sistem pengadaan yang merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan secara efektif dan efisien, aliran dan penyimpanan dari
barang dan jasa serta informasi terkait pengadaan barang sampai distribusi ke konsumen.
Manajemen logistik di instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok dapat
dijabarkan sebagai bentuk penyediaan kebutuhan-kebutuhan yang ada di Instalasi Radiologi
baik berbentuk film, larutan pencucian, obat-obatan, alat rumah tangga, alat tulis kantor
( ATK), amplop dan lain-lain. Pengelolaan logistik secara empiris dapat berbentuk kegiatan
manajerial/administratif (perencanaan, pengorganisasaian dan pengawasan). Kegiatan
manajerial dilakukan oleh Kepala Instalsi yang dibantu Kepala Ruangan Radiologi secara
berkoordiansi dengan Kepala Seksi atau Kepala Bidang Penunjang Medik RS atau ke
instalasi lain yang terkait. Kegiata operasional di Radiologi (pengadaan, inventarisasi,
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan) telah ditunjuk sumber daya
manusianya sebagai pelaksan untuk melakasanakan kegiatan tersebut. Namun untuk
pengadaan barang secara umum dilakukan oleh manajemen RSUD Jaraga Sasameh Buntok
oleh tim pengadaan barang dan jasa dengan pendistribusian melalui bagian logistik dan
Instalasi Farmasi.
Ada beberapa tahapan untuk pemenuhan logistik di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga
Sasameh Buntok, yaitu :
1. Pemesanan barang
2. Permohonan permintaan barang ( pengisian blanko )
3. Penerimaan barang
Setelah barang diterima dilanjutkan dengan proses inventarisasi barang oleh sumber
daya manusia yang telah ditunjuk untuk melakukan tahapan sebagai berikut :
a. Crosscheck permintaan barang dengan barang yang telah diterima
b. Pengolahan inventori barang ( stock opname dan kartu stock )
c. Pengaturan barang yang terdahulu datang untuk digunakan lebih dulu
d. Mengatur barang secara rapi dan teratur dan menjauhkan dari hal-hal yang merusak
barang tersebut

Pendistribusian barang ke konsumen juga sangat penting untuk diperhatikan memerlukan


administrasi yang rapi agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi seperti kehilangan,
makanya diperlukan pencatatan barang (logistik) yang diambil untuk digunakan, ditulis pada
kartu opname dan kartu stock, minimal tertera tanggal, nama barang, nama dan paraf yang
mengambil.

Barang-barang yang telah rusak dan telah kadaluarsa (expired date) bisa dilaporkan
untuk dilakukan penghapusan, BAKHP yang berhubungan dengan obat-obat dan larutan
dilaporkan ke Instalasi farmasi, peralatan ke bagian Bendahara barang, instalasi IPFRS dan
BAPETEN dengan berkoordinasi dengan manajemen Rumah Sakit.

Agar manajemen logistik bisa berjalan dengan baik tentu peran serta kerjasama semua
pihak sangat penting agar logistik yang terdistribusikan benar-benar tepat sasran, berdaya
guna dan berhasil guna. Kemudian dilengkapi dengan pelaksanaan kegiatan administratif
yang akurat dan dilaksanakan evaluasi secara berkala.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya Cedera yang
di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya di ambil. Kebijakan dan upaya peningkatan mutu pelayanan
radiologi pada dasarnya juga sama seperti kebijakan pelayanan kesehatan umumnya yang
mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien antara lain :

1. Regulasi perizinan pelayanan radiologi


2. Standar Pelayanan Radiologi
3. Pemantapan jejaring pelayanan radiologi
4. Penyelenggaraan Quality Assurance
5. Penetapan dan penerapan berbagai standar pelayanan radiologi
6. Pemenuhan persyaratan dalam standar
7. Pelaksanaan akreditasi pelayanan radiologi
8. Peningkatan pengawasan pelaksanaan pelayanan radiologi baik oleh pusat yang
dilakukan oleh DepKes dan BAPETEN maupun oleh daerah
9. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
10. Pengembangan Teknik Pemeriksaan Radiologi

