Anda di halaman 1dari 16

HUKUM BELAJAR/MENGAJARKAN

PELAJARAN PPKN BAGI PELAJAR


MAUPUN YANG MENGAJARKAN
➡Ppkn.......

Sungguh si guru dan para murid telah jatuh dalam kekafiran, karena
merestuinya.

Bila suatu negara berhukum thaghut, berasaskan kesyirikan, dan


bersistem kafir, maka sudah barang tentu pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintahnya diarahkan dan ditujukkan untuk
mencetak generasi-generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai syirik itu.

Indonesia adalah negara yang berideologikan pancasila, bersistem


demokrasi, berhukum dengan hukum buatan (hukum jahiliyyah) dan
berasaskan kebangsaan (nasionalisme) tidak ada seorangpun yang
mengingkari realita itu.
Pancasila, nasionalisme, demokrasi dan Qawanin Wadiyyah (Undang-
undang buatan) semuanya adalah syirik dan kekafiran tanpa diragukan
lagi. Silahkan rujuk materi-materi terjemahan dan tulisan-tulisan kami
dalam hal ini.

Tentunya pendidikan yang diselenggarakan ditujukan ke arah sana, dan


orang yang membaca tujuan nasional dari pendidikan yang
diselenggarakan resmi di negeri ini, pasti tahu akan hal itu. Makanya
mata pelajaran PMP/PPKN (PKN) adalah mata pelajaran wajib yang
mana si siswa tidak akan lulus tingkat atau mendapatkan ijazah bila nilai
mata pelajaran itu merah, meskipun palajaran-pelajaran yang lainnya
istimewa.

Tidak ada satu yayasanpun yang ingin mendirikan sekolah swasta dan
diakui oleh thaghut kecuali bila mata pelajaran tersebut dimasukkan
dalam mata-mata pelajaran.

Saya bertanya saat mempelajari pelajaran tersebut, si guru pengajar


berdiri menguraikan dan menjelaskan kesyirikan dan kekafiran
pancasila dan paham nasionalisme ? atau justeru menjelaskan
kehebatan, kesaktian dan keindahannya sedangkan para siswa diam
mendengarkannya. Sungguh si guru dan para murid telah jatuh dalam
kekafiran, karena merestuinya.
Mungkin ada yang mengatakan : saya mengingkari di hati saya”, tapi dia
tetap duduk di kelas. Kita katakan “kamu kafir sama dengan mereka,
karena Allah SWT mengatakan :

                

                

 

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam


Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu
duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang
lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah
kamu serupa dengan mereka. ”

[ Surat An-Nisa ayat 140 ]

Kalau kalian tetap duduk di sana saat guru mengisi materi itu berarti
kalian kafir sama seperti guru dan siswa yang aktif mendukung dan
mengiyakan. Pengingkaran hati tidak berarti kalau tidak disertai dengan
sikap pergi.
Bahkan para sahabat ijma’ / sepakat atas kafirnya seluruh jama’ah
masjid di kuffah pada masa khalifah Utsman ra. Di kala salah seorang
jama’ah mengucapkan satu ungkapan yang membenarkan kenabian
Musailamah (Al Kadzdzab).

Maka bagaimana dengan kumpulan orang dalam ruangan kelas, di


mana si guru dalam satu jam penuh menjelaskan kehebatan pancasila,
melarang, membenci dan memusuhi orang yang sebangsa meskipun
berbeda agama, mengakui semua agama itu benar, menyamakan hak
dan kewajiban warga negara dengan segala ragam keyakinannya,
menganjurkan untuk loyalitas kepada thagut, menganjurkan untuk
mensakralkan lambang negara dan benderanya dan di saat upacara di
haruskan melantunkan ucapan kafir, seperti : “Garuda pancasila akulah
pendukungmu…”

“Bagimu negeri jiwa raga kami…”

juga materi ini bukan hanya sekedar pengajaran tapi pendidikan, yang
mana menuntut perubahan sikap, moral dan cara pandang hidup.

Saya beri contoh satu kekafiran yang didiktekan kepada anak SD, Si
guru mengatakan : “Anak-anak apa yang kamu ucapkan bila ada
temanmu yang beragama kristen merayakan natal?” Si guru
membimbing untuk mengucapkan: “selamat hari natal”, ini bukan di
PMP/PPKN saja tapi pada pelajaran IPS saja – silahkan anda cek.
Terus gambar tempat-tempat ibadah dengan tulisan : ini saudara ku si
made sedang sembah yang di pura;dsb.

