Anda di halaman 1dari 11

RESUME PERBANKAN DAN MASALAHNYA

Hamzah Zulkarnain (18510192)

Masalah Ekonomi

Jumlah penduduk Indonesia yang besar, lebih dari 200 juta dengan beragam etnis,
suku, kultur dan budaya ini merupakan sebuah asset sekaligus tantangan besar. Diperlukan
perencanaan yang komprehensif dan integral atas sistem produksi dan distribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan primer seperti persoalan sandang, pangan, dan papan. Hingga saat ini
Indonesia belum mampu mengatasi persoalan mendasar tersebut. Realitas menunjukan bahwa
lebih dari 50% produksi beras domestik dihasilkan di pulau Jawa, pada tahun 1980-an.
Sementara ketersediaan lahan di pulau Jawa mengalami penciutan terus-menerus karena
himpitan industrialisasi dan pembangunan pemukiman.1 Disisi lain, tanah di luar Jawa kurang
cocok untuk persawahan sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi lagi.

Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun harus diakui bahwa masih banyak
sumber daya milik Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah
justru pihak asing yang berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. 2 Hal tersebut
merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah
ekonomi Indonesia yang lain: 

1. Pengangguran

Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun
ke tahun jumlah pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja belum bisa menyelesaikan masalah ini.

Pemerintah sebelum berusaha menciptakan lapangan pekerjaan seharusnya terlebih


dahulu membangun sumber daya manusia yang bekualitas. Baik dengan cara memperbaiki
sistem pendidikan maupun pembangunan. Hal ini akan lebih efektif dari pada hanya
memperbanyak lapangan pekerjaan tetapi sumber daya mausia yang bekerja tidak kompeten.
Dengan demikian, maka tingkat pengangguran akan mulai berkurang.

1
Muhammad, Manajemen  Bank  Syariah,  (Yogyakarta:  UPP AMP YKPN, 2005), Hal.3
2
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
2. Biaya Ekonomi Tinggi

Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri. Ada banyak hal yang
menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar/pungli yang
tidak hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun tidak jarang dilakukan secara
terbuka.

Dengan adanya pungutan liar tersebut, maka ada biaya-biaya siluman yang harus
dikeluarkan. Hal itu tentu akan membuat biaya yang harus dikeluarkan bertambah tinggi.
Kemudian produsen mau tidak mau harus menaikan harga produk untuk menutupi biaya-
biaya tersebut. Masalah ini tentu tidak menguntungkan bagi para konsumen, karena harga
kebutuhan semakin mencekik ekonomi mereka. Pemerintah selaku penguasa harus berani
mengambil kebijaksanaan untuk memberantas segala bentuk pungutan liar tersebut. Dalam
hal ini tentu pemerintah harus ekstra teliti dalam mengawasi setiap kegiatan-kegiatan
produksi.

3. Regulasi Ekonomi

Beberapa kali pemerintah mengeluarkan keputusan mengenai regulasi ekonomi yang


dianggap tidak tepat bagi kondisi perekonomian Indonesia. Contohnya adalah keputusan
pemerintah untuk masuk dalam anggota CAFTA yang sekarang ini mengakibatkan
membanjirnya produk China di Indonesia sehingga membuat produk lokal kepayahan di
pasar sendiri.

Pemerintah dalam hal ini salah dalam mengambil kebijaksanaan. Seharusnya


pemerintah lebih mengutamakan produk dalam negeri. Jika produk dalam negeri dinilai
kurang berkualitas, maka pemerintah harus berupaya memperbaiki kualitas produk-produk
dalam negeri. Dengan jalan tersebut, maka masyarakat akan mulai melirik produk lokal.
Kondisi ini akan membuat ekonomi Indonesia bisa lebih baik.

4. Kelangkaan Bahan Pokok

Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah disaat harga bahan pokok mulai
beranjak naik bisa dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Kelangkaan bahan
pokok memang merupakan masalah yang sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena
alasan teknis seperti transportasi.3 Namun menjelang puasa, lebaran, dan natal bisa dipastikan
wilayah jawa juga mengalami masalah yang sama.
3
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
Menurut kami kelangkaan bahan pokok di luar pulau jawa bukan hanya karena
masalah-masalah teknis seperti transportasi. Pasalnya kita tahu bahwa ketika menjelang
lebaran, puasa, natal dan hari-hari besar lainnya kelangkaan juga terjadi di pulau jawa. Dari
sini kita bisa menyimpulkan bahwa ada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk meraup keuntungan yang besar. Kita bisa amati ketika momen tersebut banyak
orang yang menimbun bahan pokok untuk membuat persediaan bahan pokok minim. Dengan
demikian, maka pasar akan menaikan harga barang karena kelangkaan. Pada waktu ini lah
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menjual kembali barang yang mereka timbun
untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.

5. Tingginya Suku Bunga Perbankan

Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat/tidaknya kondisi perekonomian


Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat
mempengaruhi perekonomian.

6. Tingginya Nilai Inflasi

Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara,
termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak
masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat
'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya  walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga
cabai rawit beberapa waktu yang lalu.

Masalah Perbankan

Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional.
Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak”. 4 Perbankan syariah atau
Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah
(hukum) islam. Usaha pembentukan sistem perbankan syariah ini didasari oleh larangan
dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut
dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (usaha
yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami,
dll), di mana hal ini tidak dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

4
http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/
Perbedaan utama yang paling mencolok antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
yakni pembagian keuntungan. Bank Konvensional sepenuhnya menerapkan sistem bunga
atau riba. Hal ini karena kontrak yang dilakukan bank sebagai mediator penabung dengan
peminjam dilakukan dengan penetapan bunga. Karena nasabah telah mempercayakan
dananya, maka bank harus menjamin pengembalian pokok beserta bunganya. Selanjutnya
keuntungan bank adalah selisih bunga antara bunga tabungan dengan bunga pinjaman. Jadi
para penabung mendapatkan keuntungan dari bunga tanpa keterlibatan langsung dalam usaha.
Demikian juga pihak bank tak ikut merasakan untung rugi usaha tersebut.

Hal yang sama tak berlaku di Bank Syariah. Dana masyarakat yang disimpan di bank
disalurkan kepada para peminjam untuk mendapatkan keuntungan Hasil keuntungan akan
dibagi antara pihak penabung dan pihak bank sesuai perjanjian yang disepakati. Namun bagi
hasil yang dimaksud adalah bukan membagi keuntungan atau kerugian atas pemanfaatan
dana tersebut. Keuntungan dan kerugian dana nasabah yang dioperasikan sepenuhnya
menjadi hak dan tanggung jawab dari bank. Penabung tak memperoleh imbalan dan tak
bertanggung jawab jika terjadi kerugian. Bukan berarti penabung gigit jari tapi mereka
mendapat bonus sesuai kesepakatan.

Dari perbandingan itu terlihat bahwa dengan sistem riba pada Bank Konvensional
penabung akan menerima bunga sebesar ketentuan bank. Namun pembagian bunga tak terkait
dengan pendapatan bank itu sendiri. Sehingga berapapun pendapatan bank, nasabah hanya
mendapatkan keuntungan sebesar bunga yang dijanjikan saja. Sekilas perbedaan itu
memperlihatkan di Bank Syariah nasabah mendapatkan keuntungan bagi hasil yang
jumlahnya tergantung pendapatan bank. Jika pendapatan Bank Syariah naik maka makin
besar pula jumlah bagi hasil yang di dapat nasabah. Ketentuan ini juga berlaku jika bank
mendapatkan keuntungan sedikit.

Dalam perjalannnya, bank di Indonesia mengalami beberapa masalah sebagai beikut:

1. Negatif Spread
Masalah ini terjadi karena bank harus membayar biaya bunga kepada deposan dengan
suku bunga yang tinggi. Sedangkan suku bunga pinjaman tidak bisa disesuaikan sepenuhnya.5

2. Likuiditas

Masalah ini banyak dirasakan oleh bank swasta. Mobilitas dana masyarakat yang
masuk-keluar perbankan menjadi sangat tinggi, dan sebagai akibatnya bank terpaksa
memerlukan suku bunga tinggi agar dana masyarakat dapat terhimpun. 6 Masalah likuiditas
terjadi akibat rush terhadap bank swasta, sementrara bank-bank yang mengalami kelabihan
likuiditas tidak mau menolong bank-bank lainnya. Nasabah cenderung mangalihkan dana ke
bank-bank yang dianggap aman, teutama bank asing dan bank BUMN.

3. NOP (net open position)

Terjadi fluktuasi nilai tukar yang tajam menyebabkan bank devisa mengalami
kesulitan dalam mengelola asset dan kewajiban yang didominasi mata uang asing.
Implikasinya, setiap terjadi pergerakan dalam nilai rupiah maka bank mengalami kerugian
valas. Sebagi akibat mudahnya bank meperoleh pinjaman luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas valuta asingnya. Ironisnya sebagian besar tidak dilakukan lindung nilai,
pada saat terjadi gejolak nilai tukar kewajiban bank meningkat secara drastis.

4. NPL (non-performing loan)

Masalah ini muncul sebagai akibat terjadinya kontraksi output disatu pihak, dan
meningkatnya beban utang perusahaan karena meningkatnya suku bunga di lain pihak. Maka
kemampuan perusahaan membayar kredit menjadi berkurang. Konsekuensinya, bank harus
menanggung jumlah NPL yang lebih besar.7 Dengan demikian bank diharuskan manyediakan
PPAP yang ada gilirannya memperberat posisi keuangan bank.

5. Permodalan

Beban negatif spread, meningkatnya sebagai biaya pencadangan/PPAP karena


meningkatnya NPL, penyelesaian utang luar negeri yang terkait dengan NOP, serta

5
Muhammad, Bank Syariah; problem dan prospek perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), hlm. 22
6
Ibid, hlm. 23
7
Ibid, hlm. 23
melonjaknya beban biaya operasional secara terakumulasi perlahan-lahan menggerogoti
modal bank.

Tantangan Sektor Perbankan

Adanya berbagai permasalahan ekonomi menjadikan perbankan menjadi sektor


pembangkit kembali kegiatan perekonomian. Peranan tersebut akan sangat ditentukan oleh
strategi pembangunan yang ditetapkan oleh kekuatan politik baru yang berkuasa, disamping
kepentingan komersial dari kekuatan pelaku asing yang tidak dapat diabaikan, dengan adanya
perbankan yang baik dalam sistemnya menjadi harapan masyarakat dan menjadi pembantu
dalam kegiatan ekonomi.

Sebagai tantangan sektor perbankan syariah ke depan antara lain sebagai berikut:

1. Kepastian hukum tentang mekanisme penyelesaian sengketa UU perbankan syari’ah


belum memuat secara pasti, mekanisme penyelesaian sektor yang dapat terjadi antara
nasabah dan bank syari’ah terutama mengenai lembaga peradilan yang bertanggung
jawab mengurus tentang sengketa tersebut.
2. Batasan yang jelas antara peran BI dan DSN MUI. Perlu kejelasan lebih lanjut dalam
pembagian tugas BI dan DSN MUI dalam perannya sebagai pengawas sekaligus
regulator dalam pelaksanaan operasionalisasi perbankan syariah diperlakukan.8
3. Peningkatan kualitas sumber daya insani perbankan syari’ah  indonesia. Saat ini SDI
yang dimiliki bank syariah kurang memadai. Yang memiliki kopentensi yang tidak
hanya di bidang perbankan tetapi mencakup pola aspek syariah dalam praktik
perbankan.
4. Memperbarui peraturan-peraturan perbankkan yang berlaku belum sepenuhnya
mengakomodasi operasional bank syariah.
5. Pemahaman masyarakat belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah
disebabkan oleh belum tegas mengenai bunga.9
6. Sosialisasi belum dilakukan secara optimal.
7. Jaringan kantor bank syari’ah masih terbatas. Persaingan bank konvesional sangat
ketat dan mempersulit bank syariah dalam memperluas sekmen pasar.

Alasan Adanya Bank Syariah

8
Muhammad, Op. Cit, hlm. 6
9
Ibid, hlm. 7
Secara filosofis, bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah
riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang di anggap riba merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi dunia islam dewasa ini. Belakangan ini para ekonom muslim telah
mencurahkan perhatian besar guna menemukan cara untuk menghentikan sistem bunga dalam
transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika islam. Upaya ini dilakukan
dalam membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujinya terhadap
pertumbuhan ekonomi, alokasi, dan distribusi pendapatan.

Oleh karena itu, mekanisme perbankan bebas bunga yang bisa disebut dengan bank
syari’ah didirikan. Bank syari’ah didirikan didasarkan pada alasan filosofi maupun praktik.
Alasan filosofinya adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan  maupun nonkeuangan
seperti dalam firman Allah swt dalam surat al-Baqarah (2) : 275 yang berbunyi  (Allah 
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba) dan alasannya praktisnya adalah sistem
perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung beberapa kelemahan, yaitu sebagai
berikut:

1. Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis. Dalam bisnis,


hasil yang diperoleh setiap perusahaan selalu tidak pasti. Peminjam sudah
berkewajiban untuk membayar tingkat bunga yang disetujui, walaupun perusahaannya
mungkin rugi. Meskipun perusahaan untung, namun bisa jadi bunga yang harus
dibayarkan melebihi keuntungannya. Hal ini jelas bertentangan dengan norma
keadilan dalam islam.
2. Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan.  Hal
ini menyebabkan hilangnya potensi produktif  masyarakat secara keseluruhan, selain
dengan pengangguran sebagian besar orang. Lebih dari itu, beban utang makin
menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh
masyarakat.
3. Komitmen bank untuk keamanan uang deposan berikut bunganya membuat bank
cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya. Oleh sebab itu, demi keamanan
bank hanya mau meminjamkan dana bagi bisnis yang sudah benar-benar mapan atau
kepada orang yang sanggup menjamin keamanan peminjamnya.  Sisa uangnya
disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Jadi, semakin banyak peminjam
yang hanya diberikan kepada usaha yang sudah mapan dan sukses, sementara orang
yang punya potensi tertahan untuk memulai usahanya. Ini menyebabkan  selain tidak
seimbangnya pendapatan dan kesejahteraan, juga bertentangan dengan semangat
islam.
4. Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha
kecil. Usaha besar mengambil resiko untuk mencoba tehnik dan produk baru karena
mereka mempunyai cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide barunya itu
tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk itu
mereka harus membutuhkan pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada
jalan lain bagi mereka kecuali harus membayar kembali pinjaman berikutnya
bunganya sehingga bisa saja mereka menjadi bangkrut. Hal ini terjadi terutama pada
para petani. Jadi bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan dan juga
memperburuk keseimbangan pendapatan.
5. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila
ada jaminan kepastian kembalian modal dan pendapatan bunga mereka. Setiap
rencana bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur dengan keteria ini. Jadi,
bank yang bekerja dengan sitem ini tidak mempunyai insentif untuk membantu suatu
usaha yang berguna bagi masyarakat dan para pekerja. Sistem ini
menyebabkan misallocation sumber daya dalam masyarakat islam.

Berangkat dari beberapa kelemahan sistem perbankkan konvensiaonal tersebut maka


perbankan syariah diharapkan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan produk
sendiri sesuai dengan teori perbankan syariah. Jika kebebasan ini terwujudkan, secara ideal
akan memberikan manfaat yaitu :

a. Terpeliharanya aspek keadilan bagi yang bertransaksi


b. Lebih menguntungkan di banding dengan konvensional
c. Dapat memelihara kesetabilan nilai tukar mata uang karena selalu terkait dengn
transaksi riil bukan sebaliknya
d. Transparasi menjadi sifat yang melekat (inheren)
e. Memperluas aplikasi syariah dalam kehidupan masyarakat muslim.10

Alasan lain adanya perbankan syariah secara realistis adalah adanya perbankan
syari’ah telah di dukung oleh legeslasi dan regulasi yang telah di keluarkan samoai tahun
1999 yaitu UU perbankan dan UU bank indonesia serta peraturan. Pelaksanaannya peda
pertengahan tahun 1997 telah muncul krisis ekonomi dan moneter di kawasan Asia, termasuk
Indonesia. Salah satu yang menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis pada
10
Amir machmud rukmana,  bank syari’ah, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 4
bunga sebagaimana telah diterapkan tersebut, termasuk di bidang perbankan terbukti tidak
mampu untuk mengatasi krisis keuangan dan moneter yang sedang terjadi. Bahkan sistim
perbankan yang berbasis bunga dalam kegiatan yang bersifat spekulatif telah menyebabkan
tumbuh dan berkembangnya moral hazard dalam transaksi kegiatan ekonomi sehingga
berperan besar dalam meruntuhkan pembangunan perekonomian bangsa.11

KESIMPULAN

11
Jundiani, Pengaturan hukum perbankan syari’ah di Indonesia, (Malang: Pers, 2004), hlm. 28
Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional.
Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak”. 12 Perbankan syariah
atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah
(hukum) islam.

Mekanisme perbankan bebas bunga yang bisa disebut dengan bank syari’ah didirikan.
Bank syari’ah didirikan didasarkan pada alasan filosofi maupun praktik. Alasan filosofinya
adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan  maupun nonkeuangan seperti dalam
firman Allah swt dalam surat al-Baqarah (2) : 275 yang berbunyi  (Allah  menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba) dan alasannya praktisnya adalah sistem perbankan berbasis
bunga atau konvensional

DAFTAR PUSTAKA

12
http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/
Muhammad, Manajemen  Bank  Syariah,  (Yogyakarta:  UPP AMP YKPN, 2005)

http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html

http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html

http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/

Muhammad, Bank Syariah; problem dan prospek perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2005)

Amir machmud rukmana,  bank syari’ah, (Jakarta: Erlangga, 2010)

Jundiani, Pengaturan hukum perbankan syari’ah di Indonesia, (Malang: Pers, 2004)

Anda mungkin juga menyukai