6.2. Tujuan

Tujuan keselamatan pasien adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-rpgram pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan

Kejadian Tidak Diharapkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan radiologi
diagnostik antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi
a. Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi pasien
b. Kurang faham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto
c. Tidak bertanya apakah pasien hamil atau tidak ( wanita subur)
2. Pada saat dilakukan pemeriksaan
a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan
b. Terlalu banyak memanipulasi obyek
c. Memakai peralatan kurang steril
d. Tidak menggunakan peralatan disposable
e. Terjadinya kontra indikasi bahan kontras
f. Pengulangan pemeriksaan
- Salah penyudutan arah sinar
- Salah sentrasi
- Under atau upper exposure
- Tidak ada marker
- Salah positioning
- Kesalahan pesawat yang disebabkan oleh tidak dikalibrasi secara rutin,
tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi dan tidak memiliki alat-
alat QC radiodiagnostik
3. Sesudah pemeriksaan
a. Efek bahan kontras
b. Efek radiasi

6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien

Setelah menerima surat permintaan pemeriksaan, petugas mengidentifikasi dengan


melihat nama, umur, permintaan pemeriksaan dan klinis pasien. Pada pemeriksaan
dengan menggunakan sinar-x dengan pasien wanita usia subur sebelum dilakukan
pemeriksaan ditanya apakah sedang hamil atau tidak, bila hamil diminta pertimbangan
dokter radiologi apakah perlu atau tidak untuk dilakukan.

Pada pemeriksaan dengan menggunakan pesawat X-Ray Konvensional :

1. Hindari manipulasi pasien saat positioning


Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, fraktur columna vertebralis,
trauma tumpul abdomen dan thorax. Begitu pula dengan fraktur extremitas dengan
pemakaian peralatan traksi.
2. Pemakaian bahan kontras radiografi
a. Harus ada informed consent sebelum dimasukkan bahan kontras
b. Harus ada pemeriksaan laboratorium mengenai fungsi ginjal
c. Menggunakan bahan kontras yang relatif aman
d. Harus dilakukan oleh dokter atau didalam pengawasan dokter
e. Ada standar kedaruratan medik radiologi
3. Meminimalisasi dosis radiasi
a. Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sehingga cukup seluas obyek
yang diperiksa
b. Pengaturan faktor eksposi yang tepat

Jadi pada hakekatnya semua pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan
apabila ada permintaan dari dokter yang mengirim dandilengkapi dengan klinis yang
jelas dan dikerjakan sesuai dengan standar operasional prosedur dan dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten.

Pada pemeriksaan USG :

Sampai saat ini pemeriksaan USG masih dikategorikan sebagai pemeriksaan yang
paling aman bagi pasien, belum ditemukan gejala-gejala KTD selama pemeriksaan
maupun sesudah pemeriksaan.

Radiologi berbahaya apabila :

- Meletakkan tube tidak pada keadaan yang sebenarnya sehingga kemungkinan pasien
bisa terbentur
- Apabila ada bekas secret darah maupun feces harus segera dibersihkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang antar pasien maupun petugas radiologi
- Membiarkan pasien lain berada di ruang pemeriksaan
- Membiarkan pasien sendirian saat pemeriksaan kontras
- Penyuntikan bukan dilakukan oleh yang berwenang
- Membuang jarum suntik yang sudah terpakai sembarangan

Secara sistem, keselamatan pasien di pelayanan radiologi belum diatur dalam suatu
peraturan yang baik oleh Depkes maupum oleh BAPETEN sebagai regulator pelayanan
kesehatan dan lembaga pengawasan pemanfaatan radiasi, semua peraturan perundang-
undangan ahnya mengatur kesekamatan terhadap radiasi baik bagi pekerja radiasi,
pasien maupun lingkungan.

Walaupun demikian dalam pelayanan radiologi setiap pekerja radiasi harus tetap
komitmwn terhadap keselamatan pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku di bidang pelayanan radiologi.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA RADIOLOGI

Radiasi yang digunakan di radiologi disamping bermanfaat untuk membantu


menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat
umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan
oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya
radiasi dapat dilakukan dengan cara :

- Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi
batas-bata yang dianggap aman
- Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat
dalam jumlah yang cukup
- Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya karena bidang pekerjaannya harus
berada disekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi
- Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi
- Membuat dan melaksanakan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman
1. Desain dan paparan di ruang radiasi
a. Ukuran ruangan radiasi
- Ukuran minimal ruangan radiasi Sinar-X adalah panjang 4 meter, lebar 3
meter, dan tinggi 2,8 meter
- Tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien
b. Tebal dinding
- Tebal dinding dalam suatu ruangan radiasi Sinar-X sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari Timbal setebal
2 mm
- Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15
cm
- Tebal diniding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm

c. Pintu dan jendela


- Pintu serta lubang-lubang yang ada di dinding ( misalnya lubang pintu, dll )
harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm Timbal
- Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika
meja kontrol pesawat dihidupkan
Tujuannya adalah :
 Untuk membedakan ruangan yang memounyai paparan bahaya radiasi
dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan radiasi
 Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk
tidak memasuki ruangan karena adanya bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut
 Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
yang sedang aktif
 Diharapkan ruang pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain disekitar ruangan
pemeriksaan tersebut
- Jendela diruangan radiasi letaknya mininal 2 m dari lantai luar. Bila ada
jendela yang letaknya kurang dari 2 m harus diberi penahan radiasi yang
steara 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran
sedang berlangsung
- Jendela pengamat di ruang operator harus diberik kaca penahan radiasi
minimal setara 2 mm Timbal

d. Paparan radiasi
- Besarnya paparaanradiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan
daerah sektarnya tergantung kepada penggunaan ruangan tersebut
- Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besaenya paparran
100mR/minggu
- Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan
10 mR/ minggu

2. Perlengkapan proteksi radiasi


- Pakaian proteksi radiasi ( apron)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang
cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm Timbal
- Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroscopy konvensional harus disediakan sarung tangan
Timbal

3. Alat monitor radiasi


- Film badge/ TLD
Setiap pekerja radiasi dan atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada disekitar medan radiasi diharuskan memakai film
badge/TLD setiap memulai pekerjaannya setiap hari. Dipakai pada pakaian kerja
pada bagian yang paling banyak menerima radiasi seperti pada bagian dada atau
panggul depan
- Surveymeter
Diunit radiologi harus disediakan alat surveymeter dan dapat digunakan untuk
mengukur paparan radiasi diruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi
4. Pesawat Radiasi
- Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga
radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR/jam pada jarak 1 m dari fokus
pada tegangan maksimum
- Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen
- Diafragma radiasi
Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat radiasi harus berfungsi dengan
baik, ketebalan diafragma minimal setara dengan 2 mm Timbal, dan posisi sinar
diafragma harus berhimpit dengan berkas radiasi
5. Pemeriksaan kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap
tahun

6. Kalibrasi pesawat rontgen


Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala untuk memastikan penunjukan
angka-angkanya sesuai dengan keadaan pesawat tersebut

7. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi


- Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
didasarkan atas rumus dosis akumulasi :
D= 5(N-18) rem
D : dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh pekerja radiasi selama
masa kerjanya
N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun
18 :Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi
dinyatakan dalam tahun
- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka
waktu 1 tahun adalah 5 Rem
- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka
waktu 13 minggu adalah 1,25 Rem. Sedangkan untuk wanita hamil 1 Rem
- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka
waktu 1 minggu adalah 0,1 Rem

8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra yang bergizi bagi
pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi

9. Prosedur kerja di ruangan radiasi


- Menghidupkan lampu merah yang berada di atas masuk ruang pemeriksaan
- Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang
diperiksa
- Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada
diluar ruang pemeriksaan, sedangkan petugas berada di ruang operator
- Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan
- Menentukan faktor eksposi yang tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto
- Pengaturan kolimasi berkas sinar
- Pemeriksaan radiologi harus dengan permintaan dokter
- Apabila pasien memerlukan bantuan selama pemeriksaan diutamakan keluarga
pasien yang memegang dan diharuskan memakai apron
BAB VIII

PROTEKSI RADIASI

8.1. Pengertian Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi memiliki beberapa pengertian yaitu :

a. Proteksi radiasi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan dari efek berbahaya
dari radiasi pengion, yang meliputi radiasi partikel energi tinggi dan radiasi
elektromagnetik
b. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya radiasi dengan
menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti
peraturan proteksi yang sudah dilakukan
c. Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari
masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian
perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya
terhadap kemungkinan yang merugikankesehatan akibat paparan radiasi
d. Proteksi radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan yang berkaitan dengan
teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada
seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif
dari radiasi pengion

Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk


mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya,
orang disekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi.

Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :

- Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif


- Memnentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang
diterima organ/jaringan
- Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan, dan
- Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk
mengupayakan keselamatan radiasi baik ditempat kerja maupun lingkungan.

8.2. Macam-macam Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain :

- Proteksi radiasi kerja merupakan perlindungan kerja


- Proteksi radiasi medis merupakan perlindungan pasien dan radiografer, dan
- Proteksi radiasi masyarakat merupakan perlindungan individu, anggota masyarakat,
dan penduduk secara keseluruhan`

Jenis-jenis exposure, serta peraturan pemerintah dan batas paparan hukum yang
berbeda untuk masing-masing kelompok, sehingga masing-masing harus
dipertimbangkan secara terpisah.

8.3. Falsafah Proteksi Radiasi

Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari
proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

- Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan


- Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang
masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitar.

Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem pembatasa dosis


terhadap penyinaran tubuh (baik radiasi eksterna maupun interna ) kemungkinan resiko
bahaya radiasi dapat diabaikan petugas proteksi radiasi dengan mengikuti peraturan
proteksi radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang canggih dapat menyelamatkan
pekerja radiasi dan masyrakat pada umumnya.

Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah :

a. Meniadakan bahaya radiasi


b. Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi

Untuk menerapkan tiga prosedur proteksi radiasi di atas dilaksanakan oleh petugas
proteksi radiasi. Prosdur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksankan peraturan
proteksi radiasi; kedua dengan merancang tempat kerja dan menggunakan peralatan
proteksi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan
lingkungan aman dan selamat; kettiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan
secara terus menuerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan
menggunakan alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveymeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib
menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan
instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk
menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam
penyusunan program ini diperluan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan
radiasi dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir sesuai dengan rekomendasi oleh
Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiasi ( ICRP).

Dalam pemanfaatannya, faktor keselamatan manusia harus mendapatkan prioritas


utama. Program proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi pekerja radiassi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat
radioaktif atau sumber radiasi lainnya.

Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk mencegah terjadinya
kecelakaan radiasi, yaitu :

a. Adanya peraturan perundang-undangan dan standar keselamatan


b. Pembangunan instalasi dilengkapi dengan sarana peralatan keselamatan kerja dan
sarana pendukung lainnya yang sempurna sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dengan memperhatikan laporan analisis keselamatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
c. Tersedianya personil dengan bekal pengetahuan yang memadai dan memahami
sepenuhnya tentang keselamatan kerja terhadap radiasi

8.4. Acuan Dasar Proteki Radiasi

Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi, baik untuk pekerja radiasi maupun
anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteks
harus selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP, dalam
setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Nilai
batas terdiri dari nilai batas dasar, nilai batas turunan dan nilai batas ditetapkan. Secara
tingkat acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi`

Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung.
Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi
memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa hasil
pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi
radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukan
hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.

Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai
batas dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang
sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar.
Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun peraturan lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih
rendah dari nilai batas turunan, namun ada kemungkian nilai keduanya adalah sama.

Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk
menentukan suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat
melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dlam melaksanakan program pemantauan
radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi
radiasimemerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan
tindakan nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat
acuan ini secara operasional akan sangat membantu penguasa instalasi dalam upaya
mencapai tujuan proteksi radiasi.
Ada tiga tingkat acuan, yaitu :

Tingkat pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat.nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai
batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada dibawah nilai tingkat
pencatatan tidak perlu dirposes lebih lanjut.

Tingkat penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau
implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang
dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.

Tingkat intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan
penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan
penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.

