Anda di halaman 1dari 33

KEPUTUSAN DIREKTURRS ROYAL PROGRESS

NOMOR /2007
TENTANGKEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Menimbang :
a.b a h w a d a l a m u p a y a m e n i n g k a t k a n m u t u p e l a y a n a n R u m a h S a k i t R o y a l P r
o g r e s s , m a k a d i p e r l u k a n p e n y e l e n g g a r a a n p e l a y a n a n R a d i o l o g i y a n g bermut
u tinggi;
b.b a h w a a g a r p e l a y a n a n R a d i o l o g i d i R u m a h S a k i t R o y a l P r o g r e s s d a p a t ter
laksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit
RoyalProgress sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Radiologi diRumah Sakit Royal Progress;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.
Mengingat :
1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
R u m a h Sakit
2.P e r a t u r a n M e n t e r i K e s e h a t a n N o m o r 2 6 9 / M e n k e s / P e r / I I I / 2 0 0 8 t e n t a n g Ra
diologi
3.Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Prog
r e s s N o m o r . Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
Royal Progress.
4.Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Prog
r e s s N o m o r 021/YSP/10/ 2007 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Royal
Progress.
M E M U TU S KAN :
Menetapkan
Pertama: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PRO
G R E S S TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKITROYAL
PROGRESS
K e d u a : K e b i j a k a n
p e l a y a n a n
R a d i o l o g i
u m a h
S a k i t
R o y a l
P r o g r e s s sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

K e t i g a : P e m b i n a a n
d a n
p e n g a w a s a n
p e
n y e l e n g g a r a a n
p e l a y a n a n Radiologi Rumah Sakit Royal
Progress dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit Royal Progress.

EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU RADIOLOGI


Untuk menilai dalam pelayanan radiologi imaging dan pengamalan etika
profesi , departemen Radiologi melakukan upaya-upaya antara lain :
A. EVALUASI KUALITAS FILM RONTGEN
Untuk mengevaluasi kualitas film roentgen departemen Radiologi RSP!
mengadakan program sebagai berikut :
1 Mencatat film x ray yang tidak laik diekpertise dalam buku laporan reject
analisis.
2 Mengelompokkan data reject film berdasarkan ukuran film., jenis
pemeriksaan dan penyebab kegagalan.
3. Menganalisa hasil laporan reject setiap enam bulan dan disosialisasikan
kepada semua staf yang terkait.
B. EVALUASI KUALITAS PENCUCIAN

Untuk mengevaluasi kualitas pencucian film, departemen Radiologi RSP!


melakukan program :
1. Program ho.irn, penagecekkan dan membersihkan rol mesin prosessmg. 2
Program Mingguan, pembersihan dan pengecekkan total mesin processing
dan penggantian cairan processing. 3. Program service rutin, dilakukan oleh
teknisi suplayer.
C. EVALUASI EKSPERTISE
Untuk mengevaluasi hasil ekspertise dokter spesialis radioiogi, departemen
radiologi
1 Mengevaluasi dan mencatat tingkat complain terhadap ekspertise yang
dikeluarkan oleh departemen Radiologi Menganalisa laporan tersebut apakah
ada fluktuasinya.
D. EVALUASI KECEPATAN PELAYANAN
Untuk mengevaluasi kecepatan pelayanan secara penyeluruh, departemen
Radiologi melakukan program :
1 Menyebarkan questioner kepada pasien dan user lainnya setiap satu tahun
sekali, terhadap proses Denyelenggaraan pelayanan pasien.
2 Menganalisa hasil questioner secara periodik.

STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI


DAN MANAJEMEN
Kata Pengantar

Buku Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Manajemen Instalasi


Radiologi RSU .. .Kabupaten . ini disusun dengan maksud untuk
membakukan penatalaksanaan kegiatan kerja Instalasi Radiologi
RSU .. .sehingga tercapai mutu pelayanan radiologi yang setinggitingginya dan dapat digunakan sebagai pedoman kerja bagi dokter,
perawat dan staf yang terkait.
Buku ini terdiri dari 7 Standar sesuai dengan Standar yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan dilampiri dengan
prosedur tetap tatalaksana di Unit Instalasi Radiologi.
Karena materi buku ini bersifat dinamis, maka Buku Standar
Pelayanan Administrasi dan Manajemen Instalasi Radiologi ini akan
ditinjau setiap tiga tahun sekali. Oleh karena itu saran dan kritik
sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar....................................................................................................................
Pendahuluan........................................................................................................................
Falsafah dan Tujuan
- Visi..
- Misi.
- Tujuan.
Administrasi dan Pengelolaan
- Uraian Tugas dan Jabatan Ka. Instalasi Radiologi
- Uraian Tugas Jabatan Radiografer
- Uraian Tugas Jabatan Proteksi Radiasi..
- Uraian Tugas Jabatan Petugas Administrasi..
- Uraian Tugas Jabatan Petugas Kamar Gelap.
- Ruang lingkup kegiatan
A. Perencanaan
B. Tatalaksana Kerja Instalasi Radiologi
- Administrasi
- Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi..
- Pemrosesan Film di Kamar Gelap..
- Proteksi Radiasi..
- Pelaksanaan Pemeriksaan USG..
- Hasil Pemeriksaan Radiologi / USG..
Staf dan Pimpinan
Fasilitas dan Peralatan.
- Fasilitas..
- Peralatan Pelayanan Radiologi..
Kebijakan dan Prosedur..
Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Evaluasi dan Pengendalian Mutu

FALSAFAH DAN TUJUAN

Instalasi Radiologi sebagai salah satu komponen penunjang di RSU ..


.. selalu berusaha menjalankan tugas seoptimal mungkin dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, baik pasien dalam maupun
luar Rumah Sakit.
Pada saat ini Instalasi Radiologi dapat melayani jenis pemeriksaan
sederhana, sedang, dan canggih. Pemeriksaan sederhana meliputi :
pemriksaan thorax, abdomen, lumbal, femur, thoracal, cruris, pedis,

manus, coxae, cranium, humerus, antebrachii, manus, cervical,


clavicula, genu. Pemeriksaan sedang yaitu pemeriksaan Ultra
Sonografi (USG). Pemeriksaan canggih meliputi: pemeriksaan BNOIVP, Colon In Loop, OMD, Uretrografi, Cystografi, Bipolar.
Perkembangan Instalasi Radiologi mencakup sumber daya manusia,
fasilitas bangunan, fasilitas peralatan serta pelayanan yang
diberikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang
optimal. Sumber daya manusia yang ada di Instalasi Radiologi saat
ini adalah 4 orang radiografer , 3 orang operator dan 1 orang tenaga
administrasi dengan 1 orang dokter radiologi. Peralatan yang ada di
Instalasi Radiologi adalah 3 buah pesawat Rontgen dengan
kapasitas 100 mA, 200 mA, serta dua buah pesawat USG.
Oleh karena itu perlu dibuat rencana agar Instalasi Radiologi mampu
memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pasien.
Maka diharapkan Instalasi Radiologi mampu menjadi unggulan
pelayanan radiologi di Kabupaten ..
I. FALSAFAH INSTALASI RADIOLOGI

Memberikan pelayanan radiologi yang bermutu, efektif, efisien dan


terjangkau oleh masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan masyarakat, baik yang berasal dari Rumah Sakit
maupun dari luar Rumah Sakit.
II. TUJUAN INSTALASI RADIOLOGI

Memberikan pelayanan radiodiagnostik sebaik-baiknya dengan


memperhatikan unsur bahaya radiasi, perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta unsur Cost Benefit Ratio dengan
cepat, tepat, menyenangkan dan efisien sesuai kebutuhan dan
permintaan pelanggan.
III. VISI INSTALASI RADIOLOGI

1. Menjadi andalan masyarakat . dalam bidang pelayanan Radiologi


2. Kepuasan pasien sebagai tujuan pelayanan Radiologi
3. Keselamatan radiasi baik terhadap pekerja, pasien dan
masyarakat
IV. MISI INSTALASI RADIOLOGI

Memberikan pelayanan radiologi yang terjangkau, aman dan


berkualitas dengan dilandasi sentuhan manusiawi.
V. MOTTO INSTALASI RADIOLOGI

Kami melayani dengan RADIASI ( Ramah, DIsiplin, Aman, SImpatik)


VI. STRATEGI PENGEMBANGAN

1. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia di bidang


teknologi radiology.
2. Meningkatkan fasilitas peralatan yang mengikuti perkembangan
iptek radiology.
3. Memberikan pelayanan radiologi yang berkualitas dan bermutu
sesuai kebutuhan pasien.
4. Meningkatkan kepuasan pasien dengan sikap dan perilaku yang
ramah.
ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

Instalasi Radiologi melayani pasien dari Unit Rawat Jalan, Unit Rawat
Inap dan Unit Gawat Darurat serta pasien luar Rumah Sakit kiriman
dari Dokter praktek dan rujukan :
Dalam melaksanakan pelayanan Radiologi terdapat jabatan-jabatan
sebagai berikut :
Kepala Instalasi Radiologi
Radiografer
Operator
Petugas Kamar Gelap

Petugas Administrasi.
Petugas Sanitasi.
Dalam melaksanakan pekerjaannya sudah terdapat uraian tugas
masing-masing dan menjalankan pekerjaannya di Instalasi Radiologi
RSU .. .harus memenuhi prosedur tetap yang ada, dan prosedur
tetap itu harus dipatuhi oleh semua petugas Instalsi Radiologi dan
Instalasi yang terkait yang menerima pelayanan, karena prosedur
tetap sudah disahkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
a. Kepala Instalasi Radiologi
Hubungan lini : Bertanggungjawab pada Wadir. Pelayanan Medis dan
Direktur.
Kualifikasi Dokter ahli Radiologi.
Tugas : Mengatur pelaksanaan kegiatan di Instalasi Radiologi.
Kepala Instalasi bertindak sebagai :
1.
2.

