NOMOR /2007
TENTANGKEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Menimbang :
a.b a h w a d a l a m u p a y a m e n i n g k a t k a n m u t u p e l a y a n a n R u m a h S a k i t R o y a l P r
o g r e s s , m a k a d i p e r l u k a n p e n y e l e n g g a r a a n p e l a y a n a n R a d i o l o g i y a n g bermut
u tinggi;
b.b a h w a a g a r p e l a y a n a n R a d i o l o g i d i R u m a h S a k i t R o y a l P r o g r e s s d a p a t ter
laksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit
RoyalProgress sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Radiologi diRumah Sakit Royal Progress;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.
Mengingat :
1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
R u m a h Sakit
2.P e r a t u r a n M e n t e r i K e s e h a t a n N o m o r 2 6 9 / M e n k e s / P e r / I I I / 2 0 0 8 t e n t a n g Ra
diologi
3.Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Prog
r e s s N o m o r . Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
Royal Progress.
4.Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Prog
r e s s N o m o r 021/YSP/10/ 2007 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Royal
Progress.
M E M U TU S KAN :
Menetapkan
Pertama: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PRO
G R E S S TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKITROYAL
PROGRESS
K e d u a : K e b i j a k a n
p e l a y a n a n
R a d i o l o g i
u m a h
S a k i t
R o y a l
P r o g r e s s sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
K e t i g a : P e m b i n a a n
d a n
p e n g a w a s a n
p e
n y e l e n g g a r a a n
p e l a y a n a n Radiologi Rumah Sakit Royal
Progress dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit Royal Progress.
Instalasi Radiologi melayani pasien dari Unit Rawat Jalan, Unit Rawat
Inap dan Unit Gawat Darurat serta pasien luar Rumah Sakit kiriman
dari Dokter praktek dan rujukan :
Dalam melaksanakan pelayanan Radiologi terdapat jabatan-jabatan
sebagai berikut :
Kepala Instalasi Radiologi
Radiografer
Operator
Petugas Kamar Gelap
Petugas Administrasi.
Petugas Sanitasi.
Dalam melaksanakan pekerjaannya sudah terdapat uraian tugas
masing-masing dan menjalankan pekerjaannya di Instalasi Radiologi
RSU .. .harus memenuhi prosedur tetap yang ada, dan prosedur
tetap itu harus dipatuhi oleh semua petugas Instalsi Radiologi dan
Instalasi yang terkait yang menerima pelayanan, karena prosedur
tetap sudah disahkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
a. Kepala Instalasi Radiologi
Hubungan lini : Bertanggungjawab pada Wadir. Pelayanan Medis dan
Direktur.
Kualifikasi Dokter ahli Radiologi.
Tugas : Mengatur pelaksanaan kegiatan di Instalasi Radiologi.
Kepala Instalasi bertindak sebagai :
1.
2.
1.
Kepala Administrasi
Kepala Teknis Medis
Uraian Tugas :
Sebagai Kepala Administrasi
a. Mengkoordinasi tenaga-tenaga / staf yang ada di Instalasi
Radiologi
b. Memberi masukan kepada Pimpinan RS dalam permasalahan
pelayanan dan pengembangan Instalasi Radiologi
c. Merencanakan peralatan yang dibutuhkan Instalasi Radiologi
d. Mengadakan rapat rutin dengan staf Instalasi Radiologi untuk
membahas masalah yang ada.
2. Sebagai Kepala Teknis Medis
a. Menerima dan menjawab konsul dokter baik dalam lingkungan
Rumah Sakit maupun luar Rumah Sakit.
b. Mengerjakan pemeriksaan radiologi bagi pasien dengan persiapan
/ perjanjian ( foto rontgen khusus ) misalnya IVP, Colon Inloop, OMD,
Myelografi dsb. Serta menyetujui surat persetujuan ( Inform Concent
)
c. Menghadiri pertemuan dengan unit-unit lain dalam lingkungan
rumah sakit
d. Mengawasi segi-segi bahaya radiasi dan proteksi radiasi.
b. Tenaga Radiografer ( Penata Rontgen )
Hubungan Lini : Bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi Pendidikan D III APRO
Uraian tugas :
1. Melakukan pembuatan foto Rontgen .
2. Membantu dokter ahli radiologi / non radiologi dalam
pemeriksaan radiologi kontras atau khusus.
3. Melaporkan kepada kepala Instalasi Radiologi bila terjadi
kerusakan pesawat dan aksesorisnya.
4. Melakukan perawatan semua peralatan radiologi dan
aksesorisnya.
5. Membina petugas kamar gelap sehingga tercapai hasil akhir yang
optimal dari radiograf.
6. Membantu pengumpulan data pemeriksaan secara berkala.
7. Merencanakan kebutuhan habis pakai, misalnya film, obat cuci
film dll.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
A. PERENCANAAN
1. Perencanaan Alat-alat Kesehatan
Untuk mendukung pelayanan radiologi yang dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi kedokteran maka perlu dipikirkan
fasilitas peralatan sinar X yang memenuhi tuntuta tersebut.
Perencanaan kebutuhan fasilitas peralatan sinar X dan alat-alat
kesehatan lainnya yang menjadi ruang lingkup Instalasi Radiologi
tahun kedepan dengan pertimbangan karena fasilitas sinar X yang
ada sudah tua atau memperluas fasilitas baru sehingga akan
terpenuhi pelayanan radiologi yang mengikuti perkembangan IPTEK
Kedokteran. Namun demikian pemenuhan kebutuhan tersebut harus
menyesuaikan dengan kemampuan anggaran Rumah Sakit.
2. Perencanaan Bahan Habis Pakai
Perencanaan bahanhabis pakai di Instalasi Radiologi dilakukan
minimal 1 ( satu ) bulan sekali. Hal ini mengingat jumlah pemakaian
bahan habis pakai menyesuaikan dengan jumlah pasien yang
dilayani di Instalasi Radiologi.
A. TATA LAKSANA KERJA INSTALASI RADIOLOGI
1. Administrasi.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas administrasi meliputi :
a. Menerima dan mencatat surat permintaan rontgen pada buku
register.
b. Memberikan informasi / keterangan untuk pasien dengan
permintaan radiologi yang memerlukan persiapan khusus.
c. Memberikan surat tagihan kepada pasien rawat jalan sesuai tarif
yang berlaku, untuk membayar di kasir.
d. Menyerahkan / memberitahukan surat permintaan foto ke
petugas pelaksana rontgen / radiografer.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi.
Surat permintaan pemeriksaan radiologi yang telah diregistrasi oleh
petugas administrasi diterima oleh radiografer. Kemudian
meyakinkan bahwa pasien yang akan di foto sesuai dengan surat
permintaan pemeriksaan. Setelah itu menyiapkan kaset dan
assesoris yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Kemidian
menyiapkan pasien dengan baju pemeriksan bila pemeriksaan
mengharuskan pasien berganti baju. Memberitahuakan kepada
D. Prosedur Kerja.
Setiap petugas pada saat melakukan pemeriksaan / pekerjaan harus
memperhatikan hal-hal sebai berikut :
1. Mamakai alat monitoring personil ( film bagde )
2. Berdiri sejauh mungkin dari sumber radiasi
3. Berlindung di balik tabir pelindung
4. Bekerja sesingkat mungkin dan hindari kesalahan / pengulangan
foto.
5. Lampu merah menyala pada saat pemeriksaan.
5. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN USG
Pelaksana pemeriksaan USG adalah dokter radiologi. Surat
permintaan untuk pemeriksaan USG diberikan kepada bagian /
ruangan USG untuk diregistrasi.
Apabila dokter yang akan melaksanakan telah siap, maka pasien
tersebut dipanggil masuk ruang pemeriksaan USG. Kemudian pasien
disiapkan dan dokter siap melaksanakan USG.
