Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khowarij yang sampai saat ini masih
ditiru oleh sebagian umat muslim.
Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak
berhenti membaca Surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar
perbuatannya:
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridloan Alloh; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Seorang ahli surga meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini
aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Alloh.
Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam
yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan yang
menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka
menawarkan jalan kebenaran menuju surga Alloh dengan cara mengkafirkan
sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara
berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga
mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng
menyesatkan kiyai dan ulama.
"Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Alquran dengan
lisan mereka tetapi tidak melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari
Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya." (Shohih Muslim,
hadits No.1068)
Dan berkaitan dengan hal tersebut di indonesia sendiri banyak sekali golongan
golongan demikian yg membuat kekacauan , bahkan oleh mereka NU dituding
sebagai kelompok yang “bersikap keras terhadap umat Islam dan berlaku
lemah lembut terhadap orang-orang kafir.” Bahkan sampai menganggap Nu
sbg pembela Thagut. Pasdahal kenyataannya NU menjaga Islam dari orang-
orang yang merusak, yaitu sekelompok orang yang menggunakan Islam untuk
berbuat jahat, terhadap mereka yang menggunakan Islam untuk berbut jahat,
sikap kita kadang harus lebih keras ketimbang terhadap non-Muslim.
Islam bukan agama teror dan kekerasan! NKRI dan negara-negara lain di dunia
adalah produk mu’âhadah wathaniyah, konsensus yang sah. Karena itu umat
Islam di seluruh dunia harus taat dan patuh kepada pemimpinnya selagi tidak
dihalangi untuk menjalankan salat berjamaah, menggemakan adzan,
membangun masjid/tempat ibadah
terorisme dalam Islam lahir dari cita-cita politik, bukan agama. Terorisme harus
disikapi keras dan tegas. Tidak ada toleransi terhadap terorisme dan teroris.
Setelah insiden terror yang terjadi , kita harus sehati dan sepikiran bahwa
tidak ada tempat bagi terorisme. Tidak perlu menutup-nutupi dan membela
aksi terorisme dengan alasan apa pun. Kalau misalnya tidak puas dengan
kinerja pemerintahan, jadilah oposisi loyal. Kritiklah, kalau perlu keras. Kita
bisa menghimpun kekuatan dan merebut kekuasaan dengan cara
konstitusional, dengan program-program alternatif, tanpa perlu mengumbar
kebencian. Tetapi, kalau pun sekarang kita menghadapi masalah ketimpangan,
tidak berarti membenarkan terorisme, dengan cara tersamar. Apa maksud
pembenaran tersamar? Menutup-nutupi aksi terorisme, mengembangkan teori
konspirasi, menyebutnya rekayasa, menggunakan dalih reaksi atas
ketidakadilan. Itu semua adalah bentuk pembenaran tersamar. Selagi kita,
umat Islam, tidak mau jujur kepada diri sendiri, kita tidak akan bisa
melenyapkan terorisme
Demikian yang dapat saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf,
wasallamualaikumwr wb