Itulah pendidikan agama nasionalisme yang ditanamkan pada anak-


anak kalian wahai para bapak dan para ibu.

Sebagian orang berkilah seraya berkata: “saya tidak hadir dan selalu
bolos pada mata pelajaran ini, atau kalau hadir juga suka selalu
mendebat”.

Kita jawab : itu bisa saja, tapi bisakan bolos pada ujian akhir atau
bisakah menjelek-jelekkan pancasila dan nasionalisme serta yang
lainnya pada lembaran ujian?

Jawab: Tidak bisa, karena pasti ‘Tidak Lulus’ jadi dia tidak bisa lepas dari
kekafiran ini. Inilah upaya para thaghut untuk membuat kalian kafir,
Allah SWT berfirman:

               

             

   


“Dan mereka senantiasa memerangi kalian sampai mereka mampu
mengembalikan kalian dari dien kalian bila mereka mampu. Dan siapa
yang murtad diantara kalian dari diennya terus dia mati dalam keadaan
kafir, maka mereka itu hapuslah amalan-amalannya di dunia dan
akhirat, serta mereka itu adalah para penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”

(surat Al-Baqarah ayat 217)

Ayat ini menjelaskan bahwa para thaghut akan terus berupaya agar
kalian ini menjadi kafir. Makanya kalian tidak mendapatkan ijazah
thaghut kecuali setelah kalian kafir dengan bentuk lulus dalam
pendidikan syirik. Bila saja orang yang memerangi thaghut dan
diperangi thaghut, namun karena patah semangat dia mengikuti alur
thaghut sehingga jadi kafir terus Allah ancam dengan ancaman kekal di
neraka bila mati diatasnya, maka apa gerangan dengan orang yang
tidak diperangi oleh thaghut, namun dia hanya ingin ijazah buat kerja
dengan cara merestui kekafiran dan kemusyrikan itu.

Sebagian orang berkata : “Sekarang tanggung sudah kelas 2 SMU, nanti


aja taubat setelah selesai.”

Kami katakan : “Apakah kalian yakin punya usia sampai selesai sekolah,
ajal itu ada di tangan Allah.”
Ingatlah kalian tetangga yang masih belia, kemarin engkau lihat dia, tapi
ternyata sekarang sudah di kubur di sana. Ya, itulah ajal nya, siapa tahu
kalian menyusulnya sedang kalian masih kafir. Dan penyesalan yang
tidak ada akhirnya, tapi apalah arti penyesalan di sana.

Kalau seandainya kalian bisa selesai, tapi siapa jamin hidayah itu
datang. Hidayah itu ada di tangan Allah, bukan di tangan kita. Allah swt
mengatakan:

        

“Dan tidak mungkin bagi satu jiwa pun dia beriman kecuali dengan izin
Allah” (surat Yunus ayat 100)

Ingat yang diinginkan para thaghut dari kalian bukanlah perubahan


keyakinan kalian, tapi persetujuan dhahir baik lisan, tulisan atau
perbuatan kalian, karena kalau masalah keyakinan hati tidak bisa
thaghut merubahnya.
                 

                

“Dan orang-orang yahudi dan orang-orang nasrani tidak akan rela dari
kamu sampai kamu mengikuti ajaran mereka. Katakan: sesungguhnya
petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenar-benarnya. Dan sekiranya
kamu mengikuti keinginan-keinginan mereka setelah datangnya ilmu
kepada kamu, maka kamu tidak memiliki satu pelindung dan
penolongpun dari (Adzab) Allah.”

(surat Al-Baqarah ayat 120)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan rela dari umat
Islam sehingga mereka mengikuti ajaran mereka, makanya para
thaghut negeri ini tidak rela kecuali para siswa binaannya itu mengikuti
ajaran pancasila, demokrasi dan nasionalisme. Ingat, mengikuti disini
adalah mengikuti sisi dhahir, karena keyakinan hati tak bisa dilihat.

Para thaghut senang dan ridha saat kalian memuji pancasila, demokrasi
dan nasionalisme. Mereka senang saat kalian melantunkan lagu Garuda
Pancasila dan bagi mu negeri, mereka senang karena kalian telah
mengikuti ajaran syirik.
       