Apabila telah selesai dilaksanakan pemeriksaan, pasien dirapikan
dan bisa kembali ke ruangan bagi pasien rawat inap, dan bagi
pasien rawat jalan dipersilakan menunggu hasil pemeriksaan USG di
ruang tunggu.
6. HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN USG
Untuk pasien rawat jalan / Poliklinik hasil pemeriksaan radiologi /
USG apabila telah selesai diberikan kepada pasien untuk dibawa ke
dokter pengirim.
Untuk pasien rawat inap, hasil pemeriksan akan diambil oleh
petugas ruangan tersebut
7. SISTEM PENGARSIPAN
Hasil ekspertise dokter untuk foto rontgen dibuat rangkap dua,
satu untuk pasien dan satunya untuk arsip di radiologi.
Warna lembar bacaan / ekspertise foto rontgen dibedakan antara
pasien rawat inap (putih) dan pasien rawat jalan ( hijau ).
Hasil bacaan USG dibuat rangkap dua, warna putih untuk pasien
dan warna merah muda untuk arsip radiologi.
I. SARANA FISIK
Instalasi Radiologi mempunyai ruangan pelayanan untuk semua
jenis pemeriksaan rutin, baik kontras atau tanpa kontras.
Ruangan-ruangan didalam gedung radiologi :
a. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 8 x 5 x 3 m, untuk peralatan
pesawat rontgen yang dilengkapi dengan flouroscopy dan TV
Monitor serta Pesawat Mobile Unit
b. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 4 x 5 x 3 m, untuk peralatan
pesawat rontgen dengan bucky table stasioner dilengkapi dengan
standar kaset non bucky.
c. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 5 x 4 x 3 m, untuk peralatan
pesawat USG ALOKA dan KONTRON
d. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1,75 x 2 x 3 m, untuk
pengering film
e. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 2 x 3 x 3 m, untuk Kamar
Gelap
f. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1,75 x 2 x 3 m, untuk
pengering film
g. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 2,25 x 3 x 3 m, untuk loket /
administrasi.
h. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1 x 3 x 3 m, untuk gudang
4. ASSESORIS
Standart kaset : 2 buah
Lysholum dengan ratio 8 : 1 ukuran 30 x 40 : 1 buah
Irigator : 1 buah
Kaset + Intesifying screen ( green )
Ukuran 18 x 24 cm. : 1 buah
Ukuran 24 x 30 cm. : 2 buah
Ukuran 30 x 40 cm. : 2 buah
Ukuran 35 x 35 cm. : 1 buah
Hanger Ukuran 18 x 24 cm. : 5 buah
Ukuran 24 x 30 cm. : 10 buah
Ukuran 30 x 40 cm. : 10 buah
Ukuran 35 x 35 cm. : 6 buah
Apron : 2 buah
Light Case ( lampu baca ) : 2 buah
Tabir / sheilding : 2 buah
Pengering film : 2 buah
X ray marker set : 1 box
2. USG ALOKA
Spesifikasi : Echo camera SSD-500
tansduser 3,5 mhz.
Printer
3. USG KONTRON
Spesifikasi : KUI IRIS 880
Tranduser 3,5 mhz
Printer
IV. PERLENGKAPAN RUANGAN.
A. Ruang Pemeriksaan X-Ray
1. Almari Instrumen :
kapas
alkohol
plester
betadin
spuit 20 cc, 5 cc, dan nedle
wing nedle no.21, 23
bak instrumen
HSG set + cocor bebek
Spuit Aesculap 200 ml
handscon
2. Bahan kontras dan obat-obatan :
barium sulfat ( BaSO4 )
iopamiro 370
urografin
cairan infus : Na Cl
dexametason
antihistamin lainnya.
3. Perlengkapan lainnya :
standar infus
tabung oksigen + manometer
B. Ruang USG
Ruang USG merangkap sebagai ruang dokter dan tempat ekspertise
dokter.
Perlengkapan yang ada antara lain :
aquasonic jelly
kertas tissue
meja + kursi dokter
bed pemeriksaan
light case / lampu baca
computer billing system
C. Ruang Kamar Gelap
tangki isi 20 lt. untuk : - developer
- fixer
- air
safety light
exhouse fan
hanger berbagai ukuran
film dalam box siap pakai
D. Ruang Jaga Petugas
Almari untuk penyimpana film dll.
Buffet / loker petugas
Bed / tempat tidur
E. Ruang Pendaftaran / Loket
Meja pendaftaran
Box countainer
F. Perlengkapan Proteksi Radiasi
APRON
Film bagde ( personil )
Lead glove
12.
13.
14.
15.
16.
Protap
Protap
Protap
Protap
Protap
PENGEMBANGAN STAF
DAN PROGRAM PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Suatu tujuan dari organisasi akan tercapai apabila sumber daya
yang ada dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaik mungkin,
baik sumber daya manusia maupun aset-aset kekayaan yang
berupa materi maupun non materi.
Dalam program kerja Instalasi Radiologi th 2004 / 2005 selain
membahas tentang kelengkapan sarana penunjang dan administrasi
juga membahas tentang sumber daya manusia yanmg menyangkut
dokter spesialis Radiologi, Radiografer dan staf yang lain.
VISI :
1. Menjadi andalan masyarakat . dalam bidang pelayanan Radiologi.
2. Kepuasan pasien sebagai tujuan pelayanan Radiologi.
3. Keselamatan radiasi baik terhadap pekerja, pasien dan
masyarakat.
MISI :
1. Memberikan pelayanan Radiologi yang terjangkau, aman, dan
berkualitas dengan dilandasi sentuhan manusiawi.
II. TUJUAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan radiologi kepada pasien dengan
memperhatikan unsur bahaya radiasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dokter spesialis
radiologi dan radiografer.
2. Dapat meningkatkan kemampuan keselamatan radiasi dengan
menekan jumlah dosis yang diterima petugas dan pasien.
3. Terciptanya pelayanan radiologi yang optimal dan profesional.
III. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
Pengembangan staf diarahkan pada pengembangan Sumber Daya
Manusia dengan menitikberatkan pada penguasaan bidang
pelayanan radiologi baik secara teori maupun praktek, sehinnga
mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya secara
profesional. Sedangkan pengembangan pelayanan dengan
meningkatkan fasilitas peralatan radiologi yang mengikuti
perkembangan IPTEK.
Semua staf / pegawai mempunyai kesempatan dan kemudahan
untuk mendapatkan program pendidikan maupun pelatihanpelatihan untuk mrningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki.
1. Untuk Dokter Spesialis Radiologi
- Program Pendidikan berkelanjutan, mengikuti seminar dan
pelatihan.
Untuk itu mari kita re fresh kembali ingatan kita tentang teori pemeriksaan radiologi Colon In Loop
Teknik Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Pengertian Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Teknik pemeriksaan radiologi colon in loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar dengan
menggunakan media kontras secara retrograde / lewat jalan bawah (anus)
2. Tujuan Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat
membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon.
3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
a.
Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan
muskularis mukosa.
Megakolon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus
mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik menyebabkan feses sulit melewati
segmena gangglionik, sehingga memungkinkan penderita untuk buang air besar tiga minggu sekali.
Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus yang lain.
Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
b.
Kontra Indikasi
-Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan tinggi.
- Obstruksi akut atau penyumbatan.
-Diare berat.
4. Persiapan Pasien Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in loop adalah untuk membersihkan kolon dari feses,
karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat
memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.
Prinsip dasar pemeriksaan colon in loop memerlukan beberapa persiapan pasien, yaitu :
Mengubah pola makanan pasien / Diet makan
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari
terjadinya bongkahan - bongkahan tinja yang keras.
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai
pelengkap saja.
5. Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Marker
Sarung tangan
Kain kassa
Bengkok
Apron
Plester
Persiapan bahan
Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 80 W/V %
(Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya kolon, kurang lebih 600 800 ml,
colon set barium enema
Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.
6. Teknik Pemasukan Media Kontras Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Metode kontras tunggal
Barium sulfat dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk
keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk
melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian
dibuat radiograf post evakuasi posisi antero posterior.
2. Metode kontras ganda
a. Pemasukan media kontras (baso4) dengan metode satu tingkat.
Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan
udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara
dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke
fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan
dibuat radiograf.
b. Pemasukan media kontras (baso4)dengan metode dua tingkat.
1. Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai pertengahan kolon
transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
2. Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
3. Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.
4. Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000
ml) karena dapat menimbulkan komplikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan
gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
7. Tahap pengambilan gambar pemeriksaan radiologi colon in loop
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop
1. Buat Proyeksi Antero Posterior (AP).
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis
tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur
dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi
dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid.
2. Buat Proyeksi AP Aksial sumber (Ballinger, 1999).
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua
tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan menentukan batas
atas pada puncak illium dan batas bawah symphisis pubis.
Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial.
Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit
mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum.
3. Buat Proyeksi LPO (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri
digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri
lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi.
Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus
terhadap kaset.
4. Buat Proyeksi RPO sumber buku (Ballinger, 1999).
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35 - 45terhadap meja
pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi
meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri
dari titik tengah kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat
pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon
asenden.
5.Buat Proyeksi Postero Anterior sumber buku (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah
meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan
garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan
batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada
pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat
termasuk fleksura dan rektum.
6. Proyeksi Postero Anterior Aksial (Balinger, 1999).
Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah
grid, pertengahan kaset pada puncak illium. Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada
pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar menyudut 30 - 40 kaudal.
kriteria : tampak rektosigmoid ditengah film, daerah rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami superposisi
dibandingkan dengan proyeksi PA, terlihat kolon transversum dan kedua fleksura.
7. Buat Proyeksi RAO
Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap
meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan
pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke
arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi
dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan
proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden.
8. buat Proyeksi LAO
Posisi Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap
meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan,
kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah
kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan
tahan napas.
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi
bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak.
9. Buat Proyeksi Lateral (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu
sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior
superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada
pertengahan radiograf.
10. Buat Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)
Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan sejajar
dengan kaset. MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid. Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista
illiaka dengan arah sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi
dan tahan napas.
kriteria radigraf menunjukkan bagian atas sisi lateral dari kolon asenden naik dan bagian tengah dari kolon desenden
saat terisi udara.
11. Buat Proyeksi Axial Metode Chassard Lapine
Posisi pasien duduk dengan punggung pada sisi meja, sehingga MCP tubuh sedekat mungkin pada garis tengah
meja pemeriksaan. Pertengahan panggul berada tepat pada pertengahan film, dan pasien membungkuk. Kedua
tangan berpegangan pada pergelangan kaki untuk fiksasi. Sinar diarahkan tegak lurus melewati daerah lombo sakral
setinggi trochanter mayor.
Kriteria radiograf menunjukkan gabungan rektosigmoid dan sigmoid pada proyeksi axial dan tampak rektum.
Sebelum selesai pemeriksaan petugas tidak ada salahnya mengevaluasi ada tidaknya Komplikasi pemeriksaan
radiologi colon in loop yang telah berlangsung:
Komplikasi pemeriksaan radiologi colon in loopyang mungkin terjadi adalah :
1. Perforasi
Perforasi terjadi karena pengisian larutan kontras dengan tekanan yang tinggi secara mendadak, juga dapat terjadi
akibat pengembangan yang berlebihan.
2. Refleks Vogal
Refleks Vogal terjadi karena pengembangan yang berlebihan, yang ditandai dengan pusing, keringat dingin, pucat,
pandangan gelap, dan bradikardi. Pemberian sulfas atropin dan oksigen dapat mengatasi keadaan tersebut.
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan pemeriksaan antara lain (Ballinger, 1999) :
Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
Marker R dan L
Apron
Sarung tangan Pb
Cairan saflon
Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain
kassa, jeli, abocath, duk lubang.
Alkohol
Betadine
Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis
simetris terhadap meja pemeriksaan. Kedua kaki endorotasi 150-200, kecuali jika terjadi fraktur atau dislokasi pada
hip joint. Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua krista iliaka dengan FFD 100 cm.
Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria fistulografi yang tampak yaitu tampak pelvis pada daerah proksimal femur, trokhanter minor dan trokhanter
mayor, tidak ada rotasi pelvis, sakrum dan koksigeus segaris dengan simfisis pubis, foramen obturator,simetris,
kedua spina iliaka sejajar.
b. Ambil Proyeksi Lateral
Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan
kepala. Mid Sagital Plane sejajarmeja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja
pemeriksaan. Spina iliaka AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis. Central Point pada
daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap
kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria radiograf tampak pelvis dan femur bagian proksimal, tampak sakrum dan koksigeus, bagian belakang
iskhium dan illium saling superposisi, tampak kedua femur superposisi, bayangan asetabulum superposisi, lingkar
fossa yang besar berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil (Ballinger, 1995).
c. Ambil Proyeksi Oblique
Posisi pasiean prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang dipeiksa yang menunjukan
letak fistula kurang lebih 45o terhadap meja pemeriksaan. Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk
bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel
meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopaang tubuh. Pelvis diatur kurang lebih 45oterhadap meja
pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal. Sinar diatur vertikal tegak lurus
terhadap kaset dan central point pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi
tegak lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria yang tampak yaitu tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak berjarak sama, tampak foramen
obturator tidak simetris,sakrum dan koksigeus tidak segaris dengan simfisis pubis (Ballinger, 1995).
d. Ambil Proyeksi Axial Metode Chassard-Lapine
Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukan posterior dai lutut menyentuh ujung tepi meja
pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut. Pasien membungkukan punggung
semaksimal mungkin sampai simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis engan
sumbu vertical kira-kira 45o. Pasien rata-rata dapat memfleksikan punggungya tanpa mengalami kesakitan. Sinar
vertikal tegak lurus kaset dengan entral point melalui daerah lumboskral menembus trokhanter mayor. Bila fleksi
tubuh terbatas central point diarahkan dari nterior obyek tegak lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis. FFD
diatur 100 cm.
Kriteria fistulografi yang tampak yaitu kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis sampai bagian proksimal dari
femur, pelvis tidak mengalami rotasi, kedua trokhanter mayor berjarak sama dari pertengahan kaset atau sakrum
(Ballinger, 1995).
e. Buat Proyeksi Taylor
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan iletakan di atas dada dan kedua kaki lurus.
Pelvis diatur sehingga tepat Antero-Posterioryaitu kedua krista iliaka kanan dan kiri berjarak sama terhadap meja
pemeriksaan dan Mid Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan. Sinar menyudut 30o ke cranial,
central point pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria yang tampak yaitu tulang pubis dan ishkium mengalami magnifikasi, tampak tulung pubis superposisi dengan
sakrum dan koksigeus, tampak foramen obturator simetris, tampak tulang pubis dan ishkium dekat dengan tepi film,
tampak juga hip joint (Ballinger, 1995)
Namun pada kenyataanya pemeriksaan fistulografi dilapangan yang dibutuhkan hanya beberapa posisi, biasanya AP,
Polos dan post kontras, Oblique kanan / kiri.
a.
b.
Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ
oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian
diamati dengan fluoroskopi (Bryan, 1979)
Teknik radiografi OMD bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan pada organ esofagus, maag, dan
duodenum.
POINT 2. Bagaimana persiapan pemeriksaan radiologi OMD?
> Persiapan pemeriksaan OMD yaitu :
POINT
3.
Bagaimana
persiapan
alat
dan
bahan
pemeriksaan
radiologi
OMD?
Pesawat sinar x
Film ukuran 24x 30 cm, 35 x 35 cm, Kaset ukuran 24 x 30 cm, 35 x 35 cm Jika menggunakan DR
maka ukuran kaset tersebut bisa diabaika
Gelas, Sendok
Tissue
Bengkok
Baju pasien
Marker R atau L
POINT
5.
Bagaimana
teknik
pemeriksaan
OMD
dilakukan?
2.
radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentukanatomi dari organ atau
bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsiorgan yang diperiksa
Penyimpanan Bahan Kontrasa.
a.Tempat penyimpanan bahan kontras Media Iodine Coumpound
- Penyimpanan di tempat yang terlindungi dari cahaya
- Penyimpanan untuk jangka waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber sinar-x
- Penyimpanan pada suhu ruangan sebaiknya tidak diatas 30oC- Penyimpanan jangka pendek dalam lemari pemanas (37oC)-Sebaiknya sebelum penggunaan kontas media diperhatikan lembar informasi produk yang
disertakan dalam kemasan kontras media- Simpan kontras media pada suhu 15-25oC-Lakukan rotasi stock secara berkala b.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan bahan kontras- Perhatikan tanggal kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada awalnya 2-3tahun-Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat sebelumdigunakan,
periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada perubahan warna, tidakkeruh, tidak ada endapan
Kesimpulan
1.Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam
tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radiografi, sehingga media yangdimasukkan tampak lebih
radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuhyang akan diperiksa.
2.Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapatterlihat dalam
radiografi dan memperlihatkan bentuk anatomi dari organ
atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yangdiperiksa.Media kontras
dibedakan menjadi media kontras positif dan media kontrasnegatif. Media kontras positif dibagi lagi
menjadi media kontras non iodinated(barium sulfat) dan media kontras iodinated (mengandung yodium).
Mediakontras iodinated juga dibagi lagi menjadi golongan larut dengan air (watersoluble) dan golongan
tidak larut dengan air ( oil soluble).Dalam penggunaan media kontras tersebut perlu
memperhatikanosmolalitas, protein binding, lipophylisity, viscosity (kekentalan).Prosedur memasukkan
media kontras tergantung dari pemeriksaan yangdilakukan. Beberapa cara pemberian media kontras yaitu
pemberian mediakontras per oral (barium meal), pemberian media kontras per anal (barium enemauntuk
usus besar & usus halus), pemberian media kontras intravascular(umumnya media kontras iodium),
pemberian media kontras intra arterial,intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada
seluruh ronggatubuh atau ruang yang potensial).Dalam penggunaan media kontras terdapat beberapa jenis
reaksidiantaranyaNeutrotoksisitas, Nyeri dan Rasa Sakit, Efek terhadap Jantung(Cardiac Effect), Reaksi
Pseudoalergik. Untuk menangani reaksi tersebutdilakukan terapi jika reaksi sedang, tidak perlu diilakukan
terapi jika reaksiringan, jika terjadi reaksi berat dilakukan rawat intensif. Sedangkan untukmembuat
media kontras tetap baik jika digunakan maka perlu dilakukan penyimpanan pada media kontras
3.Penggunaan media kontras pada radiologi dapat diaplikasikan pada pemeriksaansaluran pencernaan
yang meliputi oesofagografi, OMD, follow thhrough, colon in loop, appendicografi, lopografi, sialografi,
saluran perkencingan meliputiBNO-IVP, hydronefrosis, nephrotomografi, Retrograde pyelouretrografi,antegrade pyelografi, retrograde pyelografi, retrograde cystografi, urethracystografi, cysto
uretrografi, cystografi, pencitraan pembuluh darah arteriografifemoralis, angiografi, ct scan cardiac, MRI
jantung, pemeriksaan ct
scan, pemeriksaan pada pediatrik meliputi lopografi pediatrik, appendicografi pediatrik, BNO-IVP
pediatrik, colon in loop pediatrik