Anda di halaman 1dari 15

Beliau adalah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Musthafa Tilmisani.

Diangkat sebagai Mursyid


‘Aam Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya Mursyid ke dua, Ustadz Hasan al-Hudhaibi pada bulan
November 1973.
1. Masa Kecil dan Pertumbuhannya
Asal-usulnya kembali kepada wilayah Tilmisani di al-Jazaair. Lahir di kota Kairo pada tahun 1322 Hijriah,
atau 1904 Masehi, di jalan Hausy Qadim di Al-Ghauriah. Kakek dan ayahnya bekerja sebagai pedagang
pakaian dan batu mulia. Kakeknya adalah seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Karena itu ia tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari bid’ah.
Syeikh Umar Tilmisani belajar di Sekolah Ibtidaiyyah Jam’iyyah Khaeriyah, lalu melanjutkan di Sekolah
Tsanawiyah al-Hilmiyah. Setelah itu, ia kuliah di Fakultas Hukum. Setelah menyelesaikan pendidikannya
pada tahun 1933, ia kemudian menyewa sebuah kantor advokat di jalan Syabiin al-Qanathir, dan
bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.
Ustadz Tilmisani adalah pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan. Di sinilah ia mengerahkan
usaha dan pikirannya demi membela jamaah ini. Ia juga adalah orang terdekat Imam Syahid yang kerap
menemani beliau dalam perjalanan yang dilakukannya di wilayah Mesir atau di luar negeri. Imam Syahid
juga sering meminta bantuan kepadanya dalam berbaga perkara.
Ustadz Umar Tilmisani menikah saat masih duduk di Sekolah Tsanawiyah Negeri, dan Istrinya wafat
pada bulan Agustus 1979 setelah hidup bersamanya lebih dari setengah abad. Mereka dikarunia empat
orang anak; Abid dan Abdul Fattah, serta dua orang anak perempuan.
Pekerjaan beliau sebagai pengacara tidak membuatnya lupa memperkaya dirinya dengan wawasan
keislaman. Karena itu, ia banyak membaca dan menelaah berbagai jenis buku, seperti tafsir, hadits, fikih,
sirah, sejarah dan biografi. Ia juga mengikuti dengan seksama berbagai konspirasi dan strategi musuh-
musuh Islam di dalam dan luar Mesir, mengamati, mempelajari, menentukan caranya bersikap, cara
menghadapinya dengan bijak dan nasehat yang baik. Ia juga berusaha menangkal propaganda yang
mereka tiupkan, mendustakan ucapan-ucapannya, dan menepis kecurigaan mereka dengan sikap
seorang mukmin penuh percaya diri yang mengetahui keunggulan yang dimilikinya, dan kelemahan yang
ada pada lawan-lawannya. Bahwa tidak ada selain Allah yang dapat menolong, dan tak ada agama lain
kecuali Islam.
Saya mengenalnya saat pertama kali tiba di Mesir untuk kuliah pada tahun 1369, bertepatan dengan
tahun 1939, dimana kami bertemu dengan para tokoh dan petinggi Ikhwan setelah syahidnya Imam
Hasan al-Banna, dan sebelum pemilihan mursyid kedua, ustadz Hasan al-Hudhaebi. Disana kami
mendengar nasehat dan arahan yang disampaikan para tokoh Ikhwan.
Kami juga dapat merasakan kesopan-santunan ustadz Umar, kerendahan hatinya dan kasih sayangnya
terhadap Ikhwan, khusunya para pemuda yang di dalam jiwa mereka bergelora semangat membara
untuk segera memetik buah yang mereka tanam. Mereka juga berusaha melakukan pembalasan atas
kezaliman yang terjadi atas diri Ikhwan. Namun ustadz Umar Tilmisani berwasiat agar mereka tetap
bersabar, teguh pendirian, santun, tenang dan senantiasa mengharap pahala dan ganjaran Allah Azza
wa Jalla.
2. Janji Setia pada Diri Sendiri
Ustadz Umar Tilmisani meninggalkan jejak kebaikan bagi setiap orang yang pernah mengenalnya, atau
bersentuhan dengannya. Ia dikaruniai kejernihan hati, dan kebersihan jiwa, kata-kata yang lembut,
penampilan menawan, serta caranya berdialog dan berdebat yang menarik hati. Ia berkata tentang
dirinya sendiri:
“Saya tidak pernah mengetahui bahwa sifat keras bersentuhan dengan prilaku yang kumiliki. Tidak ada
keinginan untuk menang atas seorang pun. Karena itu, saya tidak merasa memiliki seorang musuh.
Terkecuali mungkin karena pembelaan saya terhadap kebenaran. Atau karena saya menyeru manusia
untuk mengamalkan kitabuLlah. Itu berarti bahwa permusuhan itu datang dari mereka sendiri dan bukan
dariku. Saya telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar,
walau saya berbeda dan berselisih pendapat dengannya secara politik, bahkan walau pun mereka
menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi benturan antara diriku dengan seorang pun karena faktor
pribadi.”
Dari pernyataan ini kita dapat mengetahui bahwa tidak seorang pun meninggalkan kediaman Tilmisani
kecuali ia membawa penghormatan dan penghargaan dari dalam dirinya dan rasa cinta kepada sang da’I
mujahid ini. Demikian pula dengan mereka yang pernah menjadi murid Imam Syahid, keluar dari
madrasahnya dan bergabung dalam jamaahnya, mengenalnya sebagai da’I yang tulus dan ikhlas.
3. Akhlak dan Sifatnya
Syaikh Umar Tilmisani adalah sosok yang sangat pemalu. Sebagaimana disaksikan oleh setiap orang
yang melihatnya dari dekat. Teman duduk dan kawan bercakapnya akan merasakan bahwa penderitaan
berkepanjangan yang ia alami dalam gelapnya penjara berhasil menempa dirinya, sehingga ia tidak
membiarkan ada celah sedikit pun dalam dirinya untuk sebuah hakikat yang tidak diyakininya. Beliau
mendekam di balik penjara lebih selama 17 tahun. Bermula pada tahun 1948 (1368H), kemudian tahun
1954 (1373H), lalu pada tahun 1981 (1402H). Dan tak ada yang bertambah dalam dirinya saat
menghadapi seluruh ujian dan cobaan itu kecuali kesabaran dan ketegaran.
Dalam wawancaranya dengan majalah al-Yamamah, yang terbit di Saudi Arabia, edisi tanggal 14 Januari
1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata:
“Sesungguhnya tabiat dimana saya tumbuh di atasnya membuatku benci kepada kekerasan dengan
segala bentuknya. Ini bukan hanya sebagai sikap politik. Tapi juga merupakan sikap pribadiku yang
terkait erat dengan pembentukan jatidiriku. Bahkan ketika ada seseorang yang coba menganiaya diriku,
maka saya sungguh tidak akan menyelesaikannya dengan kekerasan. Saya bisa saja menggunakan
kekuatan untuk menciptakan perubahan. Namun demikian, saya takkan pernah melakukan itu dengan
kekerasan.”
4. Surat kepada Presiden
Dalam surat terbuka yang ia tujukan kepada presiden Republik Mesir, juga disebarluaskan oleh harian
asy-Sya’b al-Qahiriyah, tertanggal 14/3/1986, ia berkata:
“Wahai paduka Presiden. Yang paling penting bagi kami sebagai kaum Muslimin di Mesir adalah menjadi
bangsa yang aman, tentram dan tenang di bawah naungan syariat Allah Azza wa Jalla. Karena
kemaslahatan umat ini hanya akan tercapai bila aturan Allah direalisasikan di tengah mereka. Saya kira
tidak terlalu berlebihan bila saya katakan bahwa sesungguhnya penerapan syariat Allah Ta’ala di bumi
Mesir akan menjadi pintu kemenangan bagi seluruh wilayahnya. Dan pada saat itulah sang pengadil dan
terdakwa akan merasakan ketenangan, demikian pula yang akan dinikmati oleh penguasa dan rakyatnya.
5. Arahan dan Petunjuknya
Dalam rangkaian nasehat dan arahannya yang ditujukan kepada para pemuda dan penyeru dari
kalangan Ikhwan, beliau berkata:
“Sesungguhnya berbagai kesulitan yang dihadapi para da’i pada saat ini sangat berat dan penuh bahaya.
Kekuatan material masa kini berada di tangan musuh-musuh Islam dimana mereka bersatu untuk
menyingkirkan berbagai perbedaan yang ada di tengah mereka demi memerangi kaum Muslimin, dan
khususnya Ikhwanul Muslimin.”
Bila didasarkan pada pertimbangan logika manusia, pasukan Thalut yang beriman sebenarnya tidak
memiliki kekuatan melawan pasukan Jalut dan balatentaranya. Namun ketika keimanan mereka meyakini
bahwa kemenangan itu berasal dari sisi Allah Ta’ala dan bukan karena faktor jumlah dan bekal yang
dimiliki, mereka akhirnya sanggup menghancurkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta’ala.
Sesungguhnya saya tidak meremehkan kekuatan dari sisi jumlah, dan juga tidak menyeru kepada para
du’at agar mereka hanya berpasrah diri, berzikir hingga mulut berbusa-busa sambil menggerakkan leher-
leher ke kanan dan kiri lalu menepukkan tangannya. Karena semua ini adalah bencana mematikan dan
membinasakan. Tapi berpegang teguh kepada wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, berjihad dengan
kalimat yang benar secara berkesinambungan, tidak peduli berbagai gangguan, menjadikan diri sebagai
tauladan dalam kepahlawanan, keteguhan dan keberanian, disertai keyakinan bahwa bahwa Allah Ta’ala
akan menguji mereka dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan agar Ia
mengetahui manakah orang-orang yang jujur dan pengecut, maka semua itu sesungguhnya adalah
faktor-faktor hadirnya kemenangan sesuai sunnatullah. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang
mulia adalah saksi terbaik yang menunjukkan hal itu, dan mengandung pelajaran yang sangat banyak.
Adapun para pemuda yang memiliki semangat dan tekad kuat menyertai kesadaran mereka yang dalam,
maka sesungguhnya mereka tidak membutuhkan banyak eksperimen. Yang mereka butuhkan adalah
kesabaran dan komitmen dengan petunjuk wahyu yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
saw., dan kemudian dari sirah Salafushshalih yang telah terikat prilaku dan moral mereka dengannya,
dan Allah Ta’ala kemudian memberikan kemenangan dan kekuasaan yang seakan mustahil untuk diraih.
6. Keteguhan dan Sikapnya
Ustadz Tilmisani mengetahui dengan baik makna keteguhan dan kekuatan saat berada di dalam dan di
luar penjara. Ia sama sekali tidak goyah dengan ancaman. Sebagaimana diketahui sifat zuhud, iffah
[mengendalikan diri untuk kehormatan] dan rasa takutnya kepada Allah Azza wa Jalla, serta
kesungguhannya untuk meraih ridha-Nya. Beliau berkata, “Saya tidak pernah merasa takut kepada
seorang pun selain kepada Allah, dan tidak ada sesuatu pun yang pernah menghalangiku untuk
mengatakan kebenaran yang saya yakini, walau akhirnya sangat berat dirasakan oleh orang lain, dan
walaupun saya harus menghadapi kesulitan dalam melakukannya.
Saya akan mengatakan kebenaran itu dengan tenang, hati yang teguh walau dengan cara yang menarik,
tidak mengganggu pendengaran dan tidak melukai jiwa mereka. Saya juga berusaha untuk menghindar
dari kata-kata yang saya anggap tidak disukai oleh lawan bicaraku. Sehingga dengan cara seperti itu
jiwaku dapat merasa tenang. Walau dengan metode seperti itu saya tidak menemukan banyak teman,
tapi saya dapat menghindar dari banyaknya kejahatan musuh.”
Sikap jujur, ucapan yang terus-terang, amal yang serius dan cara menghadapi masalah dengan penuh
keberanian, ketenangan, keteguhan dan ketegaran di hadapan berbagai berita yang berasal dari musuh-
musuh internal dan eksternal dengan cara yang sama, adalah sifat dan karakter menonjol yang terdapat
dalam diri ustadz Tilmisani.
7. Menjaga kehormatan diri
Berita tentang dialog terbuka dengan presiden Anwar Sadat di kota Ismailiyah yang dihadiri oleh Ustadz
Tilmisani sebagai undangan, disebarluaskan melalui radio dan televisi secara langsung. Dalam dialog
tersebut Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwan dengan fitnah sektarian, dan melontarkan berbagai
tuduhan dusta. Mendengar tuduhan tersebut, ustadz Tilmisani lalu berdiri mengcounter berbagai tuduhan
Sadat dengan ucapannya, “Adalah hal yang lumrah bila ada yang berlaku zalim pada diriku adalah
mengadukan pelakunya kepadamu, karena engkau adalah rujukan tertinggi—setelah Allah—bagi orang-
orang yang mengadu ketika dianiaya. Kini saya mendapatkan kezaliman itu darimu dan membuatku tidak
memiliki cara apa pun selain mengadukanmu kepada Allah Ta’ala.”
Saat mendengar ucapan ustadz Tilmisani, Anwar Sadatpun gemetar ketakutan. Ia lalu memohon kepada
Ustadz Tilmisani agar mencabut pengaduan itu. Namun dengan tegas dan tetap tenang beliau
menjawab:
“Sesungguhnya saya tidak mengadukanmu kepada pihak yang zalim, tapi kepada Dzat Yang Maha Adil
dan mengetahui segala yang saya ucapkan!”
— Bersambung

