Anda di halaman 1dari 11

SUMBER DAYA ALAM (ENERGI DAN MINERAL)

DIAJUKAN UNTUK TUGAS MANDIRI IPL

Dosen Pembimbing: Nurul Asikin, S.Pd., M.Pd.

DI ANALISIS OLEH:

Nama: Syarifah Miftahuli Ulfah

NIM: (190384205040)

Kelas: 19 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2019/2020
Sumber Daya Alam (Mineral dan Energi)

1. Sumber Daya Mineral dan Energi

Sumber daya mineral merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources). Jumlahnya sumber daya tersebut sangat terbatas dan
proses pembentukan serta pemulihannya membutuhkan waktu lama. Untuk itu,
pemanfaatannya harus digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Sumber daya
mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral sendiri menurut keyakinan
geologi dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan
tambang dan memenuhi kriteria layak tambang (Nugraha, 2014:1)

Sumber daya energi sangat penting, karena sumber daya energi merupakan segala
sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita
menemukannya. Untuk itu sumber daya energi adalah aset untuk pemenuhan
kepuasan dan utilitas manusia. Selain itu sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber
daya harus memiliki 2 kriteria, yaitu:

- Harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk


memanfaatkannya.
- Harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut. Sumber
daya energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang hidup
maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan
penguasaannya memenuhi kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Sumber daya energi di sisi lain merupakan sumber daya yang
digunakan untuk kebutuhan menggerakan energi melalui proses transformasi
panas maupun transformasi energi lainnya. (Braunstein, 2001) Sumber daya
energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak
bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium. Sumber daya
energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin,
arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti
kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik,
gelombang, nuklir, mekanis, dan panas.

2. Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Energi

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994), jenis-jenis sumber daya energi dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui Sumber daya energi yang dapat
diperbaharui atau dapat diisi kembali atau tidak terhabiskan (renewable) adalah
sumber daya energi yang bisa dihasilkan kembali baik secara alamiah maupun
dengan bantuan manusia.

2. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui Sumber daya energi yang
tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai.
Misalnya: minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Klasifikasi Sumber Daya
Mineral :

a. Sumber daya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource) Sumber daya


mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada
tahap survei tinjau.

b. Sumber daya mineral tereka (inferred mineral resource) Sumber daya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi.

c. Sumber daya mineral terujuk (indicated mineral resource) Sumber daya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum.

d. Sumber daya mineral terukur (measured mineral resurce) Sumber daya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci.

e. Sumber daya mineral pra keleyakan (prefeasibility mineral resource) Dinyatakan


berpotensi ekonomis dari hasil studi pra kelayakan yang biasanya dilaksanakan di
daerah eksplorasi rinci dan eksplorasi umum.

f. Sumber daya mineral kelayakan (feasibility mineral resource) Dinyatakan


berpotensi ekonomis dari hasil studi kelayakan atau suatu kegiatan penambangan
yang sebelumnya dilakukan di daerah eksplorasi rinci.
3. Kegunaan Sumber Daya Mineral dan Energi

 a. Peranan Energi dalam pembangunan di Indonesia Energi merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan
energi untuk pembangunan di Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber
dana pembangunan (penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan
yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan
dalam  pembangunan. (Howard,2000)  

b. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara Penerimaan negara dari


sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas), memberikan sumbangan yang
cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Walaupun peranan minyak dan gas
bumi dalam penerimaan negara relatif semakin menurun, namun dalam jangka
waktu lima tahun terakhir (1996/97-1999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan
gas bumi dibandingkan dengan jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup
yaitu sekitar 30%. Penerimaan minyak dan gas bumi dipengaruhi antara lain oleh
besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan
LPG, harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga  penting dan
mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat. Selain sebagai sumber  penerimaan negara,
minyak dan gas bumi juga berperan sebagai sumber  penerimaan devisa. (Horne,
2004)

c. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Dalam hal ini terlihat
bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat, peningkatan
kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi energi. Di
Indonesia tercermin dari meningkatnya  pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per
tahun mengakibatkan pertumbuhan konsumsi energi meningkat sebesar 10%.
Hubungan tersebut disebut dengan elastisitas energi” terhadap kegiatan energi,
atau dapat didefenisikan sebagai

 perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan  pertumbuhan


konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi. Listrik sebagai
Sumber Daya Energi Tenaga listrik merupakan sarana  produksi maupun sarana
kehidupan sehari-hari yang memegang peranan  penting dalam upaya mencapai
sasaran pembangunan. Sebagai sarana  produksi, tersedianya tenaga listrik dalam
jumlah dan mutu pelayanan yang  baik serta harga yang terjangkau merupakan
penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain.
Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan
pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan  pendapapatan
nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata
dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat
meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Minyak bumi, gas bumi
dan batu bara merupakan sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk
memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak  bumi, gas bumi dan batu bara sebagai
pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri menyebabkan  pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan
diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk
diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat pembangkit listrik
tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi. (Achnan, 1998) Sebagai salah satu
bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga listrik
merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran
pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan
tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan
ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap pembangunan nasional baik
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong
peningkatan ekonomi. (Bronto, 2004)

4. Masalah Sumber Daya Mineral dan Energi

Kegiatan pertambangan sering menjadi sorotan negatif dan perhatian banyak


pihak. Di satu sisi kegiatan pertambangan membawa dampak perubahan
lingkungan.  Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa secara makro
kegitan pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pembangunan nasional. Menurut Susmiyati (2005) terdapat permasalahan dalam
pengusahaan  pertambangan dan batubara di Indonesia, yaitu :
1. Penguasaan negara atas bahan galian tambang batubara sangat besar Konsepsi
Hak Menguasai Negara merupakan masalah serius dalam praktik  pertambangan di
Indonesia. Konsepsi ini kerap melahirkan berbagai kebijakan salah kaprah yang
berdampak bagi penduduk lokal. Dari konsepsi ini pula trecipta
tindakan – tindakan negara yang tidak bijak.

2. Kebijakan pertambangan batubara lebih berpihak pada modal asing


Keberpihakan pemerintah kepada investor asing nampak pada pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, yang menyatakan “

Perjanjian dan komitmen Internasional yang berlaku dan akan dibuat oleh
pemerintah juga berlaku bagi daerah otonom.” Ketentuan tersebut memperlihatkan
betapa pemerintah sangat melindungi  pengusaha asing yang telah menanamkan
modalnya di Indonesia. Substansi tersebut akan membahayakan bagi daerah sebab
apabila pemerintah pusat mengadakan  perjanjian internasional berkaitan dengan
pertambnagan batubara, maka daerah akan tunduk dengan apa yang dilakukan
pemerintah tersebut.

3. Konflik pemilikan lahan dengan penduduk lokal dan meniadakan posisi


masyarakat adat. Besarnya kekuasaan pemerintah untuk mengeluarkan ijin kuasa
pertambangan  batubara mengakibatkan secara sepihak pemerintah dapat
mengklaim suatu wilayah sebagai tanah negara bebas dan memberikan kuasa
pertambangan pada perusahaan tambang berakibat terampasnya wilayah hidup
rakyat. Hal ini yang memicu konflik kepemilikan lahan dan penduduk lokal.

4. Tumpang tindih lahan dengan sektor lain Industri pertambangan merupakan


industri yang memakan lahan. Untuk mengeruk  bahan tambang diperlukan
ketersediaan areal tambang yang sangat luas. Hal ini yang memicu tumpang tindih
peruntukan lahan dengan sektor lain.

5. Pelanggaran HAM dalam pengusahaan pertambangan batubara Pengusahaan


pertambangan batubara sering memunculkan konflik dengan masyarakat sekitar
areal pertambangan. Dalam penyelesaian sengketa seringkali diwarnai dengan
pelanggaran HAM. Seperti yang terjadi di kasus PT. KPC dengan masyarakat Desa
Sekerat yang mengalami intimidasi selama proses ganti rugi lahan kebunnya.
Kasus PT Thailand di Kalimantan Timur sarat dengan perampasan tanah adat,
kebun dan hutan tanpa ganti rugi.
6. Ketiadaan konsep pencadangan energi Perspektif yang dimiliki untuk menggali
dan memanfaatkan semaksimal mungkin  bahan tambang dengan tidak memiliki
konsep mineral reserve, tak memiliki strategi untuk mengelola agar kekayaan
bahan tambang masih bisa digali terus oleh generasi yang akan datang, atau lebih
panjang pemanfaatannya. Akibatnya, dimana pun bahan galian terpendam akan
segera digali.

