Anda di halaman 1dari 24

BIAYA STANDAR DAN ANALISIS PENYIMPANGAN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen

Dosen pembimbing :

Puji Endah Purnamasari, SE., M.M

Disusun oleh :

Kelas A

Kelompok 9

1. Muhammad Alvien Niam (18510071)


2. Reynaldo Yoga Pratama (18510129)
3. Hamzah Zulkarnain (18510192)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Biaya standar dan analisis penyimpangan” ini dengan baik meskipun terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Puji Endah Purnamasari,
SE., M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen, yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sekaligus memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai biaya standar dan analisis penyimpangan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran dan kritik yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain
yang membacanya.

Malang, 14 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1


B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya Standar......................................................................................3


B. Prosedur Penentuan Biaya Standar........................................................................3
C. Analisis Penyimpangan.........................................................................................6
D. Studi Kasus Biaya Standar dan Analisis Penyimpangan.......................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Standar adalah suatu benchmark atau "norma" untuk pengukuran kinerja.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pertimbangkan apa
yang akan terjadi ketika seorang pengemudi duduk di kursi pengemudi mobil.
Pengemudi itu memasukkan kunci di kontaknya, memutar kunci dan mesin mobil
akan hidup. Harapan pengemudi (standar) bahwa mesin mobil akan hidup, sehingga
pengemudi tidak perlu membuka kap mobil dan mengecek aki, kabel-kabel yang
berhubungan, selang bensin dan lain-lain. Jika pengemudi memutar kunci dan mesin
mobil tidak mau hidup, maka yang terjadi adalah ketidakcocokan (selisih).
Selanjutnya pengemudi harus menyelidiki mengapa mesin mobil tidak mau hidup.
Akan lebih bijaksana jika pengemudi menyelidiki penyebabnya jika sudah
menghidupkan mobil dua kali. Jika penyebabnya tidak ditemukan dan diperbaiki,
masalah yang lebih buruk akan muncul kembali.
Pengendalian biaya produksi dan penetapan harga pokok produksi yang
cermat dan tepat sangat penting, karena biaya produksi akan memberikan pengaruh
langsung terhadap harga pokok produksi yang akhirnya berakibat juga pada laba yang
diharapkan perusahaan. Sehingga diperlukan suatu alat pengendalian yang
diantaranya berupa penetapan biaya standar. Biaya standar merupakan alat yang
penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan sebelumnya. Jika
biaya standar ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan yang efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana
pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut
seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar juga memberikan pedoman kepada manajemen berapa
biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga
memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode
produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain. Untuk dapat menentukan
biaya standar, manajemen membutuhkan suatu informasi biaya yang tepat dan wajar,
sehingga biaya standar dapat ditetapkan secara realistis. Jika terjadi penyimpangan
pada biaya standar, maka biaya standar ini dapat dianalisis dan diketahui sebab-sebab
terjadinya penyimpangan. Dimana ada batasan penyimpangan yang dapat diterima

1
dari selisih biaya produksi sesungguhnya dengan biaya produksi standar dalam
mengukur efesiensi biaya produksi, karena dalam realisasinya biaya sesungguhnya
jarang sekali tepat dengan biaya standar. Dengan demikian jelas bahwa biaya standar
merupakan alat yang penting untuk perencanaan dan pengendalian biaya produksi
berdasarkan pemikiran bahwa pengendalian biaya produksi merupakan jalan yang
logis sebagai konsekuensi perusahaan dalam menekan biaya produksi agar sesuai
dengan rencana, karena dengan metode biaya tersebut perusahaan dapat mengetahui
berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan sebelum proses produksi dimulai sehingga
dapat diketahui ketidakefesienan atau pemborosan biaya yang terjadi setelah proses
produksi selesai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biaya standar?
2. Bagaimana prosedur penentuan biaya standar?
3. Apa pengertian analisis penyimpangan?
4. Bagaimana penentuan studi kasus pada biaya standar dan analisis
penyimpangannya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian biaya standar.
2. Untuk mengetahui prosedur penentuan biaya standar.
3. Untuk mengetahui pengertian analisis penyimpangan.
4. Untuk mengetahui penentuan studi kasus pada biaya standar dan analisis
penyimpangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya Standar


Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tetentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-
faktor lain tertentu.
Pengertian biaya standar menurut para ahli :
Milton F. Usry dan Lawren H. Hammer dalam bukunya “Cost Accounting :
planning & Control” yang diterjemahkan Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo
mengemukakan pengertian biaya standar sebagai berikut : “Biaya standar (standar
cost) biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk memproduksi satu unit atau
sejumlah unit produk selama periode tertentu dimasa datang.” (2001 : 11).
Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya”
mendefinisikan biayastandar sebagai berikut : “Biaya satandar adalah biaya yang
ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi
kondisi ekonomi dan faktor-faktor lain tertentu.” (2000 : 415).
B. Prosedur Penentuan Biaya Standar
Standar harus ditetapkan oleh mereka yang paling baik terlatih dan
berpengalaman menilai, bagaimana seharusnya pelaksanaan yang baik. Hal ini sering
merupakan suatu proses gabungan yang memerlukan kerjasama diantara para staf dari
dua atau beberapa divisi perusahaan. Unsur-unsur standar umumnya terdiri dari :
1. Standar biaya bahan baku langsung
Menurut pendapat Supriono (2001: 88) syarat-syarat untuk menyusun standar
standar biaya bahan baku langsung yaitu:
a. Diperlukan anggaran bahan baku akurat
b. Kewajaran pembelian rutin
c. Pengawasan atas pengiriman bahan baku yang dibeli dan diangkut oleh
pengakutan kapabel
d. Fasilitas penerimaan dan penyimpanan bahan baku yang memadai

3
e. Pengawasan terhadap bahan baku yang dipakai
f. Metode yang memadai untuk mengidentifikasi dan mengawasi bahan
baku di dalam proses
g. Kewajaran dari pengiriman dan penyimpanan produk selesai
Setelah syarat-syarat ini dipenuhi, maka biaya standar bahan baku telah
ditetapkan. Standar biaya bahan baku dapat didasarkan atas standar kuantitas
bahan baku dan standar harga bahan baku. Penentuan standar kualitas bahan baku
dapat berasal dari percobaan, perhitungan matematik, catatan tentang
pengalaman-pengalaman periode yang lalu atau penelitian dan pengujian teknis.
Untuk membedakan penyimpangan biaya yang terjadi karena pemakaian bahan
yang berlebihan dari perbedaan biaya yang terjadi karena perubahan harga, maka
perlu ditetapkan suatu standar harga bahan. Biasanya standar harga bahan ini
mengambarkan biaya yang diperkirakan dan bukan biaya yang diinginkan atau
biaya yang efisien. Harga standar bahan baku yang dipergunakan untuk
mengecek pelaksanaan pekerjaan departeman pembelian dan mengukur akibat
kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan.
2. Standar biaya tenaga kerja langsung
Terdapat dua standar yang harus ditetapkan untuk biaya tenaga kerja langsung
yaitu standar tarif upah dan standar efisiensi (jam kerja). Tarif upah pada
umumnya ditentukan oleh faktor-faktor diluar penguasaan perusahaan, mungkin
sebagai hasil dari permufakatan melalui serikat buruh atau menurut tarif yang
berlaku dipasaran setempat. Dalam setiap operasi perusahaan harus memiliki tarif
upah yang tetap untuk setiap organisasi, agar dapat mengisolasi biaya-biaya
tinggi yang terjadi akibat pemakaian tenaga kerja berlebihan. Jika standar tarif
upah ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan, maka tidak akan terjadi
perbedaan-perbedaan besar karena tarif-tarif yang dibayarkan. Namun terdapat
perbedaan tarif yang mungkin terjadi dan dapat dikendalikan oleh pimpinan.
Menurut Heckert (2008: 331) beberapa alasan yang memerlukan tindakan
perbaikan,meliputi:
a. Lembur melebihi ketentuan dalam standar
b. Pengguanaan tenaga kerja yang lebih tinggi klasifikasinya pada suatu
pekerjaan
c. Kegagalan menempatkan atau mempekerjakan manusia atas dasar intensif

