Anda di halaman 1dari 6

POTRET DA’I DI ERA GLOBALISASI

DALAM PERSPEKTIF MENEJEMEN DAKWAH


Oleh : AM. Syahrir Rahman

Penguasaan materi dakwah bukan saja menunjukkan intensitas retorika dalam dakwah,
tetapi juga menambah kesempurnaan dalam pemahaman maknanya sebagaimana yang
dilakukan oleh para Da’i di zaman dulu. Missalkan era wali songo
Perbedaan budaya dasar antara zaman dahulu dengan zaman sekarang yang nota bene
dianggap era globalisasi merupakan bagian dari pengaruh social yang sangat besar
sehingga mengakibatkan pengadopsian para Da’i, Muballigh dll terutama di Indonesia
mengalami berbagai reduksi dan perubahan, sebagaimana pengembangan budaya Islam
yang lainnya. Hal itu dapat kita cermati dan kita lihat cirri-ciri Da’i atau Muballigh yang
berkembang hingga sekarang ini diantaranya adalah masyarakat sekarang menilai bahwa
seorang Da’i atau Muballigh hanyalah orang yang ingin memperoleh pengakuan serta
bangga mempunyai keistimewaan yang sacral. (ingin disegani, di cium tangan, di panggil
Gus ) dll.
Di beberapa daerah, termasuk jawa ; seorang da’i sering dipanggil untuk “ ceramah”
dalam acara-acara tertentu, misalkan : pindah rumah, orang meninggal, tingkepan,
pernikahan, khitan bahkan Pilkada dll. Dimana acara tersebut bertujuan untuk
mendapatkan nasehat & berkah.
berdakwah sebetulnya satu matarantai dari system keilmuan islam. Namun dalam
pengajaran dan pendidikan bwedakwah hendaknya dilakukan pada masa remaja – muda-
yang dianggap cukup mampu dalam mempelajari dengan disertai atau menambah
pengajaran ilmu-ilmu yang lain. Para Da’i yang ada di Indonesia mempunyai
keperbedaan dalam tradisi budaya yang ada di Indonesia terutama di jawa.
Jika tujuan normatifnya, seorang Da’i hanya untuk menjaga kemurnian (otentisitas)
keagamaan Sebagaimana yang di syaratkan dalam surah : An Nahl : 125, dan berfungsi
ilmiyah untuk mengajak dan menyerukan kepada ummat kejalan Allah SWT. Yaitu :

‫الح َسنَ ِة َو َجا ِدلهُ ْم بالتى ِه َي أحْ َس ُن‬


َ ‫بك بال ِحك َم ِة َوال َم ْو ِعظ ِة‬
َ ‫بيل َر‬
ِ ‫إلى َس‬
َ ‫ع‬ ُ ‫أ ْد‬
“ Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan cara hikmah, dan nasehat yang baik dan
bertukar fikiranlah (diskusi)lah dengan cara yang lebih baik……”

Nampak menjadi kenyataan.di Indonesia, manifestasi yang paling kongkrit dan tradisi
dalam berdakwah ini adalah berkembangnya pelatihan dakwah bagi para Da’i atau calon
Da’i dengan tujuan memberikan bekal dakwah untuk dipersiapkan mengahdapi
permasalahan di tengah-tengah masyarakat yang global. Mereka diminta untuk
mempelajari materi-materi dalam dakwah.
Dari pelatihan – pelatihan dakwah bagi para da’i dapat pula dijadikan alternative ikhtiar
untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, dalam rangka mencari solusi atas
permaslahan yang di alami oleh manusia. Dari berbagai aspek persoalan, misal :
ekonomi, social bahkan politik kerap kali mereka yang ingin menduduki kekuasaan /
jabatan, mereka mengundang sebagai penceramah atau nara sumber. Fenomenanya
adalah dari sekian banyak para Da’i atau Muballigh kadang tidak sesuai atau
inkonsistensi dengan apa yang di sampaikan sehingga dapat mempangaruhi keadaan
bahkan busaya masyarakat tertentu. Jika dalam berdakwah memiliki masa atau umat
yang banyak maka dikatakan berhasil bahkan Da’i akan mendapatkan berbagai julukan.
Misalkan Da’i Idola, Da’i Gaul, Da’i Seribu Ummat dll. Tetapi sebaliknya jika tidak
berhasil mereka dikatakan Da’i gadungan, Da’i “anyaran-jawa” bahkan lebih aneh lagi,
masyarakat di era globalisasi ini lebih suka dan cenderung kepada Da’i yang mempunyai
kelebihan “Lawak -Lelucon” meskipun dalam isi dakwanya kurang Fasih dalam
membaca al-Qur an.
Ironisnya, kita temukan sebagian dari seorang Seorang Da’i, tidak mencerminkan
perilaku yang kurang baik, tidak amanah, suka mengadu domba, memfitnah dll. Apakah
mereka masih disebut Da’i atau Muballigh………..?? Melihat kenyataan dan prahara
tersebut diatas Potret Da’I di era Globalisasi ini dapat merumuskan format baru dalam
berdakwah.
Karena itu perlu adanya Rekonstruksi kembali tentang Manajemen Dalam berdakwah.

