Anda di halaman 1dari 16

Standard Costing, Operational Performance Measures, and

Balancedd Scorecard

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
“Akuntansi Manajemen Lanjutan”

Dosen Pengampu : Dr. Mukhzarudfa, S.E, M.Si.

Disusun Oleh :

Ela Deswita C1C018106

Novita Rizki Susanti C1C018130

R.M. Ardian Cholik C1C018158

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas izin dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Standard
Costing, Operational Performance Measures, and Balancedd Scorecard” ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan saya ucapkan terimakasih kepada Dr. Mukhzarudfa, S.E.,
M.Si sebagai dosen pada mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan.

Pada penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang kami sajikan, baik itu yang berkaitan dengan pemaparan materi dan
cara kami menulis. Namun, ini adalah hasil yang telah kami lakukan sendiri dan
kami telah berusaha semaksimal mungkin.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan
bagi kami dan kepada para pembaca yang budiman. Kritik dan saran dari pembaca
sangat membantu kami dalam membangun tulisan yang lebih baik lagi.

Jambi, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Konsep Dasar Manajemen Biaya.......................................................................3
B. Akuntansi Untuk Operasional Kustomisasi Massal...........................................3
C. Proses Manajemen..............................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................8
KESIMPULAN.............................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Standar adalah tolok ukur atau ―norma‖ dalam pengukuran kinerja.


Standar dapat Anda temukan dimana saja . Dokter mengevaluasi berat badan
Anda menggunakan standar yang telah ditetapkan untuk orang dengan umur,
tinggi, dan jenis kelamin seperti Anda. Makanan yang kita makan di restoran
harus disiapkan dengan standar kebersihan khusus. Bangunan yang kita huni
harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standar juga sering digunakan
dalam akuntansi manajerial di mana standar tersebut terkait dengan kuantitas dan
biaya (atau biaya perolehan) input yang digunakan dalam produksi barang dan
persediaan jasa.
Manajer dibantu oleh insinyur dan akuntan menetapkan standar kuantitas dan
biaya untuk setiap input utama seperti bahan baku dan jam tenaga kerja. Standar
kuantitas menentukan berapa banyak input yang dibutuhkan untuk setiap unit
produksi. Standar biaya (harga) menentukan berapa yang harus dibayar untuk
setiap unit input. Kuantitas aktual dan biaya aktual input kemudian dibandingkan
dengan standar-standar ini. Jika kuantitas atau biaya input ini berbeda secara
signifikan dari standarnya, manajer kemudian menyelidiki perbedaan tersebut.
Tujuannya adalah untuk menemukan penyebab permasalahan untuk selanjutnya
menyelesaikannya sehingga tidak terulang lagi. Proses ini disebut manajemen
dengan pengecualian (management by exception).

1.2. Tujuan

1.3. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas,penulis dapat menentukan beberapa


rumusan masalah,di antaranya:

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Biaya Standar


Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka diperlukan adanya alat
evaluasi kinerja yang baik. Salah satu alat evaluasi kinerja yang sering digunakan
oleh perusahaan adalah biaya standar. Evaluasi kinerja dengan sistem biaya
standar akan membantu manajemen untuk melakukan perbaikan atas
penyimpangan-penyimpangan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang
telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat nya
mengenai definisi biaya standar.

Menurut Carter dan Usry. (2006,163), biaya standar adalah Biaya standar adalah
biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau
sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu. Biaya standar merupakan
biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau
yang diantisipasi. Kemudian Mulyadi juga menyumbangkan pendapat nya
mengenai definisi biaya standar, yaitu biaya yang ditentukan di muka, yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan
produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi
ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Biaya yang seharusnya
dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka merupakan
pedoman dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya sesungguhnya
menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar,
sepanjang asumsi- asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah.

Dari definisi yang telah diuraikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
biaya standar adalah biaya yang seharusnya terjadi di masa yang akan datang
untuk membuat suatu produk yang ditentukan terlebih dahulu dalam asumsi
kondisi ekonomi tertentu.

2.1.1. Jenis-jenis Biaya Standar

4
Berbagai jenis standar dapat dipertimbangkan penggunaannya oleh perusahaan.
Menurut Mulyadi (2000: 423) dalam buku Akuntansi Biaya, standar dapat
digolongkan atas dasar tingkat ketaatan dan kelonggaran sebagai berikut:

1. Standar Teoritis

Standar teoritis disebut juga dengan standar ideal, yaitu suatu standar
yang ketat yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dicapai, sebab
banyak faktor non teknis yang mempengaruhi kegiatan produksi.
Asumsi yang mendasari standar teoritis ini adalah bahwa standar
merupakan tingkat yang paling efisien yang dapat dicapai oleh
pelaksana. Kebaikan standar teoritis adalah bahwa standar tersebut
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Tetapi
pelaksanaan yang sempurna yang dapat dicapai oleh orang atau mesin
jarang dapat dicapai sehingga standar ini sering menimbulkan frustasi.
Standar teoritis ini sekarang sudah jarang digunakan.

