Anda di halaman 1dari 1

Tapi, , kepandaian aku belum berarti...


“Ha, ha, ha!, memang seharusnya demikianlah sifat yang kaumiliki.
Sederhana dan merendah. Ingatlah bahwa orang yang bodoh selalu memperlihatkan
dan menyombongkan kebisaannya yang tak lain hanyalah kebodohannya semata. Kau
merasa bahwa kepandaianmu belum berarti? Nah, memang demikianlah adanya.
Kepandaian siapakah yang dapat disebut tinggi dan banyak artinya? Oleh karena itu,
maka dengan kepandaianmu yang tak berarti itu kau jangan sekali-sekali berlaku
sombong dan sewenang-wenang. Tapi betapapun juga, dibandingkan dengan
kepandaianmu sebelum kau datang ke sini dulu kau telah mendapat kemajuan yang
bukan sedikit! Ketahuilah bahwa sebelum aku menerimamu sebagai murid dan
sengaja menunggumu di kuil rusak yang berada di kaki bukit ini, aku telah menyelidiki
keadaanmu dan tahu pula akan riwayatmu. Maka sekarang pulanglah dan lakukan
kewajibanmu sebagai seorang putera terhadap ibunya yang telah janda, juga sebagai
seorang ksatria yang harus selalu mengulurkan tangan menolong sesama manusia
yang ditimpa penderitaan. Tapi jangan sekali-kali melanggar sumpahmu dan dengan
alasan apapun jangan sekali-kali kau membunuh orang

“Siapa menanam pohon, dia sendiri memetik buahnya. Kau telah menanam banyak pohon dosa,
maka kau harus memikul hukumannya sendiri. Nah, selamat berpisah

Anda mungkin juga menyukai