1 Hakikat Ekonomi
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti pengelolaan rumah
(Capra, 2002). Yang dimaksud pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga
memperoleh dan menghasilkan barang da jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik)
anggota keluarganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang hingga saat
ini, yaitu adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber daya
yang terbatas, sehingga menimbulkan persoalan bagaimana mengekploitasi sumber
daya yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan
manusia yang tak terbatas.
Ilmu ekonomi modern dewasa itu telah menanamkan paradigma tentang hakikat
manusia sebagai berikut :
a. Manusia adalah makhluk ekonomi.
b. Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas.
c. Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya manusia bertindak rasional.
Etika pada intinya mempelajari perilaku seseorang atau kelompok yang dianggap baik
atau tidak baik. Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur yang terkoordinasi untuk
mendukung peningkatan produksi, serta pendapatan untuk menciptakan kemakmuran
masyarakat.
Sistem ekonomi pancasila mencoba memadukan hal positif yang ada pada kedua
sistem ekonomi ekstrem-komunis dan kapitalis. Ciri keadilan dan kebersamaan pada sistem
ekonomi Pancasila di ambil dari sistem komunis, ciri hak dan kebebasan individu di ambil
dari sistem kapitalis, ditambah dengan ciri ketiga yang tidak ada pada kedua sistem
tersebut, yaitu kepercayaan kepada Tuhan YME dengan memberikan kebebasan rakyatnya
memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Etika pada intinya mempelajari perilaku /tindakan seseorang dan kelompok atau
lembaga yang dianggap baik atau tidak baik. Ukuran untuk menilai baik dan tidaknya suatu
tindakan bila dilihat dari hakikat manusia utuh adalah dilihat dari manfaat atau kerugiannya
bagi orang lain, kemampuan tindakan tersebut dalam menciptakan kebahagiaan individu,
dan kemampuan tindakan tersebut dalam meningkatkan keimanan/kesadaran spiritual
seseorang.
2.3 Pengertian dan Peranan Bisnis
Pada zaman dahulu, kegiatan bisnis umat manusia adalah berburu dan
mengumpulkan barang-barang yang sudah di sediakan oleh alam, seperti : buah-
buahan, sayur mayur, kayu bakar, kayu untuk perumahan, batu untuk dijadikan
peralatan, dan sebagainya. Seiring dengan pertumbuhan peradaban dan perkembangan
zaman , pada fase berikutnya mulai timbul pertukaran barang antar kelompok yang
sering disebut sebagai barter. Pertukaran/ Barter muncul jika satu kelompok mempunyai
barang yang tidak dimiliki kelompok lainnya dan kedua kelompok ini menginginkan
barang-barang yang tidak mampu dihasilkan oleh kelompoknya.
Dengan diperkenalkannya uang sebagai alat tukar dan ditunjang oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini tidak ada satu negara pun yang mampu
memenuhi seluruh kebutuhan barang dan jasanya sendiri, dan memang tidak
seharusnya suatu negara menghasilkan sendiri seluruh barang dan jasa yang menjadi
kebutuhannya. Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang
dan jasa, tetapi juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke
pihak-pihak yang memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi
dan distribusi tersebut. Kegiatan bisnis menjadi sumber penerimaan pokok dalam
Anggara Pokok dan Belanja Negara (APBN) melalaui perpajakan, bea masuk, dan
cukai. Kegiatan bisnis juga menjadi sumber penghasilan dan lapangan pekerjaan setiap
orang. Kegiatan bisnis sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan bisa
dikatakan bahwa aktivitas bisnis berisfat etis.
Namun dalam realitanya masih banyak dijumpai pandangan pro dan kontra
mengenai etis tidaknya suatu aktivitas bisnis. Terdapat dua pandangan tentangbisnis
sebagaimana diungkapkan oleh Sony Keraf (1998), yaitu:
1. Pandangan praktis-realis, melihat tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan
(profit) bagi pelaku bisnis, sedangkan aktivitas memproduksi dan mendistribusikan
barang adalah sarana/alat untuk merealisasikan keuntungan tersbut.
2. Pandangan idealis, adalah suatu pandangan dimana tujuan bisnis yang terutama
adalah menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis tersebut.
Cara lain untuk menjelaskan isu pro dan kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari
sudut pandang etika, dapat dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, dan Post
(2005) tentang budaya etis (ethical climates). Budaya etis adalah pemahaman tak
terucap dari semua karyawan tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima.
Yang menentukan derajat keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan/tindakan bisnis
adalah orang kunci dibelakang kegiatan bisnis itu sendiri, atau yang populer dngan
istilah the man behind the gun, bukan bisnis itu sendiri.