Anda di halaman 1dari 18

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

UNIVERSITAS JEMBER

Oleh : Kelompok 8

Agustin Dwi Saputri (210810301018)

Devi Rizkya (210810301019)

Moh. Aqmal Syahputra (210810301114)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2022
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS PENYUSUNAN RESUME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : 1. Agustin Dwi Saputri (210810301018)
2. Devi Rizkiya (210810301019)
3. Moh. Aqmal Syahputra (210810301114)
Progam Studi : S1 Akuntansi

Menyatakan bahwa :
1. Hasil dari resume ini merupakan murni hasil kerja dari kelompok 8 tanpa mengambil
atau mencuri dari pihak ketiga, di mana dapat kami pertanggungjawabkan sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Apabila kami dari kelompok 8 terbukti melanggar peraturan yang sudah berlaku,
maka kami bersedia menerima sanksi atau hukuman yang sudah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana semestinya, dan kepada yang bersangkutan untuk
menjadikan maklum.

Jember, 29 Agustus 2022


Yang Menyatakan,

Agustin Dwi Saputri Devi Rizkiya Moh. Aqmal Syahputra


(210810301018) (210810301019) (210810301114)

ii
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara individu, yang
berarti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya proses interaksi dengan manusia
atau makhluk lain di sekitarnya. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki arti bahwa
manusia tidak dapat menjalankan hidupnya sendiri. Manusia tidak bisa mencapai apa
yang ia inginkan tanpa bantuan dari manusia lain. Eksistensi manusia di muka bumi ini
bukan pada ruang hampa, tapi mereka eksis pada ruang sosial.

Alam semesta atau bisa disebut juga dengan jagat raya, merupakan ruang atau
lingkup atau cakupan yang maha besar yang di dalamnya terjadi segala sesuatu
peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat
diungkapkan manusia. Alam semesta terbentuk sekitar ribuan juta tahun yang lalu
bersamaan dengan dentuman yang dahsyat, atau Teori Big Bang. Namun tidak hanya
Teori Big Bang saja, ada tiga teori lain yang menjelaskan tentang terbentuknya alam
semesta, yaitu: Teori Keadaan Tetap, Teori Osilasi, dan Teori Nebula.

Manusia dan alam semesta mempunyai keterikatan yang kuat dan satu
kesatuan sistem tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk mempertahankan hidup
pastinya manusia membutuhkan alam semesta sebagai tempat hidup, begitupun
dengan alam semesta. Untuk menjamin kelangsungan dan kelestariannya alam
semesta sangat bergantung pada manusia. Pada awal abad 21 ini, hubungan manusia
dengan alam semesta menjadi tak seimbang. Hal ini disebabkan karena terjadinya
kerusakan lingkungan hidup. Saat ini lingkungan hidup kita sangat memprihatinkan dan
banyak ancaman serius terhadap masa depan manusia. Manusia adalah satu-satunya
makhluk yang bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu
manusia perlu mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam untuk menjaga
keseimbangan alam. Dari uraian tersebut, penulis akan membahas tentang manusia
dan alam semesta yang merupakan salah satu materi dari mata kuliah etika bisnis dan
profesi.

PEMBAHASAN

1
1. TUJUAN
a. Hakikat keberadaan alam semesta.
b. Hakikat manusia dan tujuan umat manusia hidup didunia.
c. Hakikat kecerdasan dan kesadaran diri yang dimiliki oleh manusia.
d. Kesalingtergantungan umat manusia dengan alam semesta.
e. Keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat kesadaran spiritual

2. HAKIKAT KEBENARAN
Empat kebenaran besar menurut E.F. Schumacher
a. Kebenaran tentang eksistensi
Menyangkut adanya empat tingkat eksistensi dunia, yaitu: benda, tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia
b. Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia
Adalah ketepatan penggunaan alat yang dipakai untuk memahami empat
tingkat eksistensi
c. Kebenaran tentang cara belajar yang menyangkut dunia
Hal ini sebenarnya akan berbeda untuk empat bidang. Disini dijumpai dua
corak masalah, yaitu:
1. Masalah konvergen (bertitik temu), yaitu sesuatu yang dapat dipecahkan
secara menyeluruh
2. Masalah divergen (bertitik pisah), yaitu sesuatu yang berlawanan.
d. Yang dimaksud hidup di dunia
Ada berbagai tingkat eksistensi alam dan kesadaran maka untuk menemukan
hakikat kebenaran tidak cukup jika hanya mengandalkan pendekatan
ilmiah/rasional. Dengan pendekatan rasional mungkin efektif untuk dimensi fisik
tetapi tidak untuk memahami perilaku.

3. HAKIKAT EKSISTENSI (DUNIA/ALAM SEMESTA)

Alam semesta seolah olah dianggap sebagai mesin raksasa yang bekerja
secara mekanistik. Alam semesta hanya dianggap sebagai materi yang terbentang
luas dan tak bernyawa. Berikut beberapa pandangan tentang eksistensi/keberadaan
alam semesta

2
A. Schumacher
a. Benda, dapat dituliskan P
Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya memiliki unsur P
(Substansi, materi).
b. Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
Tingkat kedua adalah tumbuh-tumbuhan, yang memiliki unsur P dan X
(Kehidupan).
c. Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, dan Y
(Kesadaran).
d. Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z
Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki semua unsur P,
X, Y, dan Z (Unsur kesadaran transendental/spiritual).

B. Seorang sosiologi, Pitirim Alexandrovich Sorokin, menjelaskan perubahan-


perubahan besar dan fluktuasi yang terjadi dalam kehidupan umat manusia
berdasarkan tiga skema, yaitu:
a. Indriawi, berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat relative dan bahwa
persepsi indriawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan
kebenaran.
b. Ideasional, berpandangan bahwa realitas sejati berada diluar dunia materi
(alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman batin.
c. Idealistis, merupakan perpaduan harmonis antara Indriawi dan Ideasional.

C. Chopra mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu:


a. Domain fisik, domain substansi, materi, dan alam semesta yang dapat
diketahui melalui panca indra, dimana segalanya dibatasi oleh ruang dan
waktu. Contoh: Api, air, tumbuhan, udara, hewan, gedung, dll
b. Domain kuantum, segalanya terdiri atas informasi dan energy. Dengan
persamaan Einstein E=m.c2 dimana Energi (E) sama dengan massa (m)
dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya (c2)
c. Domain nonlocal, dimana tidak ada lagi identitas individual, semuanya
membaur, luluh, dan menyatu.

3
D. Ilchi Lee menganalogikan lapisan keberadaan mirip dengan system computer,
yaitu:
a. Lapisan/tubuh fisik (sebagai perangkat keras)
b. Lapisan energy (arus listrik)
c. Lapisan spiritual/informasi (perangkat lunak)

E. Erbe Sentanu mengemukakan lapisan/tingkat keberaaan suatu benda (alam


semesta) dikaitkan dengan alam kehidupan manusia

Tampak (Fisika Newton)


Benda Nasib
Molekul Karakter
Atom Kebiasaan
Partikel Tindakan
Kuanta Pikiran
Alam Energi Perasaan
Tidak Tampak (Fisika Kuantum)

Benda adalah sesuatu yang tampak, sedangkan alam energy adalah sesuatu yang
tidak tampak. Nasib seseorang adalah sesuatu yang tampak, tetapi perasaan
seseorang adalah sesuatu yang tidak tampak. Nasib seseorang mencerminkan
karakternya, dan karakter seseorang berasal dari kebiasaan dan tindakannya.
Tindakan seseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang sangat
dipengaruhi oleh perasaan (emosi) dan akhirnya tingkat kematangan emosi/perasan
seseorang akan mencerminkan tingkat kematangan kesadaran (spiritual) seseorang.

4. HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kaitan erat dengan seluruh
dimensi alam. Yang berarti bahwa manusia merupakan bagian dari keberadaan alam
semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta juga ada di alam manusia. Alam
semesta dapat diartikan sebagai suatu lingkup besar dimana di dalamnya terjadi
peristiwa-peristiwa alam yang dapat diungkapkan oleh manusia maupun tidak.

4
Karl Marx (2001) mengatakan bahwa hakikat riil manusia adalah keseluruhan
hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa tiap pribadi
adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat
manusia itu hidup.

McDavid dan Harari (2001) mengelompokkan empat teori psikologi yang


dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia yaitu:

1. Psikoanalisis, manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-


keinginan (homo volensi).
2. Behaviorisme, manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh lingkungan
(homo mechanicus). Teori ini disebut juga sebagai teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia kecuali insting adalah hasil belajar (dari lingkungan).
3. Kognitif, manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens).
4. Humanisme, manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan
konsep I-thou Relationship, bukan sebagai I-it Relationship, yang artinya
pentingnya hubungan seseorang dengan orang lain antara pribadi dengan
pribadi atau subjek dengan subjek, bukan sebagai pribadi dengan benda atau
subjek dengan objek.

Untuk memahami hakikat manusia secara utuh, ada baiknya kembali


memahami pendapat Schumacher tentang empat tingkat eksistensi kehidupan yang
terdiri atas: benda (P-- unsur materi), tumbuh-tumbuhan (P + unsur hidup X), hewan (P
+ X + unsur kesadaran Y), dan manusia (P + X + Y + unsur kesadaran diri Z). Manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menduduki tingkat eksistensi tertinggi karena
memiliki semua unsur (P, X, Y, Z).

Steiner (1999) berpendapat bahwa hakikat manusia berdasarkan lapisan-


lapisan energi yang melekat pada tubuh manusia sebagai satu kesatuan, yaitu:

1. Badan fisik (physical body), manusia mempunyai lapisan fisik (materi) yang
sama dengan semua benda mati, tumbuh-tumbuhan, dan binatang.
2. Badan eterik (etheric body), merupakan lapisan/unsur hidup yang
memungkinkan sesuatu itu mengalami siklus hidup, tumbuh, matang,
berkembang, dan mati. Manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang mempunyai
lapisan eterik, sedangkan benda mati tidak.

5
3. Badan astral (astral body), merupakan lapisan yang memungkinkan sesuatu
memiliki nafsu (passion), keinginan (desire), serta merasakan senang dan sakit.
Manusia dan binatang memiliki lapisan astral.
4. Badan ego (consciousness-body), merupakan lapisan yang memungkinkan
timbulnya kesadaran aku dan di luar aku. Lapisan ini hanya memiliki oleh
manusia.
5. Manas (spirit-self)
6. Buddhi (life-spirit)
7. Atma (spirit-man)

Badan fisik, badan eterik, badan astral, dan badan ego sudah terbentuk sepenuhnya
pada diri manusia. Sedangkan lapisan manas baru terbentuk sebagian dan lapisan
buddhi dan atma masih berupa potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Ketujuh
lapisan yang menyelimuti manusia ini terbentang dari lapisan yang paling padat (fisik)
sampai ke lapisan yang paling halus (atma/roh).

Hawley (2001) menganalogikan suatu organisasi seperti manusia yang memiliki


empat agenda (bagian) yang saling melengkapi dan saling ketergantungan, yaitu:

1. Agenda tubuh, berkaitan dengan kesehatan fisik anggota (karyawan) organisasi


dan kesehatan kolektif organisasi secara keseluruhan.
2. Agenda kepala, merupakan pikiran rasional yang menjadi fungsi dari otak
bagian kiri.
3. Agenda hati, merupakan pikiran emosional yang menjadi fungsi otak bagian
kanan yang berurusan dengan masalah emosional/perasaan, serta hubungan
antar pribadi dalam suatu organisasi.
4. Agenda semangat, merupakan agenda roh (spiritual), hal yang belum pernah
disinggung dalam organisasi/manajemen.

Agustian (2001) dan Kustara (2005) membagi manusia dalam tiga lapisan,
yaitu: fisik, mental (jiwa, mind), dan spiritual (roh, soul). Semakin banyak ilmuwan yang
menyadari bahwa untuk memahami hakikat manusia secara utuh, diperlukan
pemahaman atas lapisan-lapisan keberadaan manusia tersebut. Walaupun dalam
mengemukakan jumlah lapisan tersebut para ilmuwan masih berbeda pendapat,
namun sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang sangat prinsipal. Ardana (2005)
membuat skema hubungan antar lapisan yang dikemukakan oleh para ilmuwan,
sebagai berikut:

6
Steiner Hawley Schumacher Agustian dan Kustara
Fisik Tubuh (body) P Fisik
Eterik X
Astral Hati (heart)
Ego
Manas Kepala (head) Y Jiwa (mind, psikis-mental
Buddhi
Atma Semangat (spirit) Z Roh (soul, spirit)

5. HAKIKAT OTAK (BRAIN) DAN KECERDASAN (INTELLIGENCE)

Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan
sangat luar biasa, antara lain: memproduksi pikiran-sadar, melakukan pilihan bebas,
menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan
spiritual dengan kehidupan materi/fisik, kemampuan perabaan, persentuhan,
penglihatan, penciuman, berbahasa, mengendalikan berbagai organ tubuh, dan
sebagainya.

Menurut Agus Nggermanto (2001), ada sembilan subkomponen di dalam otak


manusia, yaitu:

1. Neocortex, merupakan lapisan otak paling luar yang hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Lapisan ini memungkinkan manusia
mempunyai berbagai kemampuan, seperti menulis, membaca, melakukan
perhitungan yang rumit, menguasai bahasa, melukis, dan sebagainya.
2. Corpus callasum, merupakan penguhubung antara belahan kiri neocortex (left
cerebral hemisphere) dan belahan kanan neocortex (right celebral hemisphere).
3. Cerebellum, atau yang sering disebut otak kecil berfungsi mengatur gerakan
dan gerak refleks.
4. Otak reptile, terletak di lapisan paling dalam dari otak dan memiliki fungsi yang
berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut. Bagian ini berfungsi
mengendalikan pernapasan, peredaran darah, detak jantung, pencernaan, dan
kesadaran.
5. Hippocampus, berhubungan dengan ingatan jangka panjang.

7
6. Amigdala, berfungsi mengatur emosi.
7. Pituitary gland, berfungsi memengaruhi dan mengatur kerja hormon-hormon.
8. Hypothalamus, mengontrol hormon-hormon seksual, agresi, tekanan darah,
suhu badan, dan rasa haus.
9. Thalamus, berfungsi mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima
informasi dari luar.

A.M. Rukky Santoso (2001) mengatakan, pada otak terdapat tiga puluh miliar
sel dan bagian-bagian sel ini membentuk kerja sama yang rumit melalui bagian-bagian
kecil lainnya yang disebut neuron. Ada ratusan miliar jumlah neuron, suatu jumlah
yang melebihi jumlah bintang di galaksi Bimasakti (Maltsz, 2004). Dilihat dari
neuroscience, ilmu yang mempelajari tentang otak manusia. Otak manusia diibaratkan
komputer (namun tidak sama dengan komputer), menerima masukan melalui
pancaindra, kemudian disalurkan melalui sistem jaringan saraf ke otak untuk diolah
dan disimpan di otak. Hasil olahan (keputusan, informsi) tersebut disalurkan kembali
melalui sistem jaringan saraf ke seluruh organ tubuh (Semiawan, 1999).

Roger Wolkott Sperry (dalam Taugada, 2003) adalah ilmuwan yang pertama
kali meneliti tentang belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan tak kanan (right
hemisphere). Otak kiri menjalankan fungsi berpikir secara kognitif dan rasional dengan
karakteristik yang bersifat logis, matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif,
intelektual, objektif, dan mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan. Sementara itu,
otak kanan memiliki fungsi berpikir secara afektif dan relasional, memiliki karakteristik
kualitatif, impulsif, spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif, subjektif, simbolis,
imajinatif, simultan, intuitif, dan mengontrol gerak tubuh sebelah kiri.

Humphrey (2000) membedakan kerja otak berdasarkan gelombang elektro,


yaitu:

1. Gelombang delta, mempunyai daerah frekuensi yang paling rendah sekitar 0,5-4
Hz putaran per detik. Kondisi ini terjadi pada saat seseorang tidur lelap atau
sedang melakukan meditasi mendalam.
2. Gelombang theta, terjadi pada frekuensi 4-7 Hz. Muncul pada saat tidur disertai
mimpi ringan, atau meditasi pada tingkat yang belum mendalam.
3. Gelombang alpha, terjadi pada frekuensi 8-13 Hz. Muncul pada saat
memejamkan mata, mendengarkan musik, meditasi pada tahap awal, dan
dalam keadaan santai.

8
4. Gelombang beta, terjadi pada frekuensi 13-30 Hz. Muncul pada saat terjaga dan
perhatian terpusat secara aktif.

Bila dikaitkan dengan kecerdasan (intelligence), berkat otaknya manusia


mempunyai banyak kecerdasan (multiple intelligence). Gardner (1999) mendefinisikan
kecerdasan sebagai potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat
diaktifkan dalam suatu latar kebudayaan untuk memecahkan masalah atau
menciptakan produk-produk bermanfaat dalam suatu kebudayaan. Pada awalnya para
ilmuwan hanya mengenal kecerdasan tunggal yang disebut sebagai kecerdasan
intelektual (intellectual quotient). Namun belakangan terbukti bahwa manusia
sebenarnya mempunyai banyak kecerdasan. Garder pada awalnya hanya
mengidentifikasi tujuh kecerdasan manusia, yaitu: linguistic, logical-mathematical,
musical, bodily-kinesthetical, spatial, interpersonal, dan intrapersonal intelligence.
Setelah itu, Gardner menambahkan kemungkinan tiga potensi kecerdasan, yaitu:
naturalist, spiritual, dan existential intelligence.

Guilford (dalam Semiawan, 1997) membangun struktur intelektual yang


seluruhnya berjumlah 120 kemampuan (5 x 6 x 4), lima kemampuan operasi (evaluasi,
produksi konvergen, produksi divergen, memori, kognisi), enam kemampuan produk
(unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, implikasi), dan empat kemampuann konten
(figurasi, simbolik, semantik, dan perilaku). Clark (dalam Munandar, 1999)
mengembangkan model integratif yang mengintegrasikan empat fungsi otak, yaitu:
fungsi berpikir (kognitif), fungsi afektif, fungsi fisik, dan fungsi intuisi/firasat.

Zohar dan Marshall (2002) melihat fungsi otak dari tiga cara berfikir atau tiga
ragam kecerdasan, yaitu:

1. Berpikir seri (otak Intellectual Quotient-IQ), menggambarkan cara berpikir linier,


logis, dan tidak melibatkan perasaan. Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan
alat uang efektif untuk mengeksplorasi dunia materi serta untuk mengumpulkan
modal materiil .
2. Berpikir asosiatif (otak Emotional Quotient-EQ), menciptakan asosiasi antar hal.
Berpikir asosiatif melandasi sebagian besar kecerdasan emosional. Kecerdasan
Hati (EQ) berguna untuk mengasah/mengembangkan ketajamanan rasa yang
diperlukan dalam membangun modal sosial.

9
3. Berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient-SQ), mengintegrasikan fungsi IQ
dan EQ sehingga dapat diperoleh suatu makna atau penyadaran diri.
Kecerdasan Spiritual (SQ) berguna untuk memupuk modal spiritual.

6. HAKIKAT PIKIRAN (MIND) DAN KESADARAN (CONSCIOUSNESS)

Pikiran memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Drever (dalam Sudibyo, 2001) memberikan batasan mengenai pikiran (mind) atau
mental sebagai keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan baik yang disadari
maupun tidak, yang merupakan bagian dari psyce yang terorganisir. Jalaluddin
Rakhmat (2001) melihat proses berpikir sebagai komunikasi intrapersonal yang
meliputi: sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Senasi merupakan alat pengindraan
melalui pancaindra yang enghubungkan organisme (manusia) dengan lingkungan.
Persepsi adalah proses pemberian makna pada senasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya
kembali. Berpikir adalah mengolah informasi dan memanipulasian informasi untuk
memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.

Dalam kaitannya dengan kesadaran, Sigmund Freud (dalam Hjelle dan Ziegler,
1992) membedakan tiga lapisan kesadaran, yaitu:

1. Lapisan sadar (conscious level), lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar
dalam wujud sensasi dan berbagai pengalaman yang disadari setiap saat.
2. Lapisan prasadar (preconscious level), sering disebut memori (ingatan) yang
tersedia. Menyangkut pengalaman-pengalaman yang tidak disadari pada saat
pengalaman tersebut terjadi, namun dengan mudah dapat muncul kembali
menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha.
3. Lapisan tidak sadar (unconsciouns level), yang merupakan lapisan paling dalam
dari pikiran manusia. Menyimpan semua dorongan insting primitif serta emosi
dan memori yang mengancam pikiran sadar yang telah sedemikian ditekan,
atau secara tidak disadari telah didorong ke dalam lapisan yang paling dalam
pada pikiran manusia.

Khrisna (1999) membagi kesadaran manusia ke dalam lima tingkat


kesadaran/lapisan utama. Kelima lapisan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.

10
2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan.
3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional.
4. Lapisan intelegensia (bukan intelek), menyangkut kesadaran hati nurani atau
budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
5. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir
pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia. Pada tahap ini manusia telah melampaui
dualisme kehidupan di dunia.

7. TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN

Tujuan dalam kehidupan bagi umat manusia yaitu pasti mencari sebuah
kebahagiaan. Menurut Jalaluddin Rahmat (2004) secara agama, filsafat, dan ilmu
pengetahuan, manusia harus memilih hidup bahagia. Tetapi dalam kehidupan
sebenarnya, dalam dunia dewasa yang dipenuhi filsafat materialisme, semakin bayak
manusia yang merasa tidak bahagia dan bahagia dirasa hal yang susah untuk digapai.
Permasalahan tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya perbedaan penafsiran atau
pemahaman tentang bagaimana cara dalam mencapai kebahagiaan tersebut.

Menurut pendapat Sutrisna (2007) terdapat tiga tingkat kesadaran manusia,


yaitu; (1) kesadaran hewani, (2) kesadaran manusia, dan (3) kesadaran Tuhan. Berikut
penjelasan secara singkat mengenai tiga kesadaran manusia berdasarkan evolusi
tingkat kesadarannya.

Ciri-ciri Kesadaran Hewani Kesadaran Manusia Kesadaran Tuhan


Tujuan Kenikmatan duniawi; Keseimbangan Kenikmatan rohani;
Hidup kekayaan, kekuasaan, antara kenikmatan Kekayaan hanya alat
dan kenikmatan fisik duniawi dan rohani untuk
sebagai tujuan hidup menyempurnakan
tingkat kesadaran
rohani
Tingkat Ego Tinggi Sedang Rendah / Tidak ada
ego
Karakter Selalu berpikir negatif, Bergerak di sekitar Berbanding terbalik

11
sombong, kikir, dua sifat ekstrem, dengan karakter
munafik, emosional, tergantung dengan kesadaran hewani
kurangnya rasa tingkat kesadaran
keimanan,
perhitungan

Mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki manusia tersebut tidak mudah untuk
dilakukan hanya berdasarkan ukuran objektif atau pendekatan ilmiah yang biasa
digunakan pada umumnya. Kemantapan diri hanya bisa dirasakan secara subjektif
dengan yang bersangkutan melalui refleksi diri. Selaras dengan evolusi kesadaran
menurut pendapat Sutrisna, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1999) dimana empat tingkat
kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai
berikut;

1. Tingkat pertama; jalan syari’ah, di mana seseorang menaati hukum-hukum


moral dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal mencari kekayaan atau duniawai
hukum moral ini diikuti dalam menilai sah atau tidaknya apa menjadi milikku
dan milikmu.
2. Tingkat kedua; jalan thariqah, yaitu di mana seseorang yang mencari
kebenaran melalui jalan tanpa rambu atau melalui penglaman langsung. Dalam
hal kekayaan materi, dalam diri suatu individu telah tumbuh perasaan
kebersamaan dan rasa milik bersama, milikku adalah milikmu dan milikmu
adalah milikku.
3. Tingkat ketiga; jalan haqiqah, Yaitu tahap di mana seseorang telah memahami
makna terdalam dari praktik syari’ah dan thariqah. Orang pada tahap ini telah
merasakan bahwa tidak ada lagi apa yang menjadi milikku dan milikmu, karena
semuanya milik tuhan. Kesadaran ini dimiliki oleh mereka yang batinnya sudah
tinggi dimana tidak ada lagi kemelekatan terhadap kekayaan materi.
4. Tingkat keempat; jalan ma’rifah, tahap di mana seseorang telah memiliki
kearifan dan pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual. Pada tahap ini
kesadaran seseorang berada di tahap tertinggi, di mana tidak ada lagi aku dan
kamu. Pribadi menyadari bahwa segalanya adalah tuhan dan tidak ada yang
terpisah dari tuhan.

12
8. ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM

Alam semesta merupakan satu kesatuan sistem. Pengertian sistem merupakan


sekelompok bagian yang bekerja bersama untuk melakukan suatu maksud, sebagai
contoh urat syaraf dalam tubuh. Arti lainnya yitu sekelompok pendapat, peristiwa,
kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan diatur secara baik, misalnya filsafat.
Menurut Jogiyanto (1988) bahwa setiap sistem memiliki ciri-ciri yaitu; (1) mempunyai
komponen-komponen, (2) ada batas suatu sistem, (3) ada lingkungan luar sistem, (4)
ada penghubung, (5) ada masukan, dan (6) ada sasaran.

Inti dari segala pemahaman tentang sistem yaitu setiap elemen saling bekerja
sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling memengaruhi satu dengan
lainnya dalam mencapai tujuan sistem secara keseluruhan. Karena sistem saling
berkaitan satu sama lain, maka jika terdapat suatu gangguan pada elemen sekecil
apapun akan mempengaruhi pada elemen-elemen lainnya. Hal tersebut akan
berpengaruh dalm pencapaian tujuan sistem secara keseluruhan sebagai satu
kesatuan.

Contoh dalam gangguan suatu elemen tersebut bisa dilihat dalam kehidupan
nyata seperti Pemerintah DKI Jakarta yang tidak peduli akan penggundulan hutan
yang dilakukan di daerah Puncak Bogor karena dirasa daerah tersebut bukan
wilayahnya. Tetapi akibat dari penggundulan tersebut juga berakibat terhadap daerah
DKI Jakarta yaitu terjadinya banjir. Contoh dalam skala global juga dapat dilihat dalam
kehidupan seperti negara-negara maju yang tidak peduli akan penebangan liar yang
mereka lakukan terhadap negara lain, hal tersebut akan berdampak terjadinya
pemanasan global yang bukan hanya terjadi pada negara berkembang tetapi
berdampak pada seluruh dunia. Dapat dilihat bahwa permasalahan-permasalahan
tersebut bermula dari suatu elemen yang kecil yang terus berakibat pada elemen-
elemen lainnya. Jadi manusia dan alam merupakan satu kesatuan di mana perilaku
manusia sangat menentukan nasib keberadaan kehidupan di bumi.

9. SPIRITUALITAS DAN ETIKA

Kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter. Tetapi


pengembangan karakter harus dilakukan melalui pengembangan keempat kecerdasan

13
manusia secara seimbang dan utuh. Etika dan spiritualitas memiliki hubungan yang
sangat erat. Etika merupakan adat, kebiasaan, dan ilmu dalam memperlajari hubungan
antar manusia dengan lingkungan yang bersifat horizontal. Sedangkan spiritualitas
merupakan perilaku manusia yang bersifat vertikal yaitu hubungan dengan tuhan atau
kekuatan tak terbatas.

Pemahaman tentang pemisahan etika dan spiritualitas merupakan suatu


kekeliruan. Dengan pemisahan tersebut bisa saja seseorang yang telah mempelajari
teori-teori etika tetapi belum tentu menjamin jika perilakunya bersifat etis selama
kecerdasan spiritual (SQ)-nya masih rendah. Sebaliknya seseorang yang memiliki SQ
yang tinggi sudah dapat dipastikan mempunyai perilaku etis yang tinggi.

Setiap manusia memang seharusnya menyadari bahwa kesempatan hidup di


dunia ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik untuk mencapai tingkat tuhan atau
kesadaran spiritual. Dalam perjalanan mencapai titik tingkat kesadaran spiritual
terdapat syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu orang yang bersangkutan harus
menjalani perilaku hidup yang etis dan mematuhi norma-norma agama. pada awalnya
perilaku etis akan memengaruhi kesadaran spiritual dan pada langkah selanjutnya
kesadaran spiritual akan menentuah tingkat kesadaran etis seseorang.

KESIMPULAN

14
Untuk menemukan hakikat kebenaran tidak cukup hanya dengan
mengandalkan pendekatan rasional/ilmiah, karna terdapat berbagai tingkat eksistensi
alam dan tingkat eksistensi kesadaran. Misalnya pada pendekatan rasional mungkin
efektif untuk memahami dimensi fisik, tetapi akan menjadi alat yang kurang memadai
untuk memahami perilaku.

Inti dari segala pemahaman tentang system yaitu setiap elemen saling bekerja
sama, saling mendukung, saling memerlukan dan saling memengaruhi satu sama
lainnya dalam mencapai tujuan system secara keseluruhan. Setiap manusia
seharusnya menyadari bahwa kesempatan hidup didunia hendaknya dimanfaatkan
dengan baik. Dalam perjalanan mencapai tujuan harus menjalani perilaku hidup yang
etis dan mematuhi norma norma agama. Contoh dalam gangguan suatu elemen
tersebut bisa dilihat dalam kehidupan nyata seperti pemerintah DKI Jakarta yang tidak
peduli akan penggunduan hutan yang dilakukan didaerah puncak Bogor karena dirasa
daerah tersebut ukan wilayahnya.

Manusia dan alam semesta memiliki ikatan yang kuat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dalam kodrat manusia dijelaskan bahwa manusia adalah
bagian dari keberadaan alam semesta, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta
juga ada di dunia manusia. Sebenarnya tiga alam eksistensi di alam semesta dan
dunia manusia. Artinya, energi fisik pikiran dan kesadaran murni manusia dan alam
semesta adalah satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan. Perilaku manusia sangat
menentukan nasib keberadaan Bumi beserta segala isinya.

DAFTAR PUSTAKA

15
Agoes, S. dan I. C. Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi. Edisi Revisi. Jakarta.
Salemba Empat.

Scribd. (2016). Makalah Manusia Dan Alam Semesta.


https://www.scribd.com/document/366883151/Makalah-Manusia-Dan-Alam-
Semesta. [Accessed 28 Aug. 2022].

‌Coursehero.com. (2017). Etika_Kelompok 1_Manusia dan Alam Semesta.docx -


Makalah MANUSIA DAN ALAM SEMESTA.
https://www.coursehero.com/file/27028910/Etika-Kelompok-1-Manusia-dan-
Alam-Semestadocx/. [Accessed 28 Aug. 2022].

‌Wida Kurniasih (2021). Pengertian dan Contoh Manusia sebagai Makhluk Sosial -


Gramedia Literasi. [online] Gramedia Literasi.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-dan-contoh-manusia-sebagai-
makhluk-sosial/. [Accessed 28 Aug. 2022].

‌Faradiba, N. (2021). 4 Teori Terbentuknya Alam Semesta Halaman all - Kompas.com.


[online] KOMPAS.com.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/03/173100323/4-teori-
terbentuknya-alam-semesta?page=all. [Accessed 28 Aug. 2022].

G
‌ uest (2020). Bab 1 Manusia Dan Alam Semesta - PDFCOFFEE.COM. [online]
pdfcoffee.com. https://pdfcoffee.com/bab-1-manusia-dan-alam-semesta-pdf-
free.html. [Accessed 28 Aug. 2022].

16

Anda mungkin juga menyukai