4
d. Memakai komposisi tenaga kerja yang berbeda dari standar (lebih banyak
klasifikasi yang tinggi dan lebih sedikit klasifikasi yang rendah)
Selanjutnya menurut Mulyadi (2001:241) tarif upah standar dapat ditentukan
atas dasar:
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan
b. Data upah masa lalu yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar
adalah rata-rata hitung, timbang atau media dari pada upah karyawan
masa lalu
c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal
Dalam perhitungan suatu produk, perusahaan harus mengetahui jumlah tenaga
kerja yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.Ini dapat dilakukan
dengan menetapkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan setiap operasi
bila bekerja dalam kondisi-kondisi standar. Menurut Mulyadi (2001:421) jam
kerja standar dapat ditentukan dengan cara:
a. Memperhitungkan rata-rata jam kerja yang dikonsumsikan dalam satu
pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu
b. Membuat tes run operasi produksi di bawah keadaan normal yang
diharapkan
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan
di bawah keadaan nyata yang diharpkan
d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan operasi produksi dan produk.
Jam kerja standar ditentukan dengan mempertitungkan kelonggaran waktu
untuk istirahat, penundaan pekerjaan yang dihindari (menunggu bahan baku,
reparasi dan pemeliharaan mesin) dan faktor-faktor kelelahan kerja.
3. Standar biaya overhead pabrik
Tarif overhead pabrik dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang
dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Manfaat utama tarif
overhead standar ini meliputi, unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap
adalah untuk menentukan harga pokok dan perencanaan. Agar taridf overhead ini
dapat dimanfaatkan untuk pengendalian biaya, maka tarif ini harus dipisahkan
kedlam tarif tetap dan variabel. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam
sistem biaya standar perlu dibuat anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor
biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya

5
yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. Dengan adanya anggaran
fleksibel ini maka dapat memberikan analisa yang baik terhadap penyimpangan.
Biaya overhead pabrik tarif tunggal yaitu jumlah seluruh taksiran biaya
overhead pabrik yang terjadi pada setiap proses produksi atau tiap departeman.
Menurut Heckert (2008: 353) tarif tunggal ini biasanya dipakai dalam keadaan
seperti:
a. Hanya satu jenis produk saja yang dihasilkan
b. Beberapa jenis produk yang dihasilkan tetapi produk berjalan melalui
departemen yang sama dan memakai jumlah yang sama.
Jika departemen produksi terdiri dari banyak bagian, maka pada tiap-tiap
bagian tersebut dapat ditetapkan standar biaya overhead pabrik yaitu dengan
menjumlahkan seluruh biaya overhead pabrik yang terjadi pada setiap bagian
dimana produksi diolah dengan kapasitas yang telah ditetapkan pada setiap
bagian tersebut.
C. Analisis Penyimpangan
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut selisih
(variance). Dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
hanya dikenal dua macam kapasitas : kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar,
sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam
kapasitas : kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal. Analisis
selisih dibedakan menjadi :

1. Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung

Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung :

1) Model Satu Selisih (The One-Way Model)

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya


standar tidak dipecah kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya
ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan
selisih kuantitas.

Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih


Rugi). Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus
berikut ini :

6
St = ( HSt x KSt ) – ( HS x KS ) St = ( JKSt x TUSt ) – ( JKS x TUS )

Diketahui :

St = Total Selisih St = Total Selisih

Hst = Harga Standar TUSt = Tarif Upah Standar

Kst = Kuantitas Standar TUS = Tarif Upah Sesungguhnya

HS = Harga Sesungguhnya JKSt = Jam Kerja Standar

KS = Kuantitas Sesungguhnya JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

2) Model Dua Selisih (The Two-Way Model)

Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah


menjadi 2 macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau
efisiensi.

Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KS SK = ( KSt – KS ) x HSt

SH = ( TUSt – TUS ) x KS SK = ( JKSt – JKS ) x TUSt

Diketahui :

SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas

Hst = Harga Standar Kst = Kuantitas Standar

HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya

3) Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)

Selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah


menjadi 3 macam selisih berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih
Harga / Kuantitas.

7
Hubungan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan
kemungkinan berikut ini :

a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah
dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga
Standar dan Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Rendah ” dari
Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam
persamaan berikut ini :

Perhitungan Selisih Harga


SH = ( HSt – HS ) x KSt SH = ( TUSt – TUS ) x JKSt
Perhitungan Selisih Kuantitas

SK = ( KSt – KS ) x HSt SK = ( JKSt – JKS ) x JKSt


Perhitungan Selisih Gabungan yang merupakan Selisih
Harga/Kuantitas

SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )

SHK = ( TUSt – TUS ) x ( JKSt – JKS )

2. Selisih Biaya Overhead Pabrik

Perhitungan biaya overhead pabrik berbeda dengan perhitungan selisih biaya


produksi langsung. Perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah menggunakan
kapasitas sesungguhnya yang ingin dicapai. Dalam perusahaan yang
menggunakan sistem biaya standar, analisis selisih biaya overhead pabrik
dipengaruhi oleh kapasitas standar. Menurut Mulayadi (2001:311) ada 4 model
selisih biaya overhead pabrik:

a. Model satu selisih


Dalam model ini, selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara
mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas
standar dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
b. Model dua selisih

8
Selisih BOP yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecahkan
menjadi dua macam selisih: selisih terkendali dan selisih volume. Selisih
terkendali adalah perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang
dianggarkan pada kapasitas standar, sedangkan selisih volume adalah
perbedaan antara biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada jam
standar dengan BOP yang dibebankan kepada produk (kapasitas standar
dengan tarif standar).
c. Model tiga selisih
Selisih BOP yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecahkan
menjadi tiga selisih: selisih pengeluaran, selisih kapasitas dan selisih
efisiensi. Selisih pengeluaran adalah perbedaan BOP sesungguhnya
dengan BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Selisih
efisiensi adalah tarif BOP dikali dengan selisih antara kapsitas standar
dengan kapasitas sesungguhnya.
d. Model empat selisih
Model empat selisih merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam
model ini selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecahkan lebih lanjut
menjadi dua selisih berikut: selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi
tetap.

D. Studi Kasus Biaya Standar dan Analisis Penyimpangan

1. Penentuan Bahan Baku Standar dan Kuantitas Standar


Seorang kepala departemen akuntansi sedang mempertimbangkan untuk
menyusun ulang biaya standarnya, hal itu dilakukan karena terdapat banyak
perubahan terkait ongkos kirim, dan harga elemen biaya yang disebabkan oleh
inflasi namun dengan faktor yang tidak dapat diprediksikan pada penyusunan
biaya standar sebelumnya yang menyebabkan harganya naik melebihi kenaikan
karena inflasi yang wajar, oleh sebab itu kepala departemen akuntansi
memutuskan untuk menyusun ulang biaya standarnya, untuk menghitung berapa
jumlah biaya yang ditetapkan sebagai biaya standar, kepala departemen akuntansi
tersebut membuat kartu harga pokok bahan baku dengan elemen-elemen biaya
seperti berikut :

9
Elemen Biaya

Harga Bahan Baku Per Unit

Biaya Angkut

Rata-rata prediksi kenaikan


harga

Potongan Pembelian

Kemudian kepala departemen akuntansi tersebut menentukan harga dari


masing-masing elemen biaya, untuk menentukan harga bahan baku, kepala
departemen akuntansi tersebut telah menanyakan kepada pemasok dan
diinformasikan bahwa harga bahan baku saat disusunnya biaya standar adalah
Rp35000. Kepala departemen akuntansi juga telah menghitung berapa biaya
angkut yang diperlukan per kg bahan baku, dan ditentukan harga sebesar Rp6000.
Dalam menentukan rata-rata kenaikan harga bahan baku, kepala departemen
akuntansi mempertimbangkan faktor kenaikan karena inflasi dan faktor musim,
dalam menentukan tingkat kenaikan harga yang disebabkan karena faktor inflasi
dilakukan peramalan terhadap data-data inflasi sebelumnya dan kemudian
dilakukan metode regresi linear untuk mencari tingkat pengaruh kenaikan inflasi
terhadap kenaikan harga bahan baku. Dihitung bahwa jumlah kenaikan harga
bahan baku karena faktor inflasi selama tahun pertama dan kedua
diberlakukannya biaya standar adalah Rp24000, sedangkan jumlah kenaikan
harga bahan baku karena faktor musim pada tahun pertama dan kedua
diberlakukannya biaya standar adalah Rp12000, sehingga ditentukan rata-rata
kenaikan harga bahan baku adalah Rp1500. Terakhir, untuk menentukan berapa
harga potongan pembelian, ditanyakan hal tersebut kepada pemasok, dan
berdasarkan kuantitas bahan baku yang direncanakan dibeli oleh perusahaan,
pemasok memberikan potongan pembelian sebesar 2% per kilogramnya, sehingga
kartu harga pokok bahan baku menjadi seperti berikut :

Elemen Biaya Bahan A


Harga Bahan Baku Per Kg Rp35000

10
Biaya Angkut Rp500
Rata-rata Prediksi Kenaikan Rp1500
Harga
Potongan Pembelian Rp700
Harga Standar Per Kg Rp36300
Kebutuhan Bahan Baku 550 (kg)
Biaya Standar Bahan Baku Rp19,965,000

Sedangkan dalam menentukan kuantitas standar, kepala departemen akuntansi


tersebut menyusunnya melalui anggaran perusahaan, dan dari penyusunan
anggaran tersebut, kepala departemen akuntansi menentukan kuantitas standar
selama satu tahun kedepan adalah sebanyak 550 kilogram bahan baku.

2. Penentuan Tarif Upah Tenaga Kerja Standar


Tarif upah tenaga kerja standar dapat dihitung dengan merinci faktor-faktor
yang menentukan tarif upah, seperti jumlah tenaga kerja, jam kerja per periode,
jumlah jam kerja per periode, biaya per jam, dan cadangan premi. Berikut contoh
kartu untuk merinci faktor upah tenaga kerja tersebut :

Faktor Penentu Upah Departemen Percetakan Departemen Finishing


Jumlah Tenaga Kerja 6 10
Jam Kerja Per Tahun Per 2000 2000
Tenaga Kerja
Jumlah Jam Kerja 12,000 20,000
Jumlah Biaya Per Jam Kerja Rp25,000 Rp33,000
Biaya Tenaga Kerja Standar Rp300,000,000 Rp660,000,000

Sedangkan jam tenaga kerja standar ditentukan dari jumlah jam kerja maka
jam tenaga kerja standar adalah 32,000 jam.

3. Penentuan Tarif Overhead Standar

11
Dalam menentukan biaya overhead pabrik standar ini kepala departemen
akuntansi menggunakan anggaran fleksibel untuk merinci faktor-faktor yang
menjadi penentu biaya yang dianggarkan untuk overhead pabrik, faktor-faktor
tersebut diantara lain adalah produksi standar, bahan baku atau jam tenaga kerja
sebagai basis aktivitas, kapasitas dari basis aktivitas, biaya overhead pabrik tetap
dan biaya overhead pabrik variabel, untuk biaya overhead pabrik tetap dan biaya
overhead pabrik variabel ini dihitung menggunakan kartu harga pokok biaya
overhead pabrik, kartu harga pokok biaya overhead pabrik berisi rincian biaya-
biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya tenaga kerja langsung dan biaya
bahan baku langsung beserta sifat biaya overhead pabrik tersebut apakah bersifat
variabel atau tetap dan tarif biayanya.

Anggaran Fleksibel

Produksi Standar 14,000 unit 20,000 unit 25,000 unit


Kuantitas Bahan Baku 500 kg 600 kg 750 kg
Standar
Kapasitas 70% 85% 100%
BOP Tetap Rp10,000,000 Rp15,000,000 Rp15,000,000
BOP Variabel Rp50,000,000 Rp60,000,000 Rp68,000,000
Jumlah BOP Rp60,000,000 Rp75,000,000 Rp83,000,000

Jika kapasitas normal perusahaan berada di tingkat 85%, maka biaya overhead
pabrik standar dapat dihitung dengan membagi jumlah BOP dengan kuantitas
bahan baku standar sebagai basis aktivitas, maka biaya overhead pabrik tetap
standar adalah Rp25,000, sedangkan biaya overhead pabrik variabel standar
adalah Rp100,000

4. Jika diketahui pada periode pertama diberlakukannya sistem biaya standar yang
baru, data mengenai kuantitas bahan baku sesungguhnya, tarif tenaga kerja
langsung sesungguhnya dan tarif overhead pabrik sesungguhnya sebagai berikut :

12
Biaya Kuantitas Standar Kuantitas Harga Standar Harga
Sesungguhnya Sesungguhnya
Bahan Baku 550 kg 575 kg Rp19,965,000 Rp21,102,500
Tenaga Kerja 32,000 jam 36,000 jam Rp960,000,000 Rp1,152,000,000

Sedangkan untuk perhitungan BOP Standar Per Satuan dan Tarif BOP
Sesungguhnya yang terjadi :
 BOP Tetap = 575 kg @ Rp25,000
 BOP Variabel = 575 kg @ Rp100,000
 BOP Sesungguhnya = Rp68,750,000

5. Analisis Penyimpangan Biaya Bahan Baku Standar Terhadap Biaya Bahan Baku
Sesungguhnya
a. Model Satu Selisih
Selisih Biaya Bahan Baku :
(HSt × KSt) – (HS × KS)
(Rp36300 × 550) – (Rp36700 × 575) = Rp1,137,500 Rugi.

b. Model Dua Selisih


Selisih Harga Biaya Bahan Baku :
(HSt – HS) × KS
(Rp36300 – Rp36700) × 575 = 230,000 Rugi.

Selisih Kuantitas Biaya Bahan Baku :


(KSt – KS) × HSt
(550 – 575) × Rp36300 = 907,500 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Bahan Baku = Rp1,137,500 Rugi.

c. Model Tiga Selisih


Selisih Harga Biaya Bahan Baku :
(HSt – HS) × KSt

13
(Rp36300 – Rp36700) × 550 = 220,000 Rugi.

Selisih Kuantitas Biaya Bahan Baku :


(KSt – KS) × HSt
(550 – 575) × Rp36300 = Rp907,500 Rugi.

Selisih Harga Kuantitas Biaya Bahan Baku :


(HSt – HS) × (KSt – KS)
(Rp36300 – Rp36700) × (550 – 575) = 10,000 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Bahan Baku = Rp1,137,500

6. Analisis Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja Standar Terhadap Biaya Tenaga Kerja
Sesungguhnya
a. Model Satu Selisih
Selisih Biaya Tenaga Kerja
(JKSt × TUSt) – (JKS × TUS)
(32,000 × 30,000) – (36,000 × 32,000) = Rp192,000,000 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Tenaga Kerja = Rp192,000,000 Rugi

b. Model Dua Selisih


Selisih Tarif Upah
(TUSt – TUS) × JKS
(30,000 – 32,000) × 36,000 = Rp72,000,000

Selisih Efisiensi Upah


(JKSt – JKS) × TUSt
(32,000 – 36,000) × 30,000 = Rp120,000,000 Rugi,

Jumlah Selisih Biaya Tenaga Kerja = Rp192,000,000 Rugi.

c. Model Tiga Selisih


a. Selisih Tarif Upah

14
(TUSt – TUS) × JKSt
(Rp30,000 – Rp32,000) × 32,000 = Rp64,000,000 Rugi.

b. Selisih Efisiensi Upah


(JKSt – JKS) × TUSt
(32,000 – 36,000) × 30,000 = Rp120,000,000 Rugi.

c. Selisih Tarif atau Efisiensi Upah


(JKSt – JKS) × (TUSt – TUS)
(32,000 – 36,000) × (30,000 – 32.000) = Rp8,000,000 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Tenaga Kerja = Rp192,000,000

7. Analisis Penyimpangan Selisih Biaya Overhead Pabrik Standar dari Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya
a. Model Satu Selisih
Selisih Total Biaya Overhead Pabrik :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya = Rp71,875,000
Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan = Rp68,750,000
Selisih Total Biaya Overhead Pabrik = Rp3,125,000 Rugi.

b. Model Dua Selisih


Selisih Terkendalikan
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya = Rp71,875,000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Pada Kapasitas Normal = Rp15,000,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya = Rp56,875,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Pada Kuantitas Standar = Rp55,000,000
Jumlah Selisih Terkendalikan = Rp1,875,000

Selisih Volume
Kuantitas Bahan Baku Pada Kapasitas Normal = 600 kg
Kuantitas Bahan Baku Standar = 550 kg
Selisih Volume = Rp25,000 per kg
Jumlah Selisih Volume = Rp1,250,000

15
Jumlah Selisih Biaya Overhead Pabrik Standar Dengan Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya = Rp3,125,000

c. Model Tiga Selisih


Selisih Pengeluaran
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya = Rp71,875,000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Pada Kapasitas Normal = Rp15,000,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya = Rp56,875,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan Pada Kuantitas Yang
Sesungguhnya Tercapai = Rp57,500,000
Jumlah Selisih Pengeluaran = Rp625,000 Laba.

Selisih Kapasitas
Kapasitas Normal = 600 kg
Kapasitas Sesungguhnya = 575 kg
Kapasitas Yang Tidak Terpakai = 25 kg
Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap = Rp25,000
Jumlah Selisih Kapasitas = Rp625,000 Rugi.

Selisih Efisiensi
Kapasitas Standar = 550 kg
Kapasitas Sesungguhnya = 575 kg
Selisih Efisiensi = 25 kg
Tarif Biaya Overhead Pabrik = Rp125,000
Jumlah Selisih Efisiensi = Rp3,125,000 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Overhead Pabrik Standar Dengan Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya = Rp3,125,000 Rugi.

d. Model Empat Selisih


Selisih Pengeluaran
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya = Rp71,875,000

16
Biaya Overhead Pabrik Tetap Pada Kapasitas Normal = Rp15,000,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya = Rp56,875,000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan Pada Kuantitas Yang
Sesungguhnya Tercapai = Rp57,500,000
Jumlah Selisih Pengeluaran = Rp625,000 Laba.

Selisih Kapasitas
Kapasitas Normal = 600 kg
Kapasitas Sesungguhnya = 575 kg
Kapasitas Yang Tidak Terpakai = 25 kg
Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap = Rp25,000
Jumlah Selisih Kapasitas = Rp625,000 Rugi.

Selisih Efisiensi Tetap


Kapasitas Standar = 550 kg
Kapasitas Sesungguhnya = 575 kg
Selisih Efisiensi = 25 kg
Tarif Biaya Overhead Pabrik = Rp25,000
Jumlah Selisih Efisiensi Tetap = Rp625,000 Rugi.

Selisih Efisiensi Variabel


Kapasitas Standar = 550 kg
Kapasitas Sesungguhnya = 575 kg
Selisih Efisiensi = 25 kg
Tarif Biaya Overhead Pabrik = Rp100,000
Jumlah Selisih Efisiensi Tetap = Rp3,000,000 Rugi.

Jumlah Selisih Biaya Overhead Pabrik Standar Dengan Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya = Rp3,125,000 Rugi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu sistem biaya standar menganggarkan kuantitas dan biaya menggunakan
dasar unit. Anggaran unit ini adalah tenaga kerja, bahan baku, dan overhead. Dengan
demikian, biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk
memproduksi suatu barang dan jasa. Standar yang dibuat ditetapkan berdasarkan
pengalaman historisnya. Standar yang saat ini dapat dicapai adalah standar yang dapat
diraih dengan kondisi operasional yang efisien. Standar ideal adalah standar yang
dapat dicapai dengan efisiensi maksimum atau kondisi operasional ideal. Sistem
perhitungan biaya standar digunakan untuk memperbaiki perencanaan untuk dan
pengendalian, serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk.
Dengan membandingkan hasil aktual dengan standar dan membagi variansi
dalam komponen harga dan kuantitas, respon balik tersedia sebagai informasi.
Informasi ini memungkinkan para manajer untuk menerapkan tingkat kendali yang
lebih besar terhadap biaya daripada yang ditemukan dalam sistem perhitungan biaya
normal atau aktual. Keputusan seperti penawaran juga dibuat lebih mudah ketika
sistem perhitungan biaya standar digunakan. Dalam perusahaan manufaktur, biaya
standar dikembangkan untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead. Ketiga hal ini tidak dapat dilepas pisahkan, sistem ABC sendiri.
Dengan demikian jelas bahwa biaya standar merupakan alat yang penting
untuk perencanaan dan pengendalian biaya produksi berdasarkan pemikiran bahwa
pengendalian biaya produksi merupakan jalan yang logis sebagai konsekuensi
perusahaan dalam menekan biaya produksi agar sesuai dengan rencana, karena
dengan metode biaya tersebut perusahaan dapat mengetahui berapa biaya yang
seharusnya dikeluarkan sebelum proses produksi dimulai sehingga dapat diketahui
ketidakefesienan atau pemborosan biaya yang terjadi setelah proses produksi selesai.

18
B. Saran
Kami juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu , kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, (Edisi ke-5) Cetakan 9. Yogyakarta : UPP-STIM YKPN.

Cecily A.Rainborn, Michael R Kinney. 2011. Akuntansi Biaya, Dasar Dan Perkembangan
(Cost Accounting, Foundation And Evolutions) Buku 1 Edisi 7. Salemba Empat, Jakarta

Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Salemba
Empat, Jakarta

Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya: Conventional Costing Just In Time, and Activity-Based
Costing, PT. Refika Aditama, Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai