Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN DAN PENELAAHAN ILMU OTOLOGI, ETIMOLOGI, AKSIOLOGI

DOSEN PEMBIMBING

AIDIN M.pd

Disusun oleh kelompok 6

1. SABIQA FRISKA NADIRA


2. SITI AMINAH
3. SULASTRI
4. RANGGA MAHENDRA

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP AL-AMIN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang landasan dan penelaahan
ilmu otologi, etimologi, aksiologi

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita mendapat
syafaatnya kelak di hari kiamat, amin.!

Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembina dan teman-teman yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari
bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
membutuhkan keritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran tugas-tugas
selanjutnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
................................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................

BAB I
...........................................................................................................................................

PENDAHULUAN.......................................................................................................................

1. LATAR BELAKANG....................................................................................................
2. RUMUSAN . ..................................................................................................................
.
MASALAH.....................................................................................................................
3. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................

BAB II .........................................................................................................................................

PEMBAHASAN ........................................................................................................................
.

1. PENGERTIAN
FILSAFAT ..........................................................................................
2. ASAL
FILSAFAT ..........................................................................................................
3. PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN ....................................................................
4. OBJEK DAN SUDUT PANDANG ILMU
PNGETAHUAN ......................................
5. LANDASAN PENELAAHAN ILMU
PENGETAHUAN ...........................................
6. RELEVANSI LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN DENGAN
BERBAGAI DISIPLIN
ILMU ......................................................................................
7. MANFAAT LANDASAN PENELAAHAN ILMU BAGI KEMAJUAN ILMU
PENGETAHUAN DALAM KEHIDUPAN ................................................................

BAB
III ........................................................................................................................................

PENUTUP .................................................................................................................................

1. KESIMPULAN ..............................................................................................................
2. SARAN ...........................................................................................................................
3. DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa aktual dalam kehidupan merupakan
upaya mempertanyakan dan membahas tentang kebenaran. Kebenaran dapat dikatakan
sebagai bahan kajian yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal sekaligus batin
manusia. Kebenaran dapat diartikan sebagai keadaan yang cocok dengan keadaan
sesungguhnya.

Dalam perkembangan sejarah manusia, ilmu pengetahuan merupakan dasar dari pemikiran
dan peradaban manusia hingga kini. Berbagai pemikiran merupakan dasar kehidupan
manusia, bahkan telah menjadi ciri khas dalam kehidupan manusia dan menjadi pendorong
perkembangan zaman modern. Pemikiran filosofis senantiasa perkembang dan menjadi cikal
bakal pemikiran dan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan lain. Filsafat melakukan dua
macam hal dalam satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta.
Selain itu, filsafat juga menyentuh tataran praktis, terutama berkaitan dengan moral. Hal
tersebut merupakan implikasi dari pemikiran logis dari pemikiran manusia sendiri yang tidak
lain untuk mencari “kebenaran”.

Kebenaran dapat dipahami berdasarkan tiga hal, yakni kualitas pengetahuan,


sifat/karakteristik bagaimana cara manusia membangun ilmu pengetahuan, dan nilai
kebenaran pengetahuan atas suatu hal. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan,
filsafat membahas tentang apa yang bisa dikategorikan dalam ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetauan modern, realitas hanya dibatasi oleh hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif.

Penelaahan ilmu didasari oleh tiga cabang filsafat, yakni Antologi, Epistomologi, dan
Aksiologi. Dari pembahasan mengenai ilmu filsafat maka akan diketahuai landasan
penelaahan ilmu pengetahuan yang akan dibahas dalam makalah ini.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa saja landasan penelaahan ilmu pengetahuan?

1.2.2 Bagaimana relevansi landasan penelaahan ilmu pengetahuan dengan

Berbagai disiplin ilmu?

1.2.3 Apa saja manfaat landasan penelaahan ilmu bagi kemajuan ilmu

Pengetahuan dalam kehidupan?

