INSTALASI RADIOLOGI
TAHUN 2018
BUNTOK
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa
ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat terdeteksi dengan menggunakan
fasilitas Radiologi Diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan
non pengion. Dengan berkembangnya waktu, Radiologi Diagnostik juga telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.
a. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-Ray konvensional.
b. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan Imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, antara lain pelayanan pemeriksaan dengan
Ultrasonografi (USG).
1.3. Batasan Operasional
Pedoman Pelayanan Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok disusun untuk
dipergunakan sebagai acuan pihak terkait, yaitu :
a. Direktur dan Manajemen RSUD Jaraga Sasameh Buntok
b. Komite Medik RSUD Jaraga Sasameh Buntok
c. Kepala Instalasi dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok
d. Instalasi Rawat jalan dan Rawat Inap RSUD Jaraga Sasameh Buntok
e. Puskesmas/Praktek Dokter
KASI PELAYANAN
PENUNJANG
KEPALA INSTALASI
RADIOLOGI
KEPALA RUANGAN
RADIOLOGI
PETUGAS PETUGAS
RADIOGRAFER SONOGRAFER ADMINISTRASI
KAMAR GELAP KEBERSIHAN
Pelayanan Radiologi yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia
yang ada di dalamnya. Maka dari itu Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok
menentukan ketenagaan pelayanan radiologi yang terdiri dari :
b Tanggung Jawab
- Terlaksananya SPO dan peraturan lainnya
- Ketepatan jumlah kebutuhan SDM Radiologi
- Kebenaran laporan kepada manajemen
- Kebenaran penilaian kinerja tenaga radiologi
c Wewenang
- Mengatur seluruh kegiatan radiologi
- Memberikan masukan atau gagasan kepada atasan untuk pengembangan radiologi
- Menilai, menegur dan memotivasi staff
- Meminta masukan dari semua staff
- Mengesahkan jadwal dinas jaga
d Syarat Jabatan
- Dokter Spesialis
- Memiliki SIB
2. Kepala Ruangan Radiologi
a. Uraian Tugas
- Membantu Kepala Instalasi Radiologi dalam mengkoordinir pelaksanaan program
kerja pelayanan Radiologi
- Melakukan koordinasi dalam perawatan dan pemeliharaan peralatan Radiologi
- Menjamin pelaksanakan kegiatan proteksi radiasi
- Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada Radiografer pelaksana dalam
pemanfaatan peralatan dan pelaksanaan peralatan radiologi
- Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan radiologi kepada Kepala Instalasi
Radiologi
b. Tanggung Jawab
- Menjamin pelaksanaan pelayanan radiologi sesuai peraturan dan SPO yang berlaku
- Menjamin tidak adanya masalah dalam pelayanan radiologi
- Membuat laporan kinerja radiologi
- Menjamin profesionalisme dalam bekerja
- Menjamin penggunaan radiasi sesuai peraturan yang berlaku
- Menjamin kebenaran pemeliharaan peralatan radiologi
- Menjamin keobyektifan penilaian kinerja karyawan radiologi
c. Wewenang
- Mengatur kegiatan pelayanan radiologi
- Menilai dan menegur staff radiologi untuk menjaga mutu pelayanan
- Meminta arahan dari Kepala Instalasi untuk pengembangan kinerja
- Memberikan saran kepada Kepala Instalasi
- Meminta masukan dari semua Staff
d. Syarat Jabatan
- Minimal DIII Radiologi
- Memiliki Surat Izin Kerja
- Pengalaman bekerja di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh minimal 5 tahun
3. Dokter Spesialis Radiologi
a. Uraian Tugas
- Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SPO tindak medik radiodiagnostik dan
imejing diagnostik serta melakukan revisi bila perlu
- Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik dan imejing diagnostik
sesuai yang telah ditetapkan dalam SPO
- Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dengan radiografer. Khusus pemeriksaan
yang memerlukan penyuntikan intravena dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi
atau dokter lain atau tenaga kesehatan yang mendapat pendelegasian
- Menjelaskan dan menandatangani informed consent/ izin tindakan medik kepada
pasien dan keluarga pasien
