Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Dosen Pengampu: Elfa Oprasmani, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 8/19A

1. Melini (1903842050
2. Syarifah Miftahuli Ulfah (190384205040)
3. Zakaria (1903842050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran dengan judul “Teori Belajar Humanistik” tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Pada kesempatan ini, tim penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan,bantuan serta doa
dalam penulisan makalah ini, yaitu :

1. Ibu Elfa Oprasmani, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran FKIP UMRAH

2. Teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

3. Serta pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung maupun tidak langsung


terkait informasi ataupun referensi mengenai materi yang telah disusun dalam
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran ini dapat menambah pengetahuan terkait dengan judul makalah dan juga
kami berharap semua pihak yang membaca dapat menarik hikmah dan kebaikannya

Tanjungpinang, 04 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik......................................................................6

2.2 Pandangan dari beberapa ahli atau tokoh Teori Humanistik terhadap Belajar.....................7

2.3. Ciri dan aplikasi Teori Humanistik dalam pembelajaran...................................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15

3.2 Saran....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya,
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu
proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik.
Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat
melalui situasi yang ada pada peserta didik.

Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa
karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju
pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia
dengan lingkungan tersebut.

Menurut Arden N. Frandsen dalam Darsono, mengatakan bahwa hal yang


mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi, adanya
keinginan untuk mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir
dari pada belajar.
Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi
atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok
manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian.
Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam suatu
pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum
teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori
Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik
(4) Teori Belajar Humanistik.

Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist
hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, dalam
Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang
penting dalam melakukan treatment kepada klien. Deskripsi di atas menunjukkan
betapa pentingnya mendeskripsikan dan mengkaji teori belajar humanistik dan
implikasinya dalam pembelajaran di tengah kegagalan pendidikan di Indonesia yang
lebih mementingkan dan hanya menjadikan aspek kognitif sebagai acuan terbesar
dalam mengukur kualitas pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian belajar menurut Teori Humanistik?
2. Bagaimana pandangan dari beberapa ahli atau tokoh teori humanistik terhadap
belajar?
3. Bagaimana ciri dan aplikasi Teori Humanistik dalam kegiatan pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian belajar menurut Teori Humanistik
2. Agar mengetahui pandangan dari beberapa ahli atau tokoh teori humanistik terhadap
belajar
3. Agar mengetahui ciri dan aplikasi Teori Humanistik dalam kegiatan pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik


Teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang
individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali
kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar
Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga
menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif
dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan
sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam
membangun individu. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran
Humanistik harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus
menjalani pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal
dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Dapat disimpulkan, Teori Belajar Humanistik adalah suatu
teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia
serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
2.2 Pandangan dari beberapa ahli atau tokoh Teori Humanistik terhadap
Belajar

Ada beberapa ahli yang terkenal sebagai penganut dari teori ini. Para ahli ini
memiliki pandangan yang mengarah pada teori humanistik dan memberikan pendapat
terkait dengan tahapan pembelajaran, golongan orang yang belajar, tipe belajar, dan
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Beberapa ahli beserta pendapatannya mengenai
pembelajaran dari sudut padang teori Humanistik tersebut adalah:
A. David Kolb – Experiental Learning Theory
David Kolb yang berorientasi pada Teori Humanistik ini menelurkan satu teori
hasil pemikirannya, bahwa belajar merupakan sebuah proses saat pengetahuan
diciptakan melalui perubahan atau transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah
kombinasi dari kemampuan untuk memahami dan mentransformasikan pengalaman.
Kolb terkenal dengan Teori Pembelajaran Eksperiental atau Experiental Learning
Theory, yaitu sebuah teori pembelajaran yang ditekankan
pada model holistik.
 Tahapan belajar menurut teori Kolb adalah sebagai berikut:
• Reflection Observation
Di tahap ini, seseorang yang mengalami kejadian tadi mencoba untuk melakukan
observasi berupa pencarian jawaban, melaksanakan refleksi yang kemudian ditandai
dengan munculnya beberapa pertanyaan tentang kejadian terkait.
• Abstract Conceptualization
Tahap ini adalah kondisi di mana seseorang berusaha membuat abstraksi atau
mengembangkan teori dari obyek perhatian suatu kejadian.
• Active Experimentation
Tahap ini merupakan titik dimana seseorang secara aktif melakukan percobaan yang
merupakan hasil dari aplikasi konsep dan teori ke situasi kenyataan.
 Gaya Pembelajaran oleh David Kolb :
Dari tahapan pembelajaran menurut pandangan Kolb, ia kemudian berpikir bahwa
gaya untuk menjalani setiap tahapan pembelajaran oleh satu orang dengan orang
lainnya akan berbeda. Kolb juga membagi beberapa gaya belajar tersebut menjadi
beberapa jenis, yaitu:
• Converger
yaitu tipe orang yang suka belajar dengan memiliki jawaban tertentu atau sudah
pasti. Mereka yang memiliki gaya belajar Converger biasanya ditandai dengan sifat
tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda (mati) dibandingkan manusia.
• Diverger
yaitu tipe belajar seseorang yang hobi menelaah berbagai sisi dan mencobanya
menghubungkan semua sisi tersebut menjadi kesatuan utuh. Orang dengan tipe
Diverger biasanya memiliki preferensi untuk mendalami bahasa, sastra, sejarah,
atau ilmu sosial.
• Assimilation
yaitu tipe belajar seseorang yang cenderung tertarik pada konsep abstrak. Mereka
tidak akan terlalu memperhatikan penerapan atau praktik dari ide-ide mereka.
Biasanya, orang dengan gaya belajar ini cenderung tertarik dengan hal-hal ilmiah
dan matematika.
• Accomodator
yaitu tipe atau gaya belajar seseorang yang berusaha mengembangkan berbagai
konsep. Orang dengan gaya belajar ini cenderung menyukai hal-hal yang konkret
dan bisa dipraktikkan.
B. Honey dan Mumford
Pandangan Kolb sedikit banyak memengaruhi pandangan dari Honey dan
Mumford yang memiliki teori tersendiri mengenai pembelajaran dan berkiblat pada
teori humanistik. Menurut mereka, ada beberapa golongan orang belajar, yaitu:

• Kelompok Aktivis
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini adalah mereka yang tidak sungkan
untuk melibatkan diri dan berkontribusi dalam kegiatan. Mereka menginginkan
pengalaman baru. Sifat orang dengan gaya belajar ini biasanya mudah diajak
ngobrol, pemikirannya relatif terbuka, bisa menghargai pendapat dan pemikiran
orang lain, dan memberikan kepercayaan pada orang lain secara lebih mudah.
• Kelompok Reflektor
Yaitu, tipe orang dengan golongan belajar ini ditandai dengan karakteristik sifat
orang yang sangat berhati-hati, cenderung memiliki banyak pertimbangan sebelum
berani mengambil keputusan, mereka tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dan
orang-orang ini
cenderung konservatif.
• Kelompok Teroris
Yaitu, orang yang tergabung dalam golongan belajar ini biasanya termasuk orang
yang kritis dan hobi menganalisis segala sesuatu dari segala sisi, pikirannya rasional
dan sangat menggunakan akal sehat, tidak suka dengan hal-hal yang spekulatif,
pendiriannya kuat, serta tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
• Kelompok Pragmatis
Yaitu, golongan belajar ini didominasi oleh orang-orang dengan karakteristik yang
praktis, menyukai hal-hal yang ringkas dan tidak bertele-tele, dan berpikir bahwa
sesuatu dianggap berguna ketika bisa dilaksanakan atau dipraktikkan dalam
kehidupan.

C. Habermas
Habermas memiliki pendapat bahwa jika belajar baru akan terjadi ketika
seseorang melakukan interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang
dimaksud Habermas adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya
merupakan lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Jika Honey dan Mumford menyatakan adanya kelompok-kelompok belajar
dalam teori pembelajaran mereka, lain halnya dengan pandangan teori belajar dari
Habermas yang menelurkan hasil pemikiran berupa klasifikasi tipe belajar
seseorang, yaitu:
• Technical Learning
adalah teknik belajar di mana seseorang berinteraksi dengan sekitarnya, terutama
lingkungan alam, secara benar. Mereka belajar tentang pengetahuan dan
keterampilan apa yang dibutuhkan agar mereka bisa mengelola lingkungan alam
secara baik dan juga benar.
• Practival Learning
adalah teknik di mana seseorang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Mereka belajar bagaimana caranya berinteraksi dengan manusia lain secara
harmonis. Interaksi yang terjadi secara benar pada individu yang belajar dengan
lingkungan alam akan tampak dari relevansinya dengan kepentingan manusia.
• Emancipatory Learning
adalah teknik di mana seseorang mencapai pemahaman dan kesadaran tinggi pada
perubahan budaya sosial. Peserta didik membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang benar guna mendukung transformasi kultur yang terjadi. Ketika
seorang peserta didik sudah memiliki pemahaman serta kesadaran terhadap
kondisi perubahan kultural ini, maka peserta didik dianggap sudah mampu
mencapai tahap belajar yang paling tinggi.

D. Bloom dan Krathwohl


Pendapat hasil pemikiran mengenai aktivitas belajar juga ditelurkan oleh
Bloom dan Krathwohl yang menyatakan bahwa individu perlu menguasai suatu hal
setelah belajar melalui peristiwa-peristiwa belajar. Berorientasi pada tujuan belajar,
Bloom dan Krathwohl mengklasifikasikan beberapa tujuan belajar tersebut, yaitu:
• Domain Kognitif.
Domain pertama ini terdiri dari beberapa level atau tingkatan belajar, yaitu
pengetahuan (mengingat), pemahaman (interpretasi), aplikasi, analisis (mencoba
memikirkan konsep-konsep terkait), sintesis (penggabungan bagian-bagian konsep
menjadi konsep utuh), dan evaluasi (membandingkan nilai, ide, maupun metode).
• Domain Psikomotorik.
Pada domain ini, ada beberapa bagian yang merupakan rangkaian dari
psikomotorik, antara lain menirukan gerakan, menggunakan konsep untuk bergerak,
ketepatan melakukan gerakan, melakukan beberapa gerakan dengan benar, sampai
berhasil melakukan gerakan tersebut secara wajar.
• Domain Afektif.
Pada akhirnya, Bloom dan Krathwohl meruncingkan pemikiran bahwa hasil belajar
pada domain sebelumnya dipraktikkan pada domain afektif, yang terdiri dari
pengenalan (sadar akan adanya sesuatu), respons (berpartisipasi), penghargaan
(menerima nilai tertentu), mengorganisasikan (menghubungkan nilai yang diterima
dan dipercaya), dan pengamalan (menjadikan nilai sebagai pola hidup).

E. Arthur Combs
Memiliki pendapat bahwa belajar merupakan hal yang bisa terjadi tatkala bagi
seseorang ada artinya. Guru tidak bisa memaksa seseorang untuk mempelajari hal
yang tidak disukai atau dianggap tidak relevan. Ketika muncul perlawanan, hal itu
sebenarnya merupakan bentuk perilaku buruk yang mencerminkan ketidakmauan
seseorang untuk mempelajari hal yang bukan minatnya, karena sama saja dengan
melakukan sesuatu yang baginya tidak mendatangkan kepuasan.

F. Abraham Maslow
Memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan teori belajar humanistik ini.
Maslow berpendapat bahwa proses belajar pada manusia merupakan proses yang
dilaluinya untuk mengaktualisasikan dirinya. Belajar adalah proses untuk mengerti
sekaligus memahami siapa diri kita sendiri, bagaimana kita menjadi diri kita sendiri,
sampai potensi apa yang ada pada diri kita untuk kita kembangkan ke arah tertentu.

G. Carl Rogers
Baginya, pengalaman individu merupakan fenomena logika yang dialami
oleh individu itu sendiri. Rogers juga berpendapat bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan hidup, membentuk konsep hidup
yang unik, dan tingkah lakunya selaras dengan konsep kehidupan yang
dimilikinya. Menurut Rogers, pembelajaran terjadi melalui fenomena hidup atau
pengalaman yang dialami setiap orang.

2.3. Ciri dan aplikasi Teori Humanistik dalam pembelajaran

1. Ciri Teori Humanistik dalam pembelajaran


Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan
hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa
tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan
mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran
humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu
yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.

2. Aplikasi Teori Humanistik dalam pembelajaran


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
(Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik
untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung
risikodari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik
untuk bertanggungjawab atas segala risiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta
didik. (Mulyati, 2005: 182).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai
aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektrik,
maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Adapun Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs,
Maslow, Bloom dan Krathwohl, Carl Rogers, Kolb, Honey dan Mumford.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong
siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku
penyusun mohon diberi saran dan kritik yang membangun guna terciptanya makalah
yang lebih baik di waktu yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. & Irham, Muhammad. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan

Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka

Dra. Eveline Siregar, M.Pd. ; Hartini Nara, M.Si. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Prof. Dr. Mukhlas Sumani, M.Pd. Belajar dan Pembelajaran ; Teori dan Konsep Dasar.

Anda mungkin juga menyukai