8.5. Asas-asas Proteksi Radiasi

Falsafah baru tentang proteksi radiasi muncul dengan diterbitkanya Publikasi ICRP
No. 26 Tahun 1977.Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi,yaitu terciptanya
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan maka dalam
falsafah proteksi radiasi diperkenalkan tiga asas proteksi radiasi, yaitu:
a. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainya harus didasarkan pada azaz
manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparanhanya
disetujui jika kegiatan ituakan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
individu atau masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang timbul bagi
kesehatan.
Berikut adalah contoh penerapan asas justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Seorang ibu menderita kelainan jantung, tetapi ibu tidak dapat di Rontgen
karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan tersalr
ke janinnya, maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tesebut melahirkan
- Jika seorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi
dari dokter maka sebagai radigrafer tidak diharuskan untuk melakukan
penyinaran terhadap pasien tersebut.
b. Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima bagi pekerja radiasi atau masyarakat tidak
boleh melampaui nilai batas dosis (NBD) yang telah ditetapapkan. Batas dosis bagi
pekerja radiasi dimaksutkan untuk mencegah munculnya efek deterministik ( non
stokastik) dan mengurangi terjadi nya efek stokastik.
Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah
radiasi yang akan digunakan. Pada foto thorax bayi sebaiknya mengguanakan fil
18x24 cm atau 24 x 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima
pasien dapat diminimalkan

c. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable – ALARA). Dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
Kegiatan pemamfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus
dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat
ditekan serendah-rendahnya.
Berikut adalah contoh penerapan asas justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Sebelum melakukan pemeriksaan, radiografer terlebih dahulu harus memberikan
isntruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga
pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia. Kemudian memberikan faktor
exposi seoptimal mungkin.
- pada foto thorax bayi, sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm.
Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan dan
tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

Untuk menilai dalam pelayanan radiologi dan pengamalan etika profesi, maka Instalasi
Radiologi memerlukan upaya-upaya antara lain :

1. Evaluasi kualitas Film Rontgen


a. Mencatat film x-ray yang tidak layak di expertise
b. Mengelompokkan data reject film berdasarkan ukuran film
c. Menganalisa hasil laporan reject setiap tiga bulan sekali
2. Evaluasi Respon Time Hasil Bacaan Foto Thorax
a. Waktu pemeriksaan adalah waktu dimulainya pemeriksaan pasien sejak pasien didaftar
sampai pasien selesai dilakukan pemeriksaan
b. Setelah foto rontgen selesai, langsung di expertise oleh dokter spesialis radiologi
c. Expertise yang sudah selesai akan dikembalikan ke ruang administrasi kemudian
dicatat sebagai bahan untuk membuat laporan
3. Evaluasi Kepuasan Pelanggan
a. Membagikan lembar kuisioner kepada seratus pasien dalam jangka waktu tiga bulan
b. Menganalisa kuisioner setiap tiga bulan sekali
BAB X

PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Radiologi ini disusun sebagai acuan dalam kegiatan
pelayanan Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok yang diharapkan akan mencapai
pelayanan radiodiagnostik yang bermutu sesuai dengan visi dan misi RSUD Jaraga Sasameh
Buntok.

Pelayanan radiologi merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit. Upaya peningkatan mutu
radiologi merupakan sebuah upaya untuk peningkatan mutu rumah sakit. Peningkatan mutu
pelayanan tidak berarti bils tidak ada evaluasi secara baik.

Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai parameter berhasil tidaknya suatu program
pelayanan radiologi, antara lain adalah :

a. Tersedianya fasilitas radiologi dalam keadaan baik dan standar


b. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional yang berlaku
c. Angka reject analysis dibawah sama dengan 2%
d. Hasil baca foto thorax dapat memenuhi standar kurang dari sama dengan 3 jam
e. Meningkatnya kunjungan radiologi
f. Menurunnya komplain terhadap pelayanan radiologi
g. Meningkatnya kesejahteraan pegawai radiologi
Ditetapkan di : Buntok

Pada tanggal :

RSUD Jaraga Sasameh


Direktur

dr. LEONARDUS P. LUBIS, Sp. OG


Penata Tingkat I, III/d
NIP. 19730522 200501 1 012

Anda mungkin juga menyukai