- Melakukan pembacaan hasil pemeriksaan radiodiagnostik dan imejing diagnostik
- Melaksanakan teleradiografi dan konsultasi radiodiagnostik maupun imejing
diagnostik sesuai kebutuhan
- Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan
- Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien
- Menjamin bahwa paparan radiasi bagi pasien serendah mungkin untuk mendapatkan
citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat
panduan paparan medik
- Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis dengan
mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya
- Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandangan klinis
- Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
b. Syarat Jabatan
- Dokter Spesialis Radiologi
- Memiliki Surat Izin Bekerja
4. Radiografer
a. Uraian Tugas
- Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan
pembuatan Foto Radiologi
- Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan
- Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SPO. Khusus untuk pemeriksaan
dengan bahan kontras, pemeriksaan dilakukan bersama dokter spesialis radiologi
- Melakukan kegiatan prosesing film ( kamar gelap dam work station )
- Melakukan penjaminan dan kendali mutu
- Memberikan proteksi terhadap pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang
X-Ray
- Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang
diterima pasien sesuai kebutuhan
- Merawat daan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin
b. Syarat Jabatan
- Minimal DIII Radiologi
- Memiliki STR sebagai Radiografer
- Memiliki Surat Izin Kerja
5. Fisikawan Medik
a. Uraian Tugas
- Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk
penggunaan klinik
- Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi
- Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa
dan terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu
- Melakukan penghitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita
hamil
- Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuati dengan
keselamatan radiasi
- Acceotence test dari unit yang baru
- Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik
- Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya
manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapan proteksi radiasi
- Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi
- Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
b. Syarat Jabatan
- S1 Fisikawan Medik
- Memiliki STR sebagai Fisikawan Medik
b. Tanggung Jawab
- Terwujudnya ruang dan sarana radiologi yang memenuhi standar keselamatan
radiasi
- Tersedianya alat radiologi yang terkalibrasi secara rutin
- Terlaksananya medical check up bagi semua petugas radiologi
- Mengirim dan mengevaluasi paparan radiasi petugas
- Terwujudnya petunjuk kerja untuk keselamatan radiasi
c. Wewenang
- Mengawasi perilaku petugas radiasi
- Memastikn pemakaian alat proteksi radiasi yang benar
- Mengatur jadwal medical check up semua petugas radiasi
d. Syarat Jabatan
- Memiliki Surat Izin Bekerja sebagai PPR
BAB III
STANDAR FASILITAS
Berdasarkan jenis sarana kesehatan RSUD Jaraga Sasameh Buntok yang merupakan
RS Tipe C, dengan standar peralatan RS Tipe C atau setara sebagai berikut :
1. Ruang Administrasi
2. Ruang Pemeriksaan 1
No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
1. Pesawat X-Ray 1 Unit Baik
2. Meja Pemeriksaan 1 Unit Baik
3. Bucky Stand 1 Unit Baik
4. Kursi Pasien 1 Unit Baik
5. Tiang Infus 1 Unit Baik
6. Gantungan Baju Pasien 1 Unit Baik
7. AC 1 Unit Baik
8. Pengeras Suara 1 Unit Baik
9. Tempat Sampah 3 Unit Baik
3. Ruang Pemeriksaan 2
4. Ruang CR
No
Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
.
1. Printer CR 1 Unit Baik
2. Komputer CR 1 Unit Rusak
3. Kursi 1 Unit Baik
4. Meja Kerja 1 Unit Baik
5. Scanner CR 1 Unit Baik
6. AC 1 Unit Baik
7. Kaset CR Uk. 14 x 17 2 Unit Baik
8. Kaset CR Uk. 8 x 10 3 Unit Baik
5. Ruang Kamar Gelap
6. Ruang USG
No
Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
.