3. TUJUAN PENULISAN

Dari rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini
adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja landasan penelaahan ilmu pengetahuan.

1.3.2 Untuk mengetahui relevansi landasan penelaahan ilmu pengetahuan dengan berbagai
disiplin ilmu.

1.3.3 Untuk mengetahui manfaat landasan penelaahan ilmu bagi kemajuan kemajuan Ilmu
pengetahuan dalam kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Arti kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti “cinta akan hikmat” atau “cinta
akan pengetahuan”. Seorang filsuf adalah seorang pencinta, pencari ( philos ) hikmat atau
pengetahuan (sophia). Kata Filosophos diciptakan untuk menekankan sesuatu. Pemikir
pemikir Yunani Phytagoras (586 – 496 SM) dan Plato ( 428 – 348) mengejek para sofis
(sophister) yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata
Phytagoras : hanya Tuhan mempunyai hikmat yang sungguh – sungguh. Manusia harus puas
dengan tugasnya di dunia ini, yaitu”mencari hikmat”, “mencintai pengetahuan”.
2. ASAL FILSAFAT

Tiga hal yang mendorong manusia berfilsafat, yaitu : keheranan, kesangsian, dan kesadaran
akan keterbatasan

A. Keheranan

Banyak filsuf menunjuk rasa heran (Yunani : thaumasia) sebagai asal dari filsafat. Seperti
plato yang mengatakan : “Mata kita memberi pengamatan bintang, matahari, dan langit.
Pengamatan ini mendorong untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini bersifat filsafat.”
Juga stertulis di kuburan Immanuel .”ceoelum stellatum supra me, lex moralis intra me,”
yang artinya adalah kedua gejala yang paling mengherankan menurut kant adalah bintang
yang ada diatas dan hukum moral dalam hatinya.

B. Kesangsian

Augustinus dan decartes, menunjukkan bahwa kesangsian sebagai sumber utama


pemikiran. Manusia heran, tapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh
pancainderana kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Dimana
dapat ditentukan kepastian, karena dunia ini penuh dengan macam-macam pendapat,
keyakinan, dan interpretasi? Sikap ini, sikap skeptis, sangat berguna untuk menemukan suatu
titik pangkal yang tidak teragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk
semua pengetahuan lebih lanjut.

C. Kesadaran akan keterbatasan

Manusia mulai berfilsafat ketika ia menyadari betaa kecil dan lemah dirinya bila
dibandingkan dengan alam semesta. Semakin manusia terpukau oleh ketakterhinggaan
sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dan kalau dunia saya dan hidup saya
kelihatan tidak berarti dalam keadaan-keadaan tertentu.

Keheranan, keasingan, dan kesadaran akan keterbatasan mendorong manusia berpikir. Akan
tetapi, pemikiran ini segera menjadi “metodis”. Manusia berkecenderungan untuk
menggunakan suatu jalan tertentu untuk berpikir, yaitu dari hal-hal yang lebih konkret ke
prinsip-prinsip induk yang abstrak. Menurt Aristoteles, pemikiran kita melewati tiga jenis
abstraksi. Setiap jenis abstraksi menghasilkan salah satu jenis pengetahuan, yaiut
pengetahuan fisis, pengetauan matematis, dan pengetahuan teologis. Semua jenis pegetahuan
ini, menurut Aristoteles, masih termasuk filsafat karena belum dibedakan antara teologi,
filsafat, dan ilmu pengetahuan. Ketiga jenis abstraksi sebagaimana dibedakan oleh Aristoteles
masih tetap berguna untuk menerangkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

Tahap pertama: fisika. Kita mulai berpikir kalau kita mengamati sesuatu. Keheranan,
kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan baru dapat timbu kalau sesuatu diamati lebih
dahulu.