“Mereka senang seandainya kalian kafir seperti mereka kafir, sehingga


kalian sama” (surat An-Nisa ayat 89)

Dalam ajaran Islam kekafiran itu bisa dengan keyakinan saja atau lisan
saja, atau perbuatan saja, atau keragu-raguan. Para ulama menjelaskan
bahwa orang yang menampakkan sikap setuju terhadap ajaran syirik
karena alasan takut, atau basa-basi atau demi menjaga perasaan orang
kafir atau demi sekedar dunia, maka dia itu kafir, meskipun di hatinya
benci terhadap ajaran syirik itu dan para pemegangnya, dan meskipun
dia cinta kepada tauhid dan para muwahhidin.

Lihat HUKMU MUWALATI AHLIL ISYRAK (HUKUM BERLOYALITAS


TERHADAP AHLI SYIRIK) dalam majmu’ah At Tauhid.

Ada orang yang mengatakan : “saya saat mengisi jawaban materi


pendidikan moral syirik itu hanya bohong-bohongan, karena saya tidak
berniat mengamalkannya,”

Kita jawab : “Sama saja, kamu kafir meskipun mengucapkan atau


menulis kekafiran itu seraya bohong-bohongan, karena Allah swt
memvonis kafir orang yang mengucapkan kalimat dengan niat hobong,
Dia swt barfirman:
              

            

 

“Apa engkau tidak memperhatikan orang-orang munafiq, mereka


mengatakan kepada saudara-saudara mereka yang kafir dari kalangan
ahli kitab; sesunguh bila kalian di usir, maka kami pasti keluar bersama
kalian dan kami tidak akan mentaati seorangpun selama-lamanya
dalam (hal sikap terhadap) kalain, dan bila kalian di perangi sungguh
kami akan membela kalian; sedangkan Allah bersaksi bahwa mereka itu
benar-benar dusta.”

(surat Al-Hasyr ayat 11)

Orang-orang munafik secara duniawi diperlalukan seperti orang-orang


islam. Dan bila menampakkan kekafiran, mereka divonis kafir. Dalam
ayat ini Allah memvonis kafir mereka saat mengucapkan kaliamat
kekafiran, padahal Allah tahu betul bahwa ucapan mereka itu adalah
dusta. Bila ucapan dusta tapi berisi kekafiran, Allah vonis orangnya
sebagai kafir, maka apa gerangan orang yang serius (melakukan
perbuatan itu).

Saat mengisi jawaban ujian pelajaran pendidikan syirik itu apakah kalian
serius, bohong atau main-main, sama saja membuat kafir dengan ijma
para ulama.
Allah mengatakan kepada yang melakukan kekafiran padahal main-
main:

               

 

“Jangan cari-cari alasan, sungguh kalian telah kafir setelah kalian


beriman” (surat At-Taubah ayat 66)

Ada orang beralasan ; “Ulama membolehkan mempelajari hukum kafir


untuk membongkarnya bagi orang yang menguasai Islam dan aman
fitnah”

Kita katakan: “Itu betul. Semua orang tahu bahwa orang itu
mengingkarinya di hati, dilisan dan tulisan, tidak memujinya apalagi
menyanjungnya. Dia mempelajarinya untuk menjelaskan
kebobrokannya sedangkan mata pelajaran PMP/PPKN disampaikan
dalam rangka mendidiknya menjadi kaum musyikin pancasila dan
nasionalisme. Si guru, si murid dan para pengurus di nilai semua orang
bahwa mereka itu adalah pengemban risalah syirik ini. Makanya
thaghut ingin tahu di tiap semester sudah sejauh mana loyalitas anak-
anak didik ini terhadap falsafah dan sistem syirik ini.

Akhirnya saya ingin bertanya kepada kalian wahai para siswa apa yang
kalain cari? Apa tujuan hidup kalian?
Kalau yang kalian cari ijazah, berarti tujuan kalian adalah materi,
sehingga tak anehlah bila tuhan kalian yang bersifat materi ini
melapangkan jalan kemusyrikan dan kekafiran. Tapi bila yang kalian cari
itu adalah ilmu demi gapai ridha Allah, maka tak mungkin ridha-Nya di
gapai dengan cara melakukan kemusyikan dan kekafiran. Sarana dan
cara belajar sangat banyak sekali bila memang kalian jujur. Orang yang
tak berijazah saja banyak yang maju asal punya kemampuan dan
kejujuran. Justru banyak orang yang berijazah memiliki moral dan
mental yang buruk, jangan tanya agamanya.

Wahai para ibu dan bapak, anak-anak kalian telah jatuh dalam
kekafiran, dicekoki kemusyikan

Kalian keluarkan biaya besar untuk anak-anak itu, dan hasilnya, mereka
beragamakan pancasila dan nasionalisme, bisanya upacara dan hormat
bendera thaghut, hobinya pacaran dan main surat cinta, mental hidup
keras kosong, maunya kerja yang enak dan jajan, yang mereka hapal
adalah lagu syirik dan lagu cinta asmara, tanya mereka surat Al-Qur’an
apa yang sudah di hapal ? penampilan maunya bersih dan rapi tapi tak
ada keinginan untuk kerja. Realita membuktikan mereka tak menguasai
pelajaran yang ada.

Para ibu/bapak, bila kalian sayang pada diri sendiri dan anak kalian dari
itu semua, kembalikan mereka ke rumah, arahkan pada keterampilan
yang benar. Luruskan niat karena Allah swt. cari ridha-Nya dan yakinlah
dengan rizkinya.
Jangan biayai anak-anak kalian untuk kekafiran, karena kalian sama
dengan mereka.

Apa pendapat kalian, bila si anak minta uang untuk minum khamar?
Kalian pasti tak akan mengasihnya karena itu sama dengan mendukung
dosa besar.

Bagaimana bila si anak minta uang untuk beribadah di gereja bersama


orang kafir? Apa kalian kasih juga.

Kalau kalian kasih, kafirlah kalian.

Bagaimana bila dia minta uang untuk belajar sihir dan santet? Bila di
kasih, kafirlah kalian.

Bagaimana bila dia minta uang SPP untuk belajar pelajaran PMP/PPKN
yang syirik, untuk mengisi lembaran jawaban kekafiran, untuk buku
catatan kekafiran, untuk buku pendidikan moral syirik agar bisa di
dalami dan lulus ujiannya, untuk upacara menghormati bendera
thaghut, paskibra, menyanyi lagu syirik dan kekafiran.

Apakah engkau memberinya?

Jangan beri dia uang baik untuk SPP atau ongkos atau jajanya, suruh dia
berhenti, bila tidak mau robek semua baju seragamnya agar tidak
berangkat.

Setelah itu bila dia nekad membangkang dan pergi juga, maka tanggung
jawabmu sudah lepas dan amalkan akhir surat Al Mujadilah.
             

              

                

          

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, salingberkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itubapak-
bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yangAllah telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang
datang dari pada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah rida terhadap mereka danmereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.”
(surat Al-Mujadilah ayat 22)

Ini adalah nasehat dari seorang muwahhid yang tidak peduli dengan
celaan orang. Bila kalian benar baik dan bertaqwa kepada Allah maka
ini janjinya:
                   

           

“Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah berikan kepadanya
jalan keluar dan dia memberinya rizki dari arah yang tak dia perkirakan”
(surat Ath-Thalaq ayat 2-3)

        

“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia jadikan baginya
kemudahan dari urusannya,” (surat Ath-Thalaq ayat 4)

          

“Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka dia hapuskan


keburukan-keburukan darinya dan Dia besarkan pahala baginya” (surat
Ath-Thalaq ayat 5)

Ini janji-Nya, tinggal kita yang mengamalkannya. Tapi ingat kehidupan


tak lepas dari rintangan dan tantangan.

Ini adalah hujjah atas kalian, dan saya sama sekali tidak meminta upah
dari kalian atas hal ini, saya hanya melepaskan beban amanah dari
pundak ini.
Ya Allah, saya telah menyampaikannya

Ya Allah, saksikanlah

Ya Allah, berilah hidayah kami, isteri-isteri kami, orang tua-orang tua


kami, orang tua-orang tua isteri-isteri kami, saudara-saudara kami dan
saudara-saudara mereka, dan juga kerabat-kerabat kami

Ya Allah…..Ya Rabbal ‘Alamiin

Amin.

Shalawat dan salam semoga terus dilimpahkan kepada Nabi kita dan
akhir qalam kami Al Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin.

Sabtu, 24 Rabi Al Awwal 1425

15 Mei 2004

Aman Abdurrahman

Anda mungkin juga menyukai