1. Kursi Panjang Kayu 2 Unit Baik
2. Kursi Panjang Besi 1 Unit Baik
3. Papan Informasi 1 Unit Baik
3.3. Pemeliharaan dan Perawatan
3.4. Ruangan
Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan adalah :
a. Letak unit/ instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat
darurat, ruang perawatan intensif, poliklinik dan ruangan lainnya
b. Disetiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm
sesuai dengan kebutuhan
c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24⁰C dan kelembaban 40-60%
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut
Persyaratan ruangan meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/ luas ruangan yang
dibutuhkan sebagai berikut :
1. Ketebalan Dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm³ atau beton
dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam ( Pb) sehingga
tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui batas 1
mSv/tahun
2. Pintu dan Ventilasi
a. Pintu ruangan pesawat sinar-X dilapisi dengan timh hitam dengan ketebalan
tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat Sinar-X tidak
melampaui batas 1 mSv/tahun
b. Ventilasi setinggi 2 meter daeri lantai sebelah luar agar orang diluar tidak
terkena paparan radiasi
c. Diatas pintu ruang masuk dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat Sinar-X sihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu
peringatan tanda bahaya radiasi)
3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb dibuat tumpang tindih/ overlapping
5. Jenis dan ukuran ruangan radiologi
a. Ruang penyinaran/ ruang X-Ray
- Ukuran ruangan sesuai dengan kebutuhan/ besarnya alat
- Ruang X-Ray tanpa Flouroscopy , minimal :
Alat dengan kekuatan s/d 125 Kv : 4 x 3 x 2,8 m
Alat dengan kekuatan > 125 Kv : 6,5 x 4 x 2,8 m
- Ruang X-Ray dengan Fluoroscopy : 7,5 X 5,7 X 2,8 m
b. Ruang Ultrasonografi
- Ukuran 4 x 3 x 2,7 m
- Dinding terbuat dari batu bata tanpa Pb
- Perlengkapan : meja/tempat tidur pemeriksaan, kursi pasien
c. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
- Terpisah dengan ruang pemeriksaan
- Luas disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat menampung :
1 buah meja kerja
1 buah viewing box
2 buah kursi
1 buah lemari
d. Ruang Ganti Pakaian
- Ada disetiap ruang pemeriksaan X-ray
- Luas disesuaikan dengan kebutuhan
e. WC
- Ada disetiap ruang pemeriksaan X-ray
f. Kamar Gelap
- Terdiri dari daerah basah dan kering
- Ukuran minimal 2 x 3 x 4 m
- Lantai tidak menyerap air, tahan terhadap cairan processing serta tidak licin
dan mudah dibersihkan
- Dinding berwarna cerah/ putih, mudah dibersihkan, tidak menyerap air/
keramik, dilengkapi dengan cassette passing box, serta dilengkapi dengan
Exhaust fan yang kedap cahaya
- Pintu masuk kedap cahaya agar petugas mudah keluar masuk tanpa
mengganggu jalannya processing
- Kelengkapan daerah basah adalah safe light, rak gantungan film / film
hanger, lemari tempat penyimpanan cassette dan box film serta meja kerja
- Kelengkapan daerah kering yaitu alat pengering film serta viewing box film
g. Ruang Lain
- Loket/ ruang informasi, ruang diskusi, ruang jaga ( dokter, radiografer,
perawat) dan pantry
- Ruang tunggu pasien
BAB IV
4. Pelaksanaan Pemeriksaan
5. Pencucian Film
6. Pemberian Expertise
a. Di dalam jam kerja
7. Penyerahan Hasil
a. Di dalam jam kerja
- Hasil expertise radiograf pada pasien yang dikerjakan pada hari tersebut akan
diberikan pada saat itu juga, pasien menunggu maksimal 30 menit sesudah
pemeriksaan
- Hasil expertise pemeriksaan imejing diagnosti (USG) diberikan pada hari
tersebut setelah pasien dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi maksimal 1
jam sesudah pemeriksaan
b. Di luar jam kerja
- Hasil expertise radiograf pada pasien di luar jam kerja di berikan setelah
dilakukan pemeriksaan dengan menunggu maksimal 1 jam
Logistik adalah proses pengelolaan daripada pemindahan dan penyimpanan barang dan
informasi terkait dari pengadaan sampai konsumen akhir secara efektif dan efisien.
Manajemen lgistik merupakan bagian dari mulai sistem pengadaan yang merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan secara efektif dan efisien, aliran dan penyimpanan dari
barang dan jasa serta informasi terkait pengadaan barang sampai distribusi ke konsumen.
Manajemen logistik di instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok dapat
dijabarkan sebagai bentuk penyediaan kebutuhan-kebutuhan yang ada di Instalasi Radiologi
baik berbentuk film, larutan pencucian, obat-obatan, alat rumah tangga, alat tulis kantor
( ATK), amplop dan lain-lain. Pengelolaan logistik secara empiris dapat berbentuk kegiatan
manajerial/administratif (perencanaan, pengorganisasaian dan pengawasan). Kegiatan
manajerial dilakukan oleh Kepala Instalsi yang dibantu Kepala Ruangan Radiologi secara
berkoordiansi dengan Kepala Seksi atau Kepala Bidang Penunjang Medik RS atau ke
instalasi lain yang terkait. Kegiata operasional di Radiologi (pengadaan, inventarisasi,
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan) telah ditunjuk sumber daya
manusianya sebagai pelaksan untuk melakasanakan kegiatan tersebut. Namun untuk
pengadaan barang secara umum dilakukan oleh manajemen RSUD Jaraga Sasameh Buntok
oleh tim pengadaan barang dan jasa dengan pendistribusian melalui bagian logistik dan
Instalasi Farmasi.
Ada beberapa tahapan untuk pemenuhan logistik di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga
Sasameh Buntok, yaitu :
1. Pemesanan barang
2. Permohonan permintaan barang ( pengisian blanko )
3. Penerimaan barang
Setelah barang diterima dilanjutkan dengan proses inventarisasi barang oleh sumber
daya manusia yang telah ditunjuk untuk melakukan tahapan sebagai berikut :
a. Crosscheck permintaan barang dengan barang yang telah diterima
b. Pengolahan inventori barang ( stock opname dan kartu stock )
c. Pengaturan barang yang terdahulu datang untuk digunakan lebih dulu
d. Mengatur barang secara rapi dan teratur dan menjauhkan dari hal-hal yang merusak
barang tersebut
Barang-barang yang telah rusak dan telah kadaluarsa (expired date) bisa dilaporkan
untuk dilakukan penghapusan, BAKHP yang berhubungan dengan obat-obat dan larutan
dilaporkan ke Instalasi farmasi, peralatan ke bagian Bendahara barang, instalasi IPFRS dan
BAPETEN dengan berkoordinasi dengan manajemen Rumah Sakit.
Agar manajemen logistik bisa berjalan dengan baik tentu peran serta kerjasama semua
pihak sangat penting agar logistik yang terdistribusikan benar-benar tepat sasran, berdaya
guna dan berhasil guna. Kemudian dilengkapi dengan pelaksanaan kegiatan administratif
yang akurat dan dilaksanakan evaluasi secara berkala.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya Cedera yang
di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya di ambil. Kebijakan dan upaya peningkatan mutu pelayanan
radiologi pada dasarnya juga sama seperti kebijakan pelayanan kesehatan umumnya yang
mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien antara lain :
6.2. Tujuan
Kejadian Tidak Diharapkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan radiologi
diagnostik antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi
a. Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi pasien
b. Kurang faham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto
c. Tidak bertanya apakah pasien hamil atau tidak ( wanita subur)
2. Pada saat dilakukan pemeriksaan
a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan
b. Terlalu banyak memanipulasi obyek
c. Memakai peralatan kurang steril
d. Tidak menggunakan peralatan disposable
e. Terjadinya kontra indikasi bahan kontras
f. Pengulangan pemeriksaan
- Salah penyudutan arah sinar
- Salah sentrasi
- Under atau upper exposure
- Tidak ada marker
- Salah positioning
- Kesalahan pesawat yang disebabkan oleh tidak dikalibrasi secara rutin,
tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi dan tidak memiliki alat-
alat QC radiodiagnostik
3. Sesudah pemeriksaan
a. Efek bahan kontras
b. Efek radiasi
Jadi pada hakekatnya semua pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan
apabila ada permintaan dari dokter yang mengirim dandilengkapi dengan klinis yang
jelas dan dikerjakan sesuai dengan standar operasional prosedur dan dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten.