1.

Kepala Administrasi
Kepala Teknis Medis
Uraian Tugas :
Sebagai Kepala Administrasi
a. Mengkoordinasi tenaga-tenaga / staf yang ada di Instalasi
Radiologi
b. Memberi masukan kepada Pimpinan RS dalam permasalahan
pelayanan dan pengembangan Instalasi Radiologi
c. Merencanakan peralatan yang dibutuhkan Instalasi Radiologi
d. Mengadakan rapat rutin dengan staf Instalasi Radiologi untuk
membahas masalah yang ada.
2. Sebagai Kepala Teknis Medis
a. Menerima dan menjawab konsul dokter baik dalam lingkungan
Rumah Sakit maupun luar Rumah Sakit.
b. Mengerjakan pemeriksaan radiologi bagi pasien dengan persiapan
/ perjanjian ( foto rontgen khusus ) misalnya IVP, Colon Inloop, OMD,
Myelografi dsb. Serta menyetujui surat persetujuan ( Inform Concent
)
c. Menghadiri pertemuan dengan unit-unit lain dalam lingkungan
rumah sakit
d. Mengawasi segi-segi bahaya radiasi dan proteksi radiasi.
b. Tenaga Radiografer ( Penata Rontgen )
Hubungan Lini : Bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi Pendidikan D III APRO
Uraian tugas :
1. Melakukan pembuatan foto Rontgen .
2. Membantu dokter ahli radiologi / non radiologi dalam
pemeriksaan radiologi kontras atau khusus.
3. Melaporkan kepada kepala Instalasi Radiologi bila terjadi
kerusakan pesawat dan aksesorisnya.
4. Melakukan perawatan semua peralatan radiologi dan
aksesorisnya.
5. Membina petugas kamar gelap sehingga tercapai hasil akhir yang
optimal dari radiograf.
6. Membantu pengumpulan data pemeriksaan secara berkala.
7. Merencanakan kebutuhan habis pakai, misalnya film, obat cuci
film dll.

1.
2.

3.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

8. Membantu dokter Spesialis Radiologi dalam pemeriksaan USG.


c. Operator
Hubungan Lini : bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi pendidikan : Pelatihan Radiologi
Uraian Tugas :
Membantu tugas-tugas Radiografer.
Bekerjasama dengan Radiolog, Radiografer dll melaksanakan
tugas pembuatan foto .
Secara berkala membersihkan peralatan radiologi.
d. Petugas Kamar Gelap
Hubungan Lini : bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi pendidikan : Pelatihan Radiologi .
Uraian Tugas :
1. Mengambil film yang telah disinari dari kaset film , lalu mencuci
dan memprosesnya kemudian memasukkan film baru ke dalam
kaset film.
2. Memberi tahu kepada operator bila ada yang rusak, supaya
operator mengulang pembuatan foto.
3. Mengeringkan foto yang sudah diproses dan menyerahkan
kepada petugas loket.
4. Mengusahakan agar kamar gelap selalu bersih.
e. Petugas Administrasi
Hubungan Lini : bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi Pendidikan : Sarjana
Uraian Tugas :
Menerima surat konsul dari dokter dan mencatatnya dalam
buku register.
Menyerahkan surat konsul ke Radiografer / operator untuk
dilakukan pemeriksaan.
Menyerahkan surat permintaan semua program kontras
dengan status pasien (untuk yang rawat inap) kepada dokter
spesialis radiologi.
Memberi identitas pada amplop dan foto sesuai dengan data
pasien.
Menyiapkan lembar ekspertise untuk dibacakan kepada dokter
spesialis radiologi.
Mengumpulkan foto-foto yang sudah dibaca untuk diserahkan
kepada ruangan atau pasien.
f. Petugas Sanitasi.
Hubungan Lini : bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi
Radiologi.
Kualifikasi Pendidikan : SMA
Uraian Tugas :
1 Membersihkan dan merawat gedung Instalasi Radiologi.
2 Membersihkan dan merawat furniture / mebel yang ada di Instalasi
Radiologi.
3 Melaporkan bila ada kerusakan / lampu listrik yang putus kepada
Kepala Instalasi untuk diteruskan kepada IPSRS.
a. Petugas Proteksi Radiasi

1.
2.

3.
4.

5.

Hubungan Lini : bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi


Radiologi.
Kualifikasi Pendidikan : APRO dan Pelatihan PPR
Uraian Tugas :
Menyelenggarakan proteksi Radiasi
Menyelenggarakan pelayanan film bagde dengan
mengumpulkan, mencatat serta mengirim kembali dan
mendistribusikan pada semua pekerja radiasi.
Melaporkan kepada Kepala Instalasi bila ada hal luar biasa.
Mengawasi dan menegur sikap dan perilaku petugas terhadap
proteksi radiasi.
Melaporkan tentang adanya bahaya kebocoran radiasi.
B. RUANG LINGKUP KEGIATAN INSTALASI RADIOLOGI

A. PERENCANAAN
1. Perencanaan Alat-alat Kesehatan
Untuk mendukung pelayanan radiologi yang dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi kedokteran maka perlu dipikirkan
fasilitas peralatan sinar X yang memenuhi tuntuta tersebut.
Perencanaan kebutuhan fasilitas peralatan sinar X dan alat-alat
kesehatan lainnya yang menjadi ruang lingkup Instalasi Radiologi
tahun kedepan dengan pertimbangan karena fasilitas sinar X yang
ada sudah tua atau memperluas fasilitas baru sehingga akan
terpenuhi pelayanan radiologi yang mengikuti perkembangan IPTEK
Kedokteran. Namun demikian pemenuhan kebutuhan tersebut harus
menyesuaikan dengan kemampuan anggaran Rumah Sakit.
2. Perencanaan Bahan Habis Pakai
Perencanaan bahanhabis pakai di Instalasi Radiologi dilakukan
minimal 1 ( satu ) bulan sekali. Hal ini mengingat jumlah pemakaian
bahan habis pakai menyesuaikan dengan jumlah pasien yang
dilayani di Instalasi Radiologi.
A. TATA LAKSANA KERJA INSTALASI RADIOLOGI
1. Administrasi.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas administrasi meliputi :
a. Menerima dan mencatat surat permintaan rontgen pada buku
register.
b. Memberikan informasi / keterangan untuk pasien dengan
permintaan radiologi yang memerlukan persiapan khusus.
c. Memberikan surat tagihan kepada pasien rawat jalan sesuai tarif
yang berlaku, untuk membayar di kasir.
d. Menyerahkan / memberitahukan surat permintaan foto ke
petugas pelaksana rontgen / radiografer.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi.
Surat permintaan pemeriksaan radiologi yang telah diregistrasi oleh
petugas administrasi diterima oleh radiografer. Kemudian
meyakinkan bahwa pasien yang akan di foto sesuai dengan surat
permintaan pemeriksaan. Setelah itu menyiapkan kaset dan
assesoris yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Kemidian
menyiapkan pasien dengan baju pemeriksan bila pemeriksaan
mengharuskan pasien berganti baju. Memberitahuakan kepada

poasien yang akan di foto untuk melepas perhiasan atau benda


yang akan mengganggu gambaran foto rontgen.
Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu, kemudian
melakukan posisioning sesuai denga jenis pemeriksaan, mengatur
faktor exposi ( KV, mA dan Sec. ). Setelah selesai Ekspos
pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu di ruang tunggu
bagi pasien rawat jalan dan untuk pasien rawat inap dapat kembali
ke ruangan masing-masing.
Selama pemeriksaan, petugas harus melaksanakan paraturan
proteksi radiasi.
3. Pemrosesan Film di Kamar Gelap.
A. Persiapan Pencucian Film
Film film yang sudah dieksposi, langsung dibawa ke dalam kamar
gelap untuk dilakukan pencucian .
Langkah langkah persiapan :
1. Ambil kaset yang sudah dieksposi
2. Matikan lampu penerangan dan hidupkan safety light.
3. Buka kaset, ambil film
4. Kaitkan film tersebut pada hanger sesuai ukurannya.
B. Development / Pembangkit.
Fungsi dasar dari development adalah mereduksi butir-butir perak
bromida menjadi perak metalik. Perubahan yang terjadi sebagai
hasil dari eksposi dan pembangkitan yaitu perak-perak bromida
yang terkena eksposi dirudah menjadi perak metalik, sedang yang
tigdak terkena eksposi tidak berubah. Dengan kata lain
development merubah bayangan laten hasil dari pemotretan
menjadi bayangan nyata (dapat dilihat ).
Dalam proses pembangkitan sebaiknya film di agitasi, karena
dengan agitasi akan mempercepat waktu pembangkitan, meratakan
proses pembangkitan dan bisa menghindari terjadinya noda-noda
pada film.
Waktu yang diperlukan dalam proses pembangkitan adalah 2 3
menit.
C. Rinsing
Setelah film pada development mencapai tingkat densitas
maksimum, kemudian film dipindahkan ke dalam air sambil
diagitasi + menit. Pada tahap ini disebut dengan rinsing.
Tujuannya adalah menghilangkan sisa cairan developer yang masih
terbawa oleh film.
D. Fixing
Tahap selanjutnya dari prosesins film adalah Fixing, yaitu
memasukkan film ke dalam cairan fixer + 4 5 menit, dengan
tujuan :
a. Menghentikan proses pembangkitan
b. Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena ekaposi agar
tidak terjadi perubahan dari bayangan apabila foto dilihat di tempat
kering.
c. Menjernihkan bagian film yang tidak terkena eksposi
d. Menyamak emulsi film agar tidak menjadi rusak.
E. Washing

Dilakukan setelah proses fixasi selesai. Tujuannya adalah


menghilangkan sisa-sisa larutan fixer yang masih melekat pada film
agar tidak merusak gambaran. Bahan-bahan dari fixer pada
dasarnya mudah larut dalam air ( kalau memungkinkan air yang
mengalir ), tetapi untuk mempercepat apat dibantu dengan
mengusap dengan tangan seperti mencuci sehingga dapat benarbenar bersih.
F. Drying
Setelah film dicuci dengan bersih, selanjutnya film bersama hanger
dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalan alat pengering film,
dengan temperatur udara 40 C 50 C sampai kering.
G. Mengisi Kaset dan Menyalakan Lampu Penerangan.
Kaset yang kosong diisi dan ditutup kembali dengan rapi, kemudian
box film ditutup kembali. Setelah yakin semuanya sudah dalam
keadaan tertutup dan aman lampu penerangan pada kamar gelap
dapat dihidupkan kembali.
4. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi perlu diperhatikan selama
proses pemeriksaan, baik terhadap petugas, pasien maupun
lingkungan sekitarnya.
A. Tujuan Proteksi Radiasi
Tujuan Proteksi Radiasi adalah mencegah dan membatasi peluang
terjadinya efek yang membahayakan bagi petugas, pasien dan
masyarakat.
B. Filosofi Keselamatan Radiasi
1. Justifikasi yaitu azas manfaat yang lebih besar dibandingkan
dengan resiko yang diperoleh.
2. Optimasi yaitu penerimaan radiasi yang serendah-rendahnya ( As
Low As Reasenably Achievable atau ALARA )
3. Limitasi yaitu dosis radiasi tidak akan melebihi Nilai Batas Dosis
Radiasi yang ditetapkan.
C. Nilai Batas Dosis ( NBD )
Nilai Batas Dosis ( NBD ) yang ditetapkan dalam buku keselamatan
kerja terhadap radiasi, dengan Surat Keputusan Dirjen Batan No. PN
03/160/DJ/89, yang sekarang menjadi Surat Keputusan Kepala
Bapeten No. 01 / Ka. BAPETEN / V 1999. Nilai batas yang
digunakan dalam keselamatan kerja ini adalah seperti yang
direkomendasikan oleh ICRP DALAM PUBLIKASI No. 26 dan oleh IAEA
dalam Sefety Series No. 9.
1. Pekerja Radiasi tidak bolrh berumur kurang dari 18 tahun
2. Nilai Batas Dosis ( NBD ) untuk penyinaran seluruh tubuh adalah
50 mSv ( 5000 mRem ) dalam setahun.
3. Nilai Batas Dosis ( NBD ) untuk wanita dalam usia subur sama
dengan untuk pekerja radiasi pria, akan tetapi khusus untuk
abdomen tidak boleh melebihi 13 mSv ( 1300 mRem ) dalam jangka
waktu 13 minggu.
4. Nilai Batas Dosis ( NBD ) untuk wanita hamil, selama masa
kehamilannya dosis yang diterima janin tidak boleh melebihi 10
mSv.
5. Nilai Batas Dosis ( NBD ) untuk anggota masyarakat umum adalah
1/10 x NBD pekeja radiasi atau 5 mSv ( 500 mRem ) dalam setahun.

D. Prosedur Kerja.
Setiap petugas pada saat melakukan pemeriksaan / pekerjaan harus
memperhatikan hal-hal sebai berikut :
1. Mamakai alat monitoring personil ( film bagde )
2. Berdiri sejauh mungkin dari sumber radiasi
3. Berlindung di balik tabir pelindung
4. Bekerja sesingkat mungkin dan hindari kesalahan / pengulangan
foto.
5. Lampu merah menyala pada saat pemeriksaan.
5. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN USG
Pelaksana pemeriksaan USG adalah dokter radiologi. Surat
permintaan untuk pemeriksaan USG diberikan kepada bagian /
ruangan USG untuk diregistrasi.
Apabila dokter yang akan melaksanakan telah siap, maka pasien
tersebut dipanggil masuk ruang pemeriksaan USG. Kemudian pasien
disiapkan dan dokter siap melaksanakan USG.
Apabila telah selesai dilaksanakan pemeriksaan, pasien dirapikan
dan bisa kembali ke ruangan bagi pasien rawat inap, dan bagi
pasien rawat jalan dipersilakan menunggu hasil pemeriksaan USG di
ruang tunggu.
6. HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN USG
Untuk pasien rawat jalan / Poliklinik hasil pemeriksaan radiologi /
USG apabila telah selesai diberikan kepada pasien untuk dibawa ke
dokter pengirim.
Untuk pasien rawat inap, hasil pemeriksan akan diambil oleh
petugas ruangan tersebut
7. SISTEM PENGARSIPAN
Hasil ekspertise dokter untuk foto rontgen dibuat rangkap dua,
satu untuk pasien dan satunya untuk arsip di radiologi.
Warna lembar bacaan / ekspertise foto rontgen dibedakan antara
pasien rawat inap (putih) dan pasien rawat jalan ( hijau ).
Hasil bacaan USG dibuat rangkap dua, warna putih untuk pasien
dan warna merah muda untuk arsip radiologi.

STAF DAN PIMPINAN

Agar pelayanan radiologi dapat terselenggara dengan mutu yang


dapat dipertanggung jawabkan, maka pemeriksaan radiologi harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga yang profesional.
Kualifikasi ketenagaan yang ada di Instalasi Radiologi RSU RA. . .
adalah sebagai berikut :
1. TENAGA MEDIS
Dokter Spesialis Radiologi yang diakui oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Radiologi.
a. Dokter Spesialis Radiologi di RSU . .adalah dokter purna waktu.
b. Kepala Instalasi Radiologi dipimpin oleh Dokter Spesialis
Radiologi.
c. Didalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi Radiologi
bertanggungjawab kepada Wadir Pelayanan Medis dan Direktur.

d. Kepala Instalasi Radiologi dalam melaksanakan tugasnya dibantu


oleh :
- Radiografer
- Operator
- Petugas Administrasi
e. Tanggung jawab Kepala Instalasi Radiologi :
- Memimpin Instalasi Radiologi
- Koordinasi dengan instalasi lain di RSU RA> . .
2. TENAGA PARAMEDIS
a. Tenaga Paramedis Non Perawatan ( lulusan Akademi Penata
Rontgen )
b. Didalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
kepala instalasi Radiologi
c. Tanggung jawab :
- Melaksanakan pemeriksaan radiografi
- Membantu dan menyiapkan pemeriksaan radiologi dengan kontras
( khusus ) yang dibuat Radiolog.
3. TENAGA OPERATOR
a. Tenaga Operator adalah tenaga yang telah mendapatkan
pelatihan radiologi selama 6 bulan dan bersertifikat.
b. Didalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
kepala instalasi Radiologi
c. Tanggung jawab :
- Membantu radiografer dalam melaksanakan pemeriksaan
radiografi
4. TENAGA ADMINISTRASI
a. Tenaga lulusan sarjana ( honorer ).
b. Didalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Instalasi Radiologi.
c. Tanggung jawab :
- Melaksanakan pekerjaan administrasi
- Tata usaha pelayanan pasien radiologi
FASILITAS DAN PERALATAN

I. SARANA FISIK
Instalasi Radiologi mempunyai ruangan pelayanan untuk semua
jenis pemeriksaan rutin, baik kontras atau tanpa kontras.
Ruangan-ruangan didalam gedung radiologi :
a. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 8 x 5 x 3 m, untuk peralatan
pesawat rontgen yang dilengkapi dengan flouroscopy dan TV
Monitor serta Pesawat Mobile Unit
b. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 4 x 5 x 3 m, untuk peralatan
pesawat rontgen dengan bucky table stasioner dilengkapi dengan
standar kaset non bucky.
c. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 5 x 4 x 3 m, untuk peralatan
pesawat USG ALOKA dan KONTRON
d. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1,75 x 2 x 3 m, untuk
pengering film
e. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 2 x 3 x 3 m, untuk Kamar
Gelap
f. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1,75 x 2 x 3 m, untuk
pengering film
g. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 2,25 x 3 x 3 m, untuk loket /
administrasi.
h. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1 x 3 x 3 m, untuk gudang

i. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 1x 3 x 3 m, untuk Ruang Ganti


pakaian pasien
j. 1 ( satu ) ruangan dengan ukuran 2,5 x 5 x 3 m, untuk Ruang Jaga
k. 1 ( satu ) ruang tunggu pasien.
Semua ruangan mempunyai ventilasi yang baik, untuk ruang
pemeriksaan dilengkapi dengan AC. Aliran listrik dan air tersedia
dengan cukup.
Prasarana penunjang antara lain :
WC untuk pasien setelah pemeriksaan dengan kontras
Tempat cuci tangan dokter / staf
Kipas penyedot udara di kamar gelap.
II. KEAMANAN TERHADAP RADIASI
Dalam merencanakan sebuah unit radiologi ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu : pengamanan terhadap radiasi.
a. Pengamanan terhadap bahaya radiasi bagi petugas yang
menjalankan peralatan radiologi.
Petugas yang menjalankan peralata radiologi harus benar-benar
aman terhadap bahaya radiasi dikarenakan petugas yang
bersangkutan setiap harinya menjalankan peralatan radiologi.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Ketebalan dari dinding ruangan harus setara dengan 2 mm Pb.
(+ 25 cm. )
Jarak antara sumber radiasi dengan petugas minimal 2 m dari
sumber sinar primer setelah diberi shielding.
Pintu ruangan pemeriksaan radiologi harus dilapisi dengan Pb. 2
mm.
b. Pengamanan terhadap bahaya radiasi bagi pasien / pengantar
pasien
Pengantar yang membantu pasien diberi pelindung ( APRON )
Membatasi lapangan penyinara sesduai dengan obyek yang akan
di foto.
Hindari mengulangan foto.
c. Pengamanan terhadap bahaya radiasi untuk lingkungan sekitar
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Ketebalan dari diding ruangan harus setara dengan 2 mm Pb.
(+ 25 cm. )
Pintu ruangan pemeriksaan radiologi harus dilapisi dengan Pb. 2
mm.
Pada waktu pemeriksaan pintu harus selalu tertutup
Lampu merah didepan pintu ruang pemeriksaan harus menyala,
sebagai tanda ada pemeriksaan menggunakan sinar X.
III. PERALATAN PELAYANAN RADIOLOGI
1. OMNIX 200 ST
Spesifikasi : Generator : 200 mA
Tabung : single tube double fokus
Table : stasioner dengan bucky
2. TBM-5
Spesifikasi : Generator : 500 mA
Tabung : double tube + Floruscopy
Table : tilting dengan bucky
3. MOBILE UNIT
Spesifikasi : Generator : 100 mA
Tabung : single tube
Table : not table

4. ASSESORIS
Standart kaset : 2 buah
Lysholum dengan ratio 8 : 1 ukuran 30 x 40 : 1 buah
Irigator : 1 buah
Kaset + Intesifying screen ( green )
Ukuran 18 x 24 cm. : 1 buah
Ukuran 24 x 30 cm. : 2 buah
Ukuran 30 x 40 cm. : 2 buah
Ukuran 35 x 35 cm. : 1 buah
Hanger Ukuran 18 x 24 cm. : 5 buah
Ukuran 24 x 30 cm. : 10 buah
Ukuran 30 x 40 cm. : 10 buah
Ukuran 35 x 35 cm. : 6 buah
Apron : 2 buah
Light Case ( lampu baca ) : 2 buah
Tabir / sheilding : 2 buah
Pengering film : 2 buah
X ray marker set : 1 box
2. USG ALOKA
Spesifikasi : Echo camera SSD-500
tansduser 3,5 mhz.
Printer
3. USG KONTRON
Spesifikasi : KUI IRIS 880
Tranduser 3,5 mhz
Printer
IV. PERLENGKAPAN RUANGAN.
A. Ruang Pemeriksaan X-Ray
1. Almari Instrumen :
kapas
alkohol
plester
betadin
spuit 20 cc, 5 cc, dan nedle
wing nedle no.21, 23
bak instrumen
HSG set + cocor bebek
Spuit Aesculap 200 ml
handscon
2. Bahan kontras dan obat-obatan :
barium sulfat ( BaSO4 )
iopamiro 370
urografin
cairan infus : Na Cl
dexametason
antihistamin lainnya.
3. Perlengkapan lainnya :
standar infus
tabung oksigen + manometer
B. Ruang USG
Ruang USG merangkap sebagai ruang dokter dan tempat ekspertise
dokter.
Perlengkapan yang ada antara lain :
aquasonic jelly

kertas tissue
meja + kursi dokter
bed pemeriksaan
light case / lampu baca
computer billing system
C. Ruang Kamar Gelap
tangki isi 20 lt. untuk : - developer
- fixer
- air
safety light
exhouse fan
hanger berbagai ukuran
film dalam box siap pakai
D. Ruang Jaga Petugas
Almari untuk penyimpana film dll.
Buffet / loker petugas
Bed / tempat tidur
E. Ruang Pendaftaran / Loket
Meja pendaftaran
Box countainer
F. Perlengkapan Proteksi Radiasi
APRON
Film bagde ( personil )
Lead glove

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Dalam melaksanakan tugas pelayanan di Instalasi Radiologi,


diperlukan kebijakan dan prosedur tetap yang disusun bersama dan
disyahkan atau diberlakukan oleh Direktur RSU RA. .. .
Kebijakan dan prosedur tetap yang ada di Instalasi Radiologi antara
lain :
A. Kebijakan kebijakan.
1. Kebijakan Pemeriksaan dengan Kontras serta Ekspertise
2. Kebijakan Tentang Pelaksanaan Tindak Medik Radiologi
3. Kebijakan Pemeriksaan Radiologi Tanpa Kontras dan Radiografer
4. Kebijakan tentang Persetujuan Tindak Medik
5. Kebijakan tentang Angket
6. Kebijakan tentang Proteksi Radiasi
7. Kebijakan tentang Pelayanan Radiologi
B. Prosedur Tetap ( Protap )
1. Protap alur pelayanan pasien
2. Protap Teknik Radiografi sederhana
3. Protap Teknik Radiografi Canggih
4. Protap Persiapan Penderita untuk Pemeriksaan Khusus
5. Protap Pembacaan Hasil Rontgen
6. Protap Persetujuan inform
7. Protap Timbang Terima Dinas
8. Protap Teknik Pengolahan Prosessing
9. Protap Pemeliharaan Alat
10. Protap Pengoperasian Alat
11. Protap Pengadaan Bahan dan Alat

12.
13.
14.
15.
16.

Protap
Protap
Protap
Protap
Protap

Pemeriksaan Kesehatan bagi Petugas


Penanggulangan Reaksi Alergi Bahan Kontras
Pelaporan dan Evaluasi
Sistem Arsip
Pemeliharaan Linen

PENGEMBANGAN STAF
DAN PROGRAM PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Suatu tujuan dari organisasi akan tercapai apabila sumber daya
yang ada dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaik mungkin,
baik sumber daya manusia maupun aset-aset kekayaan yang
berupa materi maupun non materi.
Dalam program kerja Instalasi Radiologi th 2004 / 2005 selain
membahas tentang kelengkapan sarana penunjang dan administrasi
juga membahas tentang sumber daya manusia yanmg menyangkut
dokter spesialis Radiologi, Radiografer dan staf yang lain.
VISI :
1. Menjadi andalan masyarakat . dalam bidang pelayanan Radiologi.
2. Kepuasan pasien sebagai tujuan pelayanan Radiologi.
3. Keselamatan radiasi baik terhadap pekerja, pasien dan
masyarakat.
MISI :
1. Memberikan pelayanan Radiologi yang terjangkau, aman, dan
berkualitas dengan dilandasi sentuhan manusiawi.
II. TUJUAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan radiologi kepada pasien dengan
memperhatikan unsur bahaya radiasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dokter spesialis
radiologi dan radiografer.
2. Dapat meningkatkan kemampuan keselamatan radiasi dengan
menekan jumlah dosis yang diterima petugas dan pasien.
3. Terciptanya pelayanan radiologi yang optimal dan profesional.
III. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
Pengembangan staf diarahkan pada pengembangan Sumber Daya
Manusia dengan menitikberatkan pada penguasaan bidang
pelayanan radiologi baik secara teori maupun praktek, sehinnga
mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya secara
profesional. Sedangkan pengembangan pelayanan dengan
meningkatkan fasilitas peralatan radiologi yang mengikuti
perkembangan IPTEK.
Semua staf / pegawai mempunyai kesempatan dan kemudahan
untuk mendapatkan program pendidikan maupun pelatihanpelatihan untuk mrningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki.
1. Untuk Dokter Spesialis Radiologi
- Program Pendidikan berkelanjutan, mengikuti seminar dan
pelatihan.

- Mengikuti pertemuan ilmiah yang diselenggarakan perhimpunan


Dokter Spesialis Radiologi, baik tingkat regional maupun nasional /
pusat.
- Mengikuti pertemuan ilmiah yang diselenggarakan Komite Medik
RSU RA. Kartini ..
2. Untuk Radiografer
- Program pendidikan berkelanjutan mengikuti seminar dan
pelatihan .
- Mengikuti pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh PARI
(Persatuan Ahli Radiologi Indonesia)
- Pelatihan PPR ( Petugas Proteksi Radiasi ).
3. Untuk Staf Instalasi Radiologi yang lain.
- Program orientasi bagi staf Radiologi baru
- Penyegaran dan pelatihan tentang kamar gelap SOP dan
pengoperasian pesawat Rontgen.
- Program Pendidikan berkelanjutan.
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu bertujuan agar mutu pelayanan Instalasi
Radiologi diselenggarakan semakin meningkat dan untuk
mengoreksi apabila selama penyelenggaraan tersebut dittemukan
permasalahan-permasalahan sehingga segera dapat diadakan
perbaikan.
Kegiatan Pengendalian Mutu mencakup unsur :

1. Monitoring secara teratur terhadap beberapa hal yang


dianggap perlu seperti :
Pelaksanaan pemeriksaan Rontgen sederhana
Pelaksanaan pemeriksaan Rontgen canggih
Pelaksanaan USG
Penggunaan bahan habis pakai
Pemeliharaan alat-alat yang ada di Instalasi Radiologi.
2. Penilaian yaitu suatu informasi untuk mengetahui adanya
kekurangan atau masalah, misalnya :
Pengulangan foto
Permasalahan dengan proses pencucian.
Pelaksanaan USG oleh dokter.
3. Tindakan :
Upaya untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam
melaksanakan penyelenggaraan pemeriksaan radiologi dan
pelaksanaan USG.
4. Evaluasi :
Evaluasi kegiatan dengan menggunakan :
Penampilan grafik kegiatan
Penyebaran angket yang menyangkut kepuasan pasien.
Gugus kendali mutu.
5. Umpan Balik :
Diadakan melalui rapat rutin
Laporan tertulis
Koordinasi dengan Instansi terkait.
PENUTUP

Telah disusun Buku Standart Pelayanan Administrasi Manajemen


Instalasi Radiologi RSU . .Kabupaten . yang terdiri dari 7 bab yang
dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi staf Instalasi
Radiologi dalam melaksanakan tugasnya.
Buku Standart Pelayanan Administrasi Manajemen Instalasi
Radiologi RSU .. .ini masih memerlukan penyempurnaan, sehingga
diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk memberikan
sumbang saran bagi perbaikan buku ini .
Harapan kami buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya untuk pelayanan yang optimal Instalasi Radiologi pada
khususnya dan pelayanan rumah sakit pada umumnya.
by. umar

Untuk itu mari kita re fresh kembali ingatan kita tentang teori pemeriksaan radiologi Colon In Loop
Teknik Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Pengertian Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Teknik pemeriksaan radiologi colon in loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar dengan
menggunakan media kontras secara retrograde / lewat jalan bawah (anus)
2. Tujuan Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat
membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon.
3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
a.

Indikasi Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop


Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya kolitis ulseratif dan kolitis
crohn.

Carsinoma atau keganasan

Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan
muskularis mukosa.

Megakolon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus
mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik menyebabkan feses sulit melewati
segmena gangglionik, sehingga memungkinkan penderita untuk buang air besar tiga minggu sekali.

Obstruksi atau illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.

Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.

Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.

Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus yang lain.

Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
b.

Kontra Indikasi

-Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan tinggi.
- Obstruksi akut atau penyumbatan.
-Diare berat.
4. Persiapan Pasien Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in loop adalah untuk membersihkan kolon dari feses,
karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat
memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.

Prinsip dasar pemeriksaan colon in loop memerlukan beberapa persiapan pasien, yaitu :
Mengubah pola makanan pasien / Diet makan
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari
terjadinya bongkahan - bongkahan tinja yang keras.

Minum air putih sebanyak-banyaknya

Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek

Pemberian obat urus urus

Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai
pelengkap saja.
5. Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop

Persiapan alat pada pemeriksaan colon in loop, meliputi :


Pesawat x ray siap pakai

Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan

Marker

Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .

Vaselin dan jelly

Sarung tangan

Penjepit atau klem

Kain kassa

Bengkok

Apron

Plester

Tempat mengaduk media kontras / gelas ukur yang 1000 cc

Persiapan bahan
Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 80 W/V %
(Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya kolon, kurang lebih 600 800 ml,
colon set barium enema

Air hangat untuk membuat larutan barium

Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.
6. Teknik Pemasukan Media Kontras Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Metode kontras tunggal
Barium sulfat dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk
keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk
melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian
dibuat radiograf post evakuasi posisi antero posterior.
2. Metode kontras ganda
a. Pemasukan media kontras (baso4) dengan metode satu tingkat.
Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan
udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara
dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke
fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan
dibuat radiograf.
b. Pemasukan media kontras (baso4)dengan metode dua tingkat.
1. Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai pertengahan kolon
transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
2. Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
3. Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.
4. Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000
ml) karena dapat menimbulkan komplikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan
gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
7. Tahap pengambilan gambar pemeriksaan radiologi colon in loop
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop
1. Buat Proyeksi Antero Posterior (AP).
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis
tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur
dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi
dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid.
2. Buat Proyeksi AP Aksial sumber (Ballinger, 1999).

Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua
tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan menentukan batas
atas pada puncak illium dan batas bawah symphisis pubis.
Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial.
Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit
mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum.
3. Buat Proyeksi LPO (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri
digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri
lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi.
Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus
terhadap kaset.
4. Buat Proyeksi RPO sumber buku (Ballinger, 1999).
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35 - 45terhadap meja
pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi
meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri
dari titik tengah kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat
pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon
asenden.
5.Buat Proyeksi Postero Anterior sumber buku (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah
meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan
garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan
batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada
pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat
termasuk fleksura dan rektum.
6. Proyeksi Postero Anterior Aksial (Balinger, 1999).
Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah
grid, pertengahan kaset pada puncak illium. Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada
pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar menyudut 30 - 40 kaudal.
kriteria : tampak rektosigmoid ditengah film, daerah rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami superposisi
dibandingkan dengan proyeksi PA, terlihat kolon transversum dan kedua fleksura.
7. Buat Proyeksi RAO
Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap
meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan
pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke
arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi
dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan
proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden.
8. buat Proyeksi LAO
Posisi Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap
meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan,
kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah
kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan
tahan napas.
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi
bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak.
9. Buat Proyeksi Lateral (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu
sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior
superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada
pertengahan radiograf.
10. Buat Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)
Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan sejajar
dengan kaset. MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid. Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista

illiaka dengan arah sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi
dan tahan napas.
kriteria radigraf menunjukkan bagian atas sisi lateral dari kolon asenden naik dan bagian tengah dari kolon desenden
saat terisi udara.
11. Buat Proyeksi Axial Metode Chassard Lapine
Posisi pasien duduk dengan punggung pada sisi meja, sehingga MCP tubuh sedekat mungkin pada garis tengah
meja pemeriksaan. Pertengahan panggul berada tepat pada pertengahan film, dan pasien membungkuk. Kedua
tangan berpegangan pada pergelangan kaki untuk fiksasi. Sinar diarahkan tegak lurus melewati daerah lombo sakral
setinggi trochanter mayor.
Kriteria radiograf menunjukkan gabungan rektosigmoid dan sigmoid pada proyeksi axial dan tampak rektum.
Sebelum selesai pemeriksaan petugas tidak ada salahnya mengevaluasi ada tidaknya Komplikasi pemeriksaan
radiologi colon in loop yang telah berlangsung:
Komplikasi pemeriksaan radiologi colon in loopyang mungkin terjadi adalah :
1. Perforasi
Perforasi terjadi karena pengisian larutan kontras dengan tekanan yang tinggi secara mendadak, juga dapat terjadi
akibat pengembangan yang berlebihan.
2. Refleks Vogal
Refleks Vogal terjadi karena pengembangan yang berlebihan, yang ditandai dengan pusing, keringat dingin, pucat,
pandangan gelap, dan bradikardi. Pemberian sulfas atropin dan oksigen dapat mengatasi keadaan tersebut.

Prosedur Pemeriksaan radiologi fistulografi:


Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat didiagnosa dengan beberapa macam pemeriksaan diagnostik
yang sering dilakukan untuk pemeriksaan pada peradangan penyakit usus, seperti pemeriksaan barium enema,
colonoscopy, sigmoidoscopy, endoscopy dan dapat juga didiagnosa dengan pemeriksaan fistulografi (Wake Forest
University School of Medicine Division of Radiologic Sciences, 2001).
Pemeriksaan fistulografi adalah pemeriksaan radiologi pada fistula dengan menggunakan media kontras positif.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan radiograf yang baik tentang fistula sehingga dapat menegakkan
diagnosa secara tepat dan dapat dilakukan tindakan selanjutnya untuk pembedahan (Ballinger, 1999).
1. Persiapan Pasien fistulografi
Pada pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah fistula terbebas dari bendabenda radioopaque yang dapat menganggu radiograf (Bryan, 1979).Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah
abdomen maka saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material (Ballinger, 1999).
2. Persiapan Alat dan Bahan fistulografi

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan pemeriksaan antara lain (Ballinger, 1999) :
Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi

Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan

Marker R dan L

Apron

Sarung tangan Pb

Cairan saflon

Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain
kassa, jeli, abocath, duk lubang.

Alkohol

Betadine

Obat anti alergi

Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.


Teknik Pemeriksaan radiologi fistulografi
Berikut ulasan tekniknya :
Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu dibuat plan foto dengan proyeksi Antero Posterior (AP),
selanjutnya media kontras dimasukkan dengan kateter atau abocath melalui muara fistula yang diikuti dengan
fluoroskopi. Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media kontras disuntikkan melalui muara fistula yang telah
mengisi penuh saluran fistula. Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroskopi dan ditandai dengan keluarnya media
kontras melalui muara fistula (Ballinger, 1995). Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung dari luas muara
fistula.
a. Ambil Proyeksi Antero Posterior (AP)

Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis
simetris terhadap meja pemeriksaan. Kedua kaki endorotasi 150-200, kecuali jika terjadi fraktur atau dislokasi pada
hip joint. Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua krista iliaka dengan FFD 100 cm.
Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria fistulografi yang tampak yaitu tampak pelvis pada daerah proksimal femur, trokhanter minor dan trokhanter
mayor, tidak ada rotasi pelvis, sakrum dan koksigeus segaris dengan simfisis pubis, foramen obturator,simetris,
kedua spina iliaka sejajar.
b. Ambil Proyeksi Lateral
Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan
kepala. Mid Sagital Plane sejajarmeja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja
pemeriksaan. Spina iliaka AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis. Central Point pada
daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap
kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria radiograf tampak pelvis dan femur bagian proksimal, tampak sakrum dan koksigeus, bagian belakang
iskhium dan illium saling superposisi, tampak kedua femur superposisi, bayangan asetabulum superposisi, lingkar
fossa yang besar berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil (Ballinger, 1995).
c. Ambil Proyeksi Oblique
Posisi pasiean prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang dipeiksa yang menunjukan
letak fistula kurang lebih 45o terhadap meja pemeriksaan. Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk
bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel
meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopaang tubuh. Pelvis diatur kurang lebih 45oterhadap meja
pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal. Sinar diatur vertikal tegak lurus
terhadap kaset dan central point pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi
tegak lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria yang tampak yaitu tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak berjarak sama, tampak foramen
obturator tidak simetris,sakrum dan koksigeus tidak segaris dengan simfisis pubis (Ballinger, 1995).
d. Ambil Proyeksi Axial Metode Chassard-Lapine
Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukan posterior dai lutut menyentuh ujung tepi meja
pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut. Pasien membungkukan punggung
semaksimal mungkin sampai simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis engan
sumbu vertical kira-kira 45o. Pasien rata-rata dapat memfleksikan punggungya tanpa mengalami kesakitan. Sinar
vertikal tegak lurus kaset dengan entral point melalui daerah lumboskral menembus trokhanter mayor. Bila fleksi
tubuh terbatas central point diarahkan dari nterior obyek tegak lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis. FFD
diatur 100 cm.
Kriteria fistulografi yang tampak yaitu kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis sampai bagian proksimal dari
femur, pelvis tidak mengalami rotasi, kedua trokhanter mayor berjarak sama dari pertengahan kaset atau sakrum
(Ballinger, 1995).
e. Buat Proyeksi Taylor
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan iletakan di atas dada dan kedua kaki lurus.
Pelvis diatur sehingga tepat Antero-Posterioryaitu kedua krista iliaka kanan dan kiri berjarak sama terhadap meja
pemeriksaan dan Mid Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan. Sinar menyudut 30o ke cranial,
central point pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien diam.
Kriteria yang tampak yaitu tulang pubis dan ishkium mengalami magnifikasi, tampak tulung pubis superposisi dengan
sakrum dan koksigeus, tampak foramen obturator simetris, tampak tulang pubis dan ishkium dekat dengan tepi film,
tampak juga hip joint (Ballinger, 1995)
Namun pada kenyataanya pemeriksaan fistulografi dilapangan yang dibutuhkan hanya beberapa posisi, biasanya AP,
Polos dan post kontras, Oblique kanan / kiri.

POINT 1. Bagaiman Prosedure pemeriksaan radiologi OMD


Prosedur pemeriksaan radiografi oesofagus maag duodenum (OMD)

a.

Pengertian pemeriksaan OMD

b.

Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ
oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian
diamati dengan fluoroskopi (Bryan, 1979)

Tujuan pemeriksaan radiologi OMD

Teknik radiografi OMD bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan pada organ esofagus, maag, dan
duodenum.
POINT 2. Bagaimana persiapan pemeriksaan radiologi OMD?
> Persiapan pemeriksaan OMD yaitu :

Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan

POINT

3.

Pasien puasa selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan

Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatanyang mengandung substansi radioopaque


seperti steroid, pil kontrasepsi (Bryan, 1979)

Bagaimana

persiapan

alat

dan

bahan

pemeriksaan

radiologi

OMD?

> Persiapan alat dan bahan

Pesawat sinar x

Film ukuran 24x 30 cm, 35 x 35 cm, Kaset ukuran 24 x 30 cm, 35 x 35 cm Jika menggunakan DR
maka ukuran kaset tersebut bisa diabaika

Gelas, Sendok

Tissue

Bengkok

Baju pasien

Marker R atau L

Pencucian film terdiri dari developer, fixer, rinsing (Balinger, 1999

> Persiapan bahan :


a.

Media kontras barium sulfat (BaSO4)


Kontras media adalah suatu bahan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan radiologi yang bertujuan untuk
memberikan perbedaan densitas organ disekitarnya. Kontras media dibagi menjadi dua macam yaitu kontras media
positif dan kontras media negatif. Kontras media positif adalah kontras media yang memiliki nomor atom tinggi,
contohnya barium sedangkan kontras media negatif yaitu kontras media yang memiliki nomor atom rendah,
contohnya udara (Ballinger, 1999).
Pemeriksaan OMD dengan menggunakan media kontras dibagi menjadi 5 macam yaitu :
1. Barium swallow adalah pemeriksaan radiologis oesofagus dengan cara menelan media kontras
2. Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum dengan cara meminum media kontras
3. Barium follow through adalah pemeriksaan radiologis usus halus dengan meminum media kontras yang
merupakan kelanjutan dari pemeriksaan barium meal yang memerlukan waktu beberapa jam untuk dapat sampai ke
proses pencernaan makanan
b. Cara pemberian media kontras
Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologis saluran pencernaan adalah BaSo4. Bahan ini
merupakan sutu garam berwarna putih, mempunyai berat atom yang besar dan tidak larut dalam air. Bahan diaduk
dengan air dalam perbandingan tertentu, sehingga menjadi suspensi (bukan larutan). Suspensi tersebut harus
diminum oleh pasien dalam pemeriksaan oesofagus maag duodenum (Kartoleksono, 1999).
Apabila persiapan pasien sudah dianggap baik, maka untuk pemeriksaan oesofagus, pasien diberi suspensi barium
kurang lebih 2-3 sendok makan. Kontras barium dikulum di dalam mulut setelah itu pasien diinstruksikan untuk
menelan. Pembuatan radiograf dilakukan setelah kurang lebih 1-5 detik setelah barium diminum. Sedangkan untuk
lembung dan duodenum setelah pasien diberi suspensi barium kurang lebih 200 ml, atau kurang lebih satu gelas
kemudian pasien disuruh berbaring di atas meja pemeriksaan dan diminta untuk memutar badan ke kiri dan ke kanan
sebanyak 2-3 kali (berguling-guling) dengan maksud agar suspensi barium sulfat dapat melapisi dinding lambung
dan duodenum secara merata, setelah itu segera dilakukan pengambilan radiograf. Radiograf diambil setelah kurang
lebih 3-5 menit post media kontras (Kertoleksono, 1999)
POINT KE 4. Bagimana persiapan Teknik pemeriksaan OMD?
>
Teknik pemeriksaan OMD
Teknik pemeriksaan OMD yang pertama kali dilakukan adalah pasien datang ke radiologi kemudian pasien diminta
untuk ganti baju, setelah itu kita mempersiapkan media kontras yang akan dipakai yaitu membuat campuran antara
barium dan air. Pemeriksaan oesofagus dapat menggunakan 2 perbandingan yaitu dengan perbandingan 1 : 1 posisi
pasien dalam keadaan berdiri (Clark K.C, 1973) atau perbandingan 1 : 4 posisi pasien dalam keadaan tiduran
(Bontrager, 1991). Pada pemeriksaan maag duodenum perbandingan campuran yang digunakan adalah 1 : 4
(Bontrager, 1999)

POINT

5.

Bagaimana

teknik

pemeriksaan

OMD

dilakukan?

> Proyeksi pemeriksaan OMD


1. Proyeksi radiografi plain abdomen (AP supine)
Pemeriksaan OMD sebelumnya dilakukan plain foto terlebih dahulu untuk mengetahui persiapan dari pasien,
proyeksi yang digunakan adalah AP supine.
Posisi pasien : pasien dalam posisi supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan di samping tubuh.
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, usahakan tidak terjadi rotasi pada tubuh Arah sinar :
CR : tegak lurus kaset, CP : V. lumbal 2, FFD 100 cm, Menggunakan grid/bucky wallstand, Kaset ukuran : 35 x 35
cm
Eksposi dilakukan dengan aba aba: ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi : tampak abdomen bila bersih maka pemeriksaan dilanjutkan (Bontrager, 2001).
2. Proyeksi radiografi pemeriksaan oesofagus
Terdapat beberapa proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan oesofagus yaitu :
a. Proyeksi AP atau PA
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatmi dan neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : pasien pada posisi terlentang pada meja pemeriksaan atau dalam posisi berdiri
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan. Usahakan tidak terjadi rotasi pada shoulder dan hip.
Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder sebagai pusat sinar pada kaset.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yatiu 1 inchi inferior dari sternal angle atau kira-kira 3 inchi inferior dari jugular notch FFD : 100 cm
atau 183 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid / wallstand, Kaset ukuran : disesuaikan dengan obyek
Eksposi dilakukan : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tervisualisasi oesofagus terisi barium
2. Tidak adanya rotasi pada pasien
3. Tervisualisasi oesofagus dalam radiograf
4. Tervisualisasi oesofagus superposisi dengan vertebra thorakal (Bontrager, 2001).
b. Proyeksi posisi RAO dan LAO
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : pasien tidur miring pada salah satu sisi atau dalam posisi berdiri atau tiduran
Posisi objek : pasien dari posisi PA dirotasikan sebesar 35o-40odengan sebelah kanan atau kiri anterior tubuh jauh
dari kaset. Tempatkan lengan kiri atau kanan di samping tubuh elbow kanan ditekuk untuk memegang segelas
barium. Knee sebelah kiriatau kanan ditekuk untuk fiksasi. Pertengahan thorak sejajar pada kaset. Batas atas kaset 5
cm di atas shoulder sebagai pusat sinar pada kaset.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior menuju jugular notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid / wallstand, kaset ukuran : disesuaikan (menggunakan spot pada daerah lambung juga akan lebih
baik). Eksposi dilakukan : ekspirasi tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tervisualisasi oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
2. Tervisualisasi oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung dengan adanya rotasi yang cukup dari
tubuh pasien
3. Oesofagus terisi barium
4. Otot bawah tidak superposisi dengan oesofagus (Bontrager, 2001)
c. Proyeksi lateral
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus
Posisi pasien : pasien miring pada salah satu sisi atau dalam posisi berdiri.
Posisi objek : tempatkan kedua lengan di dekat kepala, elbow ditekuk dan saling superposisi. Mid coronal plane pada
pertengahan meja pemeriksaan. Tempatkan shoulder dan hip pada posisi true lateral. Batas atas kaset 5 cm di atas
shoulder sebagai pusat sinar pada kaset
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid / wall stand, Kaset ukuran : disesuaikan besar obyek
Eksposi dilakukan: ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tervisualisasi oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
2. Tervisualisasi kosta posterior saling superposisi

3. Tervisualisasi kedua lengan tidak superposisi dengan oesofagus


4. oesofagus terisi barium (Bontrager, 2001)
3. Proyeksi radiografi pemeriksaan lambung duodenum
Beberapa proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan lambung duodenum, yaitu :
a. Proyeksi PA
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu polip, divertikula, bezoar, dan tanda-tanda gastritis dan pylorus dari
lambung.
Posisi pasien : pasien pada posisi prone, kedua tangan di samping kepala. Kepala diganjal dengan bantal untuk
kenyamanan pasien
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, usahakan tidak terjadi rotasi pada tubuh
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : 1 inchi lateral ke arah lumbal 2
FFD : 100 cm
Menggunakan grid / walsatand dan Kaset ukuran : disesuaikan
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tervisualisasi lambung dan duodenum
2. Badan dan pylorus dari lambung berisi barium
3. Struktur lambung tampak dalam radiograf (Bontrager, 2001)
b. Proyeksi RAO
Proyeksi ini dapat memperlihatkan polip dan ulkus dari pylorus, duodenal bulb dan C-loop duodenum
Posisi pasien : pasien tidur miring pada salah satu sisi kemudian dirotasikan ke arah RAO. Ganjal kepala pasien
dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : pasien dirotasikan sebesar 400-700dari posisi prone dengan sebelah kanan anterior tubuh jauh dari
kaset. Lengan kanan di bawah dan elbow kiri ditekuk dekat kepala pasien. Knee ditekuk untuk fiksasi
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : lumbal 2 yaitu 1-2 inchi di atas batas lateral costae bawah
FFD : 100 cm Menggunakan grid Kaset ukuran : 24 x 30 cm Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum dalam radiograf
2. Tampak bulbus duodenum
3. Tampak lipatan lambung (Bontrager, 2001)
c. Proyeksi LPO
Dengan menggunakan double kontras udara mengisi pylorus dan duodenal bulb, kemungkinan dapat
memperlihatkan kelainan gastritis dan ulkus.
Posisi pasien : pasien miring pada salah satu sisi kemudian tubuh dirotasikan ke arah LPO, ganjal kepala dengan
bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : pasien dari posisi supine dirotasikan sebesar 300-600dengan sebelah posterior jauh dari kaset. Knee
sebelah kanan ditekuk untuk fiksasi. Kedua tangan diletakkan menyilang di depan dada untuk imobilisasi.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : kira-kira di antara xipoid tip dan batas lateral costae bawah setinggi lumbal 1
FFD : 100 cm
Menggunakan grid, Kaset ukuran : disesuaikan dengan besarnya obyek.
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum
2. Tidak ada obstruksi antara bulbus duodenum ditunjukkan dengan tidak adanya superposisi pylorus pada lambung.
3. Fundus terisi oleh barium (Bontrager, 2001)
d. Proyeksi lateral kanan
Proyeksi ini dapat memperlihatkan ruang retrogastrik (ruang di belakang lambung) divertikula, tumor, ulkus gastric,
dan trauma lambung
Posisi pasien : pasien tidur miring ke arah lateral kanan. Letakkan kedua tangan di dekat kepala. Ganjal kepala
dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : shoulder dan hip pada posisi true lateral dan batas bawah kaset pada iliac crest
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : lumbal 1 yaitu pada batas lateral costae bawah dan 1-1,5 inchi anterior menuju mid coronal plane FFD : 100 cm
Kaset ukuran : sesuai besarnya obyek
Kriteria evaluasi :
1. clambung dan duodenum

2.

Tervisualisasi retrogastric space


3. Tervisualisasi pylorus dan duodenum dalam radiograf
4. Tervisualisasi bulbus duodenal (Bontrager, 2001)
e. Posisi AP
Proyeksi ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya hiatal hernia ditunjukan dengan posisi
trendelenburg.
Posisi pasien : pasien pada posisi supine, kedua tangan di samping tubuh, ganjal kepala pasien dengan
bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan. Usahakan tidak terjadi rotasi pada tubuh.
Kaset harus ditempatkan kira-kira pada iliac crest
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : diantara xipoid tip dan batas bawah costae setinggi lumbal 1
FFD : 100cm menggunakan grid/wall stand/bucky stand Kaset ukuran : disesuaikan dengan besar
obyek.dilakukan Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tervisualisasi lambung dan duodenum
2. Diafragma dan daerah paru-paru bawah menunjukkan kemungkinan adanya hiatal hernia
3. Fundus pada lambung terisi oleh barium
4. Tervisualisasi bulbus duodenal (Bontrager, 2001

PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS DALAM RADIOLOGI


Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasienuntuk
membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang dimasukkan tampaklebih radioopaque
atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa
Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapatterlihat dalam

radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentukanatomi dari organ atau
bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsiorgan yang diperiksa
Penyimpanan Bahan Kontrasa.
a.Tempat penyimpanan bahan kontras Media Iodine Coumpound
- Penyimpanan di tempat yang terlindungi dari cahaya
- Penyimpanan untuk jangka waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber sinar-x
- Penyimpanan pada suhu ruangan sebaiknya tidak diatas 30oC- Penyimpanan jangka pendek dalam lemari pemanas (37oC)-Sebaiknya sebelum penggunaan kontas media diperhatikan lembar informasi produk yang
disertakan dalam kemasan kontras media- Simpan kontras media pada suhu 15-25oC-Lakukan rotasi stock secara berkala b.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan bahan kontras- Perhatikan tanggal kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada awalnya 2-3tahun-Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat sebelumdigunakan,
periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada perubahan warna, tidakkeruh, tidak ada endapan

Jalur Pemberian Media Kontras


a.Pemberian Media Kontras per oral (barium meal)Yakni pemberian media kontras per oral atau melalui
mulut pasien dengan carameminum atau menelen media kontras, umumnya media kontras barium sulfat.
b.Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus)Yakni pemberian
media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontrasdimasukan melalui dubur layaknya
enema dengan bantuan rectal kateter.
c.Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium)
Yakni pemberian media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahankontras yang berbasis
iodium
d.Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) danintraabdominally (hampir pada
seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial)Pemberian media kontras melalui injeksi intra arteri (i.a)
dan lain sebagainyadisesuaikan dengan objek yang akan diperiksa atau ruang yang potensial
untukmemasukan media kontras..
Reaksi Bahan KontrasDalam penggunaan bahan kontras terdapat beberapa jenis reaksinya, yaitu:
a.Neutrotoksisitas
oPeranan susunan kimiawi bahan kontras
oGugus karboksil meningkatkan reaksi
oGugus hidroksil menurunkan reaksi
oOsmolalitas rendah mencegah reaksi
a. Nyeri dan Rasa Sakit
oOsmolalitas tinggi bahan kontras ionik
oBahan kontras non ionik (rasa sakit rendah)
b.Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect)
oAkibat khemotoksisitas, osmotoksisitas, dan toksisitas ion
c.Reaksi Pseudoalergik
oGejala klinis dan terapi persis sama dengan reaksi alergik
oTidak disebabkan reaksi antigen-antibodi

oAktifitas efektor-efektor imunologik

Penanganan Reaksi Contras Mediaa.


a.Shehadi (1985)Semua reaksi fatal terjadi dalam waktu 15 menit Injeksi bahan kontras
b.Almen & Aspelin (1995)
- Reaksi Ringan : Tidak perlu terapi-Reaksi Sedang : Perlu terapi, tidak perlu dirawat-Reaksi Berat : Rawat Intensifc.
c.Alur Terapi:
A : Assesment, Alternatif, Airway, Assistance
B : Basics, Breathing, Be Wise, Be Ware
C : Comfort, Circulation, CPRd.
d.Terapi Spesifik dalam Menangani Reaksi Bahan Kontras1)
1).Reaksi Alergoid Akut Urticaria, edema, sakit kepala, muntah, diare, asthmarhinoconjunctivitis
Epinephrin 0,5 mg (1 mg/ml) subcutan
Oksigen 2-6 liter/menit
Diphenhydramine 50 mg i.m
2)Reaksi Anafilaktoid Reaksi alergoid, ditambah takhikardia, hipotensi dan pucat
Epinephrin 0,3 0,5 mg (0,1 mg/ml i.v)
Oksigen 2-6 liter/menit
Infus NaCl atau Ringer
3)Anafilaktoid Syok Tidak sadar, status asthmatis, henti napas, kolaps sirkulasi,henti jantung
Epinephrin 0,3 1,0 mg (0,1 mg/ml i.v)
Oksigen 2-6 liter/menit
Hidrokortison 250 mg i.v
Intubasi dan ventilasi
Infus NaCl atau ringer
4)Reaksi Vagal Hipotensi Brachikardia
Letak kaki ditinggikan
Infus NaCl atau Ringer
Oksigen 2-6 liter/menit
Atrofin 0,6-0,8 mg i.v, di ulang tiap 3-5 menit
5)Reaksi Bronchospastik, Ringan Sedang
Oksigen 3 liter/menit
Inhalasi bronchodilator, atau
Epinephrin 1 : 1000 sebanyak 0,1 0,2 ml subkutan, atau
Epinephrin 1 : 10000 sebanyak 1 ml i.v
Klasifikasi Media Kontrasa.
Jenis-jenis kontras mediaMedia kontras dibedakan menjadi dua yaknimedia kontras positif dan
mediakontras negatif
Bahan kontras yang dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untukmeningkatkan daya attenuasi sinar-X
atau bahan kontras positif yakni media kontrasyang memberikan efek gambaran opaque (putih) dalam
citra radiografi, sedangkanmedia kontras yang digunakan untuk menurunkan daya attenuasi sinar-X
memberikanefek gambaran lucent (hitam) dalam citra radiografi.
Kontras media positif (mempunyai nomor atom tinggi).Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan
kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe
bahan kontras lainyang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida,
tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen

Berikut merupakan contoh media kontras positif :


a)Media Kontras Non Iodinated (Barium sulfat)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubukini dicampur dengan air dan
beberapa komponen tambahan lainnya untukmembuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya
hanya digunakan padasaluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema.
Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.Adapun cirri-cirinya :
Contoh (BaSO4O) garam tidak larut air
Menggunakan stabilizer mencegah suspense terurai
Ditambahkan zat perasa (oral)
Dapat secara oral atau rectal (enema)
Ekskresi via feses

Contoh media kontras non ionik:


IOPAMIRO
Iopamiro merupakan jenis kontras media non ionik.
Iopamiro mempunyai jenis molekul benzine dikarboxamidemonomerik.
Tekanan osmotik yang rendah, sifat non ionik dari molekul sertakemotoksitas yang rendah merupakan
toleransi dari Iopamiro.
Indikasi :
1. Kasus neurologis (Myeloradikulografi, Sisternografi, danVentrikulografi).
2. Kasus Angiografi (Cerebral Angiografi, Coronoriarteriografi,Thorasic aortografi, Abdominal
aortografi, DSA)
3. Kasus urografi (Intravena urografi, kontras enhancement pada CTScanning, Artrografi, Fistulografi)
Kontra indikasi:
Tidak ada kontra indikasi yang sifatnya absolut
pada pemakain Iopamiro, kecuali waldenstroms, macroglobulinemia,multiple myeloma serta penyakit
hati dan ginjal

Kesimpulan
1.Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam
tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radiografi, sehingga media yangdimasukkan tampak lebih
radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuhyang akan diperiksa.
2.Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapatterlihat dalam
radiografi dan memperlihatkan bentuk anatomi dari organ
atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yangdiperiksa.Media kontras

dibedakan menjadi media kontras positif dan media kontrasnegatif. Media kontras positif dibagi lagi
menjadi media kontras non iodinated(barium sulfat) dan media kontras iodinated (mengandung yodium).
Mediakontras iodinated juga dibagi lagi menjadi golongan larut dengan air (watersoluble) dan golongan
tidak larut dengan air ( oil soluble).Dalam penggunaan media kontras tersebut perlu
memperhatikanosmolalitas, protein binding, lipophylisity, viscosity (kekentalan).Prosedur memasukkan
media kontras tergantung dari pemeriksaan yangdilakukan. Beberapa cara pemberian media kontras yaitu
pemberian mediakontras per oral (barium meal), pemberian media kontras per anal (barium enemauntuk
usus besar & usus halus), pemberian media kontras intravascular(umumnya media kontras iodium),
pemberian media kontras intra arterial,intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada
seluruh ronggatubuh atau ruang yang potensial).Dalam penggunaan media kontras terdapat beberapa jenis
reaksidiantaranyaNeutrotoksisitas, Nyeri dan Rasa Sakit, Efek terhadap Jantung(Cardiac Effect), Reaksi
Pseudoalergik. Untuk menangani reaksi tersebutdilakukan terapi jika reaksi sedang, tidak perlu diilakukan
terapi jika reaksiringan, jika terjadi reaksi berat dilakukan rawat intensif. Sedangkan untukmembuat
media kontras tetap baik jika digunakan maka perlu dilakukan penyimpanan pada media kontras
3.Penggunaan media kontras pada radiologi dapat diaplikasikan pada pemeriksaansaluran pencernaan
yang meliputi oesofagografi, OMD, follow thhrough, colon in loop, appendicografi, lopografi, sialografi,
saluran perkencingan meliputiBNO-IVP, hydronefrosis, nephrotomografi, Retrograde pyelouretrografi,antegrade pyelografi, retrograde pyelografi, retrograde cystografi, urethracystografi, cysto
uretrografi, cystografi, pencitraan pembuluh darah arteriografifemoralis, angiografi, ct scan cardiac, MRI
jantung, pemeriksaan ct
scan, pemeriksaan pada pediatrik meliputi lopografi pediatrik, appendicografi pediatrik, BNO-IVP
pediatrik, colon in loop pediatrik

Anda mungkin juga menyukai