Anda di halaman 1dari 25

HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

Oleh : Kelompok 8

Agustin Dwi Saputri (210810301018)

Devi Rizkya (210810301019)

Moh. Aqmal Syahputra (210810301114)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2022
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS PENYUSUNAN RESUME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : 1. Agustin Dwi Saputri (210810301018)
2. Devi Rizkiya (210810301019)
3. Moh. Aqmal Syahputra (210810301114)
Progam Studi : S1 Akuntansi

Menyatakan bahwa :
1. Hasil dari resume ini merupakan murni hasil kerja dari kelompok 8 tanpa mengambil
atau mencuri dari pihak ketiga, di mana dapat kami pertanggungjawabkan sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Apabila kami dari kelompok 8 terbukti melanggar peraturan yang sudah berlaku,
maka kami bersedia menerima sanksi atau hukuman yang sudah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana semestinya, dan kepada yang bersangkutan untuk
menjadikan maklum.

Jember, 18 September 2022


Yang Menyatakan,

Agustin Dwi Saputri Devi Rizkiya Moh. Aqmal Syahputra


(210810301018) (210810301019) (210810301114)

PENDAHULUAN

ii
Ekonomi berasal dari kata Yunani yaitu oikonomia, yang berarti pengelolaan
rumah. Yang dimaksud pengelolaan tersebut yaitu memperoleh dan menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ilmu ekonomi berkembang karena
terdapatnya kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang
tersedia terbatas. Hal tersebut menimbulkan suatu persoalan bagaimana cara
mengelola secara efektif sumber daya terbatas tersebut dalam memenuhi kebutuhan
manusia yang tidak terbatas. Hakikat ekonomi yang berkepentingan dalam
mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan ekonomi tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemakmuran kelompok atau masyarakat.

Tujuan dari etika bisnis adalah menciptakan kesadaran moral bagi para pelaku
bisnis dalam menjalankan good business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis
mewujudkan citra yang etis agar kegiatan bisnis tersebut pantas untuk dimasuki semua
elemen.

Pada bab hakikat ekonomi dan bisnis ini sangat menarik untuk dibahas karena
dapat memberikan pemahaman tentang perkembangan sistem ekonomi yang berjalan
dalam meningkatkan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

iii
4

PEMBAHASAN

1. HAKIKAT EKONOMI

Ekonomi berasal dari kata Yunani nikonomia yang berarti pengelolaan rumah
(Capra, 2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga
memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
(fisik) anggota rumah tangganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Saat ini ilmu ekonomi dengan didukung oleh hampir semua disiplin ilmu
pengetahuan dan teknologi telah diarahkan untuk mengeksploitasi sumber daya bumi
dalam rangka merealisasikan kekayaan materi. Pada tingkat ekonomi makro, para
ekonom dan pejabat birokrasi pemerintah sudah sangat mengenal konsep-konsep
ekonomi, seperti Gross National Product (GNP), Belanja Negara (APBN), dan
sebagainya. Pada tingkat ekonomi mikro banyak dibahas tentang pengelolaan dan
manajemen bisnis, antara lain hukum permintaan dan penawaran, efisiensi biaya, serta
konsep lain yang semuanya berorientasi pada pencapaian laba optimal melalui
peningkatan produktifitas dan efisiensi biaya operasi.

Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang


hingga saat ini, yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas
dihadapkan pada sumber daya yang terbatas (scarce resources) sehingga
menimbulkan persoalan bagaimana mengeksploitasi sumber daya yang terbatas
tersebut secara efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan manusia yang tak
terbatas. Dengan demikian, ilmu ekonomi berkepentingan dalam mengembangkan
konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran tersebut dicapai melalui
peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu sisi, serta peningkatan
pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen di sisi lain.

Ilmu ekonomi modern dewasa ini telah menanamkan paradigma tentang


hakikat manusia sebagai berikut:

a) Manusia adalah makhluk ekonomi.


b) Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas.
c) Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya, manusia bertindak rasional.
5

Dampak dari paradigma ini adalah:

a) Tujuan hidup manusia hanya mengejar kekayaan materi dan melupakan tujuan
spiritual.
b) Manusia cenderung hanya memercayai pikiran rasionalnya saja dan
mengabaikan adanya potensi kesadaran transdental (kesadaran spiritual,
kekuatan tak terbatas, Tuhan) yang dimiliki manusia.
c) Mengajarkan bahwa sifat manusia itu serakah.

2. ETIKA DAN SISTEM EKONOMI

Sistem ekonomi adalah jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir,
konsep, teori, asumsi dasar, kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum,
pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur terkait lainnya yang semuanya ditujukan
untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Dalam sejarah ekonomi,
ada dua paham sistem ekonomi ekstrem yang berkembang, yaitu ekonomi kapitalis
dan ekonomi komunis. Sistem ekonomi kapitalis dikembangkan oleh negara-negara
Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan Inggris serta sekutu-sekutunya.
Sedangkan sistem ekonomi komunis berkembang di bekas negara Uni Soviet beserta
sekutu-sekutunya.