2. Standar Biaya Waktu yang Lalu

Biaya standar yang ditentukan dengan menghitung rata-rata biaya yang


telah lampau cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya.
Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang
tidak efisien, yang seharusnya tidak boleh dimasukan sebagai unsur
biaya standar. Tapi jenis standar ini kadang-kadang berguna pada saat
permulaan perusahaan menerapkan sistem biaya standar dan terhadap
jenis biaya standar ini secara berangsur-angsur kemudian diganti
dengan biaya yang benar-benar menunjukkan efisiensi.

3. Standar Normal

Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang
dibawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal.
Kenyataannya standar normal didasarkan pada rata-rata biaya di masa
yang lalu, yang disesuaikan dengan taksiran keadaan biaya di masa

5
yang akan datang. Standar normal bermanfaat bagi manajemen dalam
perencanaan kegiatan jangka panjang dan pengambilan keputusan yang
bersifat jangka panjang. Standar normal tidak begitu bermanfaat dari
sudut pengukuran pelaksanaan tindakan dan pengambilan keputusan
jangka pendek.

4. Pelaksanaan Terbaik yang Dapat Dicapai

Standar ini didasarkan pada tingkat yang dapat dicapai dengan


memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari
terjadinya. Standar ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang
baik untuk menilai pelaksanaan.

2.1.2. Manfaat Biaya Standar

Biaya standar merupakan alat penting dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini
akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif,
karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya
dilaksanakan, dan pada tingkat berapa biaya pekerjaan tersebut seharusnya
dilaksanakan. Sistem biaya standar akan memberikan pedoman kepada
manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu
sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan pengurangan biaya dengan
cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan lain.

Menurut Carter dan Usry (2005:154), biaya standar membantu perencanaan dan
pengendalian operasi. Biaya standar memberikan wawasan mengenai dampak-
dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba.

2.1.3. Kelemahan Biaya Standar

Tingkat ketaatan dan kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat.
Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang dibutuhkan oleh
perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar yang telah ditetapkan dalam
perusahaan secara keseluruhan dengan tingkat ketaatan dan kelonggaran yang

6
relative sama. Seringkali standar cenderung menjadi kaku atau tidak fleksibel,
meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami
perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan
standar menimbulkan masalah persediaan. Namun, jika standar sering diperbaiki,
hal ini menyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur
pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi
perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran
pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis.

2.1.4. Penentuan Biaya Standar

Prosedur penentuan biaya standar dibagi ke dalam 3 bagian meliputi biaya bahan
baku standar, biaya tenaga kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Standar

Biaya bahan baku standar terdiri dari kuantitas standar dan harga
standar. Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan
spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik
pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian
dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap- tiap
jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai.

Kuantitas standar bahan baku ditentukan dengan penyelidikan teknis


atau dengan analisis catatan masa lalu. Sedangkan, penentuan harga
standar umumnya dari daftar harga pemasok, katalog, atau informasi
yang sejenis dan informasi lain yang tersedia berhubungan dengan
kemungkinan perubahan harga- harga tersebut di masa depan.

2. Biaya Tenaga Kerja Standar

Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu jam tenaga kerja
standar dan tarif upah standar. Syarat mutlak berlakunya jam tenaga
kerja standar adalah:

7
a) Tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan yang modern
sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya
yang minimum.

b) Pengembangan staff perencanaan produksi, routing, scheduling,


dan dispatching, agar supaya aliran proses produksi lancar, tanpa
terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.

c) Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia


pada saat dibutuhkan untuk produksi.

d) Standardisasi kerja karyawan dan metode- metode kerja dengan


instruksi- instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan,
sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi
yang paling baik.

Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara :

a) Menghitung rata- rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu


pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.

b) Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang


diharapkan.

c) Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja


karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

d) Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada


pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

Jam kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan kelonggaran


waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari seperti
menunggu bahan baku, reparasi, dan pemeliharaan mesin.

3. Biaya Overhead Pabrik Standar

8
Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya
overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas
normal. Agar supaya tarif overhead standar ini bermanfaat untuk
pengendalian biaya, maka tarif ini harus dipisahkan ke dalam tetap dan
variabel. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya
standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk
beberapa kisaran kapasitas.

Contoh Perhitungan Standar

CV. Intan Mutiara yang berproduksi dengan 2 jenis bahan baku dan memiliki 2
departemen produksi dimana bahan baku hanya dipakai pada departemen I dan
BOP pada departemen II. Biaya standar untuk menentukan biaya produksi,
berdasarkan data-data sebagai berikut :

1. Penyusunan Biaya Standar Bahan Baku per Unit Produk :

Bahan A Bahan B

Harga Bahan per unit (kg) Rp 100,- Rp 400,-

Biaya penanganan bahan 10% 10%

Kebutuhan bahan 2,5 kg 2 kg

Harga standar bahan per kg Rp 110,- Rp 440,-

Biaya standar bahan Rp 275,- Rp 1.100,-

Biaya standar bahan baku

(Rp 275,- + Rp 1.100,-) = Rp 1.375,-

2. Penyusunan Biaya Standar Upah Langsung per Unit Produk :

Dept I Dept II

1 Tenaga kerja 40 100

2 Jam kerja per minggu/org 35 35

9
3 Jumlah jam kerja/minggu (1x2) 1400 3500

4 Jumlah biaya per minggu Rp 280.000,- Rp 875.000,-

5 Biaya per jam (4:3) Rp 200,- Rp 250,-

6 Cadangan premi 20% Rp 40,- Rp 50,-

7 Biaya per jam total (5+6) Rp 240,- Rp 300,-

8 Kebutuhan jam kerja 2,5 2

9 Biaya standar upah

(2,5 x Rp 240,-) + (2 x Rp 300,-) = Rp 1.200,-/unit

3. Penyusunan Biaya Standar Overhead Pabrik per Unit Produk

80% 100% 120%

Total Per Total Per Total Per


Jenis Biaya
(Rp) jam (Rp) jam (Rp) jam
(Rp) (Rp) (Rp)

Biaya Variabel :

Upah pengawas 256.000 80 320.000 80 384.000 80

Bahan 112.000 35 140.000 35 168.000 35

Pembantu 16.000 5 20.000 5 24.000 5

Lain-lain

384.000 120 480.000 120 576.000 120

Biaya Tetap :

Peny. Mesin 190.000 190.000 190.000

Listrik 50.000 50.000 50.000

10
Pemeliharaan 80.000 80.000 80.000

320.000 320.000 320.000

Jumlah Biaya 704.000 800.000 896.000

Biaya standar overhead pabrik dibuat pada kapasitas normal dimana :

Overhead Standar/jam = Rp 120,- + Rp 80,- = Rp 200,-

Biaya overhead pabrik = Rp 200,- x 4 = Rp 800,-

4. Biaya Standar Produksi per Unit :

Bahan Baku Rp 1.375,-

Upah Langsung Rp 1.200,-

Overhead Pabrik Rp 800,-

Biaya Produksi Standar Rp 3.375,-

2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional


suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000). Penilaian Kinerja
juga dapat diartikan sebagai penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan

2.2.1. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam


mencapai tujuan organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Penilaian kinerja dilakukan pula untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
(disfunctional behaviour) dan untuk mendorong perilaku yang semestinya

11
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta imbalan balik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

2.2.2. Penilaian Kinerja dengan Standar Pengerjaan Setiap Aktivitas

Setiap perusahaan atau organisasi perlu mengadakan suatu evaluasi atau


penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk memastikan bahwa setiap aktivitas
yang dijalankan oleh perusahaan berjalan baik. Menilai seberapa baik berbagai
aktivitas (dan proses) dilakukan adalah hal mendasar dalam usaha manajemen
untuk memperbaiki profitabilitas. Penilaian kinerja diperlukan untuk menentukan
hasil kerja yang telah dicapai oleh seorang pekerja atau sekelompok pekerja.

Ada berbagai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.


Ukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama, yaitu efisiensi,
kualitas, dan waktu. Untuk perusahaan yang aktivitas utamanya berupa proses
produksi dan banyak menggunakan tenaga kerja, hasil kerja terikat pada lamanya
waktu pengerjaan yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dipercayakan. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu
aktivitas merupakan hal penting. Waktu yang lebih lama biasanya berarti lebih
banyak penggunaan sumber daya dan lebih sedikit kemampuan untuk merespon
kebutuhan pelanggan.

Langkah awal yang dilakukan ketika melakukan penilaian kinerja adalah


mengidentifikasi aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh bagian produksi dan
menentukan waktu standar yang diperlukan karyawan melalui studi gerak dan
waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan
dengan langkah- langkah yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Setelah
waktu standar dihitung, langkah selanjutnya adalah menghitung waktu
sesungguhnya yang tersedia. Setelah melakukan perhitungan waktu standar dan
sesungguhnya, maka selanjutnya adalah menghitung biaya sumber daya yang
digunakan dalam melakukan aktivitas. Lalu,berikutnya adalah menghitungselisih
efisiensi tenaga kerja. Selisih efisiensi tenaga kerja akan terjadi apabila jumlah
jam kerja tenaga kerja yang tersedia untuk bekerja menyimpang dari jumlah jam

12
kerja standar untuk setiap aktivitas. Berikut adalah contoh tabel yang menyajikan
perhitungan selisih efisiensi tenaga kerja.

Tarif
Selisih
Jam Tenaga Kerja tenaga
Efisiensi
kerja

Sesungguh
Standar Standar (1) x (3) (2) x (3) (5) – (6)
nya

Aktivitas (1) (2) (3) (5) (6) (7)

Memasang 525 400 Rp 150 Rp 78.750 Rp 60.000 Rp 18.750 (R)

klem chasis

Membuat 1.450 1.500 160 246.400 240.000 6.400 (R)

Lantai
Body

Divisi Rangka Rp 325.100 Rp 300.000 Rp 25.100

13
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Carter, William. 2009. Akuntansi Biaya : Cost Accounting Buku 2 Edisi 14.
Salemba Empat. Jakarta.

Rumini, Dra. Akuntansi Manajemen : Akutansi Biaya dan Balanced Scorecard.


Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB

15

Anda mungkin juga menyukai