Anda di halaman 1dari 5

Catching The Mud Out Of Sawarna By Triple Helix

And The Villagers1


1
By Husnul Maula, Malsha Oktyarouna, M Hanif MAS

Aku hidup di tempat yang memiliki sejuta


mutiara. utiara yang berkilau sangat indah,
ditempa cahaya matahari yang membuatnya
bersinar keemasan. Tapi, aku hanya dapat
menemukan satu mutiara, tertimbun dalam
lumpur yang membuatnya tak berkilau indah.
Mutiara yang satu ini tak bisa ku sebut mutiara,
masih perlu proses yang panjang agar
membuatnya bersinar bak mentari.

Kutipan di atas bukan hanya sekadar kata-kata yang tertulis di atas


selembar kertas, jika diperhatikan lebih dalam lagi, kata-kata itu dapat menjadi
sebuah perumpamaan yang menunjukkan arti dari kata mutiara dan kata-kata
lainnya. Kata yang menjadi sorotan utama dalam kutipan adalah mutiara dan
lumpur. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berlawanan. Mutiara
memiliki arti sesuatu yang indah, sedangkan lumpur bermakna sesuatu yang
buruk, kotor, atau menjijikkan. Kedua kata ini kemudian digabungkan sehingga
membentuk kalimat Mutiara yang tertimbun dalam lumpur, yang menjadi inti
dari kutipan di awal.
Jika ditafsirkan dengan melihat situasi di tempat tinggal penulis sendiri,
Banten, mutiara kami artikan sebagai sebuah potensi besar yang dalam kajian
ini dikhususkan kepada potensi Desa Sawarna. Desa Sawarna merupakan sebuah
desa wisata yang terletak di sisi selatan Banten dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Sukabumi. Desa Sawarna memiliki banyak tempat yang dapat
dikunjungi, mulai dari sungai, pantai hingga gua. Sayangnya, seperti kutipan di
atas, tertimbun dalam lumpur yang membuatnya tak berkilau begitu indah,
Desa Sawarna belum dikenal oleh Indonesia. Jangankan untuk dikenal oleh
Indonesia, Banten sendiri belum mengenalnya dengan baik. Terbukti dari
pengelolaan Desa Sawarna yang masih jauh dari kata layak.
Masalah pengelolaan menjadi masalah besar untuk kemajuan pariwisata
Desa Sawarna. Sampai saat ini, Sawarna dikelola oleh penduduk setempat tanpa
bantuan yang signifikan dari masyarakat luar Sawarna atau pun pemerintah. Hal
ini menjadi dasar masalah mengingat Sawarna merupakan potensi besar Banten
yang seharusnya dikelola dengan bantuan orang-orang yang sudah berpengalaman
di bidangnya masing-masing.
Masalah yang diderita oleh Sawarna mulai dari pembangunan fasilitas,
promosi, sampai dengan manajemen keuangannya. Fasilitas yang ada di Sawarna
sekarang ini masih belum bisa mendukung potensi besar dari Sawarna, selain itu
fasilitas umum ini tidak terpusat pengelolaannya pada satu badan, sehingga sulit
untuk dikembangkan. Kurangnya fasilitas umum bukan menjadi satu-satunya
masalah di Sawarna, masih ada masalah promosi. Promosi sendiri merupakan
salah satu tahap terpenting untuk majunya sebuah tempat wisata. Promosi Desa
Sawarna masih sangat terbatas, mengingat kurangnya dukungan pihak-pihak
profesional dalam mengelola Sawarna. Penduduk setempat hanya memanfaatkan
metode mulut ke telinga dan media sosial yang kurang aktif.

Desa Sawarna dan Potensinya


Banten mempunyai luas wilayah 8.800,83 Km2 dengan populasi penduduk
mencapai 10.644.030 jiwa berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010. Unit
pemerintahan dibagi menjadi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang, Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Lebak. Pola pengembangan pariwisata provinsi
Banten meliputi 18 kawasan, salah satunya wisata Desa Sawarna yang terletak di
daerah Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah 3.044,72 Km2 dan berada pada
105 0 25 1060 30 dan 6 0 18 7 0 00 LS. Merupakan kabupaten terluas di
Provinsi Banten. Kewenangan yang dimiliki Kabupaten Lebak terhadap lautnya
seluas 555,6 Km2- dengan panjang pantai kurang lebih 75 Km.
Sawarna merupakan salah satu desa di kecamatan Bayah, kabupaten lebak.
Sawarna lengkap dengan berbagai landscape seperti gunung, hutan yang dipenuhi
dengan tanaman tanaman langka, sungai dengan corak budaya yang unik serta
dataran rendah yang sejajar dengan garis pantai. Objek wisata pantai yang ada di
desa ini. Seperti pantai Ciantir Sawarna, pantai pulao manuk, pantai legon pari.
Pantai yang terdapat di desa Sawrna secara karakteristik sama dengan
pantai lainnya. Hal yang memiliki membedakan pantai yang terdapat di desa
sawarna yaitu memiliki pantai dengan garis yang panjang dengan pasir putih yang
datarannya landai, karang karang yang indah dan gelombang ombak yang cukup
tinggi. Objek wisata pantainya pun menjadi tantangan tersendiri bagi para
penggemar Water Sport, seperti Surfing dan Snoorkling.
Selain keindahan pantainya. Desa sawarna memiliki keindahan alam yang
alami. Di desa ini terdapat beberapa Goa yang terkenal diantaranya : Goa Lalay
atau Goa kelelawar yang dihuni oleh ratusan bahkan ribuan kelelawar, didalam
Goa terdapat sungai yang mengalir menyusuri Goa. Terdapat Goa Langir,
menurut cerita yang berkembang di masyarakat Goa Langir adalah salah satu
tempat peristirahatan Jepang. Terdapat pula Goa Harta Karun, menurut cerita
masyarakat, goa ini merupakan tempat penyimpanan harta milik tentara jepang.
Dan masih banyak goa goa lainnya yang dapat dijadikan objek wisata alam.
Selain wisata alam, desa sawarna memiliki wisata budaya. Kesenian yang
terdapat di Desa Sawarna yaitu pencak silat, seni tari dan sejumlah budaya yang
ada di Provinsi Banten. Seperti halnya kesenian debus .
Untuk menuju Desa Sawarna dapat di tempuh melalui 3 jalur yang
diantaranya :
1. Jalur pertama : Serang Pandeglang Malingping Bayah Sawarna.
2. Jalur kedua : Rangkas Bitung Cileles Gunung Kencana
Malingping Bayah Sawarna Keti
3. Jalur ketiga : Bogor Sukabumi Pelabuhan Ratu Cikuray Bayah
Sawarna.
Namun, akses jalan menuju objek wisata desa sawarna masih dikeluhkan
oleh wisatawan dan penduduk sekitar. Karena jarak tempuh menuju desa sawarna
terbilang jauh dan sebagaian jalan yang rusak. Tak hanya rusak, ruas jalan yang
kecil, minimnya penerangan tak sebanding dengan keinginan masyarakat untuk
berkunjung ke objek wisata yang dimilik oleh Desa Sawarna.

Triple Helix Dalam Pembangunan Desa Sawarna


Model Triple-Helix diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydersdorff.
Model ini memperkenalkan peran dan hubungan yang dekat antara tiga aktor,
yakni pemerintah, industri dan universitas (akademisi) atau dikenal ABG.
Universitas (akademisi) dapat menjadi pemimpin inovasi dalam perekonomian
berbasis pengetahuan, sementara NIS (National Innovation System) menekankan
pentingnya peran perusahaan dalam inovasi (Rini&Czafrani : 2010)
Model ini juga memberikan gambaran mengenai koordinat dari simbiosis
(irisan) dari masing-masing elemen. Dalam Triple Helix masing-masing elemen
merupakan entitas yang berdiri sendiri, memiliki perannya masing-masing
meskipun mereka bersinergi dan mendukung satu dengan yang lainnya. Dalam
pembangunan desa sawarna, sistem Triple Helix menjadi payung yang
menghubungkan antara Cendikiawan (Intellectuals), Bisnis (Business), dan
Pemerintah (Goverrnment) dalam kerangkan memaksimalkan potensi daerah.
Dimana Triple Helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya
kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi pertumbuhan
sektor pembangunan. Hubungan yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis
mutualisme antara ke-3 aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasannya.
Potensi yang dimiliki Desa Sawarna dapat memajukan Indonesia
khususnya Banten dalam sektor wisata. Namun potensi ini tidak sebanding
dengan pembangunan dan pengelolaan Desa Sawarna. Pembangunan yang hanya
dilakukan oleh satu pihak yakni masyarakat Desa Sawarna menjadi tidak kondusif
tanpa dukungan dari pihak lainnya. Penerapan model Triple Helix memungkinkan
pembangunan menjadi lebih kondusif.
Triple Helix di dalamnya memiliki tiga elemen yang saling mendukung
walaupun tidak bekerja bersamaan. Universitas (akademisi) sebagai penyedia ide
dan pemimpin inovasi berbasis pengetahuan. Perusahaan atau Industri berperan
sebagai penyedia fasilitas dan jasa dalam pembangunan yang menerapkan ide dan
inovasi dari pihak universitas. Sedangkan Pemerintah berperan dalam hal
pengawasan, konsultan, dan penyedia dana.
Universitas menjadi elemen pertama yang menentukan suksesnya
pembangunan Desa Sawarna. Ide dan inovasi akan bekerja lebih optimal jika
menerapkan sistem ekonomi kreatif. Selain itu, ide dan inovasi ini harus
memperhatikan alam dan lingkungan Desa Sawarna agar tidak merusak potensi
alam yang ada. Salah satu contoh ide dan inovasi berbasis ekonomi kreatif dan
lingkungan yang dapat diterapkan adalah membuat fasilitas umum dengan desain
bangunan dan interior yang kreatif seperti desain bertema laut atau tema-tema
lainnya. Desain bangunan dan interior yang kreatif juga nyaman dapat menarik
minat pengunjung selain keindahan Desa Sawarna.
Ide dan inovasi kemudian dikelola oleh elemen industri berbasis ramah
lingkungan untuk mempertahankan kondisi alam Desa Sawarna. Pembangunan
yang didukung oleh industri yang berpengalaman dalam bidangnya akan menjadi
lebih optimal. Selain itu, dapat mengurangi resiko kegagalan dalam pembangunan
Desa Sawarna.
Elemen industri tentunya tidak dapat bekerja tanpa adanya sokongan dana
yang dalam hal ini dibutuhkan pemerintah untuk mendukung dana yang
dibutuhkan. Tahap ini akan menjadi sulit jika tidak adanya dukungan dari
pemerintah. Selain sebagai penyedia dana, pemerintah juga berfungsi sebagai
konsultan dan pengawasan.
Setelah Desa Sawarna dianggap layak untuk menjadi salah satu destinasi
wisata utama di Provinsi Banten, tentunya diperlukan dukungan masyarakat Desa
Sawarna untuk bersama-sama menjaga kelestarian Desa Sawarna. Dalam hal ini
dibutuhkan kembali peran elemen universitas untuk memberikan sosialisasi
kepada masyarakat Desa Sawarna mengenai cara pengelolaan Desa Sawarna,
keamanan desa, keuangan desa, produk ekonomi kreatif dan lainnya. Gabungan
Triple Helix dengan masyarakat membuat pengelolaan Desa Sawarna menjadi
lebih teratur. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dengan
datangnya para wisatawan untuk meningkatkan pendapatan desa dan
penduduknya dengan produk ekonomi kreatif yang mereka hasilkan dan
pengelolaan fasilitas umum.

Kesimpulan
Desa Sawarna memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan dan
dikelola lebih lanjut. Model Triple Helix merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan Desa Sawarna dengan menerapkan kombinasi antara universitas
(akademisi), industri, dan pemerintah. Universitas (akademisi) sebagai penunjang
ide dan inovasi, industri sebagai pihak yang merealisasikan ide dan inovasi dari
universitas, dan pemerintah sebagai penyokong dana. Model Triple Helix akan
bekerja lebih optimal jika dibantu oleh masyarakat Desa Sawarna sebagai
pengelola lanjutan dari pembangunan desa.
Model Triple Helix ditambah dengan sumber daya manusia masyarakat
Desa Sawarna, akan membuat pembangunan dan pengelolaan Desa Sawarna
kondusif, akibatnya Desa Sawarna sangat layak untuk dikunjungi baik oleh
wisatawan lokal atau wisatawan asing. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
memiliki alam yang sangat indah tetapi hanya sebagian saja keindahannya yang
dapat terlihat di mata dunia. Dengan adanya kombinasi Triple Helix dan
masyarakat, diharapkan dapat membantu memajukan pariwisata Desa Sawarna.
Model kombinasi ini juga dapat diterapkan di tempat wisata di seluruh Indonesia
yang memiliki potensi tapi belum berkembang atau belum dikenal. Hasilnya,
wisata Indonesia akan maju dan Indonesia akan dikenal dengan wisata yang indah,
layak untuk dikunjungi, dan nyaman.

Daftar pustaka
Puspita Rini & Siti Czafrani. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan
Lokal oleh Pemuda dalam Rangka Menjawab Tantangan Ekonomi Global
(Jurnal UI, Volume 1, Desember 2010).
Maliatul Husna. pengembangan industri kreatif dan kelompok usaha berbasis
Triple Bottom Line (2013)

Anda mungkin juga menyukai