Paham ekonomi kapitalis adalah adanya kebebasan individu untuk memiliki,


mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu. Ada dua ciri pokok dari
sistem ekonomi kapitalis, yaitu: liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar
bebas. Menurut paham ini, kebebasan individu akan memacu motivasi setiap orang
untuk melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi dalam rangka memakmurkan dirinya
masing-masing. Sistem ekonomi kapitalis sebenarnya dilandasi oleh teori etika
egoisme dan teori hak, serta mendapat pembenaran dari kedua teori tersebut. Menurut
etika egoisme, suatu tindakan dianggap baik bila setiap individu mampu
merealisasikan kepentingannya. Sementara itu, etika hak lebih menonjolkan
penghormatan kepada hak-hak individu.

Sebaliknya paham komunis yang memperoleh inspirasi dari pemikiran Karl


Marx justru sangat menentang sistem kapitalis ini. Dengan mengamati akibat dari
revolusi industri yang terjadi di negara-negara Barat, Karl Marx dapat melihat adanya
penindasan yang dilakukan oleh kelompok kecil pengusaha yang memiliki modal
6

(majikan) terhadap kelompok mayoritas buruh yang sebenarnya menjadi tulang


punggung kegiatan ekonomi. Bila ini dibiarkan, maka akan muncul ketidakadilan di
mana sekelompok kecil masyarakat yang menguasai alat-alat produksi dan modal
akan semakin kaya, sementara kelompok mayoritas masyarakat yang tidak memiliki
alat produksi (kaum buruh) akan semakin tertindas. Oleh karena itu, sistem ekonomi
komunis muncul sebagai alternatif. Manurut sistem ekonomi komunis, setiap individu
dilarang menguasai model dan alat-alat produksi. Dalam sistem ekonomi komunis,
alat-alat produksi beserta kegiatan produksi, pekerjaan, dan distribusi pendapatan
setiap warga negara diatur oleh negara. Karena perhatian utama sistem komunis
adalah kemakmuran masyarakat secara keseluruhan dan bukan kemakmuran orang
per orang, maka sering kali sistem komunis ini dengan beberapa variasinya disebut
sebagai sistem sosialis. Dengan latar belakang pemikiran seperti ini, sebenarnya
sistem komunis mendapat pembenaran dari etika altruisme (utilitarianisme dan
deontologi).

Walaupun sistem kapitalis dan sistem komunis sangat bertentangan, namun


sebenarnya ada persamaan yang sangat esensial, yaitu keduanya hanya ditujukan
untuk mengejar kemakmuran/kenikmati duniawi dengan hanya mengandalkan
kemampuan pikiran rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia
(kebahagiaan di akhirat). Kebahagiaan tertinggi ini hanya dapat dicapai bila umat
manusia mengakui dan menyadari keberadaan Tuhan sebagai kekuatan tak terbatas.

Di samping kedua sistem ekstrem tadi, masih ada sistem ekonomi lain yang
sebenarnya merupakan penggabungan dari kedua sistem tadi. Soekarno sebagai
pemimpin bangsa Indonesia yang sangat disegani telah memperkenalkan falsafah
negara yang sangat terkenal, yaitu Pancasila. Begitu pun dengan Mohammad Hatta
yang juga merupakan tokoh pemimpin bangsa yang disegani dan bersama dengan
Soekarno pernah mendapat julukan sebagai pemimpin Dwi Tunggal, memperkenalkan
koperasi sebagai salah satu wadah ekonomi rakyat yang paling sesuai dengan falsafah
Pancasila. Pokok-pokok pikiran dalam falsafah Pancasila antara lain:

a) Tujuan: mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera (sila ke-5)


b) Landasan operasional: kepercayaan kepada Tuhan YME sebagai landasan
spiritual (sila ke-1), hak asasi manusia (sila ke-2), persatuan/kebersamaan
rakyat dalam wilayah Indonesia (sila ke-3), dan kearifan demokrasi (sila ke-4).
7

Kalau diperhatikan, falsafah Pancasila sebenarnya dilandasi oleh semua teori


etika yang ada, yaitu:

a) Teori teonom (sila ke-1)


b) Teori egoisme/teori hak (sila ke-2)
c) Teori deontologi, teori kewajiban (sila ke-3 dan sila ke-4)
d) Teori utilitarianisme atau altruisme (sila ke-5)

a. Etika dan Sistem Ekonomi Komunis

Tujuan sistem ekonomi komunis adalah untuk memeratakan kemakmuran


masyarakat dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal)
terhadap manusia lainnya (kaum buruh). Paham komunisme sangat berpengaruh
sampai dengan pertengahan abad ke-20. Namun akhirnya sejarah mencatat bahwa
rakyat di negara-negara yang menganut sistem ekonomi komunis tetap saja miskin
dan perekonomiannya jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara
Barat yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Tujuan pemerataan kemakmuran
tidak tercapai, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan.

Berikut ini beberapa alasan mengapa sistem ekonomi komunis mengalami


kegagalan walaupun sebenarnya tujuannya sangat mulia.

a) Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh, yaitu
tidak mengakui adanya Tuhan YME sebagai sumber kekuatan tak terbatas
dan hanya mengandalkan kekuatan pikiran dalam memecahkan persoalan
hidup di dunia. Tujuan yang ditetapkan semata-mata untuk mengejar
kemakmuran ekonomi/kenikmatan duniawi dan melupakan tujuan tertinggi
umat manusia (kebahagiaan rohani).
b) Dalam sistem ekonomi komunis, alat-alat produksi dan kekayaan individu
tidak diakui. Sebagai gantinya, aparat pemerintah dan pemimpin partai atas
nama negara diberi wewenang penuh untuk mengatur penggunaan alat
produksi dan kekayaan milik negara untuk kepentingan bersama. Pemerintah
tidak lagi bekerja untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk memperkayakan diri
sendiri serta kelompok elitnya dan membiarkan rakyat mereka tetap miskin.
Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial.
c) Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk
negara tidak termotivasi untuk bekerja lebih giat. Kalau pun ada di antara
8

mereka yang ingin bekerja lebih keras, mereka tetap tidak boleh
mengumpulkan kekayaan pribadi. Pendapatan semua rakyat relatif sama
tanpa membedakan tingkat produktivitas dan keterampilan mereka yang
berbeda.
d) Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk
karena terjadi pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi
senjata yang dipaksakan dalam rangka perang dingin menghadapi negara-
negara Blok Barat.

b. Etika dan Sistem Ekonomi Kapitalis

Perekonomian negara-negara Barat dan Jepang yang menganut sistem


ekonomi kapitalis tumbuh jauh lebih cepat melampaui pertumbuhan ekonomi
negara-negara komunis. Seperti halnya paham/sistem ekonomi komunis, paham
ekonomi kapitalis juga berkembang berdasarkan asumsi yang mana tentang hakikat
manusia tidak utuh. Dalam sistem ekonomi kapitalis, tujuan manusia direndahkan
hanya untuk mengejar kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan mengabaikan
kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi ini juga melupakan tujuan tertinggi hakikat
sebagai manusia, yaitu kebahagiaan di akhirat. Maka tidak heran bila pertumbuhan
ekonomi di negara-negara Barat tidak dilandasi oleh asas moralitas dan ketuhanan.
Sistem ekonomi kapitalis yang berkembang di negara-negara Barat telah
melahirkan perusahaan-perusahaan multinasional dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Kekayaan mereka sudah demikian besar, bahkan sudah melewati


pendapatan negara-negara yang sedang berkembang.
b) Kekuasan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara.
Bahkan tidak jarang mereka ini mampu mengendalikan kebijakan aparat
pemerintah dan legislatif di negara-negara dimana perusahaan ini berada
demi keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut.

Akibat dari sistem ekonomi kapitalis dapat dirasakan saat ini, antara lain:

a) Terjadi pemasan global dan kerusakan lingkungan di bumi akibat kerakusan


para pemilik modal yang didukung oleh aparat pemerintah.
b) Terjadi ketidakadilan distribusi kekayaan yang mengakibatkan timbulnya
kesenjangan kemakmuran yang makin tajam antara negara-negara kaya
9

dengan mayoritas negara-negara miskin, antara golongan masyarakat kaya


dengan mayoritas penduduk miskin di dunia.
c) Ancaman kekerasaan, konflik antar negara, kemiskinan, dan pengangguran
makin meluas.
d) Korupsi, kejahatan kerah putih, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk
mengejar kekayaan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang
banyak telah meluas bukan saja di negara-negara miskin, tetapi juga di
negara-negara maju.
e) Penyalahgunaan obat-obat terlarang, perjudian, kebebasan seks,
pembunuhan, perampokan, pencurian, dan tindakan-tindakan amoral lainnya
makin meluas baik di negara-negara maju maupun miskin.
f) Gaya hidup modern yang boros dan terlalu konsummtif, penumpukan harta
kekayaan yang jauh melampaui ukuran kebutuhan yang normal, serta pamer
kemewahan dan kekayaan telah menjadi ciri yang sangat menonjol.
g) Munculnya tanda-tanda tekanan mental dan psikologis, seperti stres, kasus
bunuh diri, tindakan anarkis massal, pembunuhan karena masalah sepele,
percekcokan dan perceraian rumah tangga, dan kasus sejenisnya sudah
makin meluas.
h) Penyakit akibat gaya hidup modern, seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, HIV/AIDS, dan penyakit sejenisnya makin mengancam umat manusia.

c. Etika dan Sistem Ekonomi Pancasila

Sistem ekonomi pancasila mencoba memadukan hal-hal positif yang ada


pada sistem komunis dan kapitalis. Ciri keadilan dan kebersamaan pada sistem
ekonomi Pancasila diambil dari sistem komunis, ciri hak dan kebebasan individu
diambil dari sistem kapitalis, ditambah dengan ciri ketiga yang tidak ada pada kedua
sistem tersebut, yaitu kepercayaan kepada Tuhan YME dengan memberikan
kebebasan rakyatnya memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing. Secara
teoretis, sistem ekonomi Pancasila merupakan fondasi yang paling baik dan paling
sesuai untuk membangun hakikat manusia seutuhnya.

d. Etika dan Sistem Ekonomi

Etika pada intinya mempelajari perilaku/tindakan seseorang dan kelompok


atau lembaga yang dianggap baik atau tidak baik. Ukuran untuk menilai baik atau
tidaknya suatu tindakan bila dilihat dari hakikat manusia utuh adalah dilihat dari
10

manfaat atau kerugiannya bagi orang lain, kemampuan tindakan tersebut dalam
menciptakan kebahagiaan individu, dan kemampuan tindakan tersebut dalam
meningkatkan keimanan/kesadaran spiritual seseorang.

Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur (manusia, lembaga, wilayah,


sumber daya) yang terkoordinasi untuk mendukung peningkatan produksi (barang
dan jasa) serta pendapatan untuk menciptakan kemakmuran masyarakat. Bila
berpegang pada pemahaman ini, maka pada tataran konsep, semua sistem
ekonomi seharusnya bersifat etis karena semua sistem ekonomi bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan untuk memakmurkan masyarakat.

Sistem ekonomi komunitas, kapitalis, dan Pancasila memunculkan dampak


negatif yang serupa. Dampak yang paling mudah dilihat adalah kerusakan
lingkungan hidup. Selain itu, kesenjangan dan ketidakadilan dalam distribusi
kekayaan antara golongan kaya dan golongan miskin juga semakin lebar.

Kesimpulannya adalah bahwa sistem ekonomi apa pun dapat saja


memunculkan banyak persoalan yang bersifat tidak etis. Etis tidaknya suatu
tindakan lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran individual para pelaku dalam
aktivitas ekonomi, bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatu negara. Di
sini yang berperan adalah tingkat kesadaran dalam memaknai hakikat dirinya,
hakikat manusia sebagai manusia utuh atau manusia tidak utuh.

3. PENGERTIAN DAN PERANAN BISNIS

Pada zaman dahulu, kegiatan bisnis umat manusia adalah berburu dan
mengumpulkan barang-barang yang sudah disediakan oleh alam. Pada zaman
tersebut, semua barang dan jasa untuk menunjang kebutuhan hidup dapat dipenuhi
sendiri oleh kelompok sendiri. Seiring dengan berjalannya peradaban zaman, pada
fase berikutnya mulai timbul pertukaran barang atau lebih dikenal dengan sistem
barter.

Dengan diperkenalkannya uang sebagai alat tukar dan ditunjang oleh kemajuan
teknologi, saat ini tidak ada satu orang atau satu negara pun yang mampu memenuhi
seluruh kebutuhan barang dan jasa. Kegiatan pertukaran atau perdagangan antar
orang maupun antar negara sudah menjadi bagian kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan produksi.
11

Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan
jasa, tetapi juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke
pihak-pihak yang memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi
dan distribusi tersebut. Sangat jelas bahwa kegiatan bisnis sangat bermanfaat bagi
kehidpan umat manusia dan bisa dikatakan bahwa aktivitas bisnis bersifat etis.

Tetapi dalam realitanya masih banyak dijumpai pandangan pro dan kontra
mengenai etis tidaknya suatu aktivitas bisnis. Kita perlu melihat dua pandangan
tentang bisnis, yaitu yang pertama pandangan praktis-realistis yaitu melihat tujuan
bisnis adalah untuk mencari keuntungan bagi pelaku bisnis, sedangkan aktivitas
memproduksi dan mendistribusikan barang merupakan sarana atau alat untuk
merealisasikan keuntungann tersebut. Selanjutnya yaitu pandangan idealis adalah
suatu pandangan di mana tujuan bisnis yang terutama adalah menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan
keuntungan yang diperoleh merupakan konsekuensi logis.

Dua pandangan yang berbeda dan bahkan berlawanan ini muncul dari para
penggagas atau penganut paham bisnis yang mempunyai tingkat kesadaran yang
berbeda dalam memaknai hidup dan hakikat dirinya sebagai manusia. Yang
menentukan derajat keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan bisnis adalah orang
kunci di belakang kegiatan bisnis itu sendiri, bukan dari bisnis itu sendiri. Komponen-
komponen budaya etis dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Komponen-komponen Budaya Etis


Fokus
Kriteria Etis
Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (kepentingan
Kepentingan Kepentingan
berpusat pada diri Efisiensi ekonomi
diri perusahaan
sendiri
Benevolence
(pendekatan berpusat Kepentingan Tanggung jawab
Kepentingan tim
pada kepentingan orang berama sosial
lain)
Principles (pendekatan Prosedur dan
Kode etik dan
berpusat pada prinsip Moralitas rribadi peraturan
hukum
integritas) perusahaan
12

4. LIMA DIMENSI BISNIS

a. Dimensi Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, bisnis merupakan kegiatan produktif dengan
tujuan memperoleh keuntungan, tanpa bisnis tidak ada kegiatan ekonomi. Ilmu
manajemen dan akuntansi mengajarkan berbagai teknik untuk memperoleh
keuntungan optimal. Beragam teknik itu pada intinya mengajarkan satu cara, yaitu
untuk meningkatkan penjualan sampai tingkat maksimum di satu sisi, namun pada
saat yang sama menekankan harga pokok penjualan dan beban-beban pada
tingkat minimum. Dengan demikian, sebenarnya keuntungan merupakan ukuran
tingkat efisiensi perusahaan karena keuntungan menggambarkan hasil yang
diperoleh setelah dikurangi harta yang dikorbankan.

b. Dimensi Etis
Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya suatu perilaku atau
tindakan. Ukuran penilaian tersebut menggunakan tiga tingkat kesadaran yaitu
kesadaran hewani (teori egoisme), kesadaran manusiawi (teori utilitarianisme),
dan kesadaran spiritual atau transendental (teori teonom). Tindakan bisnis adalah
bersifat etis karena seluruh aktivitas bisnis sudah tampak jelas mendukung
produksi untuk meningkatkan kemakmuran manusia secara duniawi. Dari sudut
pemahaman seperti tersebut, jelas bahwa tindakan bisnis itu sejalan dan tidak
bertentangan dengan ajaran agama yaitu juga berhubungan dengan tiga tingkat
kesadaran tersebut.

c. Dimensi Hukum
Hukum dan etika sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat
karena keduanya mengatur perilaku manusia. De george (dalam Sonny Keraf,
1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan, yaitu
yang pertama sudut pandang legal creator, perusahaan diciptakan secara legal
oleh negara sehingga perusahaan adalah sebuah badan hukum. Selanjutnya yaitu
sudut pandang legal recognition di mana perusahaan bukan diciptakan atau
didirikan oleh negara, melainkan oleh orang atau kelompok yang mempunyai
kepentingan untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan bila ingin memperoleh
jaminan hidup jangka panjang harus tunduk pada berbagai peraturan hukum dan
13

perundang-undangan yang berlaku baik di negara tempat perusahaan tersebut


berdiri maupun di semua negara yang meratifikasi hukum internasional.
Hukum memang seharusnya mencerminkan moralitas. Meskipun demikian,
ada saja hukum atau peraturan perundang-undangan yang dianggap tidak etis.
Sering kali suatu undang-undang sudah cukup etis, tetapi dalam implementasinya
pada penegakan hukum di pengadilan sering menimbulkan kontroversi bila dilihat
dari aspek etika.

d. Dimensi Sosial
Di dalam suatu organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen, unsur,
orang dan jaringan yang saling terhubung, saling berinteraksi, saling bergantung,
dan saling berkepentingan. Keberadaan suatu perusahaan sebenernya ditentukan
oleh manusia atau orang, baik yang ada di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang kesemuanya memiliki kepentingan dan kekuatan untuk
mendukung atau menghambat keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Bila
perusahaan dilihat dari dimensi sosial, tujuan pokok keberadaan perusahaan
adalah untuk menciptakan barang atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat,
sedangkan keuntungan akan datang dengan sendirinya bila perusahaan mampu
melayani kebutuhan masyarakat.

e. Dimensi Spiritual
Di dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan
bisnis itu merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis diatur
berdasarkan wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasu (Dawam
Rahardjo, 1990). Kegiatan bisnis bukan saja tidak bertentangan dengan ajaran
agama, tetapi justru manusia diberi wewenang untuk mengolah dunia asalkan
dilakukan dengan penuh tanggung jawab, bukan sebaliknya justru berdampak
merugikan. Kegiatan bisnis seperti ini dapat disebut kegiatan bisnis religius atau
kegiatan bisnis spiritual atau kegiatan bisnis tercerahkan.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai
berikut: (1) Pengelola dan pemangku kepentingan menyadari bahwa kegiatan
bisnis adalah bagian dari ibadah. (2) Tujuan bisnis adalah untuk memajukan
kesejahteraan semua pemangku kepentingan atau masyarakat. (3) Dalam
menjalankan aktivitas bisnis, Pengelola mampu menjamin kelestarian alam.
14

5. PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)

a. Tanggung Jawab Manajemen dan Teori Pemangku Kepentingan

Dari sudut pandang pengelola perusahaan (manajemen), dijumpai beberapa


paradigma berkaitan dengan peran dan tanggung jawab manajemen dalam
mengelola perusahaan. Menurut Schroeder (1998), paling tidak ada enam teori
pemangku kepentingan yaitu : teori kepemilikan, teori entitas, teori dana , teori
komando, teori perusahaan dan teori ekuitas sisa.

Tujuan pengelolaan perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan


kekayaan pemilik. Makin banyaknya perusahaan yang dimiliki masyarakat umum
(go public) maka ada pemisahan antara pengelola (manajemen,eksekutif) dengan
pemilik perusahaan (pemegang saham). Walaupun sudah ada pemisahan antara
pengelola dengan pemilik perusahaan, namun orientasi dan paradigma
pengelolaan masih belum berubah, sehingga kepentingan para pemangku
kepentingan selain pemegang saham belum mendapatkan perhatian yang
seimbang. Pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan semua pihak yang
mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan
perusahaan (Lawrence, Weber, dan Post-2005). Golongan stakeholders menurut
beberapa pakar antara lain :

a. Menurut Lawrence, Weber dan Post (2005) yaitu golongan pemangku


kepentingan pasar (market stakeholders) dan pemangku kepentingan non-
pasar(nonmarket stakeholders)
b. Baron (2006), yaitu golongan lingkungan pasar (market environment) dan
lingkungan non pasar (non market environment)
c. Sony Keraf (1998), yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.

Sekarang marak skandal bisnis dalam berbagai manipulasi laporan keuangan yang
melibatkan para eksekutif puncak perusahaan besar merugikan banyak pihak yang
berkepentingan, sehingga muncul peraturan baru dari pemerintah untuk
mempertegas pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab para eksekutif dalam
perusahaan. Perilaku para eksekutif inilah yang sebenarnya sangat menentukan
keberlangsungan perusahaan sehingga mereka dituntut untuk bersifat etis dan
punya tingkat kesadaran spiritual. Dalam tingkat inilah para pengusaha yang ada di
perusahaan memaknai pengelolaan perusahaan sebagai bagian ibadah kepada
15

Tuhan, menjadikan perusahaan yang dikelola dengan tulus menjadi sejahtera,


sekaligus menjaga dan memelihara kelestarian alam. Perusahaan yang dikelola
akan menjadi perusahaan yang tercerahkan (enlightened company).

Gambar 4.2 Hubungan Perusahaan dengan Para Pemangku Kepentingan


(Stakeholders)

b. Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan


Perusahaan

Pada tabel 4.2 ringkasan hubungan antara Tingkat Kesadaran, Teori Etika,
Paradigma Pengelolaan Perusahaan.

Tingkat Teori Etika Paradigma Sasaran Perusahaan


Kesadaran Pengelolaan

Kesadaran a. Teori a. Paradigma Memperoleh kekayaan dan


Hewani Egoisme Kepemilikan keuntungan optimal bagi
b. Teori Hak b. Paradigma pengelola yang sekaligus
Pemegang merangkap sebagai pemilik
Saham perusahaan

Pengelola (manajemen)
sudah terpisah dari para
pemegang saham selaku
pemilik perusahaan.
16

Sasaran perusahaan adalah


memperoleh kekayaan dan
keuntungan optimal bagi
pemegang saham.

Kesadaran a. Teori a. Paradigma Sasaran pengelolaan


Manusiawi Utilitarianis Ekuitas perusahaan untuk
me meningkatkan kekayaan
b. Teori dan keuntungan para
Keadilan investor (pemegang saham
c. Teori dan kreditor)
Kewajiban
b. Paradigma Sasaran pengelolaan
d. Teori
Perusahaan perusahaan adalah untuk
Keutamaan
kesejahteraan seluruh
masyarakat(pemangku
kepentingan/stakeholder)

Kesadaran a. Teori Paradigma Tujuan pengelolaan


Transcenden Teonom Perusahaan perusahaan adalah
tal Tercerahkan sebagian dari ibadah
kepada Tuhan melalui
pengabdian tulus untuk
kemakmuran bersama dan
menjaga kelestarian alam

c. Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholder Analysis)

Perusahaan adalah bagian atau unsur dari system yang lebih


besar(supersystem). Sebagai suatu sistem terbuka, perusahaan saling
berinteraksi dengan semua pihak terkait (stakeholders) sehingga keberadaan
perusahaan bersifat saling mempengaruhi dengan semua pemangku kepentingan
tersebut. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan berdasarkan pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
17

a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun


yang masih bersifat potensial
b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan
pemangku kepentingan
c. Cari tau apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan
pemangku kepentingan tersebut.

Mengambil keputusan dengan pertimbangan :

a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari
keputusan itu; atau
b. Kapanpun ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa
sesedikit mungkin pemangku kepentingan; atau
c. Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan
kelompok pemangku kepentingan yang dominan.

Pengertian kepentingan disini adalah sesuatu yang menyebabkan kelompok


pemangku kepentingan ini tertarik atau peduli pada perusahaan. Sedangkan
kekuasaan adalah seberapa kuat pengaruh /kekuatan kelompok ini dalam
menentukan arah dan keberadaan perusahaan.

Tabel 4.3a Kepentingan dan kekuasaan Pemangku Kepentingan kelompok Primer

Pemangku Kepentingan (Interest) Kekuasaan (Power)


Kepentingan

Kelompok Primer:

1. Pelanggan Memperoleh produk yang aman dan Membatalkan pesanan


berkualitas sesuai dengan dijanjikan dan membeli dari
serta memperoleh pelayanan yang pesaing; melakukan
memuaskan kampanye negatif
tentang perusahaan

2. Pemasok Menerima pembayaran tepat waktu; Membatalkan atau


memperoleh order secara teratur memboikot order dan
menjual kepada pesaing

3. Pemodal - Memperoleh deviden dan capital gain - Tidak mau membeli


18

-Pemegang dari saham yang dimiliki saham perusahaan;


Saham memberhentikan para
- Memperoleh penerimaan bunga dan
eksklusif perusahaan
- Kreditur pengembalian pokok pinjaman sesuai
jadwal yang telah ditetapkan - Tidak memberikan
kredit; membatalkan atau
menarik pinjaman yang
telah diberikan

4. Karyawan Memperoleh gaji/upah yang wajar dan Melakukan aksi unjuk


ada kepastian kelangsungan pekerjaan rasa/ mogok kerja;
memaksakan kehendak
melalui organisasi buruh
yang ada

Tabel 4.3b Kepentingan dan kekuasaan Pemangku Kepentingan kelompok


Sekunder

Pemangku Kepentingan (Interest) Kekuasaan(Power)


Kepentingan

Kelompok Sekunder:

1. Pemerintah Mengharapkan pertumbuhan Menutup/menyegel


ekonomi dan lapangan kerja; perusahaan;mengeluarkan
memperoleh pajak berbagai peraturan

2. Masyarakat Mengharapkan peran serta Menekan pemerintah


perusahaan dalam program melalui unjuk rasa masal;
kesejahteraan masyarakat; melakukan aksi kekerasan
menjaga kesehatan lingkungan

3. Media Massa Menginformasikan semua kegiatan Mempublikasikan berita


perusahaan yang berkaitan dengan negatif yang merusak citra
isu etika, perusahaan
nilai,kesehatan,keamanan,dan
19

kesejahteraan

4. Aktivis Kepedulian terhadap pengaruh Mengampanyekan aksi


Lingkungan positif dan negatif dari tindakan boikot dengan
perusahaan terhadap lingkungan memengaruhi pemerintah,
hidup, HAM, dsb media massa,masyarakat;
melobi pemerintah untuk
membatasi/melarang impor
produk perusahaan
tersebut bila merusak
lingkungan hidup atau
melanggar HAM.

6. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY- CSR)

Munculnya isu pemanasan Global , penipisan lapisan ozon, kerusakan hutan,


pencemaran air, limbah, udara, air laut dan kerusakan lainnya merupakan akibat
negatif dari munculnya aktivitas bisnis yang hanya mementingkan keuntungan semata
tanpa memperdulikan dampak yang merugikan masyarakat dan bumi. Munculnya
konsep Corporate Social Responsibility (CSR), analisis stakeholder, dan sejenisnya
merupakan respon dan tindakan perusahaan yang telah merugikan masyarakat .

a. 6.1 Pengertian CSR

Definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR
karangan Yusuf Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A.
B. Susanto (2007)

a) The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan


CSR sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at
large”. [“Komitmen bisnis untuk secara terus menerus berperilaku etis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas
20

hidup karyawan dan keluarganya, masyarakat local, serta masyarakat luas


pada umumnya.”]
b) EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai “a concept
whereby companies integrate social and environmental concern in their
business operation and in their interaction with their stakeholders on a
voluntary basis”. [“ Suatu Konsep dimana perusahaan mengintegrasikan
perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalam operasi bisnisnya serta
dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.”]
c) Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai “ I. [“ Suatu bisnis
dikatakan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya jika keputusan
keputusan yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan antara
berbagai pemangku kepentingan yang berbeda beda.”]
d) A. B.Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan
baik kedalam maupun luar perusahaan. Tanggung jawab ke dalam
diarahkan kepada pemegang saham dan karyawan dalam wujud
profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan tanggung jawab
keluar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan
penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi
masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.
e) Elkington mengemukakan bahwa tanggung jawab perusahaan mencakup
tiga dimensi, yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu : Mencapai
keuntungan (profit) bagi perusahaan, memberdayakan masyarakat
(people), dan memelihara kelestarian alam/bumi (planet)

Konsep CSR untuk memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :

a. Fungsi Ekonomis. Fungsi ini merupakan fungsi tradisional perusahaan, yaitu


untuk memperoleh keuntungan (profit) bagi perusahaan (yang sebenarnya
merupakan kepentingan pemilik perusahaan).
b. Fungsi Sosial. Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan
manusianya yaitu, para pemangku kepentingan(people/stakeholder) baik
pemangku kepentingan primer maupun pemangku kepentingan sekunder.
Selain itu, melalui fungsi inti perusahaan berperan menjaga keadilan dalam
membagi manfaat dan menanggung beban yang ditimbulkan dari aktivitas
perusahaan.
21

c. Fungsi Alamiah. Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam


(planet/bumi). Perusahaan hanya merupakan salah satu elemen dalam sistem
kehidupan dibumi ini. Bila bumi ini dirusak, maka seluruh bentuk kehidupan di
bumi ini (manusia, hewan dan tumbuhan) akan ternacam musnah. Bila tidak
ada kehidupan, bagaimana mungkin aka nada perusahaan yang masih
bertahan hidup?

b. Tingkat/ Lingkup Keterlibatan dalam CSR

Keberhasilan CSR dan cakupan program CSR yang akan dijalankan akan
ditentukan oleh tingkat kesadaran para pelaku bisnis dan para pemangku
kepentingan lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang, yaitu:
tingkat kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi, dan tingkat kesadaran
transendental. Mereka yang masih keberatan dengan program CSR ini dapat
dikatakan bahwa mereka mempunyai tingkat kesadaran hewani, dan menganut
teori egoism. Program CSR akan berjalan efektif bila pihak yang terkait (oknum
pengelola, pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai tingkat kesadaran
manusiawi dan transendental, serta menganut teori etika dalam utilitarianisme,
dentologi, keutamaan, dan teonom.

Gambar 4.3 menggambarkan skema hubungan antar tingkat kesadaran, teori etika
yang dianut, dan tingkat keterlibatan/cakupan program CSR yang dilaksanakan oleh
suatu perusahaan

Lawrence, Weber, dan Post (2005) melukiskan tingkat kesadaran dalam bentuk tingkat
keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan
hubungan yaitu, inactive, reactive, proactive, dan interactive. Perusahaan yang inactive
sama sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan.
22

Perusahaan reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan
akan mengganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu.
Perusahaan proactive akan selalu mengantisipasi apa saja yang menjadi kepedulian
pemangku kepentingan.sedangkan perusahaan interactive selalu membuka diri dan
mengajak para pemangku kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling
menghormati, saling mempercayai, dan saling menguntungkan. Berdasarkan tingkat
lingkup hal ini dibedakan dalam dua prinsip CSR, yaitu : prinsip amal (charity principle)
dan prinsip pelayanan (stewardship principles). Table 4.4 ciri ciri yang membedakan
dua prinsip ini

Ciri-ciri Prinsip Amal Prinsip Pelayanan

Definisi Bisnis seharusnya memberikan bantuan Sebagai agen public,


sukarela kepada orang atau kelompok tindakan bisnis seharusnya
yang memerlukan mempertimbangkan semua
kelompok pemangku
kepentingan yang
dipengaruhi oleh keputusan
dan kebijakan perusahaan

Tipe Aktivitas Filantropi Korporasi ; tindakan sukarela Mengakui adanya saling


untuk menunjang citra perusahaan ketergantungan perusahaan
dengan masyarakat;
menyeimbangkan
kepentingan dan kebutuhan
semua ragam kelompok di
masyarakat

Contoh Mendirikan yayasan amal, berinisiatif Pribadi yang tercerahkan,


menanggulangi masalah sosial, bekerja memenuhi ketentuan
sama dengan kelompok masyarakat yang hukum, menggunakan
memerlukan pendekatan stakeholders
dalam perencanaan
strategis perusahaan.

c. Pro Dan Kontra terhadap CSR


23

Masih banyak pihak yang menentang implementasi CSR walaupun telah


banyak pelaku bisnis dan pelaku kepentingan terkait yang menyadari dan
menyetujui pentingnya perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Misalnya,
kasus Lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo, kasus Freeport di Papua, kerusakan
hutan dan sebagainya. Semua ini ada hubungannya dengan aktivitas bisnis yang
tidak peduli terhadap sosial dan alam sekitar. Ketersendatan pelaksanaan CSR ini
bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga hamper semua Negara termasuk
Negara maju. Pada konferensi tentang pemanasan global yang dihadiri oleh
hampir semua Negara sepakat bahwa pemanasan global yang terjadi disebabkan
oleh kelalaian umat manusia pada umumnya dan masyarakat bisnis khususnya
menjaga kelestarian alam.

Alasan alasan yang menentang CSR (Sony Keraf – 1998)

a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari


keuntungan, bukan merupakan lembaga sosial.
b. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan
mereka bila perusahaan dibebani banyak tujuan.
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambahkan
pada harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan
masyarakat/konsumen itu sendiri.
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan
kegiatan social.

Alasan- alasan yang mendukung CSR

a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak
negatif dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan
masyarakat sekitarnya.
b. Sumber daya alam yang semakin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang baik.
d. Pertimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggungjawab dan kekuasaan
dalam memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan,
dan masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya memiliki sumber daya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.
24

KESIMPULAN

Pada hakikatnya, aktifitas bisnis sangat berhubungan erat dengan kegiatan


ekonomi. Kegiatan bisnis sangat bermanfaat bagi kehiduoan umat manusia. Hakikat
ekonomi yaitu cara rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah tangga nya. Ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hokum, system, dan kebijakan
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran
tersebut dicapai melalui peningkatan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran tersebut
dicapai melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen disatu sisi,
serta peningkatan pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen
disisi lain. Terdapat dua paham system ekonomi antara lain : system ekonomi komonis
dan system ekonomi kapitalis, sitem ekonomi komonis bertujuan untuk memeratakan
kemakmuran masyarakat dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan,
pemilik modal)terhadap manusia lainnya (kaum buruh), sedangkan ekonomi kapitalis
tujuannya manusia direndahkan hanya untuk mengejar kemakmuran ekonomi (fisik)
semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan.

Adapun pro dan kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang
etika, dapat dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang
budaya etis. Budaya etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku
bisnis) tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat
keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci
dibelakang kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnisnya.
25

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. dan I. C. Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi. Edisi Revisi. Jakarta.
Salemba Empat

Scribd. (2022). Makalah Kelompok 8 Bab 4_Hakikat Ekonomi dan Bisnis. [online]


Available at: https://www.scribd.com/document/526813308/Makalah-Kelompok-
8-Bab-4-Hakikat-Ekonomi-dan-Bisnis [Accessed 15 Sep. 2022].

Anda mungkin juga menyukai