Masalah Ekonomi
Jumlah penduduk Indonesia yang besar, lebih dari 200 juta dengan beragam etnis,
suku, kultur dan budaya ini merupakan sebuah asset sekaligus tantangan besar. Diperlukan
perencanaan yang komprehensif dan integral atas sistem produksi dan distribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan primer seperti persoalan sandang, pangan, dan papan. Hingga saat ini
Indonesia belum mampu mengatasi persoalan mendasar tersebut. Realitas menunjukan bahwa
lebih dari 50% produksi beras domestik dihasilkan di pulau Jawa, pada tahun 1980-an.
Sementara ketersediaan lahan di pulau Jawa mengalami penciutan terus-menerus karena
himpitan industrialisasi dan pembangunan pemukiman.1 Disisi lain, tanah di luar Jawa kurang
cocok untuk persawahan sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi lagi.
Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun harus diakui bahwa masih banyak
sumber daya milik Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah
justru pihak asing yang berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. 2 Hal tersebut
merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah
ekonomi Indonesia yang lain:
1. Pengangguran
Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun
ke tahun jumlah pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja belum bisa menyelesaikan masalah ini.
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), Hal.3
2
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
2. Biaya Ekonomi Tinggi
Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri. Ada banyak hal yang
menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar/pungli yang
tidak hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun tidak jarang dilakukan secara
terbuka.
Dengan adanya pungutan liar tersebut, maka ada biaya-biaya siluman yang harus
dikeluarkan. Hal itu tentu akan membuat biaya yang harus dikeluarkan bertambah tinggi.
Kemudian produsen mau tidak mau harus menaikan harga produk untuk menutupi biaya-
biaya tersebut. Masalah ini tentu tidak menguntungkan bagi para konsumen, karena harga
kebutuhan semakin mencekik ekonomi mereka. Pemerintah selaku penguasa harus berani
mengambil kebijaksanaan untuk memberantas segala bentuk pungutan liar tersebut. Dalam
hal ini tentu pemerintah harus ekstra teliti dalam mengawasi setiap kegiatan-kegiatan
produksi.
3. Regulasi Ekonomi
Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah disaat harga bahan pokok mulai
beranjak naik bisa dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Kelangkaan bahan
pokok memang merupakan masalah yang sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena
alasan teknis seperti transportasi.3 Namun menjelang puasa, lebaran, dan natal bisa dipastikan
wilayah jawa juga mengalami masalah yang sama.
3
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
Menurut kami kelangkaan bahan pokok di luar pulau jawa bukan hanya karena
masalah-masalah teknis seperti transportasi. Pasalnya kita tahu bahwa ketika menjelang
lebaran, puasa, natal dan hari-hari besar lainnya kelangkaan juga terjadi di pulau jawa. Dari
sini kita bisa menyimpulkan bahwa ada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk meraup keuntungan yang besar. Kita bisa amati ketika momen tersebut banyak
orang yang menimbun bahan pokok untuk membuat persediaan bahan pokok minim. Dengan
demikian, maka pasar akan menaikan harga barang karena kelangkaan. Pada waktu ini lah
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menjual kembali barang yang mereka timbun
untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara,
termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak
masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat
'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga
cabai rawit beberapa waktu yang lalu.
Masalah Perbankan
Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional.
Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak”. 4 Perbankan syariah atau
Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah
(hukum) islam. Usaha pembentukan sistem perbankan syariah ini didasari oleh larangan
dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut
dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (usaha
yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami,
dll), di mana hal ini tidak dijamin oleh sistem perbankan konvensional.
4
http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/
Perbedaan utama yang paling mencolok antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
yakni pembagian keuntungan. Bank Konvensional sepenuhnya menerapkan sistem bunga
atau riba. Hal ini karena kontrak yang dilakukan bank sebagai mediator penabung dengan
peminjam dilakukan dengan penetapan bunga. Karena nasabah telah mempercayakan
dananya, maka bank harus menjamin pengembalian pokok beserta bunganya. Selanjutnya
keuntungan bank adalah selisih bunga antara bunga tabungan dengan bunga pinjaman. Jadi
para penabung mendapatkan keuntungan dari bunga tanpa keterlibatan langsung dalam usaha.
Demikian juga pihak bank tak ikut merasakan untung rugi usaha tersebut.
Hal yang sama tak berlaku di Bank Syariah. Dana masyarakat yang disimpan di bank
disalurkan kepada para peminjam untuk mendapatkan keuntungan Hasil keuntungan akan
dibagi antara pihak penabung dan pihak bank sesuai perjanjian yang disepakati. Namun bagi
hasil yang dimaksud adalah bukan membagi keuntungan atau kerugian atas pemanfaatan
dana tersebut. Keuntungan dan kerugian dana nasabah yang dioperasikan sepenuhnya
menjadi hak dan tanggung jawab dari bank. Penabung tak memperoleh imbalan dan tak
bertanggung jawab jika terjadi kerugian. Bukan berarti penabung gigit jari tapi mereka
mendapat bonus sesuai kesepakatan.
Dari perbandingan itu terlihat bahwa dengan sistem riba pada Bank Konvensional
penabung akan menerima bunga sebesar ketentuan bank. Namun pembagian bunga tak terkait
dengan pendapatan bank itu sendiri. Sehingga berapapun pendapatan bank, nasabah hanya
mendapatkan keuntungan sebesar bunga yang dijanjikan saja. Sekilas perbedaan itu
memperlihatkan di Bank Syariah nasabah mendapatkan keuntungan bagi hasil yang
jumlahnya tergantung pendapatan bank. Jika pendapatan Bank Syariah naik maka makin
besar pula jumlah bagi hasil yang di dapat nasabah. Ketentuan ini juga berlaku jika bank
mendapatkan keuntungan sedikit.