7. Tidak berpihak pada lingkungan Adanya perusahaan pertambangan


menimbulkan berbagai masalah lingkungan bagi kawasan sekitar areal
penambangan. Seperti rusaknya lahan pertanian, sungai, hutan, dan lainnya yang
berakibat pada kehidupan masyarakat sekitar.

8. Reklamasi lahan paksa penambangan tidak dilakukan Perusahaan yang telah


selesai melakukan penambangan harus melakukan reklamasi lahan. Hal tersebut
sudah tercantum dalam Undang–Undang Pertambangan Nomor 4 Tahun 2009.
Namun dalam pelaksanaannya tidak berjalan efektif. Lahan bekas tambang
dibiarkan menjadi danau yang beracun. Hal ini terjadi karena tidak adanya sanksi
tegas bagi perusahaan tamban yang melakukan pelanggaran.

9. Rakyat akan mudah dikriminalkan 11 Persoalan lain yaitu konsep kriminalisasi


terhadap rakyat melalui Undang– Undang Pertambangan untuk meminggirkan hak
rakyat atas bahan tambang. Hal tersebut tercantum pada pasal 32 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 yaitu “Dihukum dengan hukuman selama tiga bulan
dengan denda setinggi– tingginya sepuluh ribu rupiah, barang siapa yang berhak
atas tanah merintangi atau mengganggu usaha pertambangan yang sah.”
Penyelesaian atas sengketa berkaitan dengan penambahan batubara hendaknya
dapat memenuhi rasa keadilan para pihak yang bersengketa.

5. Indikator Kerusakan dan Pencemaran Sumber Daya Mineral dan Energi.

 Beberapa indikator mengenai terjadinya kerusakan sumber daya mineral dan


energi ini dapat kita perhatikan dari uraian berikut ini :

a. Semakin banyak dan meluasnya lubang-lubang bekas galian mineral tambang


atau bekas galian tanah untuk pembuatan “bata” dan genting yang dibiarkan tanpa
upaya reklamasi.  
b. Semakin luasnya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas
penebangan hutan ilegal dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan kembali.

c. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/lahan untuk budidaya  pertanian,


karena siklus pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa upaya penyuburan
kembali (refertilization).

d. Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah  pegunungan/perbukitan,


dan tanah terbuka bekas penggalian tambang  permukaan (emas, timah, batubara
dan lain-lain).

e. Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan
terbakar setiap tahun.

f. Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun.

g. Semakin besarnya perbedaan debit air sungai pada musim hujan dengan musim
kemarau.

h. Semakin dalamnya permukaan air tanah dan mengeringnya sumur  penduduk di


daerah ketinggian.

i. Adanya penetrasi air asin pada sumur penduduk di beberapa kota  pantai/pesisir.

j. Semakin kecilnya “Catchment Water Areas” (daya serap lahan terhadap curahan
air hujan).

k. Semakin tingginya pencemaran air sungai (terutama sungai-sungai di Pulau


Jawa). l. Semakin menyempitnya luas areal hutan lindung/hutan alami sebagai
akibat “illegal logging”, (pencurian kayu) terutama di Pulau Jawa.

m. Semakin luasnya HPH dan HTI yang kurang diimbangi dengan upaya reboisasi
yang berhasil (karena seringnya dimanipulasi).

n. Semakin maraknya pertanian ilegal di kawasan tanah/hutan negara akibat


desakan kebutuhan penduduk miskin, terutama di pulau Jawa.

o. Semakin berkurangnya keragaman/jumlah “species” tumbuhan dan hewan liar,


karena banyak yang telah punah sebagai akibat kebakaran hutan dan perburuan
hewan yang sering terjadi. (Bronto dan Hartono, 2003).
6. Manajemen Pegelolaan Sumber Daya Mineral dan Energi

Menyadari bahwa fungsi sumber daya alam mineral sebagai sumber daya alam
yang tidak terbaharui, masih memegang peranan penting didalam pembangunan
nasional di masa mendatang, maka perlu dikembangkan visi, misi kebijaksanaan,
strategi dan program pembangunan energi dan sumber daya mineral yang
berlandaskan paradigma dan konsep pembangunan berkelanjutan dalam
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. (Sillitoe,1999) Sehingga
pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan
dan lingkungan hidup didasarkan pada empat faktor mendasar yaitu:

 Pemerataan dan Keadilan

Pemanfaatan sumber daya alam dalam hal ini energi dan sumber daya mineral
untuk semaksimal mgkin untuk kemakmuran rakyat merupakan dasar
kebijaksanaan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan
kemasyarakatan dan lingkungan hidup. Konsep kemitraan dan eksistensi yang
bersinergi antara kegiatan pertambangan tradisional, skala kecil menengah dan
skala besar perlu dikembangkan, sehingga memberikan kepastian kepada
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah tentang arah, lingkup ruang gerak dan
tingkat keleluasaan didalam pelaksanaan pembanguann energi dan sumber daya
mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup.

 Pendekatan Integratif

Pelaksanaan pembangunan energi dan sumber daya mineral harus dilaksanakan


melalui pendekatan kewilayahan yang terintegrasi, dengan memperhatikan daya
dukung sosial, dan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, keterpaduan seluruh
sektor dalam pemanfaatan segenap potensi kekayaan alam dan sumber daya
manusia, optimasi dari seluruh potensi dari pemanfaatan seluruh  potensi yang
dimiliki secara merata dan keberkeadilan dengan menerapkan atas konservasi
sumber daya alam serta efisiensi dalam pengusahaannya.

 Wawasan Jangka Panjang


Sumber daya mineral adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui oleh
karena itu eksploitasinya perlu dilaksanakan dengan asas efisiensi yang
berlandaskan pada pencapaian nilai tambah yang maksimal. Pemanfaatan sumber
daya alam mineral juga harus didasarkan kepada wawasan keberlanjutan sehingga
apabila sumber daya alam habis dieksploitasi tidak menimbulkan biaya sosial bagi
generasi masa depan. Kegiatan pasca tambang harus dikembangkan berdasarkan
dimensi ruang dan waktu sehingga ‘reklasifikasi’ dari kegiatan pemanfaatan energi
dan sumberdaya mineral menjadi kegiatan lainnya (industri, pertanian, pariwisata,
dll) dapat dikembangkan secara simultan.

 Menghargai Keanekaragaman

Indonesia sebagai negara dan bangsa yang pluralistis, harus dapat menghargai
keanekaragamannya dan menjadikan basis pembangunan energi dan sumber daya
mineral karena keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi sosial budaya
ekonomi dan ekologi sekitar wilayah kegiatan. (Darmoyo, 2001) Untuk dapat
melaksanakan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang  berwawasan
kemasyarakatan dan lingkungan hidup diperlukan keikutsertaan segenap
pelakunya (stakeholder) dalam suatu kemitraan yang sinergis. (Soeria-Atmadja,
2002).

Kemitraan yang sinergis dapat dilaksanakan berdasarkan beberapa hal dibawah ini:

- Segenap pelaku pembangunan mempunyai visi dan persepsi yang sama


tentang makna pembangunan energi dan sumber daya mineral.
- Segenap pelaku pembangunan mengetahui peran dan posisinya serta peran
dan posisi mitranya.
- Menghargai posisi mitranya dan berpikir positif serta mendukung tugas dan
fungsi mitranya.
- Setiap pelaku memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi yang diciptakan demi kepentingan bersama dalam kerangka
pencapaian tujuan.
- Dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya setiap pelaku harus berpegang
pada etika sosial, etos kerja dan profesionalime.

Anda mungkin juga menyukai