PENDAHULUAN
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber
daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama
dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara
unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh
mempengaruhi.
Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat
maupun di air.Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat,
dan atau di air, dan atau di udara. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam
bebas dan atau dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya. Satwa liar adalah
semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih
mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang
secara alami.
Ada 2 macam kawasan Konservasi yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Sedangkan Kawasan Pelestarian
Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan
yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
Selain kawasan Konservasi ada juga Kawasan Suaka Alam yaitu Cagar Alam dan
Suaka Margasatwa. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Kriteria penetapan cagar alam
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan/atau satwa liar yang tergabung dalam
suatu tipe ekosistem;
b. mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan/atau satwa liar yang secara fisik masih
asli dan belum terganggu;
c. terdapat komunitas tumbuhan dan/atau satwa beserta ekosistemnya yang langka
dan/atau keberadaannya terancam punah;
d. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
e. mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang pengelolaan
secara efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami dan/atau
f. mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Sedangkan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Kriteria penetapan Suaka Margasatwa :
a. Merupakan tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa jenis satwa langka
dan/atau hampir punah;
b. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
c. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu; dan/atau
d. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.
Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik,
dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya
dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan. Kawasan
pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun
diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Yang ke 3 ada juga Kawasan Pelestarian Alam yang dibagi menjadi Taman
Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya. Taman Nasional adalah kawasan
pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Kriteria penetapan Taman Nasional
a. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh
dan alami serta gejala alam yang unik;
b. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
c. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara
alami; dan
d. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona
rimba, dan/atau zona lainny sesuai dengan keperluan.
Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Kriteria Penetapan Taman Wisata Alam
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala alam
serta formasi geologi yang unik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam
untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Kriteria Penetapan Taman Hutan Raya
a. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;
b. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa; dan
c. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, pada wilayah yang
ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah berubah.
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya
TAMAN NASIONAL TAMAN WISATA ALAM TAMAN HUTAN RAYA
• penelitian dan • penyimpanan dan/atau • penelitian dan
pengembangan ilmu penyerapan karbon, pengembangan ilmu
pengetahuan; pemanfaatan air serta energi pengetahuan dan
air, panas, dan angin serta teknologi;
wisata alam;
• pendidikan dan • penelitian dan • pendidikan dan
peningkatan kesadartahuan pengembangan ilmu peningkatan
konservasi alam pengetahuan; pendidikan dan kesadartahuan konservasi;
peningkatan kesadartahuan
konservasi alam;
• penyimpanan dan/atau • pemanfaatan sumber • koleksi kekayaan
penyerapan karbon, plasma nutfah untuk keanekaragaman hayati; d.
pemanfaatan air serta energi penunjang budidaya; penyimpanan dan/atau
air, panas, dan angina serta • penangkaran dalam penyerapan karbon,
wisata alam; rangka penetasan telur pemanfaatan air serta
dan/atau pembesaran anakan energi air, panas, dan
yang diambil dari alam; dan angin serta wisata alam;
• pemanfaatan tumbuhan • pemanfaatan tradisional • pemanfaatan tumbuhan
dan satwa liar; oleh masyarakat setempat. dan satwa liar dalam
rangka menunjang
budidaya dalam bentuk
penyediaan plasma nutfah;
• pemanfaatan sumber • pemanfaatan tradisional
plasma nutfah untuk oleh masyarakat setempat;
penunjang budidaya; dan
• pemanfaatan • penangkaran dalam
tradisional. rangka pengembangbiakan
satwa atau perbanyakan
tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang
terkontrol.
• Pemanfaatan • Pemanfaatan tradisional
tradisional dapat berupa dapat berupa kegiatan
kegiatan pemungutan hasil pemungutan hasil hutan
hutan bukan kayu, budidaya bukan kayu, budidaya
tradisional, serta perburuan tradisional, serta
tradisional terbatas untuk perburuan tradisional
jenis yang tidak dilindungi. terbatas untuk jenis yang
tidak dilindungi.
Negara Indonesia sebagai salah satu pusat biodiversity dunia menyimpan potensi
keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Selama ini lebih dari 6000 spesies
tanaman dan binatang telah dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehati-hari masyarakat,
dan lebih dari 7000 jenis ikan laut dan tawar selama ini mendukung kebutuhan
masyarakat.
A. Ornithologi
Ornithologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ornith yang berarti burung dan
logos yang berarti ilmu. Nama ornith dipergunakan bagi kelompok hewan classis Aves
(aves = burung, bahasa latin). Ornithologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari berbagai
aspek mengenai burung, seperti fisiologi, morfologi, behaviour, ekologi, dsb.
Burung masa kini berbeda dengan reptil karena berkembangnya bulu yang
mempengaruhi daya terbang. Reptil seperti Pterosaurus sudah mempunyai data terbang
yang kuat tetapi hanya mengandalkan bentuk sayapnya yang panjang dan berselaput.
Mulanya sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru digunakan untuk
terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan
tersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung, tidak hanya memberikan
daya terbang, melainkan juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan.
Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang
kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik-burik untuk memikat atau
menyamar. Karena sayap dipakai untuk terbang burung kehilangan fungsi tangan dan
menjadi makhluk berkaki dua. Selain itu tulang burung berevolusi menjadi berongga
berisi udara dan lebih ringan; tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu;
paruhnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi; dibandingkan dengan
rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptil nenek moyang mereka. Keberadaan
burung sangat dekat dengan manusia, merupakan hewan yang mudah dikenal diantara
hewan-hewan lainnya karena burung sering dijumpai aktif sepanjang hari dan mudah
dilihat. Keanekaragaman bulu dan suara burung dapat menarik perhatian manusia
sehingga beberapa jenis burung dianggap memiliki nilai ekonomi yang penting.
Burung atau hewan dibagi menjadi 2 jenis menurut waktu beraktivitas, yaitu:
1. Diurnal (aktif pada siang hari). Sebagian besar burung aktif pada siang hari, biasanya
pada jam-jam tertentu burung melakukan istirahat.
2. Nokturnal (aktif pada malam hari). Biasanya pada kelompok Strigiformes (burung
hantu).
B. Ciri-ciri burung:
1. Sebagian besar tubuhnya ditutupi bulu.
2. Terdapat 2 pasang anggota badan, 1 pasang anterior menjadi sayap, dan 1 pasang
posterior menjadi kaki untuk berjalan/mengais (Galliformes & Ciconiiformes),
mencakar (Falconiformes & Strigiformes) atau berenang dengan selaput pada jari
kaki (Pelecaniformes & Anseriiformes). Masing-masing kaki memiliki 4 jari kaki.
3. Rangkanya halus, kuat, dibentuk dari tulang sejati. Mulutnya merupakan suatu
tonjolan berupa paruh (dari zat tanduk), tidak ada gigi dan mempunyai leher yang
fleksibel.
4. Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel yang terpisah.
5. Respirasi oleh paru-paru dan berhubungan dengan kantung-kantung udara.
6. Bentuk tubuh burung umumnya seperti spindle shape atau gelendong benang yang
kedua ujungnya melancip. Kelebihan bentuk tersebut adalah untuk memudahkan
burung ketika menembus udara saat terbang, atau ketika menembus air pada waktu
berenang.
7. Warna bulu burung bermacam-macam. Burung-burung dari daerah yang kering
warnanya cenderung pucat, sedangkan pada daerah-daerah yang lembab warnanya
lebih gelap. Pada umumnya burung jantan warnanya lebih cemerlang dari burung
betina.
8. Sayap pada burung digunakan untuk terbang, tapi pada beberapa burung air (pinguin)
dimodifikasi untuk menggerakan badannya di dalam air, sayapnya telah
berdegenerasi sehingga tidak dapat terbang, ekornya dipergunakan untuk mengemudi
dan keseimbangan badan.
C. Distribusi
Burung terdapat mulai dari permukaan laut sampai dengan di pegunungan yang
ketinggiannya > 20.000 kaki seperti Mount Everest di Himalaya. Setiap spesies mendiami
suatu daerah geografis tertentu dan habitat tertentu pula. Faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi burung yaitu:
1. Waktu dan Geologi
2. Penghalang fisik
3. Mobilitas
4. Kebutuhan akan lingkungan
5. Toleransi ekologi
6. Faktor-faktor psikologis
Burung tersebar di semua benua, lautan dan hampir seluruh kepulauan. Penetrasi
burung-burung tersebut mencapai artik dan antartika termasuk meliputi daerah
permukaan laut sampai pegunungan. Dengan mempertimbangkan kemampuan terbang,
mereka mempunyai kemampuan penyebaran geografi dan habitat yang luas.
Di seluruh kawasan Jawa, jumlah total dari jenis burung yang tercatat adalah 494
jenis, 366 diantaranya adalah jenis penetap dan 128 lainnya sebagai pengunjung /
pengembara (migran).
Daerah Jawa dan bali mempunyai avifauna yang kaya, terdapat hampir 500 jenis
yang mewakili setengah dari suku burung di dunia (MacKinnon, 1993). Sebanyak 24
jenis merupakan endemik Jawa, 16 jenis terbatas di Jawa, 1 jenis terdapat di Bali dan 7
jenis terdapat di kedua pulau tersebut. Burung menempati setiap habitat dari khatulistiwa
sampai daerah kutub. Ada burung yang hidup di daerah hutan, padang terbuka, daerah
gunung, burung air, burung yang menjelajahi samudra dan ada yang hidup di gua. Burung
ditemukan dimana-mana antara lain hutan serta kolam-kolam yang terdapat ikan,
serangga dan invertebrate (MacKinnon, 1993). Beberapa jenis burung tinggal di daerah-
daerah tertentu, tetapi banyak jenis yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke
daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim.
Migrasi umumnya antara bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut Latitudinal.
Pada musim panas burung-burung bergerak atau tinggal di daerah sedang dan daerah-
daerah sub artik dimana terdapat fasilitas-fasilitas untuk makan dan bersarang, serta
kembali ke daerah tropik untuk beristirahat selama musim salju.
D. Pengamatan
Pengamatan burung (Birdwatching) adalah pengamatan terhadap burung yang
dilakukan di alam terbuka. Aspek yang diamati meliputi identifikasi jenis berdasarkan
morfologi, identifikasi lewat suara, kebiasaan (behaviour), populasi, distribusi, dsb.
Beberapa hal yang menjadi perhatian penting dalam pengenalan maupun
identifikasi burung di lapangan tidak semudah apa yang dibayangkan. Faktor-faktor yang
menjadi kendala secara non teknis seringkali muncul setiap saat, seperti kondisi medan
yang sulit, umumnya burung tersebut susah untuk diamati karena tempatnya yang tinggi
di atas dahan serta faktor cuaca.
Hal-hal pokok yang harus diperhatikan ketika melakukan birdwatching antara lain:
1. Perlengkapan:
a. Buku catatan dan alat tulis, digunakan untuk mencatat data burung yang diamati.
b. Buku panduan (Field Guide), setelah semua data diperoleh kita dapat
mencocokkannya dengan buku panduan.
c. Pakaian, disarankan bukan pakaian yang berwarna mencolok, yang dapat
menimbulkan kecurigaan bagi binatang yang diamati.
d. Teropong (Binocular/Monocular), untuk mengamati burung yang berada jauh, agar
dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
e. Kamera, untuk mengambil gambar burung yang diamati dan sebagai pelengkap
data.
f. Perekam suara (Recorder), agar lebih mudah dalam menentukan jenis burung, kita
juga harus mengetahui bagaimana suara burung tersebut.
2. Metode pengamatan
a. Jalan mengendap-endap.
b. Mencari tempat yang baik untuk bersembunyi.
c. Menggunakan pakaian/atribut yang tidak mencolok.
d. Tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu burung seperti melakukan
gerakan yang tiba-tiba, berbicara keras atau merokok.
e. Tidak melepaskan binocular sampai deskripsi jenis burung dapat tergambarkan
ketika melakukan identifikasi burung yang sedang diamati.
f. Membuat sketsa burung yang terlihat dan mendeskripsikan ciri-cirinya.
g. Mengambil gambar burung dengan kamera sejelas mungkin.
h. Merekam suara burung yang diamati dengan menggunakan recorder jika
diperlukan.
3. Catatan yang biasa dicantumkan
a. Waktu dan tanggal pengamatan
b. Nama pengamat
c. Nama burung
d. Jumlah burung yang ditemukan
e. Sketsa burung
f. Cuaca
g. Aktivitas/perilaku burung yang diamati
h. Jenis habitat dan tipe vegetasi yang digunakan
i. Ciri-ciri morfologi burung teramati
j. Lokasi pengamatan dan jarak burung dengan pengamat
BAB III
ANALISIS TRANSEK
BAB IV
METODE KUADRAN
Metode kuadran adalah sebuah analisis vegetasi / tumbuhan yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik komunitas pada suatu area yang kita amati. Metode kuadran
umumnya dilakukan untuk vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian,
metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominan
pohon dan menaksir volumenya.
Ukuran kuadran yang dipakai harus bersifat praktis dalam pelaksanaan untuk
menghitung jumlah individu tiap spesies secara akurat, dan berdasarkan atas pengalaman
ukuran kuadran yang dipakai merupakan ukuran standar, yaitu untuk lapisan pohon =
10x10 m, semak/perdu = 4x4 m, dan herba = 1x1 m. Tumbuhan pohon jika diameternya >
10 cm, dan anak pohon jika diameternya 2,5-10 cm. Untuk mencari diameter pohon
dengan mengukur keliling pohon atau anak pohon. Cara mengukur jarak terdekat
dilakukan sekaligus setiap kuadran.
III II
IV I
Keterangan:
: mulai
BAB V
SCHWEINFRUTH
Schwein Fruth adalah suatu usaha untuk mengawetkan suatu tumbuhan dengan
tidak merusak atau mengurangi tumbuhan tersebut yang diawetkan dengan zat kimia.
Pada umumnya pengambilan sampel tumbuhan ini adalah tumbuhan yang ukurannya
tidak telalu besar. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembutan Schwein Fruth
adalah:
1. Spirtus.
2. Kertas koran secukupnya.
3. Plastik trasparan.
4. Tali rafia.
5. Kertas hvs.
6. Pensil.
7. Tumbuhan yang akan dibuat.
8. Gunting / Cutter.
Langkah-langkah dalam pembuatan Schwein Fruth adalah sebagai berikut:
1. Sampel dibersihkan dan diberi nama yang ditulis dengan pensil pada potongan kertas
hvs.
2. Membungkus sampel dengan kertas koran yang telah dilubangi dengan gunting /
cutter dengan rapi.
3. Mengikat dengan tali rafia agar lipatan tersebut tidak lepas.
4. Mengemas sampel dengan menggunakan plastik dan diisi dengan spirtus secukupnya,
perlu diingat plastik tidak bocor dan harus menggelembung. Dibiarkan selama satu
hari sebelum dibuka.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://deriramdhani.wordpress.com/2008/02/27/burung-dasar-dasar-
birdwatching/
2. Sukmantoro, W., Irham, M., Novarino, W., Hasudungan, F., Kemp N dan
Muchtar M., 2007, Daftar Burung Indonesia No. 2, Bogor: Indonesian
Ornithologists’ Union.
3. BKSDA “Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi”
4. BKSDA Jawa Tengah “Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi PP
no. 28/2011”