Sumber: https://www.dakwatuna.com/2011/07/20/13393/ad-dai-sang-murabbi-umar-
tilmisani/#ixzz4uGTToqHT
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

8. Metode dalam Berdialog

Umat Tilmisani, 1322-1406 H – 1904-1985 (inet)


dakwatuna.com –Metode dialog yang digunakan ustadz Tilmisani sangat memikat yang
menggambarkan karakter Tilmisani secara keseluruhan. Karakter tersebut tidak dibuat-buat, tapi seperti
itulah sifat sesungguhnya yang menonjol dalam dirinya saat berbicara, berbuat, berprilaku, bergaul dan
berinteraksi dengan individu dan kelompok, atau pemimpin dan masyarakat tanpa membedakan yang
besar atau kecil, kaya atau miskin. Dia meyakini prinsip-prinsip Ikhwan yang berlandaskan pada
Kitabullah dan Sunnah, serta ijma’ kaum Salaf.
9. Jamaahnya
Dia melihat bahwa jamaah ini adalah sebuah gerakan Islam yang jujur pada zaman ini. Beliau berkata:
“Sesungguhnya yang mengikuti pada langkah-langkah Jamaah Ikhwanul Muslimin sejak masa
kelahirannya pada tahun 1347H (1928) hingga hari ini, tidak tampak padanya kecuali pengorbanan demi
pengorbanan dalam menegakkan akidah yang mereka anut, serta usaha yang padat dan memberi hasil
dalam berbagai sisi kehidupan sosial masyarakat. Memberi dukungan berkesinambungan untuk
mempererat jalinan persaudaraan di antara berbagai masyarakat Islam yang berbeda-beda, sekaligus
menyebarluaskan kedamaian di seluruh dunia.
Ikhwanul Muslimin telah diperangi dengan sangat dahsyat dari berbagai arah, lokal dan internasional.
Namun demikian, tidak pernah terdengar sedikit pun bahwa mereka menyebar fitnah di tengah
masyarakat, memecah belah kesatuan, menghancurkan perusahaan-perusahaan, atau berdemonstrasi
sambil melakukan pengrusakan di jalan-jalan, atau berteriak-teriak dengan mengatakan, “Hidup si Fulan,
dan matilah si fulan.” Karena sifat mereka adalah kedamaian, pekerjaan mereka membangun, dan
kemenangan mereka adalah keikhlasan. Namun demikian, mereka adalah sasaran kebencian yang
bahkan dilakukan oleh orang-orang yang selama ini tidak pernah bertemu dalam sebuah kesepakatan,
selain kesepakatan mereka untuk memerangi Ikhwanul Muslimin.
Setiap Muslim tidak mengenal adanya pemahaman yang mengatakan bahwa agama ini milik Allah,
sementara negara untuk seluruh manusia. Tapi yang dia ketahui adalah bahwa segala sesuatu di atas
muka bumi ini adalah milik Allah semata. Maka barang siapa yang ingin berpaling dari pemahaman ini,
niscaya dia adalah penipu yang ingin memisahkan seorang Muslim dari menyatukan kekuatannya agar
mereka lebih mudah mengalahkannya.
Seorang Muslim tidak mengenal pemahaman, “Apa yang untuk Allah adalah milik Allah, dan apa yang
untuk Kaisar untuk Kaisar). Karena dia meyakini dengan sepenuh imannya bahwa Kaisar tidak memiliki
sesuatu pun yang juga menjadi milik Allah. Karena bila demikian, maka ia dianggap sekutu dalam
kekuasaan-Nya. Sementara setiap Muslim menolak segala bentuk kemusyrikan.
10. Sifat Zuhud, Rendah Hati dan Kesederhanaannya
Seperti itulah kehidupan ustadz Tilmisani, sang Da’i, murabbi dan pemimpin yang jujur dan setia pada
janjinya dengan Allah, beramal untuk agama-Nya, terikat erat dalam dakwah kepada-Nya, senantiasa
bersabar dan berjuang dengan berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh. Beramal bersama para
mujahid yang jujur, apakah ia berposisi sebagai prajurit atau pemimpin. Sama juga baginya apakah ia
berada di dalam atau di luar penjara. Ia tidak pernah berubah, tidak terwarnai, tidak berpaling, juga tidak
pernah rakus kepada perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Ia bahkan menjalani kehidupannya
dengan menjauh dari godaan dunia menuju Allah Ta’ala.
Beliau tinggal di sebuah apartemen sederhana tanpa ada beban dalam jiwanya sedikit pun. Membuatku
sangat trenyuh saat mengunjunginya, seraya berusaha menahan air mata yang nyaris keluar dari
kelopak mataku agar ia tidak menyaksikanku. Dimanakah kita gerangan dari para lelaki yang lebih tinggi
dari dunia dengan iman mereka, dan mempersembahkan sesuatu yang mahal dan murah demi agama
yang mereka anut?
Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit di komplek al-Mulaiji asy-Sya’biyah al-Qadimah
di wilayah az-Zahir di Kairo, di dalam gang sempit. Perabot apatemennya sangat sederhana. Walau ia
berasal dari keluarga kaya raya dengan status sosial cukup tinggi. Seperti itulah sifat zuhud,
kesederhanaan dan kerendahan hati ustadz Tilmisani. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh seluruh
lapisan masyarakat Mesir. Bahkan pemeluk Kristen Koptik juga menghormatinya. Demikian pula
penguasa yang sangat menghargai kedudukannya dan mengetahui dengan baik keutamaan yang
dimilikinya.
Adapun Ikhwanul Muslimin, maka mereka melihatnya sebagai sosok yang patut diteladani. Mereka
berlomba untuk melaksanakan instruksi dan perintah yang datang darinya. Itulah yang terjadi ketika cinta
karena Allah menjadi intisari yang menjalin hubungannya dengan mereka; ketika penerapan syariat Allah
dan meraih redha-Nya adalah tujuan dan keinginan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke negara-negara Arab Islam dan kaum Muslimin di negara-negara
tempat mereka bermigrasi, bagaikan obat yang berusaha menyembuhkan luka yang mereka derita,
sekaligus sebagai arahan bijak atas apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin bagi agama, umat
dan negeri mereka.
Ceramah, pelajaran, dialog, nasehat dan bimbingan yang ia sampaikan seluruhnya mengandung
motivasi untuk umat, khususnya bagi para pemuda, kaum intelektual dan para tokoh ulama agar mereka
mampu memikul tanggung jawab dan segera bangkit menjalankan peran mereka. Setiap elemen dari
umat agar berada pada posisi masing-masing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan
kejayaan Islam dan memimpin umat. Inilah sesungguhnya peran para du’at di setiap waktu dan zaman.
Seperti itu pula risalah para nabi hingga akhirnya diwariskan kepada para ulama, para da’i yang jujur, dan
orang-orang mukmin yang senantiasa ikhlas di atas jalan-Nya.
11. Tulisan dan Karya-karyanya
Ustadz Tilmisani turut andil dalam kancah pemikiran Islam melalui sebagian karya tulisannya yang
diterbitkan dalam berbagai versi. Di antaranya adalah:
1. Syahid al-Mihrab, Umar bin Khaththab
2. Al-Khuruj min al-Maaziq al-Islami ar-Raahin
3. Al-Islam wa al-Hukuumah ad-Diniyah
4. Al-Islaam wa al-Hayaah
5. Aaraa fi ad-Diin wa as-Siyaasah
6. Al-Mulham al-Mauhuub, ustadz al-Banna, Ustadz al-Jiil
7. Beberapa tulisan terkait tema “Nahwa an-Nuur”.
8. Dzikrayaat laa Mudzakkiraat
9. Al-Islaam wa Nazhratuhu as-Samiyah li al-Mar’ah
10. Ba’dha ma ‘Allamani al-Ikhwan al-Muslimun
11. Qola an-Naasu, wa lam aqul fi Hukmi Abdul Nasser
12. Ayyam ma’a as-Saadaat
13. Min Fikhi al-I’laam al-Islami
14. Min shifaat al-‘Aabidin
15. Ya Hukkam al-Muslimin, alaa takhafuuna Allaha?
16. Fi Riyadh at-Tauhid
17. Laa nakhafu as-Salaam, walaakin
Ditambah lagi dengan tulisan-tulisannya di majalah Dakwah, Kairo dan yang terkait dengan masalah-
masalah Islam yang dimuat di majalah yang lain, serta ceramah-ceramahnya di berbagai forum nasional
dan internasional yang diadakan di negara-negara Arab Islam dan negara-negara Barat. Demikian pula
dengan ceramah-ceramah yang disampaikannya dalam berbagai forum yang diadakan oleh Ikhwan.
12. Apa Kata mereka tentang Ustadz Tilmisani
Ustadz Muhammad Sa’id Abdurrahim berkata dalam tulisannya Umar Tilmisani, Mursyid ke tiga Ikhwanul
Muslimin:
“Binasalah sang tiran, dan mereka yang menghabiskan masa yang sangat panjang di dalam jeruji besi
akhirnya keluar setelah dibersihkan oleh berbagai ujian. Membuat jiwa mereka semakin kuat membaja.
Walau tubuh mereka dihinakan, namun ruh mereka semakin kuat menggantung kepada Allah Ta’ala, dan
merendahkan berbagai kemewahan duniawi yang pasti lenyap, dan rasa takut yang hilang dari dalam
hati mereka selain hanya kepada-Nya.
Mereka keluar dari ujian dan fitnah itu sebagai lelaki laksana gunung kokoh tak goyah oleh oleh terpaan
badai. Di dalam penjara mereka menghafal Al-Qur’an, menimba pengetahuan, dan berhasil mengalahkan
hawa nasfu mereka. Bukan hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia hakikat keberadaannya di
dunia. Seperti itulah fungsi pejara bagi mereka; menjadi sekolah yang memberi mereka lebih banyak dari
pada yang diminta dari mereka.
Di antara mereka yang keluar dari penjara itu adalah al-Akh Umar Tilmisani, dan sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla telah mempersiapkannya untuk memimpin Jamaah Ikhwan pada fase tersebut. Dia adalah
pemimpin yang tepat menahkodai bahtera Ikhwan di tengah gelombang dahsyat dengan bijak dan sabar,
lembut dan tenang disertai iman yang teguh dan tekad yang tak tergoyahkan.
Dakwah tersebar luas pada masanya, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Para pemuda pun
kembali kepada Islam, sehingga arus Islam menjadi arus sangat besar yang terjadi di berbagai perguruan
tinggi, diberbagai asosiasi dan perkumpulan, bahkan di Mesir pada umumnya. Karena ia mampu
mengendalikan bahtera tersebut dengan pengalamannya sebagai pemimpin piawai, dan keahlian
seorang nahkoda, sehingga ia mampu menaklukkan gelombang dan marabahaya serta
mengantarkannya tiba di pantai keselamatan.
Berbagai ujian dan cobaan dilalui Ustadz Tilmisani dalam kehidupannya. Di antaranya ketika ia di penjara
selama hampir 20 tahun lamanya. Beliau termasuk orang paling sabar dari kalangan Ikhwan dalam
menghadapi siksaan algojo di penjara. Namun demikian, betapa pun keras dan kejamnya siksaan itu dan
buruknya perlakuan yang diterimanya, lisannya tidak pernah putus dari menyebut asma Allah Ta’ala
Senantiasa mendoakan saudaranya yang lain agar tetap sabar dan teguh menghadapi berbagai ujian
tersebut. Lisannya juga senantiasa bersih dan tidak terdengar darinya kata-kata keji terhadap mereka
yang menganiaya dan menzaliminya. Ia senantiasa menyandarkan segala urusannya kepada Allah
Ta’ala. Cukuplah Ia sebaik-baik pelindung.
13. Kembali Keharibaan-Nya
Allah Ta’ala memanggil hamba-Nya kembali keharibaan-Nya pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406,
bertepatan dengan 22 Mei 1986. Beliau meninggal di rumah sakit setelah mengidap penyakit saat
usianya 82 tahun. Jenazahnya lalu disalatkan di mesjid Umar yang mulia di Kairo. Lebih dari seperempat
juta orang, bahkan setengah juta mengiringi jenazahnya menuju pemakamannya. Di antara mereka yang
mengiringinya terdapat sejumlah utusan berasal dari dalam dan luar negeri. Saya sendiri dimuliakan
Allah saat diberi kesempatan mengiringi jenazah tersebut bersama kalangan Ikhwan dari negeri Arab.
Alhamdulillah.
Inilah profil ustadz Umar Tilmisani, mursyid ke tiga jamaah Ikhwanul Muslimin, dan sekilas dari perjalan
hidup beliau. Kita senantiasa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Ia menjadikannya termasuk
orang-orang shalih dari hamba-Nya. Dan kelak kita menyusul kepergiannya di tempat yang disenangi di
sisi Tuhan Yang Berkuasa.
— Tamat

Sumber: https://www.dakwatuna.com/2011/08/01/13731/ad-dai-sang-murabbi-umar-tilmisani-bagian-ke-
2-tamat/#ixzz4uGU5ZkyO
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Sejenak Bersama Mursyid ‘Amm III : Umar Tilmisani


Posted by Purwo Udiutomo on June 12, 2008Leave a comment (0)Go to comments

Keteguhan dalam Kelembutan


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron : 159)
“Sesungguhnya tabiat dimana saya tumbuh di atasnya membuatku benci kepada kekerasan dengan
segala bentuknya. Ini bukan hanya sebagai sikap politik. Tapi juga merupakan sikap pribadiku yang
terkait erat dengan pembentukan jatidiriku. Bahkan ketika ada seseorang yang coba menganiaya diriku,
maka saya sungguh tidak akan menyelesaikannya dengan kekerasan. Saya bisa saja menggunakan
kekuatan untuk menciptakan perubahan. Namun demikian, saya takkan pernah melakukan itu dengan
kekerasan”
(Umar Tilmisani dalam majalah al-Yamamah, 14 Januari 1982)
Sepeninggal Ustadz Hasan al-Hudhaibi, Umar Tilmisani (1904 – 1986) terpilih menjadi Mursyid ‘Aam
Ikhwanul Muslimin pada tahun 1973. Di bawah kepimpinannya yang tidak konfrontatif dengan penguasa,
Ikhwan menuntut hak-hak jama’ah secara utuh dan mengembalikan hak milik jama’ah yang dibekukan
oleh Jamal Abdunnashr. Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Musthafa Tilmisani atau lebih dikenal
dengan Umar Tilmisani lahir di Kairo pada tahun 1322 H. Kakek dan ayahnya bekerja sebagai pedagang
pakaian dan batu mulia. Kakeknya adalah seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab sehingga perhatian terhadap pendidikan agama juga tinggi. Beliau belajar
di Sekolah Ibtidaiyyah Jam’iyyah Khaeriyah, lalu melanjutkan di Sekolah Tsanawiyah al-Hilmiyah (masa
dimana beliau menikah). Pun tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari bid’ah, masa muda beliau sempat
diwarnai dengan gaya hidup glamour dan kebarat-baratan, seperti suka menonton bioskop, belajar gitar
bahkan dansa ala Perancis. Beliau melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum dan lulus pada tahun 1933,
kemudian menyewa sebuah kantor advokat di jalan Syabiin al-Qanathir. Bergabungnya beliau sebagai
pengacara pertama yang bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin dan kedekatan beliau dengan
Imam Hasan al Banna, menjadi titik tolak keberpihakan lebih beliau terhadap Islam.

