Anda di halaman 1dari 15

Materi Kepanduan Hizbul Wathan –

Perlengkapan Maountenerring
This entry was posted on Januari 12, 2013. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar

Perlengkapan dan perbekalan


Oleh Ramanda Jokrit

Keberhasilan sebuah kegiatan alam bebas juga ditentukan oleh perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan cukup.
Perlengkapan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk kegiatan pendakian mungkin akan sedikit berbeda dengan
perlengkapan dan perbekalan penjelajahan hutan. Begitu juga kebutuhan perlengkapan bagi tiap-tiap individu juga
akan berbeda-beda.

Dalam merencanakan kebutuhan perlengkapan dan perbekalan, yang perlu diperhatikan adalah :

•    Jenis medan yang akan dihadapi

•    Tujuan kegiatan

•    Lamanya kegiata

Selain itu, perlu juga diperhatikan kekuatan fisik dalam membawa beban perlengkapan,

logistik, dan kebutuhan lain.

PERLENGKAPAN DASAR

Perlengkapan dasar adalah perlengkapan yang sebaiknya harus ada, seperti :


Sepatu
Sepatu merupakan hal yang wajib jika kita ingin menghadapi medan gunung hutan. Selain sebagai alas yang
membantu kenyamanan berjalan, sepatu juga menjadi pelindung kaki. Sepatu combat boot atau sepatu trekking 
merupakan jenis sepatu yang cukup baik untuk menghadapi medan ini. 
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu adalah :

•    Kuat, sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki

•    Melindungi jari, alas kaki, sendi, dan mata kaki


•    Memiliki bentuk sol yang dapat menggigit ke segala arah

•    Nyaman dipakai

Kaus Kaki

Selain sebagai perlengkapan sepatu agar kulit tidak bergesekan langsung dengan sepatu, kaus kaki juga dapat
digunakan untuk menjaga suhu kaki agar tetap stabil dalam menghadapi suhu yang ekstrim. Harap di ingat, “kaus
kaki harus selalu kering”.

Pakaian Perjalanan

Pada medan gunung dan hutan, pakaian yang sebaiknya digunakan adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh
tubuh dari kemungkinan cidera akibat duri atau tumbuhan beracun. Penggunaan celana dan baju panjang dari bahan
katun yang kuat sangat dianjurkan. Selain mampu melindungi kulit, pakaian sebaiknya juga tidak mengganggu
gerakan tubuh. Pakaian tambahan seperti topi, sarung tangan dan ikat pinggang sebaiknya dipilih dari bahan yang
kuat dan ringan.

Ransel

Ransel yang ringan, kuat dan nyaman dipakai merupakan pilihan terbaik untuk membawa perlengkapan dan logistik
dalam kegiatan. Harga yang mahal bukanlah jaminan. Pilihlah ransel yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
kebutuhan dan kekuatan tubuh.

Belati
Belati merupakan peralatan penting yang harus kita miliki dalam kegiatan alam bebas. Pilihlah belati yang dapat
digunakan untuk memotong, menyayat dan menusuk. Pastikan belati selalu tajam dan kuat. Belati jenis bowie dapat
jadi pilihan. 
Selain belati kita juga dapat membawa golok tebas untuk keperluan menjelajah rimba.

PERLENGKAPAN NAVIGASI

Melakukan perjalanan dengan peralatan yang mendukung merupakan tindakan yang sangat baik dan bijak. Peralatan
navigasi seperti kompas arah, peta topografi, protractor dan pensil merupakan hal yang sudah sepantasnya ada dalam
perlengkapan perjalanan kita. Harap diingat, alam liar merupakan medan yang ekstrim. Kondisi dan keadaan medan
gunung hutan dapat berubah dengan cepat. Sebagai contoh, jalan setapak didalam hutan dapat hilang hanya
dikarenakan hujan saja. Jangan pernah meninggalkan peralatan ini meskipun kita telah mengenal dan hapal betul
alam yang akan kita jelajahi.

PERLENGKAPAN MAKAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh mahluk hidup. Peralatan masak seperti nesting, sendok,
peples/cangkir sebaiknya juga ada dalam perlengkapan kita.

