Anda di halaman 1dari 6

Aku hidup di tempat yang memiliki

sejuta mutiara. Mutiara yang berkilau


sangat indah, ditempa cahaya
matahari yang membuatnya bersinar
keemasan. Tapi, aku hanya dapat
menemukan satu mutiara, tertimbun
dalam lumpur yang membuatnya tak
berkilau indah. Mutiara yang satu ini
tak bisa ku sebut mutiara, masih perlu
proses yang panjang agar
membuatnya bersinar bak mentari.

Kutipan di atas bukan hanya sekadar kata-kata yang


tertulis di atas selembar kertas, jika diperhatikan lebih dalam
lagi, kata-kata itu dapat menjadi sebuah perumpamaan yang
menunjukkan arti dari kata mutiara dan kata-kata lainnya. Kata
yang menjadi sorotan utama dalam kutipan adalah mutiara
dan lumpur. Kedua kata tersebut memiliki makna yang
berlawanan. Mutiara memiliki arti sesuatu yang indah,
sedangkan lumpur bermakna sesuatu yang buruk, kotor, atau
menjijikkan. Kedua kata ini kemudian digabungkan sehingga
membentuk kalimat Mutiara yang tertimbun dalam lumpur,
yang menjadi inti dari kutipan di awal.
Jika ditafsirkan dengan melihat situasi di tempat tinggal
penulis sendiri, Banten, mutiara kami artikan sebagai sebuah
potensi besar yang dalam kajian ini dikhususkan kepada potensi
Desa Sawarna. Desa Sawarna merupakan sebuah desa wisata
yang terletak di sisi selatan Banten dan berbatasan langsung
dengan Kabupaten Sukabumi. Desa Sawarna memiliki banyak
tempat yang dapat dikunjungi, mulai dari sungai, pantai hingga
gua. Sayangnya, seperti kutipan di atas, tertimbun dalam
lumpur yang membuatnya tak berkilau begitu indah, Desa
Sawarna belum dikenal oleh Indonesia. Jangankan untuk dikenal
oleh Indonesia, Banten sendiri belum mengenalnya dengan baik.
Terbukti dari pengelolaan Desa Sawarna yang masih jauh dari
kata layak.
Masalah pengelolaan menjadi masalah besar untuk
kemajuan pariwisata Desa Sawarna. Sampai saat ini, Sawarna
dikelola oleh penduduk setempat tanpa bantuan yang signifikan
dari masyarakat luar Sawarna atau pun pemerintah. Hal ini
menjadi dasar masalah mengingat Sawarna merupakan potensi
besar Banten yang seharusnya dikelola dengan bantuan orang-
orang yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Masalah yang diderita oleh Sawarna mulai dari
pembangunan fasilitas, promosi, sampai dengan manajemen
keuangannya. Fasilitas yang ada di Sawarna sekarang ini masih
belum bisa mendukung potensi besar dari Sawarna, selain itu
fasilitas umum ini tidak terpusat pengelolaannya pada satu
badan, sehingga sulit untuk dikembangkan. Kurangnya fasilitas
umum bukan menjadi satu-satunya masalah di Sawarna, masih
ada masalah promosi. Promosi sendiri merupakan salah satu
tahap terpenting untuk majunya sebuah tempat wisata. Promosi
Desa Sawarna masih sangat terbatas, mengingat kurangnya
dukungan pihak-pihak profesional dalam mengelola Sawarna.
Penduduk setempat hanya memanfaatkan metode mulut ke
telinga dan media sosial yang kurang aktif.

Desa Sawarna dan Potensinya


Banten mempunyai luas wilayah 8.800,83 Km2 dengan
populasi penduduk mencapai 10.644.030 jiwa berdasarkan
sensus penduduk pada tahun 2010. Unit pemerintahan dibagi
menjadi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang, Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Lebak. Pola pengembangan
pariwisata provinsi Banten meliputi 18 kawasan, salah satunya
wisata Desa Sawarna yang terletak di daerah Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah 3.044,72 Km 2 dan
berada pada 105 0 25 1060 30 dan 6 0 18 7 0 00 LS.
Merupakan kabupaten terluas di Provinsi Banten. Kewenangan
yang dimiliki Kabupaten Lebak terhadap lautnya seluas 555,6
Km2- dengan panjang pantai kurang lebih 75 Km.
Sawarna merupakan salah satu desa di kecamatan Bayah,
kabupaten lebak. Sawarna lengkap dengan berbagai landscape
seperti gunung, hutan yang dipenuhi dengan tanaman tanaman
langka, sungai dengan corak budaya yang unik serta dataran
rendah yang sejajar dengan garis pantai. Objek wisata pantai
yang ada di desa ini. Seperti pantai Ciantir Sawarna, pantai pulao
manuk, pantai legon pari.
Pantai yang terdapat di desa Sawrna secara karakteristik
sama dengan pantai lainnya. Hal yang memiliki membedakan
pantai yang terdapat di desa sawarna yaitu memiliki pantai
dengan garis yang panjang dengan pasir putih yang datarannya
landai, karang karang yang indah dan gelombang ombak yang
cukup tinggi. Objek wisata pantainya pun menjadi tantangan
tersendiri bagi para penggemar Water Sport, seperti Surfing dan
Snoorkling.
Selain keindahan pantainya. Desa sawarna memiliki
keindahan alam yang alami. Di desa ini terdapat beberapa Goa
yang terkenal diantaranya : Goa Lalay atau Goa kelelawar yang
dihuni oleh ratusan bahkan ribuan kelelawar, didalam Goa
terdapat sungai yang mengalir menyusuri Goa. Terdapat Goa
Langir, menurut cerita yang berkembang di masyarakat Goa
Langir adalah salah satu tempat peristirahatan Jepang. Terdapat
pula Goa Harta Karun, menurut cerita masyarakat, goa ini
merupakan tempat penyimpanan harta milik tentara jepang. Dan
masih banyak goa goa lainnya yang dapat dijadikan objek
wisata alam.
Selain wisata alam, desa sawarna memiliki wisata budaya.
Kesenian yang terdapat di Desa Sawarna yaitu pencak silat, seni
tari dan sejumlah budaya yang ada di Provinsi Banten. Seperti
halnya kesenian debus .
Untuk menuju Desa Sawarna dapat di tempuh melalui 3
jalur yang diantaranya :
1. Jalur pertama : Serang Pandeglang Malingping
Bayah Sawarna.
2. Jalur kedua : Rangkas Bitung Cileles Gunung Kencana
Malingping Bayah Sawarna Keti
3. Jalur ketiga : Bogor Sukabumi Pelabuhan Ratu Cikuray
Bayah Sawarna.
Namun, akses jalan menuju objek wisata desa sawarna
masih dikeluhkan oleh wisatawan dan penduduk sekitar. Karena
jarak tempuh menuju desa sawarna terbilang jauh dan sebagaian
jalan yang rusak. Tak hanya rusak, ruas jalan yang kecil,
minimnya penerangan tak sebanding dengan keinginan
masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata yang dimilik oleh
Desa Sawarna.

Triple Helix Dalam Pembangunan Desa Sawarna


Model Triple-Helix diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydersdorff.
Model ini memperkenalkan peran dan hubungan yang dekat antara tiga aktor,
yakni pemerintah, industri dan universitas (akademisi) atau dikenal ABG.
Universitas (akademisi) dapat menjadi pemimpin inovasi dalam perekonomian
berbasis pengetahuan, sementara NIS (National Innovation System) menekankan
pentingnya peran perusahaan dalam inovasi (Rini&Czafrani : 2010)
Model ini juga memberikan gambaran mengenai koordinat dari simbiosis
(irisan) dari masing-masing elemen. Dalam Triple Helix masing-masing elemen
merupakan entitas yang berdiri sendiri, memiliki perannya masing-masing
meskipun mereka bersinergi dan mendukung satu dengan yang lainnya. Dalam
pembangunan desa sawarna, sistem Triple Helix menjadi payung yang
menghubungkan antara Cendikiawan (Intellectuals), Bisnis (Business), dan
Pemerintah (Goverrnment) dalam kerangkan memaksimalkan potensi daerah.
Dimana Triple Helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya
kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi pertumbuhan
sektor pembangunan. Hubungan yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis
mutualisme antara ke-3 aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasannya.
Potensi yang dimiliki Desa Sawarna dapat memajukan
Indonesia khususnya Banten dalam sektor wisata. Namun
potensi ini tidak sebanding dengan pembangunan dan
pengelolaan Desa Sawarna. Pembangunan yang hanya dilakukan
oleh satu pihak yakni masyarakat Desa Sawarna menjadi tidak
kondusif tanpa dukungan dari pihak lainnya. Penerapan model
Triple Helix memungkinkan pembangunan menjadi lebih
kondusif.
Triple Helix di dalamnya memiliki tiga elemen yang saling
mendukung walaupun tidak bekerja bersamaan. Universitas
(akademisi) sebagai penyedia ide dan pemimpin inovasi berbasis
pengetahuan. Perusahaan atau Industri berperan sebagai
penyedia fasilitas dan jasa dalam pembangunan yang
menerapkan ide dan inovasi dari pihak universitas. Sedangkan
Pemerintah berperan dalam hal pengawasan, konsultan, dan
penyedia dana.
Universitas menjadi elemen pertama yang menentukan
suksesnya pembangunan Desa Sawarna. Ide dan inovasi akan
bekerja lebih optimal jika menerapkan sistem ekonomi kreatif.
Selain itu, ide dan inovasi ini harus memperhatikan alam dan
lingkungan Desa Sawarna agar tidak merusak potensi alam yang
ada. Salah satu contoh ide dan inovasi berbasis ekonomi kreatif
dan lingkungan yang dapat diterapkan adalah membuat fasilitas
umum dengan desain bangunan dan interior yang kreatif seperti
desain bertema laut atau tema-tema lainnya. Desain bangunan
dan interior yang kreatif juga nyaman dapat menarik minat
pengunjung selain keindahan Desa Sawarna.
Ide dan inovasi kemudian dikelola oleh elemen industri
berbasis ramah lingkungan untuk mempertahankan kondisi alam
Desa Sawarna. Pembangunan yang didukung oleh industri yang
berpengalaman dalam bidangnya akan menjadi lebih optimal.
Selain itu, dapat mengurangi resiko kegagalan dalam
pembangunan Desa Sawarna.
Elemen industri tentunya tidak dapat bekerja tanpa adanya
sokongan dana yang dalam hal ini dibutuhkan pemerintah untuk
mendukung dana yang dibutuhkan. Tahap ini akan menjadi sulit
jika tidak adanya dukungan dari pemerintah. Selain sebagai
penyedia dana, pemerintah juga berfungsi sebagai konsultan dan
pengawasan.
Setelah Desa Sawarna dianggap layak untuk menjadi salah
satu destinasi wisata utama di Provinsi Banten, tentunya
diperlukan dukungan masyarakat Desa Sawarna untuk bersama-
sama menjaga kelestarian Desa Sawarna. Dalam hal ini
dibutuhkan kembali peran elemen universitas untuk memberikan
sosialisasi kepada masyarakat Desa Sawarna mengenai cara
pengelolaan Desa Sawarna, keamanan desa, keuangan desa,
produk ekonomi kreatif dan lainnya. Gabungan Triple Helix
dengan masyarakat membuat pengelolaan Desa Sawarna
menjadi lebih teratur. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan
keuntungan dengan datangnya para wisatawan untuk
meningkatkan pendapatan desa dan penduduknya dengan
produk ekonomi kreatif yang mereka hasilkan dan pengelolaan
fasilitas umum.

Kesimpulan
Desa Sawarna memiliki potensi yang layak untuk
dikembangkan dan dikelola lebih lanjut. Model Triple Helix
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan Desa
Sawarna dengan menerapkan kombinasi antara universitas
(akademisi), industri, dan pemerintah. Universitas (akademisi)
sebagai penunjang ide dan inovasi, industri sebagai pihak yang
merealisasikan ide dan inovasi dari universitas, dan pemerintah
sebagai penyokong dana. Model Triple Helix akan bekerja lebih
optimal jika dibantu oleh masyarakat Desa Sawarna sebagai
pengelola lanjutan dari pembangunan desa.
Model Triple Helix ditambah dengan sumber daya manusia
masyarakat Desa Sawarna, akan membuat pembangunan dan
pengelolaan Desa Sawarna kondusif, akibatnya Desa Sawarna
sangat layak untuk dikunjungi baik oleh wisatawan lokal atau
wisatawan asing. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki
alam yang sangat indah tetapi hanya sebagian saja
keindahannya yang dapat terlihat di mata dunia. Dengan adanya
kombinasi Triple Helix dan masyarakat, diharapkan dapat
membantu memajukan pariwisata Desa Sawarna. Model
kombinasi ini juga dapat diterapkan di tempat wisata di seluruh
Indonesia yang memiliki potensi tapi belum berkembang atau
belum dikenal. Hasilnya, wisata Indonesia akan maju dan
Indonesia akan dikenal dengan wisata yang indah, layak untuk
dikunjungi, dan nyaman.H

Anda mungkin juga menyukai