Beliau kerap diminta bantuan Imam Hasan al Banna dalam berbagai


perkara dan sering menemani beliau dalam perjalanan yang dilakukannya di wilayah Mesir atau di luar
negeri. Pekerjaan sebagai pengacara tidak membuat ayah dari empat orang anak ini lupa memperkaya
dirinya dengan wawasan keislaman. Beliau banyak membaca dan menelaah tafsir, hadits, fikih, sirah,
sejarah dan biografi serta terus mengikuti, mengamati dan mempelajari berbagai konspirasi dan strategi
musuh-musuh Islam di dalam dan luar Mesir sehingga dapat menentukan sikap dan cara menghadapinya
dengan bijak dan nasehat yang baik. Beliau juga berusaha menangkal propaganda mereka, mendustakan
ucapan-ucapan mereka, dan menepis kecurigaan mereka dengan sikap seorang mukmin yang penuh
percaya diri mengetahui keunggulan yang dimilikinya dan kelemahan yang ada pada lawan-lawannya.
Beliau dikenal pemalu, penuh sopan-santun, rendah hati dan tinggi kasih sayangnya terhadap Ikhwan,
khusunya para pemuda yang di dalam jiwa mereka bergelora semangat membara untuk segera memetik
buah yang mereka tanam. Beliau dikaruniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, ketulusan, kata-kata yang
lembut, penampilan menawan, serta caranya berdialog dan berdebat yang menarik hati. Beliau pernah
berkata dan berikrar tentang dirinya sendiri, “Saya tidak pernah mengetahui bahwa sifat keras
bersentuhan dengan perilaku yang kumiliki. Tidak ada keinginan untuk menang atas seorang pun. Karena
itu, saya tidak merasa memiliki seorang musuh. Terkecuali mungkin karena pembelaan saya terhadap
kebenaran. Atau karena saya menyeru manusia untuk mengamalkan kitabullah. Itu berarti bahwa
permusuhan itu datang dari mereka sendiri dan bukan dariku. Saya telah berjanji pada diriku sendiri
untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, walau saya berbeda dan berselisih pendapat
dengannya secara politik, bahkan walau pun mereka menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi
benturan antara diriku dengan seorang pun karena faktor pribadi.” Hal ini senada dengan apa yang
berulang kali beliau ungkapkan, “Bergeraklah dengan bijak dan hindarilah kekerasan dan extremisme”
Beliau mendekam di balik penjara selama lebih 17 tahun dan penderitaan berkepanjangan yang beliau
alami berhasil menempa dirinya menjadi semakin sabar dan tegar. Diawali pada tahun 1948 (1368H), lalu
tahun 1954 (1373H), kemudian pada tahun 1981 (1402H). Beliau memiliki sikap jujur, ucapan yang terus
terang, amal yang serius dan cara menghadapi masalah dengan penuh keberanian, ketenangan,
keteguhan dan ketegaran di hadapan berbagai berita yang berasal dari musuh-musuh internal dan
eksternal dengan cara yang sama. Beliau pernah berkata, “Saya tidak pernah merasa takut kepada
seorang pun selain kepada Allah, dan tidak ada sesuatu pun yang pernah menghalangiku untuk
mengatakan kebenaran yang saya yakini, walau akhirnya sangat berat dirasakan oleh orang lain, dan
walau pun saya harus menghadapi kesulitan dalam melakukannya. Saya akan mengatakan kebenaran itu
dengan tenang, hati yang teguh walau dengan cara yang menarik, tidak mengganggu pendengaran dan
tidak melukai jiwa mereka. Saya juga berusaha untuk menghindar dari kata-kata yang saya anggap tidak
disukai oleh lawan bicaraku. Sehingga dengan cara seperti itu jiwaku dapat merasa tenang. Walau
dengan metode seperti itu saya tidak menemukan banyak teman, tapi saya dapat menghindar dari
banyaknya kejahatan musuh.”
Beliau pernah mengirimkan surat terbuka kepada presiden Republik Mesir, yang disebarluaskan oleh
harian asy-Sya’b al-Qahiriyah, 14 Maret 1986, “Wahai paduka Presiden. Yang paling penting bagi kami
sebagai kaum Muslimin di Mesir adalah menjadi bangsa yang aman, tentram dan tenang di bawah
naungan syariat Allah Azza wa Jalla. Karena kemaslahatan umat ini hanya akan tercapai bila aturan Allah
direalisasikan di tengah mereka. Saya kira tidak terlalu berlebihan bila saya katakan bahwa
sesungguhnya penerapan syariat Allah Ta’ala di bumi Mesir akan menjadi pintu kemenangan bagi seluruh
wilayahnya. Dan pada saat itulah sang pengadil dan terdakwa akan merasakan ketenangan, demikian
pula yang akan dinikmati oleh penguasa dan rakyatnya.” Dalam dialog terbuka dengan presiden Anwar
Sadat di kota Ismailiyah yang disiarkan langsung oleh televisi dan radio, beliau meng-counter tuduhan
Anwar Sadat terhadap jama’ah Ikhwan dengan mengatakan, “Adalah hal yang lumrah bila ada yang
berlaku zalim pada diriku kemudian aku mengadukan pelakunya kepadamu, karena engkau adalah
rujukan tertinggi –setelah Allah- bagi orang-orang yang mengadu ketika dianiaya. Kini saya
mendapatkan kezaliman itu darimu dan membuatku tidak memiliki cara apa pun selain mengadukanmu
kepada Allah Ta’ala.” Anwar Sadatpun gemetar ketakutan, lalu memohon kepada Ustadz Tilmisani agar
mencabut pengaduannya, namun dengan tegas dan tetap tenang beliau menjawab, “Sesungguhnya saya
tidak mengadukanmu kepada pihak yang zalim, tapi kepada Dzat Yang Maha Adil dan mengetahui segala
yang saya ucapkan!”
Beliau tinggal di sebuah apartemen melewati gang sempit di komplek al-Mulaiji asy-Sya’biyah al-
Qadimah di wilayah az-Zahir, Kairo. Perabot apatemennya sangat sederhana walau ia berasal dari
keluarga kaya raya dengan status sosial cukup tinggi. Beliau adalah sosok yang diteladani oleh jama’ah
ikhwan, dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Mesir, bahkan dihormati oleh pemeluk Kristen Koptik
dan penguasa yang mengetahui dengan baik keutamaan yang dimilikinya. Kunjungan beliau ke negara-
negara lain tempat tinggal kaum Muslimin bagaikan obat penyembuh luka sekaligus sebagai arahan bijak
atas apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin bagi agama, umat dan negeri mereka. Ceramah,
pelajaran, dialog, nasehat dan bimbingan yang beliau sampaikan mengandung motivasi untuk umat,
khususnya bagi para pemuda, kaum intelektual dan para tokoh ulama agar mereka mampu memikul
tanggung jawab dan segera bangkit menjalankan peran mereka. Setiap elemen dari umat agar berada
pada posisi masing-masing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dan
memimpin umat.
Sumbangan hhazanah pemikiran Islam dalam karya beliau diantaranya Syahidul Mihrab ‘Umar Ibnu Al-
Khathab, Al-Khuruj Minal Ma’zaqil Islamir Rahin, Al-Islamu wal Hukumatud Diniyah, Al-Islamu wal
Hayah, Araa Fid Din Was Siyasah, Al-Mulhimul Mauhub Hasanul Banna: Ustadzul Jil, Haula Risalah
(Nahwan Nur), Dzikrayat La Mudzakkirat, Al-Islam wa Nazhratuhus Samiyab Lil Mar’ah, Ba’dhu Ma
‘Allamanil Ikhwanul Muslimun, Qalan Nasu Walam Aqulfi Hukmi ‘Abdin Nasir, Ayyam Ma’as Sadat, Min
Fiqhil I’lamil Islami, Min Sifatil ‘Abidin, Ya Hukkamal Muslimin, Ala Takhafunallah?, Fi Riyadhit
Tauhid, dan La Nakhafus Salam, Walakin. Selain itu, karyanya juga dapat ditemui pada prakata redaksi
majalah Ad-Dakwah Al-Qahiriyah,makalah tentang persoalan Islam yang dimuat berbagai majalah dan
surat kabar, ceramah di seminar serta kajian dan bimbingan yang disampaikan dalam program-program
Ikhwan.
Diantara rangkaian nasehat dan arahannya yang ditujukan kepada para pemuda dan penyeru dari
kalangan Ikhwan, beliau berkata, “Sesungguhnya berbagai kesulitan yang dihadapi para da’i pada saat ini
sangat berat dan penuh bahaya. Kekuatan material masa kini berada di tangan musuh-musuh Islam yang
bersatu untuk menyingkirkan berbagai perbedaan yang ada di tengah mereka demi memerangi kaum
Muslimin, dan khususnya Ikhwanul Muslimin. Bila didasarkan pada pertimbangan logika manusia,
pasukan Thalut yang beriman sebenarnya tidak memiliki kekuatan melawan pasukan Jalut dan
balatentaranya. Namun ketika keimanan mereka meyakini bahwa kemenangan itu berasal dari sisi Allah
Ta’ala dan bukan karena faktor jumlah dan bekal yang dimiliki, mereka akhirnya sanggup
menghancurkan pasukan Jalut dengan idzin Allah Ta’ala. Sesungguhnya saya tidak meremehkan
kekuatan dari sisi jumlah, dan juga tidak menyeru kepada para du’at agar mereka hanya berpasrah diri,
berdzikir hingga mulut berbusa-busa sambil menggerakkan leher-leher ke kanan dan kiri lalu
menepukkan tangannya. Karena semua ini adalah bencana mematikan dan membinasakan. Tapi
berpegang teguh kepada wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar
secara berkesinambungan, tidak peduli berbagai gangguan, menjadikan diri sebagai tauladan dalam
kepahlawanan, keteguhan dan keberanian, disertai keyakinan bahwa bahwa Allah Ta’ala akan menguji
mereka dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan agar Ia mengetahui
manakah orang-orang yang jujur dan pengecut, maka semua itu sesungguhnya adalah faktor-faktor
hadirnya kemenangan sesuai sunnatullah. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang mulia adalah
saksi terbaik yang menunjukkan hal itu, dan mengandung pelajaran yang sangat banyak. Adapun para
pemuda yang memiliki semangat dan tekad kuat menyertai kesadaran mereka yang dalam, maka
sesungguhnya mereka tidak membutuhkan banyak eksperimen. Yang mereka butuhkan adalah
kesabaran dan komitmen dengan petunjuk wahyu yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
saw., dan kemudian dari sirah Salafushshalih yang telah terikat perilaku dan moral mereka dengannya,
dan Allah Ta’ala kemudian memberikan kemenangan dan kekuasaan yang seakan mustahil untuk diraih.”

Beliau adalah pemimpin yang tepat menahkodai bahtera Ikhwan di tengah


gelombang dahsyat dengan bijak dan sabar, lembut dan tenang disertai iman yang teguh dan tekad yang
tak tergoyahkan. Atas izin Allah, dakwah tersebar luas pada masanya. Para pemuda kembali kepada
Islam, arus Islampun menjadi fenomena yang terjadi di berbagai perguruan tinggi, asosiasi dan
perkumpulan, bahkan di Mesir pada umumnya. Beliau wafat pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406 (22 Mei
1986) di rumah sakit lalu jenazahnya dishalatkan di Kairo. Kala itu setengah juta orang dari dalam
maupun luar negeri mengiringi jenazahnya menuju pemakamannya.
***

Sekelumit kisah ustadz Tilmisani menggambarkan figur da’i, murabbi dan pemimpin yang jujur dan setia
pada janjinya dengan Allah, beramal untuk agama-Nya, terikat erat dalam dakwah kepada-Nya,
senantiasa bersabar dan berjuang dengan berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh, tidak
terwarnai, tidak berpaling, juga tidak pernah rakus kepada perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Di
masa sekarang ini, tidak mudah mendapati ulama dan umara yang berani berhadapan dengan penguasa
dengan tetap bijak dan santun. Tidak banyak yang memiliki keberanian dalam membela kebenaran,
ketegasan sikap dan jawaban, ketajaman pemikiran dan kedalaman pengetahuan serta kecerdikan dan
kesopanan dalam pengungkapan maksud. Ada yang mengedepankan cara-cara arogan dan konfrontatif
yang tidak membuat simpati. Ada pula yang malah hanya ’menjilat’ dan ‘cari aman’ sehingga justru
menyesatkan dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Tidak banyak yang berani mengikuti
jejak para mujahid yang berani menghadapi penderitaan demi mempertahankan dan memperjuangkan
kebenaran. Dan ternyata kelembutan bukan berarti lemah, tetapi justru mengandung potensi kekuatan
yang luar biasa.

“Binasalah sang tiran! Dan mereka yang menghabiskan masa yang sangat panjang dalam jeruji besi
akhirnya keluar setelah dibersihkan oleh berbagai ujian. Membuat jiwa mereka makin kuat membaja.
Walau tubuh mereka dihinakan namun ruh mereka makin kuat menggantung kepada Allah, dan
merendahkan berbagai kemewahan duniawi yang pasti lenyap dan rasa takut yang hilang dari dalam hati
mereka selain hanya kepada-Nya. Mereka keluar dari ujian dan fitnah itu sebagai lelaki laksana gunung
kokoh tak goyah oleh terpaan badai. Di dalam penjara mereka menghafal Al-Qur’an, menimba
pengetahuan, dan berhasil mengalahkan hawa nasfu mereka. Bukan hanya itu, mereka juga
mengajarkan manusia hakikat keberadaannya di dunia. Seperti itulah fungsi penjara bagi mereka,
menjadi sekolah yang memberi mereka lebih banyak daripada yang diminta dari mereka.”
(Ustadz Muhammad Sa’id Abdurrahim dalam tulisannya ‘Umar Tilmisani, Mursyid ke-3 Ikhwanul
Muslimin’)

Wallahu a’lam bishawwab

Tokoh Lembut Tapi Tegas

DITULIS OLEH WAS PADA 03:43 – 1 KOMEN ANDA Tokoh yang menjadi kajian pada kali ini adalah Ustaz Umar
Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mustafa Tilmisani. Beliau dilantik sebagai Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin setelah
meninggalnya Mursyid yang kedua iaitu Ustaz Hasan Al-Hudhaibi pada bulan November 1973.

MASA KECIL DAN PERTUMBUHANNYA Asal-usulnya kembali kepada wilayah Tilmisani di Algeria. Beliau Lahir di
kota Kaherah pada tahun 1322 Hijriyah atau 1904 Masehi, di jalan Hausy Qadim di Al-Ghauriah. Datuk dan ayahnya
bekerja sebagai peniaga pakaian. Datuknya adalah seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh yang demikian, ia tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari bid’ah. Ustaz Umar
At Tilmisani belajar di Sekolah Ibtidaiyyah Jam’iyyah Khairiyah, lalu melanjutkan ke peringkat menengah di Sekolah
Tsanawiyah Al-Hilmiyah. Selepas itu, ia masuk ke kuliah di Fakulti Undang-Undang. Setelah menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 1933, ia kemudiannya menyewa sebuah pejabat peguam di jalan Syabiin Al-Qanathir dan
bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin. Ustaz Umar At Tilmisani adalah peguam pertama yang bergabung
dengan Ikhwan. Di sinilah ia mengerahkan usaha dan fikirannya demi membela jamaah ini. Ia juga adalah orang
terdekat dengan Imam Hasan Al Banna yang kerap menemani beliau dalam perjalanan yang dilakukannya di wilayah
Mesir atau di luar negara. Imam Hasan Al Banna juga sering meminta bantuan kepadanya dalam banyak perkara.
Ustaz Umar At Tilmisani berkahwin ketika masih mengikuti pelajaran di Sekolah Tsanawiyah Negeri dan Isterinya
meninggal dunia pada bulan Ogos 1979 setelah hidup bersamanya lebih dari setengah abad. Mereka dikurniakan
empat orang cahaya mata; Abid dan Abdul Fattah serta dua orang anak perempuan. Pekerjaan beliau sebagai
peguam tidak membuatnya lupa untuk memperkayakan dirinya dengan wawasan keislaman. Oleh kerana itu, beliau
banyak membaca dan menelaah berbagai jenis buku, seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, sejarah dan biografi. Beliau
juga mengikuti dengan teliti berbagai konspirasi dan strategi musuh-musuh Islam di dalam dan luar Mesir,
mengamati, mempelajari, menentukan cara bersikap, cara menghadapinya dengan bijak dan nasihat yang baik.
Beliau juga berusaha menghalang propaganda yang mereka tiupkan, mendustakan ucapan-ucapannya, dan menepis
kecurigaan mereka dengan sikap seorang mu’min penuh percaya diri yang mengetahui keunggulan yang dimilikinya
dan kelemahan yang ada pada lawan-lawannya bahwa tidak ada selain Allah yang dapat menolong dan tidak ada
agama lain kecuali Islam. Setelah syahidnya Imam Hasan Al Banna pada tahun 1949 dan sebelum pemilihan
mursyid kedua, Utaz Hasan Al-Hudhaibi, Ikhwan bertemu dan mendengar nasihat dan arahan yang disampaikan
oleh para tokoh mereka. Di situlah anggota Ikhwan dapat merasakan sifat sopan santun Ustaz Umar, kerendahan
hatinya dan kasih sayangnya terhadap Ikhwan, khususnya para pemuda yang di dalam jiwa mereka bergelora
semangat membara untuk segera memetik buah yang mereka tanam. Mereka juga berniat untuk melakukan
pembalasan atas kezaliman yang berlaku ke atas diri Ikhwan. Namun Ustaz Umar At Tilmisani berwasiat agar
mereka tetap bersabar, teguh pendirian, santun, tenang dan sentiasa mengharap pahala dan ganjaran Allah Azza wa
Jalla.

KENANGANNYA TERHADAP IMAM HASAN AL BANNA Di dalam salah sebuah karyanya iaitu “Al-Mulham Al-
Mauhub (Orang yang diberikan ilham oleh Allah dengan idea yang hebat), Ustaz Al-Banna, Ustaz Al-Jiil” beliau
menceritakan tentang guru yang dicintainya : “Pemimpin kami, Asy-Syahid Hasan Al-Banna telah menghimpunkan
kami di atas jalan Allah. Ia menyayangi kami kerana Allah. Kamipun menyayanginya kerana peranan kami di jalan
Allah. Ketinggian dan keindahan cintanya, kesucian dan keagungan cintanya, kesempurnaan dan kelembutan
cintanya, keutamaan dan pancaran cintanya, buah cintanya bahkan yang lebih dari semua itu, tidak akan wujud,
kecuali jika dia mencintai kerana Allah, memuji-Nya serta berjuang di jalan-Nya. Semua perkara itu tidak akan ada,
kecuali kerana dia mempunyai keikhlasan, pengorbanan dan perhatian yang penuh kepada Deenullah, Islam.
Keutamaannya inilah yang menghantarkan kami untuk berguru kepadanya. Kesungguhan, ketekunan dan
dedikasinya sangat tinggi, sehingga akalpun sangat sukar untuk memahaminya. Ia adalah orang yang telah diberi
ilham dan orang yang diberikan kemampuan yang jarang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Allah swt
berfirman : “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS Al-An’am : 124) Imam Asy-
Syahid Hasan Al-Banna merupakan motivator yang suci bersih, sehingga kami bersamanya terus memperhatikan
keadaan kaum muslimin. Kenangan kami padanya semoga dapat menjadi pendorong untuk mewujudkan cita-cita
beliau. Dapat mengingatkan kami kepada Allah dan pada pandangan beliau selama hayat beliau. Setelah beliau
meninggal dunia, menghadap yang Maha Kuasa, semoga kami dapat terus mengingati pesanan-pesanan-nya. Aku
akan sentiasa mengenang Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna kerana dengan mengenangnya akan mengingatkan
aku pada Allah. Apakah ada keperluan lain yang lebih mendesak selain keperluan kepada seseorang yang dapat
mengingatkan diri kita kepada Allah swt. Aku tetap ingin menjaga keindahan perasaan. Aku masih ingin terus
menolong saudara seiman dengan cara : 1. Menuangkan aqidah pada jiwa mereka yang dahaga. 2. Mengisi
keimanan pada jiwa mereka yang gersang. 3. Menumbuhkan jiwa keperajuritan para pemuda yang masih bersih.
4. Mempersiapkan jiwa mereka untuk berjuang bagi meninggikan kalimatullah. Sehingga dengan yang demikian,
akan jelas jalan mana yang paling selamat dapat menghantarkan kita sampai kepada tujuan. Dengan itu juga, diri
kita akan : a. Jauh dari perselisihan yang menyedihkan. b. Jauh dari perdebatan yang sia-sia iaitu perdebatan
yang hanya akan menyebabkan perpecahan, terbuangnya tenaga secara sia-sia serta memporak-porandakan
kekuatan kaum muslimin. Aku menginginkan beliau menyaksikan para pemuda yang ridha bahwa : 1. Allah
menjadi Rabb mereka. 2. Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul. 3. Al-Qur’an menjadi undang-undang.
4. Islam menjadi peraturan hidup mereka. 5. Jihad menjadi jalan hidup mereka. 6. Mati syahid menjadi cita-
cita tertinggi mereka. Aku menginginkan agar para pemuda : 1. Dapat menyaksikan bagaimana Al-Imam Asy-
Syahid Hasan Al Banna mempersiapkan jalan-jalan untuk mencapai sebuah tujuan. 2. Dapat menyaksikan
ketekunan, kesungguhan, keberanian serta akhlak beliau yang tinggi. 3. Dapat melihat bagaimana mereka boleh
berjalan menuju tujuan yang dicita-citakan oleh beliau. 4. Boleh berfikir bagaimana mereka boleh berlapang dada
tatkala menghadapi orang yang cuba memprovokasi mereka serta tidak terpengaruh dengan emosi. 5. Berfikir
panjang ketika menghadapi orang yang mengajak mereka untuk berdebat. 6. Mempunyai kesabaran penuh tatkala
menghadapi berbagai jenis siksaan dan kesulitan yang menimpa mereka. Seandainya pada diri para pemuda telah
tergambar langkah dan teknik dalam menyampaikan dan menjelaskan Dakwah Islamiyah yang telah digariskan oleh
Ustaz Hasan Al-Banna, niscaya : a. Mereka akan memperolehi kemudahan iaitu kemudahan yang pada awalnya
dianggap sebagai amat sukar. b. Mereka akan memperolehi berbagai bentuk wasilah yang selama ini mereka cari.
c. Allah akan menolong mereka, samada disedari mahupun tidak disedari.”

KECINTAAN YANG MENDALAM TERHADAP IMAM HASAN AL BANNA Siapapun yang tinggal dengan orang-orang
yang dikasihinya, pasti akan mengerti erti cinta. Kami mencintai Hasan Al-Banna dengan setulus hati kerana melalui
dirinyalah, kami jadi mengetahui bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya. Cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya
melebihi dari cinta terhadap segala sesuatu. Dengan cinta seperti ini, keimanan kami dapat meningkat. Bahkan cinta
seperti ini dapat mengukuhkan keimanan di dalam hati kami. Kami tidak dikatakan beriman sebelum cinta kami
kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari segala sesuatu. Kami mencintai manusia kerana Allah. Kami berpisah
dengan manusia kerana Allah. Kami benci untuk meninggalkan dakwah seperti kami benci dilemparkan ke dalam
neraka. Allah swt berfirman : “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”
(QS Yusuf : 108) JANJI SETIA PADA DIRI SENDIRI Ustaz Umar At Tilmisani meninggalkan jejak kebaikan bagi
setiap orang yang pernah mengenalinya atau berhubungan dengannya. Beliau dikurniakan : a. Kejernihan hati.
b. Kebersihan jiwa. c. Kata-kata yang lembut. d. Penampilan yang menawan. e. Cara berdialog dan
berdebat yang menarik hati. Ia berkata tentang dirinya sendiri : “Aku tidak pernah mengetahui bahwa wujud sifat
keras yang berkaitan dengan perilaku yang kumiliki. Tidak ada keinginan untuk menang ke atas sesiapa pun. Oleh
kerana itu, aku tidak merasa memiliki seorang musuh kecuali mungkin kerana pembelaanku terhadap kebenaran
atau kerana aku menyeru manusia untuk mengamalkan kitabullah. Itu bererti bahwa permusuhan itu datang dari
mereka sendiri dan bukan dariku. Aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyakiti seorang pun dengan
kata-kata yang kasar, walaupun aku berbeza dan berselisih pendapat dengannya secara politik, bahkan walau pun
mereka menyakitiku. Oleh yang demikian, tidak pernah berlaku pertentangan antara diriku dengan seorang pun
kerana faktor peribadi.” Dari kenyataan ini kita dapat mengetahui bahwa tidak seorang pun meninggalkan kediaman
beliau kecuali ia membawa penghormatan dan penghargaan dari dalam dirinya dan rasa cinta kepada da’ie mujahid
ini. Demikian pula dengan mereka yang pernah menjadi murid Imam Hasan Al Banna, melalui madrasahnya dan
bergabung dalam jamaahnya, mengenali peribadi Ustaz Umar sebagai da’ie yang tulus dan ikhlas.

AKHLAK DAN SIFATNYA Ustaz Umar At Tilmisani adalah peribadi yang sangat pemalu. Sebagaimana yang
disaksikan oleh setiap orang yang melihatnya dari dekat. Teman sepenjara dan kawan-kawan yang bercakap tentang
dirinya akan merasakan bahwa penderitaan berpanjangan yang ia alami dalam kegelapan penjara berhasil menempa
dirinya, sehingga ia tidak membiarkan wujud sedikit pun jarak dalam dirinya untuk sebuah hakikat yang tidak
diyakininya. Beliau berada di penjara selama lebih 17 tahun. Bermula pada tahun 1948 (1368H), kemudian tahun
1954 (1373H), lalu pada tahun 1981 (1402H). Tidak ada yang bertambah dalam dirinya saat menghadapi seluruh
ujian dan cubaan itu kecuali kesabaran dan ketegaran. Dalam wawancaranya dengan majalah Al-Yamamah, yang
diterbitkan di Arab Saudi, edisi 14 Januari 1982, Ustaz Umar At Tilmisani berkata : “Sesungguhnya tabiat di mana
aku tumbuh di atasnya membuatku benci kepada kekerasan dengan segala bentuknya. Ini bukan hanya sebagai
sikap politik tapi juga merupakan sikap peribadiku yang berkait erat dengan pembentukan jati diriku. Bahkan ketika
ada seseorang yang cuba menganiaya diriku, maka aku sungguh tidak akan menyelesaikannya dengan kekerasan.
Aku boleh sahaja menggunakan kekuatan untuk menciptakan perubahan. Namun demikian, aku tidak akan pernah
melakukan itu dengan kekerasan.”

SURAT KEPADA PRESIDEN Dalam surat terbuka yang ia tujukan kepada Presiden Republik Mesir, juga
disebarluaskan oleh akhbar harian ‘Asy-Sya’b Al-Qahiriyah’, tanggal 14/3/1986, ia berkata : “Wahai tuan Presiden.
Yang paling penting bagi kami sebagai kaum Muslimin di Mesir adalah menjadi bangsa yang aman, tenteram dan
tenang di bawah naungan syariat Allah Azza wa Jalla. Ini adalah kerana kemaslahatan umat ini hanya akan tercapai
apabila peraturan Allah direalisasikan di tengah-tengah mereka. Saya kira tidak terlalu berlebihan bila saya katakan
bahwa sesungguhnya penerapan syariat Allah Ta’ala di bumi Mesir akan menjadi pintu kemenangan bagi seluruh
wilayahnya dan pada saat itulah hakim dan yang didakwa akan merasakan ketenangan, demikian pula yang akan
dinikmati oleh penguasa dan rakyatnya.”

