Anda di halaman 1dari 49

BALAI MONITOR SPEKTRUM

FREKUENSI RADIO KELAS II


BATAM
Pemanfaatan Telekomunikasi Khusus dari segi Penggunaan
dan Penertiban Frekuensi

KEMENTERIAN KOMUNIKASI & INFORMATIKA


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA DAN
PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA
BATAM
2012

SEKILAS
BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI
RADIO KELAS II BATAM

ORGANISASI DAN TATA KERJA

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monitoring


Spektrum Frekuensi Radio adalah satuan kerja
bersifat mandiri di lingkungan Direktorat
Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika secara teknis dibina oleh Direktorat
Pengendalian Sumber Daya dan Perangkat Pos
dan Informatika.

TUGAS POKOK (PASAL 2) [1]

Pengawasan dan
pengendalian spektrum frek
radio, yang meliputi :
a. Pengawasan;
b. Deteksi Sumber Pancaran;
c. Monitoring;
d. Penertiban;
e. Evaluasi dan Pengujian
Ilmiah;
f. Pengukuran;
g. Koordinasi monitoring frek
radio;
h. Penyusunan program,
perbaikan perangkat dan

FUNGSI (

1. Penyusunan rencana program, pengadaan suku cadang,


pemeliharaan perangkat monitor frekuensi radio.
2. Pelaksanaan pengawasan, deteksi lokasi sumber
pancaran, pemantauan / monitor spektrum frek radio.
3. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor
spektrum frekuensi radio.
4. Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio
5. Penertiban, penyidikan pelanggaran terhadap pengguna
spektrum frekuensi radio.
6. Pelayanan / pengaduan masyarakat terhadap gangguan
spektrum frekuensi radio, pengujian ilmiah
7. Pelaksanaan urusan rumah tangga Balmon.

LETAK GEOGRAFIS KEPULAUAN RIAU

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau,maka
pada tanggal 01 Juli 2004 telah diresmikan
Provinsi Riau oleh Menteri Dalam Negeri RI,
sekaligus melantik Pejabat Gubernur Provinsi
Kepulauan Riau.
Provinsi Riau terletak antara 04 0 15 LU 0 0 45
LS dan 103 0 11 109 0 10 BT. Dan mempunyai
luas lebih kurang 251.810,71 KM2 terdiri dari
241.215,30 KM2 (96%) lautan/perairan dan
10.595,41 KM2 (4%) daratan, dengan jumlah total
keseluruhan pulau 1.350 buah pulau besar dan
kecil (survey Dept. Perikanan dan Kelautan RI).
Berbatasan dengan :
1. Utara
: Negara Vietnam dan Kamboja;
2. Selatan
: Sumatera Selatan & Jambi (Ind.)
3. Barat
: Negara Singapura,Malaysia,
Riau
4. Timur
: Negara Malaysia bagian Timur &
Kalimantan Barat

WILAYAH KERJA
Adapun Wilayah Kerja Balmon
Spekfrekrad Kelas II Batam meliputi
Wilayah Kepulauan Riau yang terdiri
dari 2 (dua) kota dan 5 (lima)
Kabupaten yaitu :
1. Kota Batam, Ibukotanya Batam;
2. Kota Tj. Pinang, Ibukotanya Tj.
Pinang;
3. Kab.Bintan, Ibukotanya Tj. Uban;
4. Kab. Karimun, Ibukotanya Tj. Balai
Karimun;
5. Kab. Natuna, Ibukotanya Ranai;
6. Kab. Lingga, Ibukotanya Daik;
7. Kab. Anambas, ibukotanya
Tarempa

KEGIATAN PEMANTAUAN & PENERTIBAN

OBSERVASI & PENGUKURAN PARAMETER TEKNIS

KOORDINASI

PENGUKURAN DI NATUNA

PENGUKURAN DI KARIMUN

PENERTIBAN

PENGUKURAN DI BINTAN

PERALATAN MONITORING

LEMARI PERANGKAT

HANDY WALKY TALKY

DRIVE TEST (FIELD STRENGTH))

DRIVE TEST (GSM)

DIRECTION FINDER

SPECTRUM ANALYZER

GENERATOR SIGNAL
PERANGKAT JUMMING

MOBIL MON & DF

TOWER

I.

PENDAHULUAN
1. Umum
A. Spektrum frekuensi radio merupakan sumber
daya alam terbatas.
B. Spektrum Frekuensi Radio dimanfaatkan dan
digunakan secara efektif dan efisien serta
sesuai
peruntukannya.
C. Kewenangan dan Tanggung Jawab kegiatan
Monitoring dan Penertiban Frekuensi
Radio
dilakukan oleh Balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio Kelas II Batam.