PERLENGKAPAN ISTIRAHAT

Melakukan kegiatan di alam bebas merupakan hal yang cukup menguras tenaga. Istirahat dan relaksasi yang
memadai merupakan salah satu faktor penunjang kesuksesan kegiatan. Selain sebagai tempat istirahat, tenda juga
dapat menjadi isolator atas suhu dan cuaca yang ekstrim di alam bebas. Pilihlah tenda yang dapat melindungi tubuh
dari cuaca dan kemungkinan gangguan binatang, seperti serangga dan ular. Tenda jenis tenda dome merupakan jenis
tenda yang cukup baik. Namun bila tidak ada, kita dapat menggunakan tenda segitiga yang dimodifikasi sehingga
dapat cukup melindungi. Pemilihan warna juga dapat dijadikan faktor, pilihlah tenda dengan warna terang dan
cerah. Selain mudah dilihat, pada alam seperti hutan, penggunaan warna terang dapat membantu menjauhkan
binatang buas. Pada kondisi mendesak seperti survival, kita dapat membuat tenda dari ponco, plastik, terpal dan
material lain.

Perlengkapan yang sebaiknya ada ialah :

•    Tenda

•    Sleeping bag / sleeping mat

PERLENGKAPAN TAMBAHAN

Perlengkapan ini walaupun bukanlah merupakan hal yang wajib, namun ada baiknya kita membawanya untuk
menambah kenyamanan perjalanan.

Putis. Yaitu pembelat betis yang terbuat dari kain katun/wool. Pengembara, pejalan kaki, atlit dan tentara biasanya
menggunakan putis untuk menjaga otot kaki agar tetap fit dalam perjalanan.
Gaiters. Gaiters merupakan sarung yang melindungi kaki sampai lutut agar pacet, debu dan air tidak masuk
kedalam sepatu dan kaki. Gaiters untuk pendakian gunung dan penjelajahan hutan biasanya terbuat dari bahan
nylon. Gaiters khusus untuk menghindari gigitan ular terbuat dari kulit

Kelambu. Pada perjalanan penyusuran hutan dataran rendah dan rawa, membawa kelambu dapat menambah
kenyamanan kita agar tidak terganggu oleh nyamuk dan kemungkinan malaria dan demam berdarah.

Kupluk. Kupluk atau balaclava dapat melindungi kepala dari terpapar cuaca dingin secara langsung. Pada daerah
seperti gunung, memakai kupluk terbukti cukup ampuh menjaga suhu tubuh. 
Kacu segitiga. Kain bandana atau slayer merupakan benda yang yang multifungsi. Selain sebagai penutup kepala,
penutup telinga dan penyeka keringat. Kain ini dapat digunakan untuk membalut.

Perlengkapan pribadi. Jelas perlengkapan ini untuk perlengkapan pribadi. Seperti jarum, benang, obat-obatan, tali
tubuh, handuk, sikat gigi, sabun dan pakaian dalam.

Perlengkapan Khusus
Pendakian tebing

• Tali kernmantel 
Tali berfungsi sebagai pengaman apabila jatuh. UIAA, induk organisasi pendaki gunung dunia telah menetapkan
standar tali yang laik pakai pada prosedur pemanjatan berdasarkan uji kekuatan. Panjang tali dalam pemanjatan
dianjurkan 50 meter, karena pada jarak itu leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Tali kernmantel terbagi
dalam dua jenis :
Static rope atau tali statis memiliki kelenturan 2 sampai 5% dari berat maksimum yang diberikan dan bersifat kaku.
Umumnya tali statis berwarna putih atau hijau. Tali ini biasa digunakan untuk rapelling dan caving.

Dynamic rope atau tali dinamis memiliki kelenturan 5 sampai 15% dari berat maksimum. Karna sifatnya yang
fleksibel tali ini sering digunakan untuk pemanjatan tebing.

• Harness

Harness berfungsi sebagai penghubung antara tali dan tubuh pemanjat.

Seat harness dipakai untuk menahan gaya berat pada bagian pinggang dan paha

Full body harness dipakai untuk menahan gaya berat pada dada, pinggang, punggung dan paha.

• Helm

Helm digunakan sebagai pelindung kepala dari kemungkinan cidera terbentur dan reruntuhan.

• Carabiner

Carabiner atau snaplink berfungsi sebagai pengait sekaligus peredam gesekan tali. Carabiner terbuat dari bahan
allumunium alloy yang kuat. Carabiner dibagi menjadi dua jenis, carabiner screw gate memiliki kunci pengaman
pada pen pengaitnya, dan carabiner non screw gate tidak memiliki pengaman

• Sling
Sling biasanya terbuat dari tabbular webbing. Fungsi sling sangat luas sebagai penghubung, mengurangi gesekan
dan gaya beban pada chock atau piton yang tertanam, memperpanjang point, dan dapat digunakan untuk membuat
natural point dengan memanfaatkan pohon dan celah bebatuan

• Descender\

Descender atau figure eight biasanya sering dipakai untuk rapelling. Dan dapat digunakan oleh belayer untuk
membantu menjaga leader, untuk belay teknik penggunaannya berbeda dengan penggunaan untuk rapel. Masih ada
pemanjat-pemanjat yang menggunakan setup rapel dengan figur eight untuk belay yang biasa disebut sport belay.
Saat ini bentuk descender sudah dikembangkan sedemikian rupa.\

• Ascender

Ascender merupakan alat yang terbuat dari allumunium alloy berbentuk seperti catut yang dapat menggigit apabila
diberikan beban kebawah dan akan terbuka bila tidak ada beban/ditarik ke atas. Alat ini sering digunakan untuk
membantu meniti tali pada dinding overhang.

• Piton, bolt, chock, nuts, cam, hexes

Merupakan alat untuk membuat pengaman buatan (artificial anchor) pada lintasan apabila pemanjat jatuh dapat
tertahan oleh pengaman.

• Grigri, belay spring, belay tubular, trango cinch, sirius tre

Merupakan alan bantu belayer untuk membelay leader.

Pendakian es

Pada medan es dan salju, selain peralatan pendakian biasa juga digunakan ice axe dan crampon.
Klasifikasi Pendakian
Tingkat kesulitan medan yang dihadapi berbeda-beda. Begitu juga tingkat kemampuan individu untuk
menghadapinya. Orang yang sering berlatih akan mampu mengembangkan tekhnik-tekhnik yang ada sehingga
tingkat kemampuan menghadapi medan akan meningkat.

Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan Sierra Club.

•    Kelas 1. Perjalanan tegak tanpa memerlukan peralatan khusus.

•    Kelas 2. Medan agak sulit sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan untuk
keseimbangan diperlukan.

•    Kelas 3. Medan semakin sulit sehingga dibutuhkan tekhnik pendakian tertentu, namun tali pengaman belum
dibutuhkan.

•    Kelas 4. Kesulitan bertambah dan tali pengaman dibutuhkan.

•    Kelas 5. Rute pendakian tebing sulit, namun peralatan masih berfungsi sebagai pengaman.

•    Kelas 6. Tebing tidak lagi memberikan point, celah, rongga dan daya geser sehingga pendakian sepenuhnya
tergantung peralatan.

Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan Yosemite Decimal System.

•    Kelas 1. Perjalanan tegak pada permukan landai dengan sedikit resiko jatuh yang berakibat fatal.

•    Kelas 2. Permukaan agak curam dengan kemungkinan cedera akibat jatuh, namun tidak berakibat fatal.

•    Kelas 3. Medan lebih curam dari medan kelas 2, namun resiko jatuh belum berakibat fatal, sehingga tali masih
belum dibutuhkan.

•    Kelas 4. Permukaan lebih curam dan tali sebaiknya digunakan untuk pengamanan. Resiko jatuh dapat berakibat
fatal.
•    Kelas 5. Termasuk kategori pendakian tebing, membutuhkan ketrampilan dan peralatan sebagai pengamanan.
Resiko jatuh dapat berakibat fatal.

Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan New Zealand Grading System.

Klasifikasi standard untuk rute alpine pada kondisi normal

•     New Zealand Grade 1. Pendakian mudah, penggunaan tali hanya dilakukan pada medan sungai es yang licin.

•     New Zealand Grade 2. Pendakian agak curam, membutuhkan tali pengaman pada beberapa lokasi yang cukup
licin.

•     New Zealand Grade 3. Pendakian curam, memerlukan peralatan tekhnis pada beberapa lokasi. Pendakian es
terkadang membutuhkan dua alat pengaman.

•     New Zealand Grade 4. Technical climbing, dibutuhkan ketrampilan dalam menggunakan dan menempatkan
peralatan pengaman. Pendakian dapat memakan waktu beberapa hari.

•     New Zealand Grade 5. Sustained technical climbing, pada beberapa lokasi terdapat permukaan vertikal.

•     New Zealand Grade 6. Pendakian permukaan vertikal, dibutuhkan penguasaan tekhnik yang handal untuk
menghadapi medan ini.

•     New Zealand Grade 7. Permukaan vertikal yang cukup berbahaya dengan sedikit pengaman.

KLASIFIKASI PENDAKIAN TEBING

Menurut tingkat kesulitannya, pendakian tebing dibagi menjadi enam tingkatan.

•     Grade 1. Membutuhkan waktu hanya beberapa jam pada bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis.

•     Grade 2. Membutuhkan waktu kurang dari setengah hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan
kesukaran tekhnis.
•     Grade 3. Membutuhkan waktu setengah hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis.

•     Grade 4. Membutuhkan waktu satu hari penuh untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis.

•     Grade 5. Membutuhkan waktu satu setengah sampai dua hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan
kesukaran tekhnis.

•     Grade 6. Membutuhkan waktu lebih dari tiga hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran
tekhnis.

•     Grade 7. Membutuhkan waktu seminggu atau lebih untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran
tekhnis.

Klasifikasi pendakian tebing menurut Yosemite Decimal System.

•       5.0 – 5.4. Tebing memiliki dua tumpuan untuk tangan dan dua tumpuan untuk kaki dalam melakukan
pergerakan.

•       5.5 – 5.6. Tebing memiliki dua tumpuan untuk tangan dan dua tumpuan untuk kaki bagi yang berpengalaman,
namun cukup sulit bagi pemula.

•       5.7. Tebing hanya memiliki tiga buah titik tumpuan.

•       5.8. Tebing hanya memiliki dua atau tiga tumpuan yang cukup sulit.

•       5.9. Tebing hanya memiliki satu tumpuan untuk tangan dan kaki.

•       5.10. Tebing tidak memiliki tumpuan, namun masih dapat dipanjat.

•       5.11. Tebing benar-benar tidak memungkinkan untuk dipanjat, namun beberapa orang yang benar-benar
terlatih dapat memanjatnya.

•       5.12. Dinding vertikal tegak lurus dengan permukaan licin seperti gelas.

•       5.13. Dinding mengantung (overhang) dengan permukaan licin seperti gelas.


 

Klasifikasi pendakian berdasarkan penempatan peralatan pengamanan yang digunakan.

•       G – Good. Penempatan peralatan pengamanan benar-benar dapat melindungi dengan baik.

•       PG – Pretty Good. Peralatan pengaman cukup dapat melindungi pemanjat.

•       PG13 – OK Protection. Penempatan peralatan cukup baik. Jika jatuh tidak menyebabkan masalah serius.

•       R – Runout. Peralatan pengaman berjarak cukup jauh, jika jatuh kemungkinan dapat menimbulkan masalah
serius.

•       X – No protection. Berbahaya, jika jatuh dapat menyebabkan kematian.

Klasifikasi pendakian medan es berdasarkan skala numerikal M

•       M1- M3. Pendakian tebing mudah, biasanya tanpa membutuhkan peralatan.

•       M4. Tebing cukup curam sampai vertikal, membutuhkan peralatan.

•       M5. Pendakian tebing harus didukung peralatan.

•       M6. Tebing vertikal sampai overhang.

•       M7. Tebing overhang.

•       M8. Tebing hampir horizontal overhang, yang membutuhkan ketrampilan dan peralatan.

•       M9. Tebing overhang dengan jarak dua sampai tiga panjang tubuh pemanjat.

•       M10. Tebing overhang lebih dari 10 meter.

•       M11. Tebing overhang lebih dari 15 meter.


•       M12. Sama dengan M11 namun dengan terdapat penghalang yang membutuhkan tekhnik khusus dalam
bergerak.

Klasifikasi pendakian medan es berdasarkan skala numerikal WI

Skala numerikal WI merupakan skala pendakian pada permukaan es (Water Ice)

•       WI2. Permukaan dengan kemiringan kurang dari 60 derajat dan dapat ditempuh dengan menggunakan satu
buah ice axe.

•       WI3. Permukaan dengan kemiringan 60 sampai 70 derajat dengan beberapa permukaan vertikal berjarak 4
meter.

•       WI4. Permukaan hampir vertikal dengan jarak mencapai 10 meter, dan membutuhkan peralatan pengaman.

•       WI4+. Sama dengan WI4 namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

•       WI5. Permukaan hampir vertikal atau vertikal dengan jarak mencapai 20 meter, dan membutuhkan beberapa
jenis peralatan pengamanan.

•       WI5+. Sama dengan WI5 namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

•       WI6. Permukaan vertikal dengan jarak 30 sampai 60 meter. Membutuhkan tekhnik pemanjatan dan stamina
yang baik.

•       WI6+. Permukaan vertikal atau overhang dengan jarak 30 sampai 60 meter.

•       WI7. Permukaan overhang yang berbahaya.

Klasifikasi pendakian berdasarkan Original Grading System

•       A0. Free climbing tanpa membutuhkan peralatan pengaman khusus.


•       A1. Membutuhkan pengaman khusus, pengaman mudah ditempatkan dengan solid.

•       A2. Peralatan pengaman dapat ditempatkan dengan baik, pada beberapa point mudah lepas.

•       A3. Kesulitan bertambah dan pada beberapa point pengaman hanya dapat menahan beban tubuh, namun resiko
masih rendah.

•       A4. Berat tubuh tidak dapat tertahan dengan baik oleh pengaman, sehingga pengamanan biasanya dibuat
berjajar.

•       A5. Berat tubuh tidak dapat tertahan dengan baik oleh pengaman, kemungkinan dapat mengakibatkan resiko
jatuh sampai 20 meter.

Pendakian
Pegunungan dan perbukitan merupakan tempat yang ekstrim. Bagi kita yang terbiasa tinggal pada dataran rendah
dibutuhkan adaptasi bagi tubuh agar dapat menyesuaikan diri pada keadaan medan. Pada permukaan 1.500 sampai
2.000 meter diatas permukaan laut, tubuh harus menyesuaikan diri dengan tingkat kadar oksigen yang ada. Pada
ketinggian diatas 2.500 meter, tubuh membutuhkan waktu yang cukup untuk beradaptasi pada lingkungan.

Semakin tinggi permukaan, maka semakin rendah kadar oksigen yang terkandung dalam udara. Artinya dalam satu
tarikan nafas, kadar oksigen yang dibutuhkan bagi tubuh semakin berkurang. Seperti kita ketahui, oksigen
dibutuhkan tubuh untuk membakar kalori sehingga dapat menghasilkan energi untuk menjaga stabilitas organ tubuh,
otak, dan pergerakan. Bergerak menuju permukaan yang lebih tinggi secara terburu-buru tanpa melakukan
aklimatisasi dapat memicu penyakit ketinggian seperti Acute Mountain Shickness (AMS).

Lingkungan

Lingkungan pada dataran tinggi merupakan lingkungan yang rentan. Kerusakan yang terjadi pada daerah ini dapat
berimbas langsung pada daerah dibawahnya. Menjaga dan merawat keadaan agar selalu natural merupakan hal yang
wajib dilakukan.
 

Air. Pada dataran tinggi, air merupakan hal yang sulit didapat. Pastikan kita menghindari tindakan yang dapat
mengakibatkan polusi terhadap air.

Makanan. Pada dataran tinggi, mencari makanan merupakan hal yang cukup sulit. Kehati-hatian dan ketelitian
dalam memilih makanan merupakan hal yang sebaiknya diperhatikan. Pastikan kita membawa pulang bungkus
makanan (terutama bungkus plastik), sehingga tidak

mengotori gunung.

Kayu. Kayu merupakan benda berharga. Dengan kayu kita dapat membuat api untuk memasak dan menghangatkan
tubuh. Pastikan kita tidak menghamburkan kayu yang tersedia, gunakan secukupnya dan jangan pernah mencabut
tanaman atau pohon dari akarnya.

Hewan liar. Beberapa jenis binatang terancam kepunahan,. Menjaga dan membiarkan mereka pada sifat dan
habitatnya merupakan tindakan yang sangat bijaksana.

Beberapa daerah di dunia dengan ketinggian di atas 3.500mdpl

Penyakit Pada Ketinggian

Siapa pun boleh mendaki gunung. Namun melakukan latihan intensif agar tubuh terbiasa menghadapi medan yang
ekstrim merupakan keutamaan agar kegiatan pendakian dapat berlangsung sukses hingga turun gunung dengan
selamat. Selain itu, mengetahui kondisi tubuh merupakan hal wajib sebelum melakukan pendakian.
 

Kondisi Paru-paru. Kenali kondisi paru-paru kita, latih paru-paru kita secara bertahap sebelum melakukan
pendakian. Mendakilah secara bertahap dan tidak terburu-buru. Hindari masalah serius, segera turun gunung jika
dibutuhkan.

Asma. Medan gunung yang dingin dapat memicu asma bagi beberapa orang yang mengidapnya. Pastikan kondisi
tubuh fit sebelum berangkat. Latih tubuh secara bertahap. Selalu bawa inhaler dalam perjalanan. Ketahui penyebab
pemicu asma dan hindari pemicunya dalam perjalanan. Hindari masalah serius, segera turun gunung jika
dibutuhkan.

Epilepsi. Pastikan kondisi tubuh fit dan epilepsi tidak akan kambuh setidaknya selama 6 bulan kedepan. Ketahui
pemicu epilepsi dan hindari pemicunya dalam perjalanan. Pastikan rekan mengetahui dan mengawasi kondisi kita.

Diabetes. Sebelum berangkat, lakukan tes mata. Jika terdapat gangguan pada mata, hindari bergerak menuju
permukaan yang terlalu tinggi. Rencanakan kontrol dan monitor glukosa darah. Perhatikan makanan dan diet. Dalam
perjalanan pastikan membawa perlengkapan dan obat untuk memonitor glukosa. Permukaan yang tinggi dapat
menyebabkan insulin membeku, tempatkan insulin pada tempat yang terlindung. Hindari infeksi dan cari bantuan
secepatnya jika terasa sakit.

Kondisi Jantung dan Tekanan Darah Tinggi. Pastikan kita memeriksa kondisi jantung dan tekanan darah
sebelum berangkat. Dalam perjalanan, jika terasa kondisi tubuh menurun, segera turun gunung.

Alergi. Alergi dapat dihindari dengan menyuntikkan adrenalin atau antihistamin sebelum berangkat. Pastikan kita
mengetahui pemicu alergi dan menghindarinya.
 

JENIS PENDAKIAN

Mountaineering merupakan gabungan beberapa jenis pendakian. Kegiatan ini dapat memakan waktu berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Disamping penguasaan tekhnik pendakian, hal lain yang dibutuhkan adalah adanya
manajemen ekspedisi, pengaturan logistik, komunikasi, strategi pendakian dan lain-lain. Berdasarkan medan yang
ditempuh, pendakian gunung dibagi menjadi tiga bagian.

Hill walking.

Merupakan perjalanan pendakian bukit atau gunung dengan kemiringan landai tanpa memerlukan peralatan tekhnis
khusus dengan jalur atau rute yang sudah tersedia. Perjalanan ini dapat memerlukan waktu beberapa jam hingga
beberapa hari. Ketrampilan memilih tempat untuk bivak dibutuhkan. Namun dibeberapa lokasi, basecamp atau bivak
sudah tersedia.

Scrambling.

Merupakan pendakian pada permukaan yang tidak terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Bagi
pemula, tali sebaiknya digunakan untuk pengamanan sekaligus mempermudah perjalanan.

Climbing.

Merupakan pendakian yang membutuhkan penguasaan tekhnis dan peralatan pendakian. Permukaan tebing dapat
memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari.

Anda mungkin juga menyukai