Sampai saat ini pemeriksaan USG masih dikategorikan sebagai pemeriksaan yang
paling aman bagi pasien, belum ditemukan gejala-gejala KTD selama pemeriksaan
maupun sesudah pemeriksaan.
- Meletakkan tube tidak pada keadaan yang sebenarnya sehingga kemungkinan pasien
bisa terbentur
- Apabila ada bekas secret darah maupun feces harus segera dibersihkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang antar pasien maupun petugas radiologi
- Membiarkan pasien lain berada di ruang pemeriksaan
- Membiarkan pasien sendirian saat pemeriksaan kontras
- Penyuntikan bukan dilakukan oleh yang berwenang
- Membuang jarum suntik yang sudah terpakai sembarangan
Secara sistem, keselamatan pasien di pelayanan radiologi belum diatur dalam suatu
peraturan yang baik oleh Depkes maupum oleh BAPETEN sebagai regulator pelayanan
kesehatan dan lembaga pengawasan pemanfaatan radiasi, semua peraturan perundang-
undangan ahnya mengatur kesekamatan terhadap radiasi baik bagi pekerja radiasi,
pasien maupun lingkungan.
Walaupun demikian dalam pelayanan radiologi setiap pekerja radiasi harus tetap
komitmwn terhadap keselamatan pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku di bidang pelayanan radiologi.
BAB VII
Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya
radiasi dapat dilakukan dengan cara :
- Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi
batas-bata yang dianggap aman
- Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat
dalam jumlah yang cukup
- Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya karena bidang pekerjaannya harus
berada disekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi
- Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi
- Membuat dan melaksanakan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman
1. Desain dan paparan di ruang radiasi
a. Ukuran ruangan radiasi
- Ukuran minimal ruangan radiasi Sinar-X adalah panjang 4 meter, lebar 3
meter, dan tinggi 2,8 meter
- Tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien
b. Tebal dinding
- Tebal dinding dalam suatu ruangan radiasi Sinar-X sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari Timbal setebal
2 mm
- Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15
cm
- Tebal diniding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm
d. Paparan radiasi
- Besarnya paparaanradiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan
daerah sektarnya tergantung kepada penggunaan ruangan tersebut
- Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besaenya paparran
100mR/minggu
- Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan
10 mR/ minggu
8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra yang bergizi bagi
pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi
PROTEKSI RADIASI
a. Proteksi radiasi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan dari efek berbahaya
dari radiasi pengion, yang meliputi radiasi partikel energi tinggi dan radiasi
elektromagnetik
b. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya radiasi dengan
menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti
peraturan proteksi yang sudah dilakukan
c. Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari
masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian
perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya
terhadap kemungkinan yang merugikankesehatan akibat paparan radiasi
d. Proteksi radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan yang berkaitan dengan
teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada
seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif
dari radiasi pengion
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :
Jenis-jenis exposure, serta peraturan pemerintah dan batas paparan hukum yang
berbeda untuk masing-masing kelompok, sehingga masing-masing harus
dipertimbangkan secara terpisah.
Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari
proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah :
Untuk menerapkan tiga prosedur proteksi radiasi di atas dilaksanakan oleh petugas
proteksi radiasi. Prosdur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksankan peraturan
proteksi radiasi; kedua dengan merancang tempat kerja dan menggunakan peralatan
proteksi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan
lingkungan aman dan selamat; kettiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan
secara terus menuerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan
menggunakan alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveymeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib
menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan
instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk
menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam
penyusunan program ini diperluan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan
radiasi dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir sesuai dengan rekomendasi oleh
Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiasi ( ICRP).
Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk mencegah terjadinya
kecelakaan radiasi, yaitu :
Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi, baik untuk pekerja radiasi maupun
anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteks
harus selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP, dalam
setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Nilai
batas terdiri dari nilai batas dasar, nilai batas turunan dan nilai batas ditetapkan. Secara
tingkat acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi`
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung.
Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi
memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa hasil
pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi
radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukan
hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai
batas dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang
sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar.
Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun peraturan lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih
rendah dari nilai batas turunan, namun ada kemungkian nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk
menentukan suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat
melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dlam melaksanakan program pemantauan
radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi
radiasimemerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan
tindakan nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat
acuan ini secara operasional akan sangat membantu penguasa instalasi dalam upaya
mencapai tujuan proteksi radiasi.
Ada tiga tingkat acuan, yaitu :
Tingkat pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat.nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai
batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada dibawah nilai tingkat
pencatatan tidak perlu dirposes lebih lanjut.
Tingkat penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau
implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang
dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
Tingkat intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan
penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan
penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.
Falsafah baru tentang proteksi radiasi muncul dengan diterbitkanya Publikasi ICRP
No. 26 Tahun 1977.Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi,yaitu terciptanya
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan maka dalam
falsafah proteksi radiasi diperkenalkan tiga asas proteksi radiasi, yaitu:
a. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainya harus didasarkan pada azaz
manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparanhanya
disetujui jika kegiatan ituakan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
individu atau masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang timbul bagi
kesehatan.
Berikut adalah contoh penerapan asas justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Seorang ibu menderita kelainan jantung, tetapi ibu tidak dapat di Rontgen
karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan tersalr
ke janinnya, maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tesebut melahirkan
- Jika seorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi
dari dokter maka sebagai radigrafer tidak diharuskan untuk melakukan
penyinaran terhadap pasien tersebut.
b. Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima bagi pekerja radiasi atau masyarakat tidak
boleh melampaui nilai batas dosis (NBD) yang telah ditetapapkan. Batas dosis bagi
pekerja radiasi dimaksutkan untuk mencegah munculnya efek deterministik ( non
stokastik) dan mengurangi terjadi nya efek stokastik.
Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah
radiasi yang akan digunakan. Pada foto thorax bayi sebaiknya mengguanakan fil
18x24 cm atau 24 x 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima
pasien dapat diminimalkan
c. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable – ALARA). Dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
Kegiatan pemamfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus
dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat
ditekan serendah-rendahnya.
Berikut adalah contoh penerapan asas justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
- Sebelum melakukan pemeriksaan, radiografer terlebih dahulu harus memberikan
isntruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga
pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia. Kemudian memberikan faktor
exposi seoptimal mungkin.
- pada foto thorax bayi, sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm.
Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan dan
tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Untuk menilai dalam pelayanan radiologi dan pengamalan etika profesi, maka Instalasi
Radiologi memerlukan upaya-upaya antara lain :
PENUTUP
Demikianlah Pedoman Pelayanan Radiologi ini disusun sebagai acuan dalam kegiatan
pelayanan Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Buntok yang diharapkan akan mencapai
pelayanan radiodiagnostik yang bermutu sesuai dengan visi dan misi RSUD Jaraga Sasameh
Buntok.
Pelayanan radiologi merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit. Upaya peningkatan mutu
radiologi merupakan sebuah upaya untuk peningkatan mutu rumah sakit. Peningkatan mutu
pelayanan tidak berarti bils tidak ada evaluasi secara baik.
Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai parameter berhasil tidaknya suatu program
pelayanan radiologi, antara lain adalah :
Pada tanggal :