2. Dasar Hukum
1. UU NO 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi.
2. PP No 53 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Spektrum Frekuensi
Radio.
3. Permen No. 3 Tahun 2011 tentang Tata
laksana Organisasi UPT Bidang Spektrum
Frekuensi.

Pancaran Spektrum Frekuensi Radio di sekitar kita

www.postel.go.id

13

Beberapa bentuk penggunaan spektrum


frekuensi radio untuk keperluan sehari-hari

Remote Control
Distance Learning

www.postel.go.id

14

Penggunaan spektrum frekuensi radio untuk


keperluan militer sebagai pertahanan negara

www.postel.go.id

15

Penggunaan spektrum frekuensi radio untuk


transportasi

www.postel.go.id

16

Penggunaan spektrum frekuensi radio untuk


keperluan Identifikasi

RFID

www.postel.go.id

17

Pita Spektrum gelombang elektromagnetik

Frequency

Band

Prinsip mode propagasi

3kHz 30kHz

(Very Low Frequency) VLF

Waveguide/Groundwave

30kHz 300kHz

(Low Frequency) LF

Waveguide/Groundwave

300kHz 3MHz

(Medium Frequency MF

Waveguide/Sky-wave/Groundwave

3MHz 30MHz

(High Frequency) HF

Sky-wave/Groundwave

30MHz 300MHz

(Very High Frequency) VHF

Sky-wave

300MHz 3GHz

(Ultra High Frequency) UHF

Line of sight

3GHz 30GHz

(Super High Frequency) SHF

Line of sight

30GHz 300GHz

(Extremely High Frequency)


EHF

Line of sight

10

Mengapa penggunaan spektrum


frekuensi radio perlu diatur ?

Spektrum frekuensi radio banyak digunakan bagi keperluan


sehari-hari.
Mencegah timbulnya gangguan (interferensi), karena
propagasi gelombang radio merambat tanpa mengenal batas
wilayah/negara,
Agar pemanfaatan frekuensi radio tertib, teratur dan efisien
(tidak boros),
Penggunaan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, dapat
membahayakan keselamatan jiwa manusia. (contoh :
penerbangan, maritim, dll)
Guna mengantisipasi hadirnya teknologi baru komunikasi
radio. (Contoh : WiFi, 3G, TV digital, dsb.)
Sumber daya bagi semua negara
ITU mengatur alokasi spektrum frekuensi radio bagi seluruh
dunia
ITU menentukan berbagai jenis layanan (services) komunikasi
radio

Sumber daya penting dan salah satu tulang punggung ICT


Nasional meliputi :

Sektor Pertahanan dan Keamanan, Kepolisian,


www.postel.go.id
19 (broadcasting),
Sektor publik seperti : telekomunikasi, penyiaran
transportasi (kereta, kapal dan pesawat terbang), pendidikan,

CIRI-CIRI SPEKTRUM FREKUENSI RADIO

SDA yang terbatas;


Tidak diproduksi manusia;
Tidak dapat dipakai/digunakan seenaknya;
Tidak dapat ditukar/diganti seenaknya;
Tidak aus/habis dipakai;
Tidak mengenal batas perambatan
(tergantung propagasi dan cepat rambat
gel. elektromagnetik serta power pemancar.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


PADA PENGGUNAAN PEMANCAR RADIO
Penggunaan Power Tx(erp), service area /
coverage area;
Toleransi frekuensi;
Sporious emisi/emisi tersebar;
Bandwidth;
Koordinat lokasi;
Tinggi antena dari pemk.laut;
Sesuai Izin (ISR);
Sesuai peruntukannya;

Pembagian Peta Wilayah (Region) Alokasi


Spektrum Frekuensi Radio - ITU

www.postel.go.id

22

Tabel Alokasi Frekuensi Radio RRITU

www.postel.go.id

23

Prosedur Penanganan Gangguan Frekuensi Radio


Laporan Gangguan
Tidak ada

Cek Izin
Ada ijin

Penghentian Aktifitas
Pemancar Radio

Proses Penyidikan

Tidak Sesuai Ijin

Ukur Parameter Teknis

Perbaiki Perangkat

Sesuai Ijin

Monitor Gangguan
dengan ADF

Selesai

Pengguna Tidak
Mengurus ijin

Pengguna
Mengurus Izin

Proses Pengadilan

Selesai

Ditemukan Gangguan

Pelacakan Gangguan
dengan Mobil DF

Ditemukan Pengganggu

Cek ijin Freq. Radio

Ada Ijin

Perbaiki Perangkat

Selesai

Proses Penyidikan

Selesai

Tidak ada ijin

Penghentian Aktifitas
Pemancar Radio

PENERTIBAN
PENGGUNA FREKUENSI RADIO

Kegiatan Penertiban dan Penegakan Hukum


Dasar Penertiban :
a. Hasil monitoring
b. Data Base / SPP
c. Pengaduan Masyarakat
Tindakan yang dilakukan berupa :
1. Pembinaan melalui kegiatan Sosialisasi;
2. Penegakan Hukum :
a. Penyidikan dilakukan oleh PPNS dan aparat
Penegak Hukum
b. Peringatan dan Penyitaan terhadap pelanggaran
Penggunaan Frekuensi Radio serta
Perangkat;
c. Proses Penyelesaian Perkara

PENERTIBAN
Dalam melaksanakan penertiban Balmon
Spekfrekrad Kelas II Batam berkoordinasi
dengan instansi terkait.
Instansi terkait tersebut terdiri dari :
- Dinas Kominfo / Infokom didaerah;
- POLDA Kepri & POLRESTA (POLRI);
- Sub Den POM;
- Kejaksaan Tinggi & Pengadilan Negeri;
- ORARI DAN RAPI;
- KPID Kepri

TINDAKAN TH
SURAT PERINGATAN
Harmonisa melanggar dan berpotensi menimbulkan
interferensi pada Band Penerbangan.
Surat Peringatan untuk Off-Air, tdk diperbolehkan
mengudara sebelum perbaikan parameter teknis
pemancar serta Non - ISR
SURAT PANGGILAN
Klarifikasi / diminta keterangannya ttg tindak lanjut surat
peringatan
SURAT PERINGATAN TERAKHIR
Harmonisa masih melanggar & Spurious masih
menimbulkan interferensi pada Band Penerbangan

TINDAKAN TH

PENERTIBAN DILAKUKAN SETELAH SURAT PERINGA

Pasal 38 UU NO.36 Tahun 1999 Tentang


Telekomunikasi
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan
yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan
elektromagnetik terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi.
Pasal 33 UU NO.36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi
(1) Penggunaan spektrum frekuensi radio
dan orbit satelit wajib mendapatkan izin
Pemerintah.

TINDAKAN TH

PENERTIBAN DILAKUKAN SETELAH SURAT PERINGA

Pasal 32 UU NO.36 Tahun 1999 Tentang


Telekomunikasi
Pasal 32 ayat (1) :Perangkat telekomunikasi
yang diperdagangkan, dibuat, dirakit,
dimasukan, dan atau digunakan diwilayah
Negara RI wajib memperhatikan persyaratan
teknis dan berdasarkan izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

PASAL 58

Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaim

PASAL 53

KESIMPULAN
Perlu koordinasi dengan instansi terkait,
pengguna frekuensi serta masyarakat
pada umumnya untuk meningkatkan
pelayanan serta pengamatan terhadap
frekuensi yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.

BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II BATAM


JL. DR. CIPTO MANGUNKUSUMO, SEKUPANG BATAM, 29422
TELP / FAX : 0778 322189 / 0778-327927
PELAYANAN : 0778 322095
EMAIL : balmonbatam@yahoo.com / upt_batam@postel.go.id

UNTUK INFORMASI LAINNYA HUBUNGI :


IJIN ALAT/ PERANGKAT TEL.
Direktorat standarisasi perangkat tel. Ditjen postel, gedung sapta
pesona lt. 8, jl. Medan Merdeka Barat No.17 Jak-pus Telp./Fax (021)
3835874, 3835860 .
IJIN SPEKFREKRAD & ORSAT
Direktorat spekfrekrad & orsat ditjen postel, gedung sapta pesona lt.
5, jl. Medan merdeka barat no.17 jak-pus Telp./Fax (021)
3835982, 3867500 .
IJIN SKOR / REOR
Direktorat spekfrekrad & orsat ditjen postel, gedung sapta pesona lt.
7, jl. Medan merdeka barat no.17 jak-pus Telp./Fax (021)
3835985, 3867500 .

Direktorat Jenderal Pos dan


Telekomunikasi
Departemen Komunikasi dan Informatika

Terima Kasih

MATERI TAMBAHAN

1. UU NO 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.


2. PP No 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi.
3. PP No 53 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Spektrum Frekuensi Radio.
4. Permen No. 3 Tahun 2011 tentang Tata laksana
Organisasi UPT Bidang Spektrum Frekuensi.
5. Permen Kominfo No.29/PER/M.KOMINFO/09/2008
tentang Sertifikasi alat dan Perangkat
Telekomunikasi.
6. Permen Kominfo No.33/PER/M.KOMINFO/08/2009
tentang Penyelenggaraan Amatir Radio

7.

Permen Kominfo No.34/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang


Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP).

8.

Permen Kominfo No.18/PER/M.KOMINFO/09/2005 tentang


Penyelenggaraan Telsus untuk Keperluan Instansi
Pemerintah dan Badan Hukum.

9.

Permen Kominfo No.13/PER/M.KOMINFO/08/2010 tentang


Perubahan KM 15 Tahun 2003 tentang Rencana Induk
(Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telsus untuk
Keperluan Radio FM .

10. Permen Kominfo No.12/PER/M.KOMINFO/02/2009 tentang


Perubahan KM 76 Tahun 2003 tentang Rencana Induk
(Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telsus untuk
Keperluan Televisi Siaran Analog pada Pita UHF.

LATAR BELAKANG
Sesuai Ketentuan Konvensi Telekomunikasi Internasional bahwa
setiap negara harus memiliki Administrasi Telekomunikasi (AT) yang
mewakili Negara yaitu Pemerintah dan negara yang bersangkutan;
Tugas dari Administrasi Telekomunikasi (AT) adalah melaksanakan
hak dan kewajiban Konvensi Telekomunikasi Internasional dan
peraturan lainnya antara lain memberi izin penyelenggaraan
telekomunikasi;
Selain itu, AT juga melaksanakan hak dan kewajiban peraturan
internasional lainnya seperti peraturan yang ditetapkan Intelsat
(International Telecommunication Satelite Organization) dan
Immarsat (Internasional Maritime Satelite Organization) serta
perjanjian internasional di bidang telekomunikasi lainnya yang telah
diratifikasi Indonesia.

PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI
Melindungi Kepentingan dan keamanan
Negara;
Mengantisipasi Perkembangan Teknologi
dan Tuntutan Global;
Harus dilakukan secara profesional;
Dipertanggungjawabkan serta
memberikan peran serta kepada
Masyarakat;

PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI
Penyelenggaraan telekomunikasi dapat dibagi menjadi 3 bentuk,
yaitu :
1. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi.
yaitu kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jaringan
telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya
telekomunikasi.
2. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
yaitu kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jasa telekomunikasi
yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi.
3. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus
yaitu penyelenggaraan telekomunikasi yang sifat, peruntukkan
dan pengoperasiannya khusus.

TELEKOMUNIKASI KHUSUS
Penyelenggaraan bentuk seperti ini dapat berupa penyelenggaraan
untuk keperluan :
meteorologi dan geofisika,
Broadcast / Penyiaran : televisi siaran, radio siaran,
Navigasi : Penerbangan dan Maritim,
Pencarian dan pertolongan kecelakaan, amatir radio, komunikasi
radio antar penduduk dan
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus instansi pemerintah
tertentu/swasta.

PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000


PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus diselenggarakan
untuk keperluan:
a. sendiri;
b. pertahanan keamanan negara;
c. penyiaran.
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan
sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a
dilakukan untuk keperluan:
a.
b.
c.
d.

perseorangan;
instansi pemerintah;
dinas khusus;
badan hukum

PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000


PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a meliputi:
a.
b.

amatir radio;
komunikasi radio antar penduduk
Pasal 41

(1) Kegiatan amatir radio sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40


huruf a digunakan untuk saling berkomunikasi tentang ilmu
pengetahuan, penyelidikan teknis dan informasi yang berkaitan
dengan teknik radio dan elektronika.
(2) Kegiatan amatir radio dapat digunakan untuk penyampaian
berita mara bahaya, bencana alam, pencarian dan pertolongan (SAR).

PERATURAN PEMERINTAH 52 TAHUN 2000


PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Dalam keadaan jaringan telekomunikasi yang diselenggarakan oleh


penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan
negara atau keperluan keamanan negara belum atau tidak mampu
mendukung kegiatannya, maka dapat menggunakan atau
memanfaatkan penyelenggaraan telekomunikasi khusus lainnya
dengan wajib mengikuti ketentuan pengunaan jaringan dan atau jasa
telekomunikasi yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penggunaan dan
pemanfaatan ditetapkan bersama oleh Menteri dan menteri yang
bertanggung jawab di bidang pertahanan atau Kepala Kepolisian
Republik Indonesia.
Seperti pada :
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus
di Lingkungan Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai