Anda di halaman 1dari 15

PANITIA PENDIDIKAN DASAR .

MAHASISWA INFORMATIKA PEDULI LINGKUNGAN


SEKOLAH TINGGI MANAGEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK AMIKOM PURWOKERTO
Secretariat: Jln.H.R.
Jln. Bunyamin Limas Agung P-1 No.1 Purwokerto.

ROCK CLIMBING

Rock climbing pada dasarnya adalah teknik memanjat tebing dengan


memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan. kegiatan ini
memerlukan penguasaan teknik mendaki yang khusus dan peralatan mendukung
yang memadai. Kemampuan untuk mencengkram dari tangan, menjejal dan
menjajak dari kaki adalah mutlak diperlukan juga pemusatan berat tubuh dan
keseimbangan menjadi hal yang penting pula.
Disamping itu, penguasaan penggunaan alat adalah hal yang tidak bisa
ditinggalkan. Peralatan pendukung diperlukan ketika melakukan pemanjatan
pada tebing-tebing yang sudah tidak mungkin lagi ditempuh tanpa peralatan
(mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi) atau dianggap terlalu berbahaya
apabila ditempuh dengan tidak menggunakan peralatan. Untuk menjadi seorang
pemanjat yang baik,diperlukan beberapa persyaratan yaitu antara lain; sikap
mental, pengetahuan dan ketrampilan, kondisi fisik yang prima dan etika.
Dalam mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan ini, diperlukan
persiapan yang matang dalam hal fisik maupun mental serta persiapan lain yang
mendukung kegiatan ini.

A. PERLENGKAPAN
Perlengkapan dalam kegiatan rock climbing ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perlengkapan Pribadi
a. Sepatu
Sepatu merupakan peralatan dasar pertama yang harus dimiliki seorang
pemanjat. Keutamaan sepatu adalah pada karet solnya yang ampuh untuk
mencengkram tebing. Sepatu ini mempunyai ciri khusus yaitu pada solnya
yaitu kelenturan karet sol sepatunya yang mengikuti bentuk permukaan
tebing yang tidak beraturan. Keseimbangan sol pada sepatu ini yaitu bila
mendapat tekanan yang memanjang (mengikuti arah jari kaki) sol itu akan
lentur, sesuai dengan gerak telapak kaki. Tetapi kalau mendapat tekanan
yang melebar sol itu akan kaku dan keras. Namun, sepatu belum tentu cocok
dengan kondisi tebingnya. Tidak semua tebing mempunyai karakteristik yang
sama Sepatu panjat mempunyai 3 jenis sol karet yaitu,Hard, soft, medium.
Untuk memanjat tebing yang bercelah lebar (wide crack) seperti di big
wall, sepatu panjat yang tinggi hingga menutupi mata kaki lebih sesuai dan
memiliki sol yang keras (hard sole) serta efektif untuk memanjat celah yang
lebar. Untuk tebing-tebing vertikal dan mulus, membutuhkan sol sepatu yang
lembut agar ujung-ujung kaki dapat merasakan pijakan batu tebing.
b. Pakaian
Pakaian harus dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan
cuaca. Yang meliputi pakaian untuk kepala, badan, kaki, dan tangan.
c. Perlengkapan Tambahan

Rock Climbing
Meliputi perlengkapan untuk tidur/menginap, bekal makanan/minuman,
perlengkapan memasak, obat-obatan dan lain-lain.
2. Perlengkapan Teknis
a. Tali (Rope)
Tali yang dipergunakan dalam pendakian (Climbing Rope) sebaiknya
bersifat fleksibel, elastis dan tahan lama terhadap beban yang berat. Diameter
tali berkisar 11, 10, dan 9 mm. kemampuan menahan beban berkisar antara
3000-6000 pounds (lbs). Bahan yang dipergunakan umumnya nylon. Dalam
kegiatan pecinta alam ada dua macam tali yang biasa dipakai, yaitu :

Kernmantle
Tali ini mempunyai 2 bagian, bagian inti (Kern) dan lapisan yang
menyelimutinya (Mantle). Berdasarkan elastisitas kelenturannya, tali
kernmantle ada 3 jenis, yaitu:
# Kernmantle static
Bagian dalam tidak dianyam, bagian luarnya dianyam rapat sehingga
daya elongasi tidak begitu tinggi antara 3-5 %, apabila terkena beban
normal.
Cenderung kaku
Diameter 9-10 mm
Biasa digunakan untuk caving vertical
Biasanya berwarnakan putih , dimaksudkan untuk mudah terlihat dalam
kegelapan
# Kernmantle Dynamic
Bagian intinya dianyam, bagian luarnya dianyam cukup renggang
sehingga daya elongasi/lenturnya yang dipunyai cukup tinggi,berkisar 5-
20 % apabila terkena beban normal. Sehingga dalam menahan jatuh
dapat menyerap impact force/tenaga yang cukup tinggi.
Diameter 8, 9 mm atau 10,5 mm
Biasa digunakan untuk panjat tebing
Berwarna terang atau mencolok
# Semi static dan dynamic
Bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat tapi bagian dalamnya lurus
sehingga
daya lenturnya rendah tetapi cukup mudah untuk membuat simpul
Biasanya digunakan untuk rescue agar korban tidak mengalami banyak
guncangan

Kelebihan dari tali kernmantle: Tidak berat, elastis, kekuatan lebih besar
dibanding Hawser Laid.
Kelemahan dari tali kernmantle: Sulit/ tidak dapat langsung dilihat apabila
mengalami keausan karena terbungkus
mantelnya
Dalam rock climbing, tali digunakan sebagai pengaman dalam pendakian,
kecuali apabila menemui lintasan yang sulit untuk dilalui (misal over hang),
kita sepenuhnya bergantung pada tali.
Hawser Laid
Tali ini dibuat dari hasil pilinan 3 bagian.yang masing-masing juga
dibuat dari hasil pilinan.tali ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :

Rock Climbing
Tahan terhadap abrasi.
Mempunyai daya lentur yang tinggi (40%).
Dalam keadaan darurat, tali dapat diurai menjadi 3 bagian yang masing-
masing terpilin, lalu disambung-sambung sehingga mendapatkan tali
yang 3 kali lebih panjang.
Sedangkan kelemahan tali ini adalah :
Cenderung menjadi kaku jika sudah banyak dipakai, sehingga agak
sukar membuat simpul.
Cenderung melintir jika dipakai untuk rappelling/abseiling.
Debu dan kerikil yang mudah melekat pada tali ini mengakibatkan
kerusakan pada tali bantu yang lain.
b. Helmet
Terbuat dari bahan yang ringan namun kuat untuk menahan benda-benda
yang tajam (bagian luar). Sementara di bagian dalam terdapat lapisan yang
berguna untuk menahan benturan langsung dengan bagian luar, selain itu
dilengkapi dengan tali pengikat di dagu. Berfungsi sebagai pelindung kepala
dari jatuhan batu atau benturan tebing.
c. Harness
Tali pengaman tubuh yang berfungsi sebagi sabuk pengaman. Ada dua
macam harness yaitu:
# Sit Harness
Sabuk pengaman yang dililitkan pada pinggang sedemikian rupa
sehingga berfungsi sebagai pengaman. Jika kita menggunakan sit
harness dan dalam pendakian kita jatuh, posisi kaki kita kemungkinan di
atas, dan kemungkinan kita lolos/lepas dari harness bisa terjadi.
# Full Body Harness
Ini lebih aman di banding sit harness. Bila kita jatuh, posisi kaki kita
akan tetap di bawah.
d. Webbing
Alat disebut webbing (pita) karena bentuknya pipih lebar seperti pita.
Fungsi utama webbing adalah menghubungkan pengaman sisip pada celah
tebing dengan tali yang disimpul pada harness pemanjat. Webbing sering
pula digunakan untuk menghubungkan berbagai peralatan panjat dengan
mengikatnya satu sama lain menggunakan carabiner, misalnya
menghubungkan harness dengan jumar.
e. Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau D dan
mempunyai gate yang berfungsi sebagai penghubung antara tali dengan
carabiner. Biasanya terbuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan
antara 1500-3500 kg. Ada dua jenis carabiner yaitu, non-screw gate dan
screw gate. Carabiner merupakan salah satu alat yang terpenting dalam
memanjat tebing. Carabiner yang baik dan aman harus mampu menahan
beban 2200 kg (pintu tertutup) atau 1200 kg (pintu terbuka) dengan posisi
poros yang panjang utama dan harus menahan beban berat 600 kg pada poros
yang pendek.
f. Sling dan Runner
Sling biasa terbuat dari nylon, dibuat dari tubular webbing dan terdiri dari
3 tipe:

Rock Climbing
# Standar, panjang 10 feet lebar 1 inchi dibentuk menjadi sebuah loop dan
dihubungkan dengan simpul.
# Prusik Sling, dibuat dari bahan gold line 0,25 inchi atau nylon 3/8 inchi.
# Hero Loop, sling pendek dari nylon, panjangnya antara 20-27 inchi.
Sling biasa digunakan untuk menghubungkan pengaman yang menempel
ditebing dengan tali. Pengaitnya menggunakan carabiner. Cara paling
sederhana membuat sling adalah dengan menggunakan webbing yang dibuat
loop. Kedua ujung sling yang diberi carabiner disebut runner dan berfungsi
sebagai penambat tali.
g. Chock
Chock terdiri dari sebuah sling atau kawat baja yang dikaitkan pada
semacam bandul logam berfungsi sebagai pasak dan sling sebagai
penghubung. Berdasarkan jenisnya, chock mempunyai 2 bentuk yaitu
stopper dan hexentrix. Ujung bagian chock stopper berbentuk segi empat
sedangkan hexentrix berbentuk segi enam. Masing-masing mempunyai
fungsi tergantung pada celah tebingnya dan sebagai pengaman.
h. Cam Unit /Friend
Pengaman sisip ini berbentuk seperti setengah lingkaran roda bergerigi
yang memiliki tangkai. Cara menggunakan friend hampir sama dengan
pengaman chock yaitu diselipkan pada celah tebing. Roda-roda yang
bergerigi dengan fleksibilitas pegasnya akan mendorong sisi-sisi tebing
sehingga akan menghasilkan daya cengkram friend. Friend terdiri atas dua
jenis rigid dan flexible. Pada friend jenis rigid, tangkainya berupa batangan
logam yang kaku, tidak tepat penggunaannya dicelah tebing. Pada friend
jebis fleksibel, tangkainya dari kawat besi sehingga lebih dinamis dan dapat
digunakan untuk segala macam celah tebing.
i. Phiton
Phiton atau paku tebing merupakan pengaman yang paling klasik.
Melihat jenisnya ada 2 jenis phiton yang masing-masing mempunyai ukuran
bervariasi. Phiton jenis blade berbentuk pipih menyerupai pisau. Jenis ini
efektif untuk celah-celah sempit. Phiton jenis angle digunakan untuk celah
yang lebih besar. Cara menggunakan phiton adalah dengan menyelipkannya
pada celah tebing dan memukul-mukul phiton dengan hammer seperti paku.
j. Jummar (ascender)
Suatu alat bantu untuk naik yang dipasang pada tali digunakan untuk
teknik ascending. Cara kerjanya adalah ketika beban bertumpu pada
ascender, maka tali akan terjepit padanya, dan ketika beban tidak bertumpu
pada ascender maka akan mudah digerakan ke atas. Kelemahannya
cenderung merusak tali, karena penjepitnya (camp) yang berbentuk paku-
paku tajam mencengkram tali dengan dalam. Bila tidak ada alat ini bisa
diganti dengan prusik dengan cara dililitkan pada tali (prusik knot).
k. Alat Belay (Descender & Grigri)
Alat belay mempunyai fungsi utama untuk melakukan teknik belay.
Beberapa alat belay mempunyai funsi ganda sebagai alat rappelling,
misalnya descender (figure of eight). Sebagai alat belay, descender
merupakan alat paling favorit karena mempunyai prinsip kerja yang
sederhana dan mudah di gunakan. Selain descender, grigri dapat digunakan
untuk teknik belay alat ini bekerja otomatis saat melakukan belay, mengunci
sendiri ketika dibebani.

Rock Climbing
l. Prussik
Tali kermantle yang berdiameter kecil (0,5-0,6) atau bisa diganti dengan
tali nylon yang dihubungkan dengan fisherman knot sehingga menjadi
sebuah loop. Fungsi prussik sangat banyak sehingga dalam setiap
pemanjatan tebing alat ini harus selalu dibawa. Sifatnya statis.
m. Hammer/Palu
Dipakai untuk menancapkan piton/paku tebing ke dalam celah.
Mempunyai bentuk yang khas yaitu bagian yang untuk menancapkan piton
lebar dan cukup sebaliknya di sisi lain haruslah runcing (baji). Di bagian baji
ini hendaknya ada bagian untuk mencongkel piton. Antara palu dan
tangkainya haruslah menjadi satu dan di bagian tangkainya hendaknya ada
lubang kecil sebagai untuk mengikat palu.
n. Stirr up/tangga tali
Ada dua jenis yaitu, metal stirr up yang terbuat dari logam dan
dihubungkan dengan tali, dan sling stirr up yang terbuat dari tali. Digunakan
sebagai alat bantu pada pemanjatan tebing apabila kita menemukan jalur
yang sulit untuk di daki (misal : overhang)
o. Chalk Bag (kantong kapur) dan Magnesium
Suatu kantong yang biasanya digunakan untuk menaruh bubuk kapur.
Kapur hanya berfungsi untuk membuat tangan tidak basah karena keringat
saat memanjat, sehingga cengkraman atau genggaman tangan lebih kuat.
Kapur yang sering digunakan adalah kapur magnesium carbonat (MgCO3).
yang diikatkan pada bagian belakang pinggang.

II. PEMANJATAN
Prosedur Pemanjatan
Dalam suatu pemanjatan semua yang dilakukan haruslah terencana. Baik
persiapan peralatan, pemasangan alat yang tepat, perhitungan langkah yang
cepat, manajement rope, serta memperhatikan faktor keselamatan.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar sebagai
berikut:
1. Mengamati mengenal medan dan menentukan lintasan yang akan dilalui baik
secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
2. Memikirkan teknik yang akan digunakan secara keseluruhan maupun
selangkah demi selangkah.
3. Mempersiapkan persiapan yang diperlukan.
4. Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang telah di
rencanakan.
5. Penyimpanan energi/ istirahat
Istilah dalam pemanjatan
Leader : Orang yang pertama memanjat / membuka jalur
Belayer : Orang yang mengamankan si pemanjat
Boulder : Latihan ketrampilan/ merambat
Travers : Berpindah / kekiri atau kekanan
Tope rope : Memanjat dengan tali yang terpasang
Hanging belay : Si pengaman membelay sambil menggantung
Teknik Memanjat

Rock Climbing
Teknik memanjat pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat
menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga, Cukup stabil, Memberi peluang
untuk bergerak/memanjat, Dapat bertahan lama/tidak melelahkan .
Stabilitas/keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan
antara berat badan gaya tumpuan/pegangan yang diberikan oleh permukaan
tebing. Pengaruh letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan
kestabilan yang diperoleh. Peluang gerak (untuk mendaki lebih lanjut)
ditentukan oleh kemampuan menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk
kondisi medan yang dihadapi. Pada umumnya dinding tebing terdiri dari crack
dan ledges karena pengaruh iklim, suhu, dan lain. Karena bermacam-macam
kondisi permukaan dinding

Teknik memanjat dikelompokan berdasarkan 3 kategori umum yaitu:


a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan
atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan.
Para pendaki pemula biasanya, mempunyai kecenderungan untuk
mempercayakan sebagian besar berat tubuhnya pada tangan dan juga
menampatkan badan rapat pada tebing. Ini adalah kecenderungan yang salah.
Dalam pemanjatan usahakan untuk selalu memiliki tiga titik tumpuan, dari
dua tangan satu kaki, atau dua kaki satu tangan.
b. Friction/slab climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya
tumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical,
dimana kekerasan permukaan tebing cukup untuk menghasilkan gaya
gesekan.
c. Fissure Climbing
Jika diperhatikan bagaimana sebuah pasak dapat terbenam erat-erat
dalam celah maka terlihat bahwa pasak sudah tercabut dari celah tempat
dipasang karena adanya gaya penahan yang diberikan oleh dinding celah
tersebut. Celah/crack dapat dipergunakan untuk menghasilkan gaya penahan
sedemikian rupa dengan mempergunakan anggota badan atau bagian dari
anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak.

Teknik pemanjatan yang sekarang ini terbagi menjadi 3 bagian :


a. Artifisial Climbing
Adalah pemanjatan yang seluruhnya menggantungkan pada peralatan.
Baik itu peralatan pengaman sisip yang menggunakan rekahan-rekahan
maupun peralatan untuk melubangi tebing yaitu bor.
b. Free Climbing
Dapat diartikan suatu pemanjatan yang on sight, pemanjatan yang
benar-benar menggunakan ketrampilan walaupun tetap menggunakan alat
atau pegangan sisip atau paku tebing, pengaman hanya untuk istirahat dan
pengamanan saat pemanjat jatuh
c. Solo Climbing
Adalah teknik pemanjatan yang dilakukan seorang diri tanpa adanya
orang kedua sebagai pengaman.

Rock Climbing
TEKNIK-TEKNIK DALAM PEMANJATAN TEBING
PEGANGAN
Idealnya, pegangan tangan lebih banyak berfungsi mendukung tumpuan
beban di kaki dan menjaga keseimbangan tubuh dan berfungsi membantu
kaki dalam menopang beban tubuh.
Open Grip
Teknik open grip biasa digunakan pada permukaan yang luas bentuk
sebuah genggaman. Apabila permukaan tebing besar untuk sebuah
genggaman, seluruh jari dan telapak tangan teknik ini dapat digunakan.
Pinch Grip
Sesuai namanya, pinch grip adalah teknik pegangan tangan seperti
mencubit. Kekuatan pegangan diperoleh karena tekanan antara ibu jari
dengan jari-jari lainnya secara berlawanan arah mencubit permukaan tebing.
Teknik pinch grip biasa digunakan pada cacat tebing berupa tonjolan.
Crimp Grip
Teknik crimp grip, pada umumnya dilakukan pada permukaan tebing
yang tipis. Teknik ini sangat mengandalkan kekuatan yang besar pada otot-
otot jari.
Palming
Dalam teknik palming, bagian telapak tangan yang digunakan sebagai
pegangan. Fungsi tangan pada palming, sebagai penopang dan pendorong
beban tubuh naik ke atas. Teknik ini dapat digunakan pada permukaan tebing
yang slab.
SidePull
Sidepull adalah teknik pegangan dengan cara menarik celah rekahan
tebing ke arah samping kanan atau kiri karena bentuk celah rekahan biasanya
memanjang vertical. Teknik sidepull dapat digunakan misalnya untuk posisi
istirahat selama perintisan jalur dengan cara posisi tangan diluruskan
semaksimal mungkin.
Jamming
Tiga jenis pegangan jamming yaitu :
a. fingers jamming
Digunakan pada crack yang hanya menyisakan celah untuk beberapa
ruas jari. Caranya adalah memasukkan jari-jari ke dalam crack
semaksimal mungkin dengan posisi jempol ke bawah dan telapak tangan
menghadap keluar, lalu putar pergelangan tangan ke arah bawah.
b. Hand Jamming
Apabila crack lebih lebar dan dapat menampung seluruh bagian
telapak tangan, maka teknik ini dapat digunakan. Caranya adalah
memasukkan telapak tangan ke dalam crack dengan posisi jempol
diselipkan dibagian dalam telapak tangan.
c. First Jamming
Kita dapat menggunakan teknik ini untuk crack yang lebih lebar lagi
yaitu dengan cara menjejali crack dengan telapak tangan. Kedua sisi kiri
dan kanan kepalan tangan akan menekan kedua sisi crack sehingga
kepalan tangan mengunci pegangan.
Off-width
Teknik ini digunakan ketika ukuran tangan sudah tidak bisa menjangkau
sisi crack. Crack terlalu lebar untuk dijejali tangan. Cara yang dapat

Rock Climbing
digunakan untuk adalah dengan memanfaatkan seluruh bagian lengan, mulai
dari telapak tangan hingga punggung dengan menggunakan teknik off-width.
Stemming and Bridging
Digunakan pada crack yang sangat lebar tetapi kedua sisinya masih
dijangkau dengan tangan. Crack untuk teknik ini biasa berbentuk cerobong
asap. Crack semacam ini disebut dengan chimney.

PIJAKAN
Bentuk pijakan kaki di tebing menyesuaikan dengan bentuk permukaan
tebing. Bentuk permukaan tebing sendiri bervariasi.
Smearing
Teknik smearing biasa dipakai pada permukaan tebing slab, yaitu muka
tebing dengan yang kemiringannya kurang dari 90 derajat. Dalam teknik ini,
hampir seluruh beban tubuh bertumpu pada kaki.
Edging
Pada permukaan tebing yang tegak lurus bersudut 90 derajat atau lebih
(overhang). Pijakan kaki lebih optimal menggunakan teknik edging, yaitu
memanfaatkan ujung depan sepatu panjat pada permukaan tebing yang tipis.
Hooking
Kaki tidak hanya berfungsi sebagai pijakan yang menopang tubuh, tetapi
digunakan sebagai pengait yang menahan tubuh saat tubuh dalam posisi
menggantung pada medan overhang atau roof.

Memanjat Tebing Slab dan Overhang


Tebing alam yang yang kita panjat tidak selalu 90 derajat vertikal. Tebing
yang derajat kemiringannya lebih besar dari 90 biasa disebut Slab. Tergantung
dari jenis batu ditebing tersebut, untuk memanjat slab pada umumnya diperlukan
banyak friksi atau kontak dari sebagian besar karet sepatu.
Pada saat memanjat tebing slab posisi badan harus cenderung tegak lurus
yang memungkinkan pusat gravitasi yang jatuh (tekanan berat badan)
sepenuhnya tertumpu pada bagian kaki yang menempel pada tebing. jika
memanjat tebing slab dengan posisi badan yang paralel/ sejajar dengan
kemiringan tebing,akan mudah tergelincir dan jatuh. Posisi yang salah ini sangat
populer dikalangan pemula dikarenakan rasa takut jatuh yang membuat mereka
berpikir dengan memeluk/menempelkan badan ke tebing akan menyelamatkan
mereka.
Sedangkan tebing yang kemiringannya lebih kecil dari 90 derajat biasa
disebut Overhang. Untuk memanjat tebing overhang diperlukan kekuatan yang
tinggi dan tehnik memanjat yang baik. Salah satu kekuatan yang penting yaitu
core strength atau kekuatan otot-otot perut, Karena otot perut diperlukan untuk
menghubungkan kekuatan tangan dan kekuatan kaki sehingga badan akan tetap
dekat dengan tebing yang akan membuat mudah mengontrol keseimbangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanjat tebing overhang :
1. Memanjat dengan cepat. Saat memanjat tebing overhang tangan lebih
cepat lelah. Dengan memanjat cepat dan menggunakan energi yang se-efektif
dan se-efeisien mungkin. Memanjat dengan cepat artinya harus cepat dalam
mengambil keputusan dimana akan menempatkan kaki dan pegangan mana
yang akan dicapai berikutnya.
2. Pertahankan tiga titik kontak atau Three points of Contact. Rumus ini
dikenal sebagai aturan dasar memanjat tebing untuk para pemula Pada saat

Rock Climbing
melakukan gerak vertikal usahakan tiga titik tetap menempel yaitu dua kaki
dan satu tangan, atau sebaliknya; dua tangan dan satu kaki.
3. Pada saat posisi pegangan dan tumpuan kaki sudah bagus dan
mendukung istirahatlah dan goyang-goyangkan tangan dan jari-jari supaya
otot-otot lebih segar untuk mengeksekusi gerak selanjutnya. Untuk
pemanjatan rute panjang, harus pintar-pintar mengambil kesempatan untuk
sering beristirahat.
4. Tetaplah fokus dan bernafas dengan baik.

Ascending
Teknik Ascending yaitu memanjat dengan meniti pada seutas tali yang
sudah tertambat di atasnya. Teknik ascending dilakukan dengan menggunakan
alat ascender. Model ascender yang sering digunakan umumnya jenis jumar.
Prinsip kerja jumar adalah menjepit tali apabila jumar dibebani.selain
menggunakan jumar, ascending dapat dilakukan dengan cara klasik, yaitu
menggunakan tali prussic yang disimpulkan pada fixed rope. Teknik ini disebut
prusiking.
Rappeling
Rappelling adalah kebalikan ascending, yaitu teknik memudahkan
pemanjat turun tebing dengan meniti pada tali. Selain rappelling, ada beberapa
istilah yang biasa digunakan untuk turun tebing, seperti abseiling atau ropping
down. Teknik rappelling dilakukan dengan memanfaatkan friksi antara tali dan
alat rappelling (descender). Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing.
Prinsip Rappeling adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan gaya berat dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong.
2. Pengunaan tali rappel sebagai alur lintasan dan tempat bergantung.
3.Penggunaan salah satu tangan untuk keseimbangan dan satu lagi untuk
mengatur kecepatan turun.
Macam-macam variasi teknik rappling banyak mengalami
perkembangan yang sesuai dengan perkembangan dan peralatan yang diciptakan
manusia. Beberapa cara turun tebing, yaitu :
a. Body Rappel/dulfer
Dengan melilitkan tali langsung pada tubuh. Tali rappelling lewat di
antara dua kaki, lalu menyilang diagonal di dada membentuk huruf S dan
melewati bahu.
b. Sling Rapple
Dengan menggunakan webbing dan carabiner. Webbing dibuat menjadi
loop untuk mengikat kedua paha, lalu dikaitkan pada tali menggunakan
carabiner dan menyilang melewati bahu.
c. Arm Rapple/Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati belakang
badan. Untuk tebing yang tidak terlalu curam.
d. Break Bar
Teknik ini menggunakan sejumlah karabiner untuk membuat sebuah gaya
friksi yang benar. Selama itu pula mengggunakan figure of eight untuk turun.
Dalam rappeling usahakan selalu posisi badan tegak lurus pada tebing dan
jangan terlalu cepat bergerak. Usahakan kurangi kecepatan, sedikit mungkin
benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali lintasan.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai turun tebing :
1. Periksa dulu anchor, carabiner pengait alat rappelling terkunci.

Rock Climbing
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang digunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang (siap pakai)
4. Sebelum mulai turun posisi tangan jangan dalam keadaan menahan/mengerem
5. Jangan lihat ke atas, mungkin ada batu atau tanah yang terjatuh.
6. Pastikan bahwa pakaian tidak tersangkut carabiner (posisi tubuh agak
menjauh dari tali).
7. Lihat kemana hendak turun dan, pastikan tali sampai kebawah.
8. HAPPY LANDING.!!!!!!!
Belay
Dalam panjat tebing, tali berfungsi mengamankan pemanjat agar tidak
terjatuh. Sistem mengamankan pemanjat menggunakan teknik belay, dimana
seorang pemanjat diamankan oleh seorang belayer dibawah lintasan tebing.
Dalam teknik belay, tanggung jawab belayer cukup besar dalam mengamankan
pemanjat. Kemungkinan jatuhnya pemanjat dapat terjadi setiap saat. Oleh karena
itu, belayer harus fokus dan siaga dalam kondisi apapun. Sebelum pemanjatan,
belayer harus mengecek semua kesiapan termasuk pemanjat. Apakah harness
sudah terpasang dengan baik? Apakah carabiner sudah terkunci dengan benar?
Semua menjadi tanggung jawab seorang belayer.
Beberapa istilah yang digunakan untuk komunikasi antara pemanjat dan
belayer dalam teknik belay sebagai berikut :
1. Climber Up, Belay On (pemanjat ke belayer).yaitu, pemanjat sudah siap
melakukan pemanjatan, dan belayer siap mengamankan.
2. On Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat sudah siap melakukan
pemanjatan.
3. Belay On (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer sudah siap mengamankan
4. Off Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat meminta belayer untuk
menghentikan belay.
5. Belay Off (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer menghentikan belay.
6. Slack (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah mengulur tali.
7. Pull (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah menarik tali.
8. Rock !!! (pemanjat ke belayer). Yaitu, peringatan ada batu yang jatuh. Posisi
belayer merapatkan tubuhnya ke tebing.

III. SIMPUL-SIMPUL
Dalam panjat tebing, simpul tali mempunyai jenis beragam. Setiap jenis
mempunyai fungsi dan tekniknya masing-masing. Berikut adalah beberapa
simpul dasar yang di gunakan dalam panjat tebing:
1. Overhand Knot
Simpul ini berfungsi sebagai pengunci simpul-simpul lain, menghentikan
geseran pada tali, dan membuat loop untuk anchor.
2. Figure Of Eight
Dinamakan figure of eight karena bentuk simpulnya berbentuk angka
delapan. Mempunyai beberapa fungsi dan dapat di buat dengan beberapa
teknik. Di arena memanjat, figure of eight lebih sering digunakan untuk
mengikat harness.
3. Bowline Knot
Bowline knot lebih sering digunakan untuk mengikat harness pada
latihan di jalur free climbing yang lintasannya pendek. Namun, setelah dipicu
oleh beberapa kecelakaan karena penggunaannya, saat ini simpul bowline
tidak disarankan untuk mengikat harness. Simpul ini berfungsi juga untuk

Rock Climbing
mengikat sesuatu tetapi tidak menjerat, dan penambat sesuatu (misal,
mengikat leher binatang).
4. Fishermans Knot
Simpul fishermans umumnya dipakai untuk menyambung dua buah tali.
Penyambungan tali dilakukan karena tali yang digunakan kurang panjang
dan digunakan untuk membuat loop tali prussik.
5. Sheet Bend
Simpul ini berguna untuk mengikat dua ujung tali ukuran atau jenisnya
berbeda, misalnya untuk mengikat ujung tali webbing dengan ujung tali
kernmantle atau prussik.
6. Prussik Knot
Simpul prussik adalah simpul klasik yang sering digunakan untuk
ascending (prussiking). Selain untuk ascending, simpul ini berguna pula
untuk berbagai fungsi, misalnya sebagai pengaman tambahan untuk
rappelling.
7. Water Knot/ Tape Knot
Sering disebut juga simpul pita. Simpul ini digunakan untuk mengikat
tali webbing, berguna untuk menyambung dua buah ujung tali webbing baik
untuk membuat loop maupun menambah panjang webbing. Simpul ini juga
biasa di gunakan untuk membuat sling. Dalam membuat simpul ini, sisakan
kira-kira 5 cm ujung webbing-nya untuk mencegah lepasnya simpul.
8. Clove Hitch
Clove Hitch dapat digunakan untuk berbagai fungsi, misalnya mengikat
harness ke anchor atau mengikat tali pada pohon.
9. Italian Hitch
Simpul ini dulu biasa digunakan untuk belay atau rappelling bila tidak
ada alat rappelling(figure of eight, grigri).
10. Anchor Knot
Simpul ini berfungsi untuk menyangkutkan tali prussik atau webbing
sebagai pengaman ke dalam celah-celah tebing. Dapat pula diikatkan pada
tonjolan batu tebing seperti tanduk atau muka tebing yang bentuk celahnya
berlubang sebagai anchor.
11. Spanish Bowline
Simpul ini berfungsi untuk menambatkan tali ke tonjolan tebing sebagai
pengaman dan pengganti anchor pada dinding tebing.

IV. PERAWATAN ALAT-ALAT DALAM ROCK CLIMBING


Dalam rock climbing, peralatan-peralatan yang digunakan harus benar-
benar diperhatikan. Hal ini di sebabkan peralatan tersebut dapat rusak tanpa
terlihat kerusakannya. Bagi seorang pemanjat tebing (Climber), peralatan
tersebut ibarat nyawa bagi mereka yang memang menyangkut keselamatan
mereka sendiri. Bila peralatan tersebut pada saat digunakan rusak, maka
taruhannya adalah nyawa. Dengan kata lain, keselamatan kita tergantung pada
perawatan yang digunakan.
Faktor ketelitian dan kecermatan dalam merawat peralatan tersebut
sangat penting. Sebelum digunakan, kita harus meneliti dulu keadaan peralatan
yang akan kita gunakan. Dan yang lebih penting lagi adalah membersihkan lagi
peralatan tersebut setelah digunakan.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam perawatan peralatan
rock climbing antara lain :

Rock Climbing
A. JANGAN MENGINJAK TALI, WEBBING, SLING, DAN PERALATAN
LAIN YANG DIGUNAKAN DALAM ROCK CLIMBING.
Hal ini disebabkan bila kita menginjak alat-alat tersebut akan cepat rusak,
dimana kotoran dan tanah yang melekat pada tali yang terbuat dari nylon
tersebut dapat membusuk, ikatan/anyaman dalam tali akan rusak atau putus.
B. HINDARI GESEKAN TERHADAP ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
SEMINIMAL MUNGKIN.
Bila terlalu sering terjadi gesekan juga akan merusak tali. Gesekan
tersebut dapat terjadi antara lain gesekan tali dengan tebing, tali dengan alat
lain.
C. JANGAN MENJATUHKAN/MELEMPARKAN ALAT-ALAT YANG
TERBUAT DARI LOGAM.
Bila hal ini dilakukan maka alat tersebut dapat rusak. Kita kadang tidak
sadar melempar alat-alat tersebut bila sedang digunakan. Hal ini akan
mengakibatkan bagian dalam dari alat tersebut dapat hancur walaupun
bagian luarnya masih utuh.
D. HINDARI PENGGUNAAN OBAT-OBATAN KIMIA/SABUN DALAM
PENCUCIAN ALAT.
Bila tidak terlalu kotor cukup dibersihkan dengan air bersih (khusus
untuk alat-alat non logam). Bila dianggap tidak perlu sebaiknya jangan
digunakan.
E. KHUSUS UNTUK TALI JANGAN SAMPAI MELINTIR BILA KITA
MENGGULUNG TALI SETELAH DIGUNAKAN.
Hal ini disebabkan bila tali melintir setelah digulung akan cepat rusak.
Ikatan/anyaman tali menjadi tidak rapat (tidak teratur) dan tali juga akan
rusak karena selalu dalam keadaan tegang dan usahakan tali dalam keadaan
normal bila tidak digunakan.
Kita harus selalu menjaga alat-alat yang ada apabila kita ingin aman dan
selamat dalam kegiatan rock climbing. Selain hal tersebut di atas haraga alat-alat
rock climbing di Indonesia masih tergolong barang yang mahal. Jadi harus
dirawat sebaik mungkin bila kita tidak ingin kehilangan biaya yang mahal.

PEMELIHARAAN TALI
1. Hindari ujung tali yang terurai. dengan cara dibakar / ditempelkan
dengan pisau panas
2. Tali kernmantel yang baru dibeli harus terlebih dahulu dicuci agar sisa-
sisa bahan kimia dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar dengan lapisan
dalam dapat menyatu. Setelah dipakai ekspedisi atau latihan, tali harus
dicuci, jangan menggunakan air panas atau sabun.
3. Hindari tali dari air panas atau panas matahari, karena nylon akan
meleleh pada suhu 215-220 C.
4. Hindari terjadinya gesekan secara langsung (friksi).
5. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali, karena hal ini
dapat mengurangi daya tahan tali secara perlahan-lahan.
6. Hindari tali dari zat-zat kimia korosif (asam baterai) agar tidak hancur.
7. Jangan menduduki tali atau menginjaknya, karena tanah atau kotoran
lainnya dapat menyelinap masuk diantara serat-serat tali dan
mempercepat kerusakan tali, terutama untuk kernmantel.
8. Bebaskan tali dari segala macam simpul setelah dipakai.

Rock Climbing
9. Jangan menggantungkan tali dengan beban berat yang cukup lama, dan
juga jangan dipergunakan untuk menarik mobil dan beban berat lainnya.
Sebab tali akan kehilanangan daya elastisnya, sehingga akan cepat putus
bila mendapat hentakan dengan beban yang berat.
10. Ceklah tali sebelum dipergunakan kembali. Tali kernmantel sering
mengalami kerusakan pada bagian dalamnya, misalnya serat-serat yang
putus. Rabalah dan telusuri tali tiap jengkalnya, jika ada yang putus akan
terasa perbedaan besar diameter tali tersebut.
11. Catatlah riwayat tali tersebut untuk mengetahui perkiraan kekuatannya.

Penggunaan tali dianjurkan (tanpa jatuh) tergantung banyak hal :


1. Frekuensi pemakaian dan cara penanganannya.
2. Jenis batuan.
3. Berdasarkan pintalan tali.
4. Pengaruh cuaca.

Tali dianjurkan untuk tidak digunakan lagi, jika:


1. Rusak mekanis (tertimpa batu, terinjak crampon dll)
2. Mantelnya sudah terurai.
3. Sudah mengalami beberapa fall.
4. Sudah dipakai secara terus-menerus lebih dari 5 tahun
5. Terkena zat kimia ( bensin, oli, dll )

SALAM LESTARI !!!

GAMBAR

Rock Climbing
Kernmantle Body Harness&Sit Harness Helmet

Sepatu Panjat Chalk Bag Sarung Tangan

Figure of Eight Grigri Jummar Runner


(DISCANDER&ASCENDER)

Cam Unit /Friend Chock Carabiner non-screw & screw

Rock Climbing
Rock Climbing

Anda mungkin juga menyukai