ARAHAN DAN PETUNJUKNYA Dalam rangkaian nasihat dan arahannya yang ditujukan kepada para pemuda dan
penyeru dari kalangan Ikhwan, beliau berkata : “Sesungguhnya berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para da’ie
pada masa ini sangat berat dan penuh bahaya. Kekuatan material masa kini berada di tangan musuh-musuh Islam di
mana mereka bersatu untuk menyingkirkan berbagai perbezaan yang ada di tengah mereka demi memerangi kaum
Muslimin, dan khususnya Ikhwanul Muslimin. Apabila berdasarkan kepada pertimbangan logik manusia, pasukan
‘Thalut’ yang beriman sebenarnya tidak memiliki kekuatan melawan pasukan ‘Jalut’ dan bala tenteranya. Namun
ketika keimanan mereka meyakini bahwa kemenangan itu berasal dari sisi Allah Ta’ala dan bukan kerana faktor
jumlah dan bekalan yang dimiliki, mereka akhirnya sanggup menghancurkan pasukan ‘Jalut’ dengan izin Allah Ta’ala.
Sesungguhnya aku tidak meremehkan kekuatan dari sudut jumlah dan juga tidak menyeru kepada para du’at agar
mereka hanya berpasrah diri, berzikir hingga mulut berbuih-buih sambil menggerakkan leher-leher ke kanan dan kiri
lalu menepukkan tangannya. Ini adalah kerana semua ini adalah bencana yang mematikan dan membinasakan. Tapi
: 1. Berpegang teguh kepada wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala. 2. Berjihad dengan kalimat yang benar
secara berterusan. 3. Tidak peduli dengan berbagai gangguan. 4. Menjadikan diri sebagai tauladan dalam
kepahlawanan, keteguhan dan keberanian. 5. Disertai keyakinan bahwa bahwa Allah Ta’ala akan menguji mereka
dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan agar Ia mengetahui manakah orang-orang yang
jujur dan pengecut. Maka, semua itu sesungguhnya adalah faktor-faktor akan hadirnya kemenangan sesuai dengan
sunnatullah. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang mulia adalah saksi terbaik yang menunjukkan perkara
itu dan mengandungi pelajaran yang sangat banyak. Adapun para pemuda yang memiliki semangat dan tekad kuat
menyertai kesedaran mereka yang mendalam, maka sesungguhnya mereka tidak memerlukan banyak ujikaji. Yang
mereka perlukan adalah kesabaran dan komitmen dengan petunjuk wahyu yang terdapat dalam Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah saw dan kemudian dari sirah Salafus Soleh yang telah terikat perilaku dan akhlak mereka
dengannya, maka Allah Ta’ala kemudiannya akan memberikan kemenangan dan kekuasaan yang seakan-akan
mustahil untuk diraih sebelumnya.”

KETEGUHAN DAN SIKAPNYA Ustaz Umar At Tilmisani mengetahui dengan baik makna keteguhan dan kekuatan
ketika berada di dalam dan di luar penjara. Ia sama sekali tidak goyah dengan ancaman. Ini sebagaimana yang
diketahui tentang beberapa sifat pada didirnya iaitu sifat zuhud, iffah (mengendalikan diri untuk kehormatan) dan rasa
takutnya kepada Allah Azza wa Jalla serta kesungguhannya untuk meraih ridha-Nya. Beliau berkata : “Aku tidak
pernah merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah dan tidak ada sesuatu pun yang pernah
menghalangku untuk mengatakan kebenaran yang aku yakini, walaupun akhirnya sangat berat dirasakan oleh orang
lain dan walaupun aku perlu menghadapi kesulitan dalam melakukannya. Aku akan mengatakan kebenaran itu
dengan tenang, hati yang teguh walau dengan cara yang menarik, tidak mengganggu pendengaran dan tidak
melukai jiwa mereka. Aku juga berusaha untuk menghindarkan diri dari kata-kata yang aku anggap tidak disukai oleh
lawan bicaraku sehingga dengan cara seperti itu jiwaku dapat merasa tenang. Walau dengan cara yang seperti itu
aku tidak menemui banyak kawan, tapi aku dapat menghindarkan diri dari banyaknya kejahatan musuh.” Sikap jujur,
ucapan yang terus-terang, amal yang serius dan cara menghadapi masalah dengan penuh keberanian, ketenangan,
keteguhan dan ketegaran di hadapan berbagai berita yang berasal dari musuh-musuh dalaman dan luaran dengan
cara yang sama, adalah sifat dan karakter menonjol yang terdapat dalam diri Ustaz Umar At Tilmisani.

MENJAGA KEHORMATAN DIRI Berita tentang dialog terbuka dengan Presiden Anwar Sadat di kota Ismailiyah yang
dihadiri oleh Ustaz Umar At Tilmisani sebagai tetamu undangan disebarluaskan melalui radio dan televisyen secara
langsung. Dalam dialog tersebut Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwan dengan fitnah pemecah belah masyarakat
dan melontarkan berbagai tuduhan dusta. Mendengar tuduhan tersebut, Ustaz Umar At Tilmisani lalu berdiri
mempertahankan berbagai tuduhan Sadat dengan ucapannya : “Adalah sesuatu yang lumrah apabila ada orang
yang berlaku zalim pada diriku ialah dengan aku mengadukan pelakunya kepadamu, kerana engkau adalah rujukan
tertinggi (selepas Allah) bagi orang-orang yang mengadu ketika dianiaya. Kini aku mendapatkan kezaliman itu
darimu sendiri dan membuatku tidak memiliki cara lain selain mengadukanmu kepada Allah Ta’ala.” Ketika
mendengar ucapan Ustaz Umar At Tilmisani, Anwar Sadatpun gementar ketakutan. Ia lalu memohon kepada Ustaz
Umar agar menarik balik pengaduannya itu. Namun dengan tegas dan tetap tenang beliau menjawab :
“Sesungguhnya saya tidak mengadukanmu kepada pihak yang zalim, tapi kepada Zat Yang Maha Adil dan
mengetahui segala yang saya ucapkan!”

METOD DALAM BERDIALOG Metod dalam berdialog yang digunakan Ustaz Umar At Tilmisani sangat memikat
yang menggambarkan karakter beliau secara keseluruhan. Karakter tersebut tidak dibuat-buat, tapi seperti itulah
sifatnya yang asal yang menonjol dalam dirinya ketika berbicara, beramal, berperilaku, bergaul dan berinteraksi
dengan individu dan kelompok atau sebagai pemimpin masyarakat tanpa membezakan yang besar atau kecil, kaya
atau miskin. Dia meyakini prinsip-prinsip Ikhwan yang berlandaskan pada Kitabullah dan Sunnah serta ijma’
golongan Salaf.

JAMAAHNYA Dia melihat bahwa jamaah ini adalah sebuah gerakan Islam yang benar pada zaman ini. Beliau
berkata : “Sesungguhnya sesiapa yang mengikuti langkah-langkah Jamaah Ikhwanul Muslimin sejak zaman
kelahirannya pada tahun 1347H (1928) hingga ke hari ini, tidak nampak padanya kecuali : a. Pengorbanan demi
pengorbanan dalam menegakkan akidah yang mereka anut. b. Usaha yang padat dan memberi hasil dalam
berbagai sudut kehidupan sosial masyarakat. c. Memberi dukungan berterusan untuk mempereratkan jalinan
persaudaraan di antara berbagai masyarakat Islam yang berbeza-beza. d. Menyebarluaskan kedamaian di seluruh
dunia. Ikhwanul Muslimin telah diperangi dengan sangat dahsyat dari berbagai arah samada di dalam negara atau
di peringkat antarabangsa. Namun demikian, TIDAK PERNAH TERDENGAR SEDIKITPUN bahwa mereka :
1. Menyebar fitnah di tengah masyarakat. 2. Memecahbelahkan kesatuan. 3. Menghancurkan perusahaan-
perusahaan. 4. Berdemonstrasi sambil melakukan kerosakan di jalanraya. 5. Berteriak dengan mengatakan,
“Hidup si Fulan, dan matilah si fulan.” Ini adalah kerana : a. Sifat mereka adalah kedamaian. b. Pekerjaan
mereka membangun dan membina. c. Kemenangan mereka adalah keikhlasan. Namun demikian, mereka adalah
sasaran kebencian yang bahkan dilakukan oleh orang-orang yang selama ini tidak pernah bertemu dalam sebuah
kesepakatan, selain kesepakatan mereka untuk memerangi Ikhwanul Muslimin. Setiap Muslim tidak mengenal
wujudnya kefahaman yang mengatakan bahwa agama ini milik Allah, sementara negara untuk seluruh manusia. Tapi
yang dia ketahui adalah bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini adalah milik Allah semata-mata. Maka barang
siapa yang ingin berpaling dari kefahaman ini, niscaya dia adalah penipu yang ingin memisahkan seorang Muslim
dari menyatukan kekuatannya agar mereka lebih mudah mengalahkannya. Seorang Muslim tidak mengenal
wujudnya kefahaman yang mengatakan bahwa, “Apa yang untuk Allah adalah milik Allah, dan apa yang untuk Kaisar
untuk Kaisar.” Ini adalah kerana dia meyakini dengan sepenuh imannya bahwa Kaisar tidak memiliki sesuatupun
yang juga menjadi milik Allah kerana apabila berlaku demikian, maka ia dianggap sekutu dalam kekuasaan-Nya,
sementara setiap Muslim menolak segala bentuk kemusyrikan.

SIFAT ZUHUD, RENDAH DIRI DAN KESEDERHANAANNYA Seperti itulah kehidupan Ustaz Umar At Tilmisani,
seorang da’ie, murabbi dan pemimpin yang : 1. Jujur dan setia pada janjinya dengan Allah. 2. Beramal untuk
agama-Nya. 3. Terikat erat dalam dakwah kepada-Nya. 4. Sentiasa bersabar dan berjuang dengan berpegang
teguh kepada tali Allah yang kukuh. 5. Beramal bersama para mujahid yang jujur samada ia diposisi sebagai
perajurit atau pemimpin dan sama juga baginya apakah ia berada di dalam atau di luar penjara. Beliau : a. Tidak
pernah berubah. b. Tidak diwarnaioleh celupan yang lain. c. Tidak berpaling. d. Tidak pernah rakus kepada
perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Ia bahkan menjalani kehidupannya dengan menjauhkan diri dari godaan
dunia menuju Allah Ta’ala. Beliau tinggal di sebuah apartmen yang sederhana tanpa ada beban dalam jiwanya
sedikit pun. Ia akan membuatkan seseorang sangat terkesan saat mengunjunginya, seraya berusaha menahan air
mata yang nyaris keluar dari kelopak mata kita. Di manakah kita gerangan para ‘Rijal’ yang lebih tinggi dari dunia
dengan iman mereka dan mempersembahkan sesuatu yang mahal dan murah demi agama yang mereka anut?
Apartmen Ustaz Umar At Tilmisani berada di lorong sempit di kompleks Al-Mulaiji Asy-Sya’biyah Al-Qadimah di
wilayah Az-Zahir di Kaherah. Perabot apartmennya sangat sederhana walaupun beliau berasal dari keluarga yang
kaya raya dengan status sosial yang cukup tinggi. Seperti itulah sifat zuhud, kesederhanaan dan kerendahan hati
Ustaz Umar At Tilmisani. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Mesir. Bahkan pemeluk
Kristian Koptik juga menghormatinya. Demikian pula penguasa yang sangat menghargai kedudukannya dan
mengetahui dengan baik keutamaan yang dimilikinya. Adapun bagi anggota Ikhwanul Muslimin, maka mereka
melihat Ustaz Umar sebagai sosok yang patut diteladani. Mereka berlumba untuk melaksanakan arahan dan perintah
yang datang darinya. Itulah yang berlaku ketika : 1. Cinta kerana Allah menjadi intisari yang menjalin hubungan
mereka dengan beliau. 2. Penerapan syariat Allah dan meraih redha-Nya adalah tujuan dan keinginan
mereka. Kunjungan Ustaz Umar At Tilmisani ke negara-negara Arab Islam dan kaum Muslimin di negara-negara
tempat mereka berpindah, bagaikan ubat yang berusaha menyembuhkan luka yang mereka deritai, sekaligus
sebagai arahan bijak ke atas apa yang perlu dilakukan oleh kaum Muslimin bagi agama, umat dan negeri mereka.
Ceramah, pelajaran, dialog, nasihat dan bimbingan yang beliau sampaikan semuanya mengandungi motivasi untuk
umat, khususnya bagi para pemuda, golongan intelektual dan para tokoh ulama’ agar : a. Mereka mampu
memikul tanggungjawab dan segera bangkit melaksanakan peranan mereka. b. Setiap elemen dari umat ini
berada pada posisi masing-masing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dan
memimpin umat. Inilah sesungguhnya peranan para du’at di setiap waktu dan zaman. Seperti itu pula risalah para
nabi hingga akhirnya diwariskan kepada para ulama’, para da’ie yang jujur dan orang-orang mu’min yang sentiasa
ikhlas di atas jalan-Nya.

TULISAN DAN KARYA-KARYANYA Ustaz Umar At Tilmisani turut memberi saham dalam kancah pemikiran Islam
melalui sebahagian karya tulisannya yang diterbitkan dalam berbagai versi. Di antaranya adalah : 1. Syahid al-
Mihrab, Umar bin Khaththab’ 2. Al-Khuruj min Aal-Maaziq Al-Islami Ar-Raahin 3. Al-Islam Wa Al-Hukuumah Ad-
Diniyah 4. Al-Islaam Wa Al-Hayaah 5. Aaraa Fi Ad-Diin Wa As-Siyaasah 6. Al-Mulham Al-Mauhuub, Ustaz Al-
Banna, Ustaz Al-Jiil 7. Beberapa tulisan terkait tema “Nahwa an-Nuur”. 8. Zikrayaat Laa Muzakkiraat 9. Al-
Islaam Wwa Nazhratuhu A-Samiyah Li Al-Mar’ah 10. Ba’dha Ma ‘Allamani Al-Ikhwan Al-Muslimun 11. Qola An-
Naasu, Wa lam Aqul Fi Hukmi Abdul Nasser 12. Ayyam Ma’a As-Saadaat 13. Min Fikhi Al-I’laam Al-Islami 14. Min
Shifaat Al-’Aabidin 15. Ya Hukkam Al-Muslimin, Alaa Takhafuuna Allaha? 16. Fi Riyadh At-Tauhid 17. Laa Nakhafu
As-Salaam, Walaakin Ditambah lagi dengan tulisan-tulisannya di majalah Dakwah, Kaherah dan yang berkait dengan
masalah-masalah Islam yang dimuat di majalah yang lain, serta ceramah-ceramahnya di berbagai forum nasional
dan antarabangsa yang diadakan di negara-negara Arab Islam dan negara-negara Barat. Demikian pula dengan
ceramah-ceramah yang disampaikannya dalam berbagai forum yang diadakan oleh Ikhwan.

APA KATA MEREKA TENTANG USTAZ UMAR AT TILMISANI Ustaz Muhammad Sa’id Abdurrahim berkata dalam
tulisannya; Umar Tilmisani, Mursyid ketiga Ikhwanul Muslimin : “Binasalah orang-orang yang zalim, dan mereka yang
menghabiskan masa yang sangat panjang di dalam jeriji besi akhirnya keluar setelah dibersihkan oleh berbagai ujian.
Membuatkan jiwa mereka semakin kuat membaja. Walaupun tubuh mereka dihinakan, namun ruh mereka semakin
kuat menggantungkan diri kepada Allah Ta’ala dan merendahkan berbagai kemewahan duniawi yang pasti lenyap
dan rasa takut yang hilang dari dalam hati mereka selain hanya kepada-Nya. Mereka keluar dari ujian dan fitnah itu
sebagai ‘Rijal’ (lelaki) laksana gunung yang kukuh serta tidak goyah oleh apa-apa terpaan badai. Di dalam penjara
mereka menghafal Al-Qur’an, menimba pengetahuan dan berhasil mengalahkan hawa nasfu mereka. Bukan hanya
itu, mereka juga mengajarkan manusia hakikat keberadaannya di dunia. Seperti itulah fungsi penjara bagi mereka;
menjadi sekolah yang memberi mereka lebih banyak daripada yang diminta dari mereka. Di antara mereka yang
keluar dari penjara itu adalah al-Akh Umar At Tilmisani dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah
mempersiapkannya untuk memimpin Jamaah Ikhwan pada fasa tersebut. Dia adalah pemimpin yang tepat sebagai
nahkoda bahtera Ikhwan di tengah-tengah gelombang yang dahsyat dengan bijak dan sabar, lembut dan tenang
disertai iman yang teguh dan tekad yang tidak tergoyah. Dakwah tersebar luas pada masanya, sesuatu yang tidak
pernah berlaku sebelumnya. Para pemuda pun kembali kepada Islam sehingga arus Islam menjadi arus yang sangat
besar yang berlaku di berbagai institusi pengajian tinggi, di berbagai organisasi dan perkumpulan, bahkan di Mesir
pada umumnya. Ini adalah kerana beliau mampu mengendalikan bahtera tersebut dengan pengalamannya sebagai
pemimpin yang mempuyai kepiawaian serta keahlian seorang nahkoda, sehingga ia mampu menaklukkan
gelombang dan mara bahaya serta menghantarkannya tiba di pantai keselamatan. Berbagai ujian dan cubaan yang
dilalui Ustaz Umar At Tilmisani dalam kehidupannya. Di antaranya ketika beliau di penjara selama hampir 20 tahun
lamanya. Beliau termasuk orang yang paling sabar dari kalangan Ikhwan dalam menghadapi siksaan penjaga
penjara. Namun demikian, betapa pun keras dan kejamnya siksaan itu dan buruknya perlakuan yang diterimanya,
lisannya tidak pernah putus dari menyebut asma Allah Ta’ala serta sentiasa mendoakan saudaranya yang lain agar
tetap sabar dan teguh menghadapi berbagai ujian tersebut. Lisannya juga sentiasa bersih dan tidak terdengar
darinya kata-kata keji terhadap mereka yang menganiaya dan menzaliminya. Beliau sentiasa menyandarkan segala
urusannya kepada Allah Ta’ala. Cukuplah Ia sebaik-baik pelindung.”

KEMBALI KE RAHMATULLAH Allah Ta’ala memanggil hamba-Nya kembali kepada-Nya pada hari Rabu, 13
Ramadhan 1406, bertepatan dengan 22 Mei 1986. Beliau meninggal di hospital setelah mengidap penyakit ketika
usianya 82 tahun. Jenazahnya lalu disolatkan di masjid Umar yang mulia di Kaherah. Lebih dari seperempat juta
orang, bahkan setengah juta mengiringi jenazahnya menuju pemakamannya. Di antara mereka yang mengiringinya
terdapat sejumlah utusan berasal dari dalam dan luar negara. Inilah profil Ustaz Umar At Tilmisani, Mursyid Ketiga
jamaah Ikhwanul Muslimin dan sekilas lalu dari perjalanan hidup beliau. Ya Allah kami sentiasa berdoa kepadaMu
agar Engkau menerima amal-amal soleh yang beliau lakukan dan memasukkan beliau di kalangan orang-orang yang
soleh dari hambaMu. Kami kelak akan menyusul kepergiannya di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha
Berkuasa. Ameen Ya Rabbal Alameen

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai