Oleh : Kelompok 8
UNIVERSITAS JEMBER
2022
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS PENYUSUNAN RESUME
Menyatakan bahwa :
1. Hasil dari resume ini merupakan murni hasil kerja dari kelompok 8 tanpa mengambil
atau mencuri dari pihak ketiga, di mana dapat kami pertanggungjawabkan sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Apabila kami dari kelompok 8 terbukti melanggar peraturan yang sudah berlaku,
maka kami bersedia menerima sanksi atau hukuman yang sudah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana semestinya, dan kepada yang bersangkutan untuk
menjadikan maklum.
PENDAHULUAN
ii
Ekonomi berasal dari kata Yunani yaitu oikonomia, yang berarti pengelolaan
rumah. Yang dimaksud pengelolaan tersebut yaitu memperoleh dan menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ilmu ekonomi berkembang karena
terdapatnya kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang
tersedia terbatas. Hal tersebut menimbulkan suatu persoalan bagaimana cara
mengelola secara efektif sumber daya terbatas tersebut dalam memenuhi kebutuhan
manusia yang tidak terbatas. Hakikat ekonomi yang berkepentingan dalam
mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan ekonomi tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemakmuran kelompok atau masyarakat.
Tujuan dari etika bisnis adalah menciptakan kesadaran moral bagi para pelaku
bisnis dalam menjalankan good business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis
mewujudkan citra yang etis agar kegiatan bisnis tersebut pantas untuk dimasuki semua
elemen.
Pada bab hakikat ekonomi dan bisnis ini sangat menarik untuk dibahas karena
dapat memberikan pemahaman tentang perkembangan sistem ekonomi yang berjalan
dalam meningkatkan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.
iii
4
PEMBAHASAN
1. HAKIKAT EKONOMI
Ekonomi berasal dari kata Yunani nikonomia yang berarti pengelolaan rumah
(Capra, 2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga
memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
(fisik) anggota rumah tangganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Saat ini ilmu ekonomi dengan didukung oleh hampir semua disiplin ilmu
pengetahuan dan teknologi telah diarahkan untuk mengeksploitasi sumber daya bumi
dalam rangka merealisasikan kekayaan materi. Pada tingkat ekonomi makro, para
ekonom dan pejabat birokrasi pemerintah sudah sangat mengenal konsep-konsep
ekonomi, seperti Gross National Product (GNP), Belanja Negara (APBN), dan
sebagainya. Pada tingkat ekonomi mikro banyak dibahas tentang pengelolaan dan
manajemen bisnis, antara lain hukum permintaan dan penawaran, efisiensi biaya, serta
konsep lain yang semuanya berorientasi pada pencapaian laba optimal melalui
peningkatan produktifitas dan efisiensi biaya operasi.
a) Tujuan hidup manusia hanya mengejar kekayaan materi dan melupakan tujuan
spiritual.
b) Manusia cenderung hanya memercayai pikiran rasionalnya saja dan
mengabaikan adanya potensi kesadaran transdental (kesadaran spiritual,
kekuatan tak terbatas, Tuhan) yang dimiliki manusia.
c) Mengajarkan bahwa sifat manusia itu serakah.
Sistem ekonomi adalah jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir,
konsep, teori, asumsi dasar, kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum,
pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur terkait lainnya yang semuanya ditujukan
untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Dalam sejarah ekonomi,
ada dua paham sistem ekonomi ekstrem yang berkembang, yaitu ekonomi kapitalis
dan ekonomi komunis. Sistem ekonomi kapitalis dikembangkan oleh negara-negara
Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan Inggris serta sekutu-sekutunya.
Sedangkan sistem ekonomi komunis berkembang di bekas negara Uni Soviet beserta
sekutu-sekutunya.
Di samping kedua sistem ekstrem tadi, masih ada sistem ekonomi lain yang
sebenarnya merupakan penggabungan dari kedua sistem tadi. Soekarno sebagai
pemimpin bangsa Indonesia yang sangat disegani telah memperkenalkan falsafah
negara yang sangat terkenal, yaitu Pancasila. Begitu pun dengan Mohammad Hatta
yang juga merupakan tokoh pemimpin bangsa yang disegani dan bersama dengan
Soekarno pernah mendapat julukan sebagai pemimpin Dwi Tunggal, memperkenalkan
koperasi sebagai salah satu wadah ekonomi rakyat yang paling sesuai dengan falsafah
Pancasila. Pokok-pokok pikiran dalam falsafah Pancasila antara lain:
a) Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh, yaitu
tidak mengakui adanya Tuhan YME sebagai sumber kekuatan tak terbatas
dan hanya mengandalkan kekuatan pikiran dalam memecahkan persoalan
hidup di dunia. Tujuan yang ditetapkan semata-mata untuk mengejar
kemakmuran ekonomi/kenikmatan duniawi dan melupakan tujuan tertinggi
umat manusia (kebahagiaan rohani).
b) Dalam sistem ekonomi komunis, alat-alat produksi dan kekayaan individu
tidak diakui. Sebagai gantinya, aparat pemerintah dan pemimpin partai atas
nama negara diberi wewenang penuh untuk mengatur penggunaan alat
produksi dan kekayaan milik negara untuk kepentingan bersama. Pemerintah
tidak lagi bekerja untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk memperkayakan diri
sendiri serta kelompok elitnya dan membiarkan rakyat mereka tetap miskin.
Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial.
c) Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk
negara tidak termotivasi untuk bekerja lebih giat. Kalau pun ada di antara
8
mereka yang ingin bekerja lebih keras, mereka tetap tidak boleh
mengumpulkan kekayaan pribadi. Pendapatan semua rakyat relatif sama
tanpa membedakan tingkat produktivitas dan keterampilan mereka yang
berbeda.
d) Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk
karena terjadi pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi
senjata yang dipaksakan dalam rangka perang dingin menghadapi negara-
negara Blok Barat.
Akibat dari sistem ekonomi kapitalis dapat dirasakan saat ini, antara lain:
manfaat atau kerugiannya bagi orang lain, kemampuan tindakan tersebut dalam
menciptakan kebahagiaan individu, dan kemampuan tindakan tersebut dalam
meningkatkan keimanan/kesadaran spiritual seseorang.
Pada zaman dahulu, kegiatan bisnis umat manusia adalah berburu dan
mengumpulkan barang-barang yang sudah disediakan oleh alam. Pada zaman
tersebut, semua barang dan jasa untuk menunjang kebutuhan hidup dapat dipenuhi
sendiri oleh kelompok sendiri. Seiring dengan berjalannya peradaban zaman, pada
fase berikutnya mulai timbul pertukaran barang atau lebih dikenal dengan sistem
barter.
Dengan diperkenalkannya uang sebagai alat tukar dan ditunjang oleh kemajuan
teknologi, saat ini tidak ada satu orang atau satu negara pun yang mampu memenuhi
seluruh kebutuhan barang dan jasa. Kegiatan pertukaran atau perdagangan antar
orang maupun antar negara sudah menjadi bagian kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan produksi.
11
Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan
jasa, tetapi juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke
pihak-pihak yang memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi
dan distribusi tersebut. Sangat jelas bahwa kegiatan bisnis sangat bermanfaat bagi
kehidpan umat manusia dan bisa dikatakan bahwa aktivitas bisnis bersifat etis.
Tetapi dalam realitanya masih banyak dijumpai pandangan pro dan kontra
mengenai etis tidaknya suatu aktivitas bisnis. Kita perlu melihat dua pandangan
tentang bisnis, yaitu yang pertama pandangan praktis-realistis yaitu melihat tujuan
bisnis adalah untuk mencari keuntungan bagi pelaku bisnis, sedangkan aktivitas
memproduksi dan mendistribusikan barang merupakan sarana atau alat untuk
merealisasikan keuntungann tersebut. Selanjutnya yaitu pandangan idealis adalah
suatu pandangan di mana tujuan bisnis yang terutama adalah menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan
keuntungan yang diperoleh merupakan konsekuensi logis.
Dua pandangan yang berbeda dan bahkan berlawanan ini muncul dari para
penggagas atau penganut paham bisnis yang mempunyai tingkat kesadaran yang
berbeda dalam memaknai hidup dan hakikat dirinya sebagai manusia. Yang
menentukan derajat keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan bisnis adalah orang
kunci di belakang kegiatan bisnis itu sendiri, bukan dari bisnis itu sendiri. Komponen-
komponen budaya etis dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.
a. Dimensi Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, bisnis merupakan kegiatan produktif dengan
tujuan memperoleh keuntungan, tanpa bisnis tidak ada kegiatan ekonomi. Ilmu
manajemen dan akuntansi mengajarkan berbagai teknik untuk memperoleh
keuntungan optimal. Beragam teknik itu pada intinya mengajarkan satu cara, yaitu
untuk meningkatkan penjualan sampai tingkat maksimum di satu sisi, namun pada
saat yang sama menekankan harga pokok penjualan dan beban-beban pada
tingkat minimum. Dengan demikian, sebenarnya keuntungan merupakan ukuran
tingkat efisiensi perusahaan karena keuntungan menggambarkan hasil yang
diperoleh setelah dikurangi harta yang dikorbankan.
b. Dimensi Etis
Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya suatu perilaku atau
tindakan. Ukuran penilaian tersebut menggunakan tiga tingkat kesadaran yaitu
kesadaran hewani (teori egoisme), kesadaran manusiawi (teori utilitarianisme),
dan kesadaran spiritual atau transendental (teori teonom). Tindakan bisnis adalah
bersifat etis karena seluruh aktivitas bisnis sudah tampak jelas mendukung
produksi untuk meningkatkan kemakmuran manusia secara duniawi. Dari sudut
pemahaman seperti tersebut, jelas bahwa tindakan bisnis itu sejalan dan tidak
bertentangan dengan ajaran agama yaitu juga berhubungan dengan tiga tingkat
kesadaran tersebut.
c. Dimensi Hukum
Hukum dan etika sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat
karena keduanya mengatur perilaku manusia. De george (dalam Sonny Keraf,
1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan, yaitu
yang pertama sudut pandang legal creator, perusahaan diciptakan secara legal
oleh negara sehingga perusahaan adalah sebuah badan hukum. Selanjutnya yaitu
sudut pandang legal recognition di mana perusahaan bukan diciptakan atau
didirikan oleh negara, melainkan oleh orang atau kelompok yang mempunyai
kepentingan untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan bila ingin memperoleh
jaminan hidup jangka panjang harus tunduk pada berbagai peraturan hukum dan
13
d. Dimensi Sosial
Di dalam suatu organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen, unsur,
orang dan jaringan yang saling terhubung, saling berinteraksi, saling bergantung,
dan saling berkepentingan. Keberadaan suatu perusahaan sebenernya ditentukan
oleh manusia atau orang, baik yang ada di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang kesemuanya memiliki kepentingan dan kekuatan untuk
mendukung atau menghambat keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Bila
perusahaan dilihat dari dimensi sosial, tujuan pokok keberadaan perusahaan
adalah untuk menciptakan barang atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat,
sedangkan keuntungan akan datang dengan sendirinya bila perusahaan mampu
melayani kebutuhan masyarakat.
e. Dimensi Spiritual
Di dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan
bisnis itu merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis diatur
berdasarkan wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasu (Dawam
Rahardjo, 1990). Kegiatan bisnis bukan saja tidak bertentangan dengan ajaran
agama, tetapi justru manusia diberi wewenang untuk mengolah dunia asalkan
dilakukan dengan penuh tanggung jawab, bukan sebaliknya justru berdampak
merugikan. Kegiatan bisnis seperti ini dapat disebut kegiatan bisnis religius atau
kegiatan bisnis spiritual atau kegiatan bisnis tercerahkan.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai
berikut: (1) Pengelola dan pemangku kepentingan menyadari bahwa kegiatan
bisnis adalah bagian dari ibadah. (2) Tujuan bisnis adalah untuk memajukan
kesejahteraan semua pemangku kepentingan atau masyarakat. (3) Dalam
menjalankan aktivitas bisnis, Pengelola mampu menjamin kelestarian alam.
14
Sekarang marak skandal bisnis dalam berbagai manipulasi laporan keuangan yang
melibatkan para eksekutif puncak perusahaan besar merugikan banyak pihak yang
berkepentingan, sehingga muncul peraturan baru dari pemerintah untuk
mempertegas pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab para eksekutif dalam
perusahaan. Perilaku para eksekutif inilah yang sebenarnya sangat menentukan
keberlangsungan perusahaan sehingga mereka dituntut untuk bersifat etis dan
punya tingkat kesadaran spiritual. Dalam tingkat inilah para pengusaha yang ada di
perusahaan memaknai pengelolaan perusahaan sebagai bagian ibadah kepada
15
Pada tabel 4.2 ringkasan hubungan antara Tingkat Kesadaran, Teori Etika,
Paradigma Pengelolaan Perusahaan.
Pengelola (manajemen)
sudah terpisah dari para
pemegang saham selaku
pemilik perusahaan.
16
a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari
keputusan itu; atau
b. Kapanpun ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa
sesedikit mungkin pemangku kepentingan; atau
c. Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan
kelompok pemangku kepentingan yang dominan.
Kelompok Primer:
Kelompok Sekunder:
kesejahteraan
Definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR
karangan Yusuf Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A.
B. Susanto (2007)
Konsep CSR untuk memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :
Keberhasilan CSR dan cakupan program CSR yang akan dijalankan akan
ditentukan oleh tingkat kesadaran para pelaku bisnis dan para pemangku
kepentingan lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang, yaitu:
tingkat kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi, dan tingkat kesadaran
transendental. Mereka yang masih keberatan dengan program CSR ini dapat
dikatakan bahwa mereka mempunyai tingkat kesadaran hewani, dan menganut
teori egoism. Program CSR akan berjalan efektif bila pihak yang terkait (oknum
pengelola, pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai tingkat kesadaran
manusiawi dan transendental, serta menganut teori etika dalam utilitarianisme,
dentologi, keutamaan, dan teonom.
Gambar 4.3 menggambarkan skema hubungan antar tingkat kesadaran, teori etika
yang dianut, dan tingkat keterlibatan/cakupan program CSR yang dilaksanakan oleh
suatu perusahaan
Lawrence, Weber, dan Post (2005) melukiskan tingkat kesadaran dalam bentuk tingkat
keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan
hubungan yaitu, inactive, reactive, proactive, dan interactive. Perusahaan yang inactive
sama sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan.
22
Perusahaan reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan
akan mengganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu.
Perusahaan proactive akan selalu mengantisipasi apa saja yang menjadi kepedulian
pemangku kepentingan.sedangkan perusahaan interactive selalu membuka diri dan
mengajak para pemangku kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling
menghormati, saling mempercayai, dan saling menguntungkan. Berdasarkan tingkat
lingkup hal ini dibedakan dalam dua prinsip CSR, yaitu : prinsip amal (charity principle)
dan prinsip pelayanan (stewardship principles). Table 4.4 ciri ciri yang membedakan
dua prinsip ini
a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak
negatif dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan
masyarakat sekitarnya.
b. Sumber daya alam yang semakin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang baik.
d. Pertimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggungjawab dan kekuasaan
dalam memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan,
dan masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya memiliki sumber daya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.
24
KESIMPULAN
Adapun pro dan kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang
etika, dapat dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang
budaya etis. Budaya etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku
bisnis) tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat
keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci
dibelakang kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnisnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. dan I. C. Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi. Edisi Revisi. Jakarta.
Salemba Empat