1. Negatif Spread
Masalah ini terjadi karena bank harus membayar biaya bunga kepada deposan dengan
suku bunga yang tinggi. Sedangkan suku bunga pinjaman tidak bisa disesuaikan sepenuhnya.5
2. Likuiditas
Masalah ini banyak dirasakan oleh bank swasta. Mobilitas dana masyarakat yang
masuk-keluar perbankan menjadi sangat tinggi, dan sebagai akibatnya bank terpaksa
memerlukan suku bunga tinggi agar dana masyarakat dapat terhimpun. 6 Masalah likuiditas
terjadi akibat rush terhadap bank swasta, sementrara bank-bank yang mengalami kelabihan
likuiditas tidak mau menolong bank-bank lainnya. Nasabah cenderung mangalihkan dana ke
bank-bank yang dianggap aman, teutama bank asing dan bank BUMN.
Terjadi fluktuasi nilai tukar yang tajam menyebabkan bank devisa mengalami
kesulitan dalam mengelola asset dan kewajiban yang didominasi mata uang asing.
Implikasinya, setiap terjadi pergerakan dalam nilai rupiah maka bank mengalami kerugian
valas. Sebagi akibat mudahnya bank meperoleh pinjaman luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas valuta asingnya. Ironisnya sebagian besar tidak dilakukan lindung nilai,
pada saat terjadi gejolak nilai tukar kewajiban bank meningkat secara drastis.
Masalah ini muncul sebagai akibat terjadinya kontraksi output disatu pihak, dan
meningkatnya beban utang perusahaan karena meningkatnya suku bunga di lain pihak. Maka
kemampuan perusahaan membayar kredit menjadi berkurang. Konsekuensinya, bank harus
menanggung jumlah NPL yang lebih besar.7 Dengan demikian bank diharuskan manyediakan
PPAP yang ada gilirannya memperberat posisi keuangan bank.
5. Permodalan
5
Muhammad, Bank Syariah; problem dan prospek perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), hlm. 22
6
Ibid, hlm. 23
7
Ibid, hlm. 23
melonjaknya beban biaya operasional secara terakumulasi perlahan-lahan menggerogoti
modal bank.
Sebagai tantangan sektor perbankan syariah ke depan antara lain sebagai berikut:
8
Muhammad, Op. Cit, hlm. 6
9
Ibid, hlm. 7
Secara filosofis, bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah
riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang di anggap riba merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi dunia islam dewasa ini. Belakangan ini para ekonom muslim telah
mencurahkan perhatian besar guna menemukan cara untuk menghentikan sistem bunga dalam
transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika islam. Upaya ini dilakukan
dalam membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujinya terhadap
pertumbuhan ekonomi, alokasi, dan distribusi pendapatan.
Oleh karena itu, mekanisme perbankan bebas bunga yang bisa disebut dengan bank
syari’ah didirikan. Bank syari’ah didirikan didasarkan pada alasan filosofi maupun praktik.
Alasan filosofinya adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan maupun nonkeuangan
seperti dalam firman Allah swt dalam surat al-Baqarah (2) : 275 yang berbunyi (Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba) dan alasannya praktisnya adalah sistem
perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung beberapa kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
Alasan lain adanya perbankan syariah secara realistis adalah adanya perbankan
syari’ah telah di dukung oleh legeslasi dan regulasi yang telah di keluarkan samoai tahun
1999 yaitu UU perbankan dan UU bank indonesia serta peraturan. Pelaksanaannya peda
pertengahan tahun 1997 telah muncul krisis ekonomi dan moneter di kawasan Asia, termasuk
Indonesia. Salah satu yang menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis pada
10
Amir machmud rukmana, bank syari’ah, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 4
bunga sebagaimana telah diterapkan tersebut, termasuk di bidang perbankan terbukti tidak
mampu untuk mengatasi krisis keuangan dan moneter yang sedang terjadi. Bahkan sistim
perbankan yang berbasis bunga dalam kegiatan yang bersifat spekulatif telah menyebabkan
tumbuh dan berkembangnya moral hazard dalam transaksi kegiatan ekonomi sehingga
berperan besar dalam meruntuhkan pembangunan perekonomian bangsa.11
KESIMPULAN
11
Jundiani, Pengaturan hukum perbankan syari’ah di Indonesia, (Malang: Pers, 2004), hlm. 28
Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional.
Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak”. 12 Perbankan syariah
atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah
(hukum) islam.
Mekanisme perbankan bebas bunga yang bisa disebut dengan bank syari’ah didirikan.
Bank syari’ah didirikan didasarkan pada alasan filosofi maupun praktik. Alasan filosofinya
adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan maupun nonkeuangan seperti dalam
firman Allah swt dalam surat al-Baqarah (2) : 275 yang berbunyi (Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba) dan alasannya praktisnya adalah sistem perbankan berbasis
bunga atau konvensional
DAFTAR PUSTAKA
12
http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005)
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
http://carapedia.com/masalah_ekonomi_indonesia_info3001.html
http://masalahperbankan-rachman.blogspot.com/