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. [An-Nahl : 125]

A.       Pengertian Dakwah


Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan
akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a-yad'u yang
.berarti panggilan, seruan atau ajakan
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi
."Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah

B.       Ilmu Dakwah


Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian
orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi,
agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan
."fungsi dakwah Islam adalah "Da'i
C.       Tujuan Utama Dakwah
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada
umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,
keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di
antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari
Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah
.(Ethiopia)

D.       Fiqhud-Dakwah
Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para
muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh
.kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah

E.        Metode Dakwah


Metode artinya: Cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu; cara kerja .
Metode juga berarti: Prosedur atau cara memahami sesuatu melalui langkah yang sistematis.
Sedangkan dakwah adalah: Sebagaimana yang kami sebutkan di atas, yaitu menyampaikan
.ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam

Metode dakwah berarti : Suatu cara atau teknik menyampaikan ayat-ayat Allah dan Sunnah
dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dakwah di zaman yang
serba modern dan canggih ini diperlukan metode yang canggih dan modern pula. Sebab jika
tidak adanya keseimbangan antara metode dakwah dan kondisi zaman, maka materi dakwah
yang disampaikan tidak sampai pada sasaran. Sekarang ini kita hidup di era yang disebut
dengan era persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Semua aspek kehidupan di
jalankan oleh mesin-mesin robot yang serba modern. Umat ghairul Islam dalam
menyampaikan dakwahnya di daerah transmigrasi sudah menggunakan pesawat terbang,
sementara itu para da’i kita dalam menyampaikan dakwahnya di daerah tranmigrasi harus
berjalan kaki yang membuat waktu tersita begitu banya

Macam-Macam Dakwah

1. Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain
(satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya
dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk
kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi
contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara
.tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah)

2. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media
lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada
.mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato)

Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan
dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal
.dakwah

3. Dakwah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah
atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi
efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah
hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram,
.disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin

4. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini
dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i
(juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima
.dakwah

Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah
bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum
.Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah

5. Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah
melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan
.tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif
Dari sekian metode dalam berdakwah yang belum
dilakukan oleh para Da’i adalah Dakwah bil Maal
“Fulus”, karena kebanyakan para Da’i kita hanya berharap
“Dapat” dari mana-mana, tidak memberikan Maal ke
mana-mana….?
Hanya berfikir saya dapat apa…..tidak berfikir apa yang
aku berikan…..
Hanya berfikir ada apanya…..tidak berfikir apa
adanya……

Sebagai solusi, kini perlu di upayakan mendudukkan dengan para Da’i dalam perspektif
keilmuan tentang hakikat Dakwah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Oleh
karena itu seorang Da’i merupakan langkah awal dan bekal yang sangat potensial untuk
menggali dan mengkaji ajaran Islam serta mendalami ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Kementrian Agama Propinsi Jawa Timur berharap dengan adanya pelatihan pembibitan
Da’i Muda ini mereka mampu dan siap menjadi seorang Da’i yang dapat menjawab
tantangan yang dihadapi pada zaman sekarang dan mendatang.

 Penulis : Ketua PW.FKDMI Jawa Timur.


MENGABADIKAN KEBAIKAN
UNTUK MELUPAKANNYA

Anda mungkin juga menyukai