Tahap kedua : matesis. Kita masih dapat melepaskan,” mengabstrahir” lebih banak lagi.
Kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan. Itu terjadi akal budi
melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti ( hylee noete)

Tahap ketiga : teologoi atau “filsafat pertama”. Akhirnya kita juga dapat mengabstrahir
dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun materi yang dapat diketahui.
Kalau kta berpikir tentang keseluruhan kenyataan, tentang kenyataan yang paling luhur,
tentang Tuhan, maka lalu tidak hanya bidang fisika melainkan juga bidang Matesis yang
ditinggalkan.

Pengetahuan dari jenis ketiga ini dalam tradisi setelah aristoteles disebut metafisika, bidang
yang datang setelah fisika.

3. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun seara
sistematis, objektif, rasional, dan empiris sebagai hasil penelitian dengan menggunakan
metode tertentu.

4. OBJEK DAN SUDUT PANDANG ILMU PENGETAHUAN

Seperti halnya dengan filsafat, ilmu pengetahuan juga memiliki objek penelitian tetapi
objek yang diteliti dalam ilu pengetahuan lebih bersifat khusus tentang alam dan manusia
yang empiris dalam pengalaman sehari-hari..
5. LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN

Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut : (i)Landasan Ontologis
adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek
penelaahan yang jelas karena diversifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek
telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda. (ii)
Landasan Epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga
sama diperolehnya ilmu tersebut. Metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu
yaitu berupa proses kegiatan induksi—deduksi—verifikasi. (iii) Landasan Aksiologi adalah
berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam angka memenuhi kebutuhan manusia.
Dengan perkataan lain apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia yang lebih baik.

1.Ontologi Ilmu

Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori
tentang wujud hakikat yang ada pada ilmu. Objek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik,
dunia yang dapat dijangkau oleh panca indra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi
dengan kata lain ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu yang berwujud
dengan berdasarkan pada penalatran logis. Ontologi sebagia cabang filsafat yang
membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
“apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?
“ ”apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang ada ini?” “benarkah ilmu itu ada ?” “ apakah
konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang ada, yang
hiasannya tidak terbatas itu ?”

Dari teori hakikat ini kemudian muncul beberapa aliran dalam filsafat antara lain :

(1) filsafat materialisme,


(2) filsafat idealidealis
(3) ilmu moonimoonism
(4) filsafat dualisme,
(5) filsafat skeptisisme, dan
(6) filsafat aknotisisme.
Suriasumantri (2003) menyatakan bahwa pokok permasalahn yang menjadi objek kajian
filsafat mencakup tiga segi yakni :

a. Logika (benar salah),

b. Etika (baik buruk), dan

c. Estetika (indah jelek).

2. Epistomologi Ilmu

Epistomologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti
ilmu. Jadi, epistomologi adalah imu yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan cara
memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan yakni cabang filsafat yang
membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan, dan sumber
pengetahuan dengan kata lain epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas atau
menyoroti tentang tatacara tehnik atau prosedur mendapatka ilmu dan keilmuan dengan
metode non-ilmiah, ilmiah, maupun problem-solving. Pengetahuan yang diperoleh dari
metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara
kebetulan, trial and error, akal sehat, dan pengalaman biasa. Metode ilmiah dengan cara
memperoleh pengetahuan melalui pendekatan induktif dan deduktif. Sendangkan metode
problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisasikan dan menganalisis data,
menyimpulkan, dan melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis.

3. Aksiologi Ilmu

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu
kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia daat menjadi sarana orientasi manusia
dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental yakni, bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak. Teori nilai ini kemudian melahirkan etika dan estetika, dengan
kata lain aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan
itu.

Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia, dengan kata lain apa yang dapat disumbangkan ilmu terhaap
pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu pengetahuan itu
hanya alat, dan bukan tujuan. Substansi ilmu itu bebas nilai bergantung pada pemakaiannya.
Tujuan dasarnya adalah menemukan kebenaran atas fakta yang ada atau sedapat mungkin ada
kepastian kebenaran ilmiah.

6. RELEVANSI LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN

DENGAN BERBAGAI DISIPLIN ILMU

1. Relevansi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dengan Ilmu Politik

Relevansi ilmu politik dengan ketiganya adalah sama sama mempelajari tentang hakikat
manusi adalam masyarakat politik. Ilmu politik relevansi dengan ontologi karena onthologi
mempelajari sesuatu yang berada, misalnya ilmu politik mempelajari tentang semua teori
politik pada masa yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Dalam ontologi membahas
segala sesuatu juga ada berdasarkan beberapa aliran, ada yang mengemukakan bahwa
segalanya berasal dari satu sumber.

Mempelajari ilmu politik diperlukan suatu ilmu pengetahuan informasi penalaran, maka
disinilah peran epistemologi. Pengetahuan diperoleh dari pengamatan. Didalam pengamatan
indrawi tidak dapat ditetapkan apa yang subektif, dan apa yang objektif. Dikatakan bahwa
sifat pengamatan adalah konkret sepertihalnya ilmu politik yang mempelajari sesuatu yang
kongkret. Artinya isi yang diamati adalah sesuatu yang benar benar dapat diamati dan terjadi
dalam kehidupan manusia.

Dasar aksiologi ilmu politik. Kemanfaatan teori politik tidak hanya perlu sebagai ilmu
yang otonom, tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik baiknya bagi
pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu
politik tidak hanya bersifat intrinsik sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai
ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar dasar kemungkinan bertindak dalam praktik
melalui kontrol, terhadap pengaruh yang negativ dan meningkatkan pengaruh yang positif
dalam politik.

Dengan demikian ilmu tersebut tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang
sangat tipis, namun harus diakui bahwa ilmu politik belum jauh per kilogramtumbuhannya
dibandingkan dengan kebanyakaan ilmu sosial dan ilmu perilaku, khususnya di Indonesia.
Implikasinya ialah bahwa, ilmu politik lebih dekat pada ilmu perilaku, kepada ilmu sosial,
dan harus menolak pendirian lain, bahwa didalam kesatuan ilmu ilmu terdapat unifikasi satu
satunya metode ilmiah ( pearson, 1990).

2. Relevansi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dengan Anthropologi

Relevansi antropologi dengan ketiganya adalah sama – sama mempelajari tentang


manusia. Antropologi berelevansi dengan ontologi karena ontologi mempelajari sesuatu yang
berada, misal : kebudayaan manusia dulu dan kebudayaan manusia sekarang.

Perhatikan ilustrasi ini. Jika seseorang melihat sesuatu kemudian mengatakan sesuatu,
maka dia telah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu dan pengatahuan adalah sesuatu
yang tergambar di dalam pikiran kita. Misal kita melihat manusia dan kita mengatakan itu
manusia, berarti ia telah mempunyai pengetahuan tentang manusia. Jika kita meneruskan
bertanya lebih lanjut mengenai pengetahuan manusia lebih rinci dan memberatkan pada suatu
titik topik bahasan maka bisa dikatakan memiliki pengetahuan tentang topik itu. Seumpama
ditekankan pada hubungan manusia berarti jawabannya ilmu manusia tentang hubungan
sosialnya atau antropologi sosial. Pengetahuan yang sudah disusun lebih lanjut dan telah
dibuktikan serta diakui kebenarannya adalah ilmu, dalam hal ini ilmu tentang manusia sesuai
contoh. Selanjutnya, jika seseorang masih tetap menanyakan apa manusia itu atau apa hakikat
manusia itu maka jawabannya berupa suatu filsafat. Dari hal ini Bakker (1990) , dosen
Fakultas Filsafat

Universitas Gajah Mada menggunakan istilah “antropologi metafisik” untuk memberi nama
kepada macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan antara lain monisme, dualisme,
triadisme, dan pluralisme. Disamping itu ada juga pernyataan dari Aristoteles dan Cassirer
(1944) . Menurut Aristoteles, manusia adalah animal rationale dan manusia adalah zoon
poolitikon dan manusia adalah makhluk hylemorfik , terdiri dari atas materi dan bentuk
bentuk. Menurut Cassirer (1944) manusia adalam animal simbolikum, inilah kelebihan
manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya karena manusia mengenali simbol dan
makhluk lain hanya mengenal tanda dan tidak simbol.

Dari contoh diatas , filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu. Disinilah batas akal
manusia, dengan akalnya manusia tidak dapat menjawab pertanyaan iniyang lebih dalam lagi
mengenai manusia dalam artian hanya mampu memberi jawaban dalam batas – batas tertentu.
Hal ini sesuai pendapat dari immanuel kant dalam kritik terhadap rasio yang murni yaitu
manusia hanya mampu mengenal fenomena belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak
dapat ditangkap oleh pengetahuan manusia.

Mempelajari Antropologi diperlukan suatu ilmu pengetahuan, informasi, penalaran, maka


disinilah peranan Epistomologi. Pengetahuan didapat dari pengamatan. Dikatakan bahwa
sifat pengamatan adalah konkret seperti halnya Ilmu Politik dan Antropologi yang
mempelajari sesuatu yang konkret artinya isi yang diamati adalah sesuatu yang benar – benar
dapat diamati dan terjadi dalam kehidupan manusia.

7. LANDASAN PENELAAHAN ILMU BAGI KEMAJUAN ILMU


PENGETAHUAN DALAM KEHIDUPAN

Dengan landasan penelaahan pengetahuan ( epistemologi, ontologi, dan aksiologi )


manusia dimungkinkan dapat melihat kebenaran tentang sesuatu diantara kebenaran yang
lain. Hal ini membuat manusia mencoba mengambil pilihan, diantara alternatif yang tersedia
saat itu, sehingga manusia mampu menghadapi masalah masalah yang berkembang dan
belajar untuk menjadi bijaksana.

Disamping itu landasan penelaahan pengetahuan ( epistemologi, ontologi, dan aksiologi )


memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif agar kita dapat menyerasikan antara
logika, rasa, rasio, pengalaman, dan agama untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih
sejahtera, bahagia, dan mulia.

BAB lll

PENUTUP
KESIMPULAN

Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut : (i)Landasan Ontologis
adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek
penelaahan yang jelas karena diversifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek
telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda. (ii)
Landasan Epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga
sama diperolehnya ilmu tersebut.

Ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan beberapa contoh dari landasan ilmu
pengetahuan. Terdapat relevansi jika kita menghubungkan landasan penelaahan ilmu
pengetahuan tersebut, diantaranya adalah relevansi ontomologi dan aksiologi dengan ilmu
politik dan antropologi. Relevansi terhadap ilmu politik bukan hanya sebagai ilmu, melainkan
juga sarana mengembangkan pengaruh positif politik bagi orang yang mempelajarinya.
Sedangkan relevansi antropologi dengan ketiganya adalah sama – sama mempelajari tentang
manusia. Antropologi berelevansi dengan ontologi karena ontologi mempelajari sesuatu yang
berada, misal : kebudayaan manusia dulu dan kebudayaan manusia sekarang.

Dengan landasan penelaahan pengetahuan ( epistemologi, ontologi, dan aksologi )


manusia dimungkinkan dapar melihat kebenaran tentang sesuatu diantara kebenaran yang
lain. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir logis guna menjadi manusia yang lebih
bijaksana untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih sejahtera, bahagia, dan mulia.

SARAN
Makalah ini merupakan pembelajaran mengenai landasan penelaahan ilmu pengetahuan
secara sederhana sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan dengan metode-metode yang
lebih baik dan modern.

DAFTAR PUSTAKA

Berten, K. 2006. “Sejarah Filsafat Yunani”. Yogyakarta: Kanisius.

Bakhtiar, Amsal. 2004. “Filsafat Ilmu”. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Surajiyo. 2008. “Filsafat Ilmu”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai