2015 edition
I. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tujuan akhir dari sebuah kegiatan di
alam bebas adalah kembali pulang sampai kerumah dengan selamat setelah
menunaikan misi dari perjalanan.
Berbagai makna dapat kita peroleh dari sebuah perjalanan dalam
berkegiatan dialam bebas, banyak juga hal-hal dan pengalaman yang kita
peroleh dari sebuah kegiatan di alam bebas. Dari kegiatan di alam bebas tersebut
kita tahu dan mampu untuk memaknai arti hidup di dunia, karena pada dasarnya
hidup itu adalah perjalanan yang indah dan penuh makna sebelum kita mati.
Tujuan akhir dari sebuah kegiatan/perjalanan di alam bebas adalah
kembali sampai kerumah dengan selamat. Untuk mendukung
kegiatan/perjalanan tersebut diperlukan sebuah perencanaan yang matang,
akurat, dan tepat, baik itu mengenai perlengkapan maupun perbekalannya,
seperti pepatah mengatakan “perencanaan adalah setengah dari
keberhasilan”. Pada bagian ini kami uraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan Perencanaan perlengkapan perjalanan.
Setelah mengetahui apa yang harus diperhatikan diatas, maka ita harus
menentukan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai untuk menunjang
keberhasilan perjalanan tersebut, semakin lengkap semakin baik dengan catatan
tidak melebihi 1/3 (sepertiga) dari berat badan (kurang lebih 15kg – 20kg) sesuai
dengan berat badan orang yang membawa.
Tujuan perjalanan diatas (nomor 2) yang harus diperhatikan baik untuk
penjelajahan, kemanusiaan, penelitian dan lain-lain, akan kita temukan beberapa
jenis medan yang berbeda-beda, contoh: pendakian gunung, penjelajahan hutan
1
rimba, penelusuran arung jeram, penelusuran goa, tebing, atau bahkan terkadang
menemukan variasi jenis medan lainnya, dari keadaan tersebutlah yang membuat
kita harus berfikir dan mengelompokan perlengkapan perbekalan yang kita
bawa, yaitu:
1. Perlengkapan Dasar
Merupakan perlengkapan utama yang dibutuhkan manusia untuk dapat
menunjang kehidupan manusia saat melakukan kegiatan di alam bebas,
misalnya : Perlengkapan masak, makanan, minuman, perlengkapan tidur dan
camp, obat-obatan khusus, dsb.
2. Perlengkapan Khusus
Merupakan perlengkapan yang dibawa sesuai kebutuhan khusus dari
perjalanan yang dilakukan, misalnya : penelitian membutuhkan alat-alat
buku, alat tulis, kamera, dll.
3. Perlengkapan Tambahan
Merupakan perlengkapan yang berfungsi untuk lebih menyamankan diri
kita dalam melakukan kegiatan di alam bebas, misalnya: bantal, kursi lipat,
kelambu, gitar, dsb.
3. Semir Sepatu
Semir sepatu banyak digunakan dan memberikan banyak manfaat. Sepatu
akan terjaga kelemasannya dengan semir sepatu,sehingga tidak membuat kaki
2
kita menjadi lecet, semir sepatu juga dapat kita gunakan sebagai alat untuk
melemaskan peralatan kita yang terbuat dari kulit, misalnya: ikat pinggang
kulit, dsb.
4. Minyak Komando
Minyak komando terbuat dari parutan bawang merah yang dicampur
dengan minyak goreng/kelapa, befungsi untuk melumasi kaki dan telapak
kaki agar tidak lecet, memberikan kehangatan dan sewaktu-waktu dapat
digunakan sebagai bumbu masak.
5. Celana Lapangan
Dalam memilih celana lapangan perlu diperhatikan : bahan mudah
menyerap keringat, hangat, kuat, dan ringan. Tidak mengganggu pergerakan
dan melindungi kaki dari bahaya alam sekitar dan hewan berbisa, sebagi
contoh : celana PDL tentara, Polisi, Hansip. Hindari bahan yang terbuat dari
bahan jeans, kaku, dan berat saat basah, karena jeans justru menyerap hawa
yang dingin.
6. Baju Lapangan
Dalam memilih baju lapangan perlu diperhatikan : bahan mudah menyerap
keringat, hangat, kuat, dan ringan. Tidak mengganggu pergerakan dan
melindungi tubuh dari alam sekitar. Bahan yang cocok untuk kegiatan gunung
hutan adalah terbuat dari wool, katun, Flanel, dan lain-lain. Untuk medan
gunung hutan sebaiknya memilih baju lapangan dengan lengan panjang, agar
dapat melindungi tubuh kita dari duri dan sengatan hewan berbisa, lengan
panjang lebih hangat dan nyaman, selain itu dianjurkan juga untuk membawa
baju cadangan untuk pakaian ganti apabila baju yang kita pakai basah atau
pada saat istirahat.
7. Sarung Tangan
Sarung tangan yang baik terbuat dari kulit, bentuk sesuai dengan telapak
tangan, tidak kaku, dapat juga terbuat dari bahan asbes dan wool. Kegunaan
dari dari sarung tangan adalah untuk melindungi tangan dari duri, gigitan
hewan berbisa, melindungi tangan dari gesekan semak yang berbahaya.
8. Topi Rimba
Topi rimba yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah topi rimba
yang kuat, tidak mudah sobek, ringan, dan praktis. Kegunaan dari topi rimba
adalah untuk melindungi kepala kita dari terik matahari dan curahan air
hujan. Pilihlah topi rimba yang pas dengan kepala dan hindari jenis topi yang
mempunyai tudung besar karena dapat mengganggu penglihatan dan
pergerakan.
9. Mantol Ponco
Mantol yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah mantol ponco
tanpa lengan, karena mantol jenis ini selain bisa kita pakai saat hujan, juga
dapat direkayasa menjadi sebuah tenda bivak sederhana dan nyaman yang
nantinya berfungsi tempat untuk beristirahat/camp. Pilihlah mantol ponco
yang terbuat dari bahan yang kuat, dapat menahan air hujan.
3
menusuk, membuka kaleng, menggali tanah, survival, dsb. Banyak ragam
jenis pisau komando, masing-masing jenis mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Dalam memilih pisau perlu diperhatikan :
a) Pisau harus terbuat dari bahan yang terpercaya, tajam, dan tidak mudah
patah.
b) Desain dan ukuran harus sesuai, artinya enak saat dipegang, dipakai dan
aman.
c) Kondisi terpelihara dan siap pakai.
4
tersesat, sebagai tanda keberadaan kita, dll. Pastikan kita membawa baterai
cadangan. Bolam cadangan, atau senter/headlamp cadangan.
18. Alat Tulis, Penggaris Segitiga Sepasang, Busur Derajat, Peta, Plastik
Peta, Kompas, Protaktor, Clipboard dan Tempat Peta
Peralatan ini digunakan untuk kegiatan navigasi di medan di mana kita
berada, supaya kita dapat memastikan posisi dan arah pergerakan kita.
19. Obat-obatan Pribadi dan Set P3K
Obat-obatan pribadi bagian yang sangat penting dari kegiatan di alam
bebas karena erat hubungannya dengan kesehatan dan vitalitas tubuh, obat
pribadi tergantung pada kebutuhan dan kondisi kesehatan kita. Set P3K
adalah peralatan yang sangat penting saat terjadi hal-hal yang darurat seperti :
kecelakaan , sakit , dll.
20. Trash Bag/Plastik Sampah
Alat ini berfungsi sebagai pelindung seluruh peralatan yang kita bawa dari
air supaya tidak basah, plastik ini berukuran besar dan biasanya di pasang
didalam tas ransel kita. Plastik sampah ini juga bisa berfungsi sebagai
pelampung disaat kita melalui medan sungai, danau, kolam dll. Pilihlah
plastik sampah yang tingginya melebihi ukuran dari tas ransel kita supaya
ujungnya dapat di ikat tali untuk menghindari kemungkinan air dapat masuk
kedalam.
21. Tas Carier/Ransel
Ransel ibarat gudang dari semua peralatan yang kita bawa diatas, dalam
memilih ransel hendaknya kita memilih ransel yang terbuat dari bahan yang
kuat, cukup untuk menampung barang bawaan yang banyak, nyaman saat di
pakai.
Selain Peralatan diatas masih ada peralatan tambahan yang berfungsi
untuk menyamankan perjalanan kita, misalnya: Sleeping, Bag, Hamock,
Gaiters. Kadang-kadang kita juga memerlukan peralatan khusus , misalnya :
peralatan panjat saat menghadapi jalur tebing dan curam.
5
3. Menyusun daftar makanan dan komposisi yang dikkelompokan dalam :
Hidrat arang, Protein, Lemak, dan Besar kalorinya.
V. PRINSIP PACKING
Bagaimana cara kita untuk dapat membawa beban perlengkapan dan
perbekalan kita yang cukup banyak tersebut secara enak, nyaman, efisien, dan
rapi ?. Untuk itu kita harus bisa menyusun barang yang akan kita bawa kedalam
ransel yang sesuai dengan tubuh kita. Dasar dari penyusunan barang kedalam
ransel (prinsip packing) adalah : Keseimbangan, Kekompakan, Kenyamanan,
dan Kerapian.
1. Menempatkan barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan
badan. Barang yang relatif lebih ringan ditempatkan dibawah . Perlu diingat,
beban dijaga jangan sampai berat kebelakang atau kesamping (Prinsip
Keseimbangan).
2. Menempatkan barang yang sewaktu-waktu diperlukan dan barang yang
hampir sama fungsinya atau saling melengkapi pada bagian ransel yang
mudah dijangkau dan dikelompokan sehingga kita mudah dalam
mengambilnya sewaktu-waktu (Prinsip Kekompakan).
6
3. Untuk menjaga keselamatan dari barang-barang perlengkapan dan perbekalan
yang riskan terhadap air kita perlu dikelompokan dan dimasukan kedalam
plastik sesuai dengan jenis kelompoknya, kemudian susun kedalam ransel
dengan rapi sehingga enak dan nyaman saat dibawa, serta rapi saat dipandang
(Prinsip Kerapian dan Kenyamanan).
7
SURVIVAL (Teknik Bertahan Hidup)
I. PENDAHULUAN
Survival berasal dari kata survive yang artinya berhasil/mampu
mempertahankan diri dari keadaan tertentu, baik itu dalam keadaan buruk dan
kritis, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi dan situasi apapun dengan
menggunakan peralatan seadanya. Sedangkan manusia yang mempertahankan
hidupnya, baik perorangan maupun kelompok disebut survivor.
Kegiatan alam bebas seperti gunung hutan, jeram, tebing sangat riskan
terhadap resiko bahaya yang akan terjadi, dilihat dari sumbernya bahaya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Bahaya Subyektif
Merupakan bahaya dari diri kita sendiri, misalnya : keteledoran, Kesiapan
yang asal-asalan, pengetahuan yang minim, kekurangan bahan makanan, dll.
2. Bahaya Obyektif
Merupakan bahaya di luar kendali manusia, misalnya : gempa bumi, kabut
tebal, gas beracun, badai, tanah longsor, dll.
Dengan melihat sumber dan sifat bahayanya, resiko yang mungkin dapat
dari bahaya obyektif dapat kita tekan semaksimal mungkin dari bahaya
subyektifnya. Jelasnya, dengan perencanaan yang matang, bekal pengetahuan
dan pengalaman yang cukup, sikap mental yang mendukung, persiapan fisik
yang memadai, resiko bahaya-bahaya yang ada dapat diatasi. Misalnya saja kita
meleset dari perencanaan, sehingga bekal makanan kita menipis sebelum misi
kegiatan kita selesai, atau kita terjebak dalam badai/kabut berhari-hari. Kondisi
kritis yang demikian ini bisa dikatakan sebagai kondisi SURVIVAL dimana kita
harus bisa bertahan hidup.
8
4. Saat istirahat duduklah dengan kondisi kaki lurus supaya peredaran darah
lancar.
5. Jangan mengkonsumsi minuman keras karena akan membuat pori-pori kulit
mengembang sehingga udara dingin dapat masuk melalui pori-pori yang
terbuka tersebut.
6. Jangan terlalu lama beristirahat karena akan menyebabkan otot kaki menjadi
kaku kembali dan memerlukan waktu lagi untuk peregangan.
7. Pilih lokasi yang baik untuk beristirahat. Secara psikologis lebih
menguntungkan istirahat di lokasi yang lebih tinggi, karena kita akan dapat
melihat kondisi keindahan alam disekitar dan dapat mengurangi perasaan
lelah dan takut secara psikologis.
8. Makan dan minumlah secukupnya untuk mengembalikan tenaga, jika perlu
dimasak dulu supaya hangat dan segar. Sebaiknya pilih makanan yang
mengandung zat garam yang lebih, untuk menggantikan zat garam dalam
tubuh yang terbuang bersama keringat yang mengucur.
9. Saat berjalan perhatikan betul medan yang dihadapi dan dipahami.
10. Jika terpaksa membuka jalur, maka mulailah dengan sungai. Hati-hati dalam
penggunaan parang/golok saat menebas,
S
Size up the situation
Sadar terhadap kondisi survival ini. Artinya kita harus sadar bahwa kita
dalam kondisi survival karena tersesat, terjebak badai, dll.
Undue haste makes waste
V
yang normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam menghadapi kondisi
survival. Namun rasa takut harus kita kontrol, jika tidak maka ketakutan
akan membuat kita menjadi panic, dan panic akan membuang energy dan
pikiran akal sehat kita, untuk mengatasi rasa takut kita harus mengisi
waktu kita dengan kegiatan/usaha mengatasi kondisi survival.
I
Improvisation
Menerima kondisi yang ada dan berupaya untuk mempertahankan hidup
dengan perencanaan dan improvisasi.
Value living
V
Menghargai hidup merupakan hal yang terpenting dalam kondisi survival,
seseorang yang dapat berimprovisasi dan bertahan hidup dalam kondisi
survival adalah orang yang menghargai hidup dan tidak berputus asa
dalam menghadapi kondisi survival.
9
A
Act like the native
Belajar dari penduduk setempat, mereka lebih mengetahui dan menguasai
medan, jika bertemu dengan penduduk asli, bersikaplah ramah.
Learn basic skills
S Stop/Seat
Berhenti, duduk untuk beristirahat, jangan panic.
T Thinking
Gunakan akal dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi.
O
Observe
Amati keadaan sekitar, tentukan arah, manfaatkan alat-alat yang ada dan
hindari hal-hal yang tidak perlu.
P
Planning
Buat rencana dan pikirkan konsekuensi/resikonya bila sudah memutuskan
apa yang akan dilakukan.
V. PENGETAHUAN
A. Kebutuhan yang harus dipenuhi
Untuk menambah tenaga dan dapat memepertahankan kondisi tubuh,
terlepas dari kondisi survival, ada lima kebutuhan yang harus diusahakan,
yaitu:
1. Perlindungan
Dalam kondisi survival ada saatnya kita membutuhkan tempat
perlindungan, apabila suatau saat kita terpisah dari tim dan kita tidak
membawa tenda, maka kita harus bisa membuat tempat perlindungan
untuk diri kita sendiri. Tempat perlindungan darurat ini biasa disebut
dengan “BIVAK” atau ada juga yang menyebutnya “SHELTER”,
berdasarkan bahan yang digunakan bivak/shelter dibagi menjadi dua, yaitu
a) Bivak Alam : Bahan yang digunakan untuk membuat bivak ini berasal
dari alam. Tali, penyangga, atap, dan lainnya dari alam.
10
b) Bivak Non Alam/Buatan : Bahan yang digunakan berasal dari bahan-
bahan peralatan yang kita bawa dan media alam sebagai alat bantu,
dapat berupa Mantol ponco, plastik, terpal, tali, prusik, dll. Contoh
bivak dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
11
c) Perhatikan arah angin yang berhembus.
d) Pastikan bivak buatan kita kuat dan tidak mudah roboh.
2. Makanan
Dari sumbernya makanan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Hewani (makanan yang berasal dari hewan)
Makanan dari binatang yang kita butuhkan adalah kandungan lemak
dan proteinnya. Pada prinsipnya banyak binatang dapat dimakan, yang
jadi masalah adalah bagaimana cara kita untuk menangkapnya. Untuk
menangkap binatang dibutuhkan keberanian untuk mengambil
keputusan. Dibawah ini contoh hewan yang dapat dimakan :
Lebah, lebah dapat diambil madu dan larvanya untuk dikonsumsi
Belalang, kandungan proteinnya sangat tinggi, dapat dimakan
langsung atau bisa juga dimasak dahulu.
Cacing sondari, cacing ini berukuran besar, banyak dijumpai
ditanah seusai hujan, sering juga cacing ini memilih kayu lapuk
menjadi tempat bersembunyi. Cacing ini bisa langsung dimakan
dan dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Ular, buaya, biawak, dll.
Hewan-hewan ini tergolong hewan yang berbahaya, diperlukan
teknik khusus untuk menangkapnya. Berikut penjelasan cara
menangkap ular:
- Cara menangkap ular dengan tangan kosong bisa dilakukan
dengan memegang ekornya terlebih dahulu, lalu tangan kita
yang lain bergerak secara perlahan dari ekor menuju
ketengkuk kepala ular. Jangan membuat kaget ular ketika kita
akan menangkapnya, karena akan membuat ular merasa
terancam dan akan melawan/kabur.
- Cara menangkap ular dengan alat bantu bisa dilihat seperti
pada gambar dibawah ini.
12
Catatan : selain hewan yang yang dapat dimakan, ada juga hewan
yang berbahaya, misalnya:
Nyamuk malaria, terdapat pada hutan dengan ketinggian <800
mdpl.
Lebah yang menyengat, dalam kondisi yang berat dapat
mematikan.
Kelabang, kalajengking
pacet, lintah, dll.
13
Tips untuk memastikan apakah tumbuhan beracun atau tidak.
Tumbuhan diremas atau ditumbuk hingga mengeluarkan air, lalu
oles pada kulit punggung tangan kita, jika menimbulakan gatal,
iritasi dan gangguan kulit lainnya, maka bisa dipastikan bahwa
tumbuhan tersebut beracun. Jika tidak terjadi reaksi apa-apa maka
tumbuhan tersebut dapat dimakan. Jika kurang yakin bisa
dioleskan dilidah untuk memastikan beracun atau tidaknya
tumbuhan.
Oleskan air remasan tumbuhan pada ujung pisau, jika ujung pisau
berubah warna menjadi keungu-unguan bisa jadi tumbuhan
tersebut beracun.
c) Mencari makanan dengan teknik Jerat dan trap
Jerat dan trap adalah sebuah perangkap untuk menangkap hewan
dalam kondisi survival. Dalam mebuat jerat ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan dulu, yaitu: tali jerat, tiang lentur sebagai pelontar,
tiang pembantu lain. Tiang tali sebaiknya kecil, kuat dan untuk
menyamarkan dapat diberi getah pisang, semak, ranting dsb. Panjang
tali disesuaikan dengan medan dan hewan yang akan ditangkap.
Sedang kan trap sendiri membutuh kan beberapa paralatan seperti
karet, kawat, tali, batang kayu, dll. Sebelum memasang jerat dan trap
kita harus memastikan dahulu daerah yang sering dilewati hewan yang
akan ditangkap, misalnya daerah hewan biasanya mencari makan dan
minum.
Macam-macam Jerat
Jerat gantung
Untuk :Hewan kecil, burung, dll.
Cara : buatlah ikatan jerat pada ujung tali, kira-kira setengah
panjang tali, ujung tali lain diikatkan pada kayu pelontar, tancapkan
pasak kidung lincir pada lintasan hewan, tarik jerat kearah pasak
kidung lincir, kemudian kaitkan pasak pengait pada pasak kidung
kincir, halangi pasak pengait dengan pasak penghalangyang sudah
diberi umpan pada ujungnya, samarkan tali dengan semak/daun
kering supaya hewan tidak curiga. Berikut contoh gambar dari jerat
gantung.
14
Jerat ini hamper sama dengan jerat gantung namun tidak
menggunakan pasak penghalang.
Cara : Jerat dipasang pada lintasan hewan, tetapi tidak memakai
umpan, karena teknik jerat ini memanfaatkan pergerakan dari
hewan yang melintas dan saat kepala hewan melewati/memasuki
jerat maka pasak pengait akan terlepas sehingga kayu pelontar akan
menarik jerat ke atas sehingga jerat akan menjerat hewan yang
akan kita tangkap. Berikut contoh gambar dari jerat gantung tanpa
pasak kidung lincir.
Jerat Lumpatan
Untuk :Hewan kecil, burung, dll.
Cara : buatlah ikatan jerat pada ujung tali, kira-kira setengah
panjang tali, ujung tali lain diikatkan pada kayu pelontar, pasak
kidung lincir dibuat setengah lingkaran, pasang satu pasak
penghalang secara membujur dan empat pasak penghalang lagi
secara melintang, pasang jerat ini pada daerah lintasan hewan.
Apabila pasak penghalang yang melintang diinjak maka hewan
yang menginjak tersebut akan akan terjerat. Berikut contoh gambar
jerat lumpatan.
Jerat Tusuk
Untuk hewan yang cukup besar
Cara : Cari tempat lintasan hewan. Pasang jerat pinggir lintasan
pohon yang kuat dengan mengikatkan batang kayu pelontar pada
pohon tersebut. Ujung batang kayu pelontar diberikan tombak atau
benda tajam lainnya. Pasang tonggak setinggi setengah meter dan
ditancapkan, ikat tali pada tonggak dan dihubungkan tali itu
padaujung tiang pelontar setelah dikaitkan pada pasak pengait.
Masukan ujung pasak pengait pada cincin jerat, masukan pasak
penghalang kedalam cincin jerat sehingga ujung tepat pada jerat.
15
Hubungkan tali perintang ini pada pada pohon seberang jalur
lintasan setinggi yang diinginkandan ujungnya dimasukan kedalam
cincin jerat, setalah pasak pengait kedua diikatkan pada ujung tali
jerat. Apabila tali perintang tertabrak hewan, maka cincin jerat
yang menghalangi pasak pengait akan lepas, dan tombak akan
menusuk hewan yang melintas tersebut karena terdorong oleh kayu
pelontar. Berikut contoh gambar jerat tusuk.
Macam-macam Trap
Trap Menggantung (Hanging Snare)
16
telah terjerat, tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Contoh Gambar
Trap tali sederhana.
1. Tali laso yang diikatkan pada dahan pohon yang kuat dan
diletakan mendatar.
2. Lubang perangkap yang digali, kedalamannya disesuaikan
dengan hewan yang akan ditangkap. Mulut lubang disamarkan
dengan dedaunan dan laso diletakan di atas dedaunan tersebut.
3. Diberi umpan di atas dedaunan, ditengah laso.
Trap Menimpa
17
Berikut contoh gambar trap menimpa
3. Air
a) Cara Mendapatkan Air
Air merupakan kebutuhan vital untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup, khusunya manusia. Karena 90% bagian dalam tubuh
manusia adlah air. Dalam kondisi baik manusia dapat bertahan 2-5 hari
tanpa minum, jika lebih kemungkinan besar manusia tersebut akan
mati.
Untuk mendapatkan air di hutan Indonesia tidak terbilang sulit,
dikarenakan sebagian besar hutan Indonesia adalah hutan tropis yang
banyak menyediakan air. Contoh: tumbuhan yang menyediakan air
untuk dapat diminum, mata air, sungai, dll.
18
Air memiliki dua kategori, yaitu : dapat diminum mentah dan harus
dimasak dahulu sebelum diminum/dikonsumsi. Berdasar temapt dan
keadaannya air dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
Untuk mendapat air hujan, air batu, air sungai kita dapat
menampungnya dengan wadah yang lebar. kita dapat menggunakan
plastic, daun pisang, dan tangan kita untuk mengambil air. Untuk
mendapatkan air dari tumbuhan kita bisa dengan cara memotong,
memeras, dll. Contoh tumbuhan yang menghasilkan air adalah rotan,
akar gantung, pisang, lumut, dll. Pada pagi hari kita juga bisa
mendapatkan air dari embun pagi yang menempel didedaunan. Kita
juga dapat mendapatkan air dengan cara menggali tanah, menggali
sungai yang kering, menggali pasir saat di pantai dengan jarak 50 - 100
meter dari pantai.namun kendalanya seringkali kita jumapai air yang
keruh, bercampur lumpur dan kotoran lain seperti daun kering, ranting,
dll. Berikut ini contoh gambar cara mendapatkan air.
19
air akan mengalir sehingga air dan kotoran lumpur akan terpisah.
Berikut contoh gambar cara menjernihkan air.
4. Api
Api tidak hanya berfungsi untuk memasak bahan makanan saja,
tetapi juga bisa dipakai untuk menjaga suhu tubuh kita supaya terhindar
dari hypothermia, selain itu api juga bisa mengusir binatang buas, seperti:
harimau, serigala, anjing hutan, dsb. Untuk tahap awal pembuatan api
Anda membutuhkan bunga api. Selanjutnya adalah berusaha menangkap
bunga api dengan menggunakan ranting dan daun kering. Berikut ini
contoh Teknik sederhana membuat api saat tidak membawa korek api.
Mematik
Cara ini dilakukan dengan membenturkan atau menggesekan dua benda
keras. Dapat dilakukan dengan dua benda yang sejenis ataupun dengan
dua benda yang berbeda jenis. Cara yang dapat digunakan bermacam -
macam, yang penting adalah dapat menimbulkan bunga api.
Salah satu caranya adalah dengan memaku kayu bidang datar hingga
yang tampak bagian kepalanya saja. Kemudian gesekan / benturkan
20
batu atau logam ke arah kepala paku tersebut. Gesekan dengan sedikit
di tekan dan agak cepat hingga menimbulkan bunga api. Kemudian
bunga api tersebut dapat ditangkap dengan sabut kering dan sebagainya.
Cara ini membutuhkan tenaga yang cukup besar dan kuat. Cara ini
memanfaatkan efek panas akibat gesekan kayu. Metodanya seperti
menggergaji kayu dengan kayu lainnya, sehingga menimbulkan bunga
api. Biasanya kayu yang digunakan berbeda antara kayu satu dengan
kayu yang lainya. Kayu yang dipilih adalah kayu yang empuk sehingga
tidak terlalu sulit dalam melakukan penggergajian.
Hand Drill
Metode ini adalah metode yang paling primitif diantara metode lainnya.
Disini anda harus menyalakan api menggunakan kayu poros yang
diputar dengan tangan kosong.
21
Kelima, ambil serbuk api yang tercipta dan letakkan di bahan mudah
terbakar yang sudah anda siapkan. Tiup pelan-pelan hingga api
membesar.
Bow Drill
Bow Drill sudah jauh lebih canggih daripada hand drill dan fire plough.
Membuat api dengan bow drill juga menjadi lebih mudah. Hanya saja
anda perlu membuat terlebih dahulu alat yang sedikit lebih kompleks,
yaitu semacam busur untuk memutar kayu poros.
Proses pertama, kedua, dan ketiga sama persis dengan teknik hand drill
maupun fire plough. Anda harus menyiapkan sebuah ranting kayu
kering untuk poros, sebuah papan kayu untuk alas, serta sebuah kayu
sebagai pemegang poros. Jangan lupa juga sekumpulan rumput atau
daun kering dan selembar daun untuk mengumpulkan serbuk kayu yang
terbakar.
Setelah itu anda perlu membuat busurnya terlebih dahulu. Untuk
membuat busur ini, anda sebaiknya memilih ranting yang segar, dan
bukan ranting kering. Kulit ranting kayu tersebut bisa anda jadikan tali
busur, dan rantingnya dijadikan busurnya. Setelah semua peralatan jadi,
anda tinggal memasang poros di busur, kemudian memutarnya diatas
alas.
Fire Thong
Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau
rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan
kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang
empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada
bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap
menangkap bunga api.
22
VI. PERALATAN
Peralatan dalam survival dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Alat bantu kemampuan survive
a) Senjata tajam, merupakan alat bantu yang utama, dengan alat ini kita
dapat dengan mudah untuk membuat bivak, mencari air, mencari kayu,
membuat jerat, dll.
b) Alat pembuat api
2. Alat Komunikasi atau tanda
Dalam kondisi sebagai survivor memerlukan sebuah tanda atau alat
komunikasi untuk memberitahukan keberadaan kita, supaya memudahkan
dalam pencarian. Tanda-tanda tersebut harus mampu menarik perhatian
dan tidak sama dengan suara yang dihasilkan oleh alam atau hewan.
Berikut alat untuk memberikan tanda keberadaan kita saat survival.
Api / asap
Kain atau bendera yang mempunyai warna mencolok
Cahaya cermin/logam
Handphone, terkadang dilokasi tertentu terdapat sinyal darurat.
Handy talky
Suara peluit, teriakan, dll.
23
NAVIGASI DARAT
… Peta dan Kompas bagaikan dua sahabat yang saling membutuhkan,
sebagai jendela penerang kehidupan alam terbuka dan pintu lintasan kemana
tempat yang akan kita tuju…
I. PENDAHULUAN
Pengertian Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan
dan arah lintasan perjalanan kita secara tepat Jadi Navigasi merupakan
ilmu dasar dari kepencintaalaman khususnya bagi anggota MALIAPALA.
Banyak kita ketahui para pendaki yang mengalami kecelakaan dalam
melakukan pendakian, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang navigasi, dimana
ilmu navigasi sangat berperan penting dalam suatu kegiatan yang
bersangkutan langsung dengan alam khususnya dalam pendakian gunung.
24
altimeter dan .Kurvimeter sebagai peralatan tambahan. Dan yang kita bahas
disini adalah kompas dan peta.
A. PETA
Bentuk bumi kita tidak bulat seperti bola ataupun kelereng tetapi
berbentuk ellipsoid atau bola agak gepeng. Hal ini dikarenakan gaya-
gaya yang bekerja akibat rotasi bumi sehingga jari-jari bumi yang ada
di poros rotasi akan lebih pendek (akibat gaya sentrifugal dan
sentripetal).
Pusat rotasi bumi yang dikenal sebagai kutub bumi ada dua yaitu
kutub utara bumi dan kutub selatan bumi. Kutub utara ini biasa sering
disebut sebagai kutub sebenarnya atau kutub geografik.
25
1. Pengertian Peta
2. Macam-macam Peta
c) PetaTeknik
d) Peta Tematik
3. Ketentuan Peta
26
a) Judul Peta
c) NomorPeta
d) Lembar Derajat
e) Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak dua titik pada peta
dengan jarak mendatar yang sesungguhnya di lapangan.
Jarak peta
Skala peta =-----------------
jarak di
lapangan
Sifat skala:
27
b. Dengan pecahan, 1: 100.000 atau 1/100.000
c. Dengan penggambaran
0 1 2 3 4km
f) Legenda Peta
4. Interpretasi Peta
Telah kita pahami bahwa dari selembar kertas yang dinamakan peta,
dapat disajikan wujud dari permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi,
tetapi dalam ukuran skala yang diperkecil. Namun masih terdapat
beberapa hal yang harus kita pelajari:
a) Menentukan Koordinat
1) Sistem Graticula
2) Sistem Grid
28
Merupakan sistem koordinat yang dinyatakan terhadap dua garis
lurus yang berpotongan tegak lurus pada peta atau juga sering
disebut dengan system sumbu peta (koordinat cartesius (x,y)).
Umumnya pada navigasi darat digunakan koordinat system Grid,
karena dengan system grid ini dapat dicapai ketelitian koordinat
yang lebih tinggi daripada koordinat system Graticula. Cara
menentukan koordinat suatu titik (system Grid).
29
B. KOMPAS
30
Kompas bidik membutuhkan peralatan navigasi lain untuk
kelengkapanya, tetapi akurasinya sangat tinggi. Kompas bidik ini
dapat kita bedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa,
kompas Prisma, kompas Optik
Masing-masing kompas mempunyai keuntungan dan kelemahan
sendiri-sendiri.
3. Mengatur Kompas
Pengertian “mengatur” kompas lebih ditekankan pada cara-cara
mempergunakan kompas dengan benar sehingga diperoleh lintasan
yang benar.
Kompas bekerja berdasarkan medan magnet dan mampu menunjukkan
dengan tepat kedudukan kutub-kutub magnet bumi. Hal itu dapat
tercapai bila pada saat menggunakan kompas, kompas dihindarkan dari
gangguan lokal. Gangguan lokal adalah gangguan dari sekitar kompas
sehingga kompas tidak bekerja dengan benar. Biasanya berasal dari
benda logam di sekitar kompas.
Hal-hal penting dalam penggunaan kompas :
a) Hilangkan gangguan yang mempengaruhi kerja kompas, terutama
yang terbuat dari logam.
b) Mengatur kedudukan kompas agar benar-benar berada dalam posisi
datar.
c) Memproyeksikan tempat kedudukan kompas pada titik awal
pemberangkatan.
d) Membidik titik sasaran, yaitu dengan membuat sasaran bidik, celah
bidik dan garis rambut (pisir) kompas berada pada satu garis lurus.
e) Membaca skala mendatar sudut kompas, yaitu besarnya
penyimpangan sudut antar kutub utara mangnet bumi dengan garis
lintasan.
4. Sudut Kompas
Pengertian sudut kompas atau sudut bidik atau istilah umum yang
sering dipakai adalah azimuth yaitu besar sudut yang dibentuk antara
sasaran bidik dengan arah utara kompas. Dihitung dari arah utara
berputar searah dengan arah putaran jarum jam. Selain sudut bidik ada
juga sudut balik atau back azimuth, yaitu kebalikan atau lawan dari
sudut bidik atau azimuth. Cara menghitung sudut balik atau back
azimuth adalah:
a) Jika azimuth < 180°, back azimuth = azimuth + 180°
b) Jika azimuth > 180°, back azimuth = azimuth - 180°
Contoh :
Azimuth = 130°, maka back azimuth = 130° + 180° = 310°
Azimuth = 245°, maka back azimuth = 245° - 180° = 65°
Catatan : untuk sasaran bidik dipakai benda-benda yang extrim, yaitu
benda yang berbeda dengan benda-benda lain disekitarya (punya ciri
tersendiri, misalnya pemancar) dan tercantum dalam peta.
31
III. NAVIGASI DARAT
32
f) Perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukan kita pada
peta
4. Intersection
yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali dipeta dan dilapangan.selain itu
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai.disini kita harus yakin posisi
kita dipeta, caranya:
a) Orientasi peta
b) Lakukan resection untuk memastikan posisi kita dipeta, misalnya
titik A dan titik B
c) Bidikkan kompas kearah sasaran dari posisi kita yang pertama (A)
kemudian kita pindah ke titik kedua (B) kemudian bidikkan kompas
ke arah sasaran.
d) Catat sudut bidiknya (azimuth).
e) Tarik garis dari titik A dan B sesuai sudut bidik tadi.
f) Perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukannya.
33
d) Pembidik menuju sasaran bidik sementara itu sasaran bidik tetap di
tempat.
e) Setelah pembidik sampai di tempat sasaran, sasaran berlari untuk
menjadi sasaran bidik selanjutnya.
f) Kemudian pembidik membidik sasaran bidik sesuai dengan sudut
bidik dan begitu seterusnya sampai tujuan.
Catatan : pada saat pembidik menggantikan posisi sasaran bidik
diusahakan letaknya tidak bergeser.
34
> Rasi bintang gubuk penceng/pari perpanjangan diagonal yang
memotong horizontal menunjukkan arah selatan, rasi bintang biduk
arah utara, rasi bintang scorpio arah tenggara/timur langit, rasi bintang
orion/waluku arah barat
35
ROCK CLIMBING ( RC )
I. PENDAHULUAN
Berbicara tentang aktivitas panjat tebing (rock climbing), mau tidak mau
kita harus membicarakan pula tentang aktivitas mendaki gunung
(mountainering) yang merupakan cikal bakal dari aktivitas panjat tebing itu
sendiri. Pendakian gunung yang memiliki berbagai jenis gunung dengan
tingkat ketinggian dan kesulitan yang beragam dan memiliki tebing-tebing
yang tidak dapat didaki, sehingga harus dipanjat dengan bantuan peralatan
memanjat tebing.
Rock climbing dianggap mempunyai nilai yang lebih tinggi karena jauh
lebih tinggi karena jauh lebih sulit dan berbahaya dibandingkan dengan
mendaki gunung, baik dari persiapan fisik, mental, teknik, strategi maupun
peralatan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kekuatan, keterampilan,
kecerdasan dan yang paling utama semangat juang.
• Rock Climbing
• Snow and Ice Climbing
36
A. ROPE ( TALI KERNMENTLE )
37
B. CARABINERS
Adalah cincin kait yang terbuat dari aluminium alloy yang memiliki gate.
Ada dua macam carabiner yaitu screw gate dan non screw gate (snape
gate). Screw gate carabiner lebih besar kekuatannya daripada non screw
gate. Berfungsi sebagai pengait dan dikaitkan (dengan simpul, hereloop,
dll).
Snape Screw
C. HARNESS
D. WEBBING
Peralatan panjat yang bentuknya pipih, tidak terlalu kaku dan lentur.
Webbing berfungsi untuk memasang tali pengaman (Anchor), pengaman
tubuh (pengganti harness), sling runner.
E. PRUSIK
Jenis tali kernmentle yang berukuran kecil sekitar 5-6 mm dan biasa
digunakan untuk mengganti sling runner dan juga bisa digunakan untuk
meniti tali ke atas (prusiking) dengan menggunakan simpul jangkar.
38
F. SLING
G. HELM PANJAT
H. CALK BAG
I. SEPATU PANJAT
39
J. FIGURE of EIGHT
Digunakan untuk meniti tali pada saat turun ke bawah. Juga dapat
digunakan untuk mengamankan leader saat membuat jalur.
K. HAMMER
L. PULLEY
Mirip katrol kecil, dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam menahan
beban berat. Digunakan untuk meluncur.
40
o Paku piton (paku tebing)
o Friend (pangaman sisip)
o Chockstopper (pengaman sisip)
o Hexa / hexentric (pengaman sisip)
Hanger merupakan natural point (tambatan), runner pengaman yang
dipasang pada piton.
Simpul sering kali kita jumpai dan gunakan dalam berbagai keperluan.
Penggunaan simpul tergantung dari prosedur pengamanan (safety procedure)
dari tiap-tiap divisi.
41
Dari sedemikian banyak jenis tali simpul, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kelemahan. baik cara pembuatannya maupun pelepasannya dan
media yang terkena simpul.
Simpul Mati
Untuk menyambung tali yang sama besar. Simpul ini lebih kuat tapi sulit
untuk melepasnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang
sebesar 40%.
42
Simpul Delapan (Tunggal dan Ganda)
Sebagai pengaman dalam penambatan dan pengaman utama yang
dihubungkan tali tubuh atau harness. Toleransi kekuatan terhadap tali akan
berkurang sebesar 55 % s/d 69 %.
Ganda
43
a) Tumpnan badan pada kedua kaki bukan kedua tangan. Tangan sebagai
keseimbangan dan pencari point atau celah sebagai pegangan.
b) Tubuh agak menjauh dari tebing. Hal tersebut untuk mempermudahkan
dalam pemanjatan dan kaki tidak mudah tergelincir.
c) Pelan tapi pasti. Usahakan dalam pemanjatan tidak tergesa dan terlalu
cepat dalam bergerak karena akan melelahkan dan kemungkinan besar
tergelincir.
d) Prinsip tiga kuat satu mencari. Merupakan prinsip tiga tumpuan dan
satu mencari yaitu tumpuan dua kaki dan satu tangan atau dua tangan
satu kaki.
Teknik pemanjatan berdasarkan pemakaian alat dan tekniknya ada dua
jenis :
a. Free Climbing
Teknik pemanjatan tanpa menggunakan alat, dengan kata lain cuma
mengandalkan kekuatan tangan dan kaki. Teknik ini digunakan pada
tebing yang rendah dan memang banyak terdapat point atau celah
yang dapat digunakan sebagai tumpuan tangan dan kaki dalam
pemanjatan tebing.
b. Artificial Climbing
Teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan tambahan atau
pemanjatan yang tidak hanya mengandalkan kekuatan tangan dan
kaki. Teknik ini dipakai pada tebing yang mempunyai ketinggian
sedang atau sangat tinggi sehingga dibutuhkan alat tambahan sebagai
pengaman.
Belaying
44
Teknik untuk membantu pemanjat agar terhindar dari bahaya jatuh, baik
pada saat naik maupun turun. Teknik belay yang sering dipakai :
a. Body belay
Badan sebagai tumpuan dan tambatan tali.
b. Technical belay
Memanfaatkan pohon, celah tebing, atau batu sebagai tambatan.
3. Sesudah pemanjatan
Pengecekan ulang serta pendataan peralatan yang digunakan, mengingat
pentingnya peralatan untuk menunjang keselamatan dan kelancaran
pemanjatan.
V. SAFETY PROCEDURE
Keamanan dalam aktifitas pemanjatan sangat penting karena menyangkut
nyawa. Keamanan dimulai dari peralatan, simpul, cara pemasangan.
Peralatan
Perlu diperhatikan dalam pemilihan alat. Jangan asal murah tetapi
keamanan tidak terjamin. Diperhatikan pula masa pakai alat, karakteristik
dan cara kerja alat serta frekuensi pemakaian.
Simpul
Diburuhkan penguasaan yang benar dan tepat sehingga dalam penerapan
pembuatan simpul sesuai dengan kebutuhan.
Cara pemasangan
Pemasangan peralatan harus benar dan tepat, jika dianggap perlu diadakan
pengecekan ulang. Misalnya: pemasangan tali pada karabiner, simpul-
simpul pada pengaman, dsb.
45
PENELUSURAN GOA (CAVING)
I. PENDAHULUAN
Caving berasal dari kata Cave= Goa. Sedangkan orang yang menelusuri
gua disebut caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai kegiatan penelusuran gua
yang mana merupakan salan satu bentuk kegiatan dari Speleologi. Sedangkan
Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu : Spalion = Goa
dan Logos = ilmu. Jadi, secara harfiah Speleologi adalah Ilmu yang mempelajari
tentang gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, spleologi juga
mempelajari tentang lingkungan disekitar gua.
1. Kode etik penelusur goa dibuat karena goa merupakan lingkungan yang
sangat sensitif dan mudah tercemar. Kode etik ini antara lain :
TAKE NOTHING BUT PICTURE (Jangan Mengambil Apapun
Kecuali Gambar)
LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT ( Jangan Meninggalkan
Sesuatu Kecuali Jejak)
KILL NOTHING BUT TIME ( Jangan Membunuh/Memotong Sesuatu
Kecuali Waktu)
CAVE SOFTLY
2. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di dalam goa
dibentuk dalam kurun waktu ribuan tahun.
46
3. Setiap menelusuri gua dan menelitinya dilakukan oleh penelusur gua dengan
penuh respek tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan biota di dalam gua.
4. Setiap penelusur menyadari bahwa kegiatan speleologi dari segi olah raga
maupun ilmiah bukan merupakan usaha yang perlu dipertontonkan dan tidak
butuh penonton.
5. Para penelusur tidak memandang rendah diantara sesama penelusur, begitu
juga sebaliknya penelusur akan dianggap melanggar etika apabila
memaksakan kehendaknya padahal persiapan kurang.
6. Respek terhadap sesama penelusur gua ditunjukkan dengan cara
a) Tidak menggunakan bahan / peralatan, yang ditinggalkan rombongan
lain, tanpa izin mereka.
b) Tidak membahayakan lainnya, seperti melempar suatu benda ke dalam
goa bila ada orang di dalam gua.
c) Tidak menghasut penduduk untuk menghalangi rombongan penelusur
d) Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila diketahui ada
rombongan lain melakukan penelitian yang sama tapi belum
dipublikasikan.
e) Jangan menganggap anda penemu sesuatu apabila anda belum
melakukan mencari informasi.
f) Setiap usaha penelusuran merupakan usaha bersama. (jangan
menonjolkan kemampuan pribadi dan ingat bahwa penelusur adalah
tim) .
1.Faktor manusia
a) Tersesat
Kurang pengamatan pada waktu masuk ,sumber cahaya habis ,gua
bertingkat,terlalu lelah
b) Tenggelam
Tidak dapat berenang ,bisa berenang tapi ceroboh ,cave diving,banjir dan
pusaran air
c) Ceroboh
Kurang persiapan (fisik,perlengkapan),terpleset,kepala terantuk
atap,merubah formasi gua(rubuh),memilih pijakan labil
d) Kedinginan
Sungai bawah tanah ,angina,kurang makan berkalori
e) Kekurangan cairan
Haus yang berlebihan ,gua pengap,udara tidak mengalir.
f) Kurang mahir dalam SRT atau PRUSIKAN
Tidak mebuat simpul pada ujung tali
Melaepas simpul pada waktu menyambung tali
Salah memilih ancor
Salah memasang rigging
Tidak mengunci rigging
Salah melepas set atau rigging
47
2. Faktor goa
3. Faktor peralatan
48
Di semanu. Untul melanjutkan penelisuran kita harus menggunakan
tehnik climbing, seperti penggunaan pengaman sisip untuk lintasan, yang
melakukan adalah leader kemudian anggota yang lain yang bias
melewatinya dengan SRT.
49
Mailon rapid oval.
Croll
50
Ascender ( jumar) digunakan untuk menaiki tali.
Cowstil dibuat dengan tali dinamic yang bercabang dengan salah satu
cabang ukurannya pendek. Cabang pendek digunakan sebagai
pengaman saat mulai atau selesai melintasi tali, sedangkan yang
panjang untuk menghubungkan ascender dengan tubuh.
Carabiner srcew 2.
Carabiner snap 2
51
1. PRUSIKING
Prusiking adalah kegiatan menaiki tali dari bawah keatas menggunakan
sebuah prusik. mungkin beberapa dari kalian mengira prusik adalah nama
dari sebuah alat yang disebut tali prusik dan ternyata bukan. Prusik
merupakan nama sebuah simpul tali yang digunakan untuk menjerat tali
karmantel ketika dibebani tanpa merusak karmantel selain itu simpul
prusik juga mudah untuk dilepas. sedang tali yang kita gunakan untuk
simpul prusik adalah sling karmantel atau potongan karmantel.Prusiking
masuk dalam materi panjat dalam bab Ascending yaitu kegiatan menaiki
tali. sama seperti halnya repling, prusiking digunakan ketika tebing yang
kita panjat hampir tidak memiliki pijakan atau menaiki jembatan dengan
tali.
2) sling prusik 2
52
4) webbing/harnes
2. REPLING
Repling adalah kebalikan dari prusiking, kalau prusik keatas sekarang
kebawah dengan bantuan figur untuk turun dari sebuah ketinggian.
PERALATAN REPLING:
1) figure of eigh
3) kaos tangan .
Sarung tangan yang sering digunakan untuk rappling adalah sarung
tangan yang terbuat dari kain katun atau wool.
53
3. Frog Rig system
System ini sering disebut sit and stand system karena saat meniti tali
gerakannya seperti orang berdiri lalu duduk.
4. Teknik Ascending
Untuk meniti tali keatas dalam system frog rig system digunakan hand
ascender yang dihubungkan dengan cowstil ujung panjang.dirangkaikan
dengan footloop dan chess ascender (croll) yang diikatkan ke dada
dengan chess harnes.
Lintasan vertikal
Intermedieate
Deviasi
Sambung tali
5. Teknik descending
Teknik menuruni tali pada frog rig system biasanya menggunakan
descender Simple stop maupun auto stop.untuk penggunaan descender
simple stop biasaya ditambah dengan carabiner non screw.
DERAJAT KARAKTERISTIK GOA PERALATAN
KESULITAN
Mudah sekali Horizontal, kering, tidak penerangan
banyak percabangan,tidak
panjang, luas
Mudah Horizontal, berair, Explore set
berlumpur, lorong tidak Manajemen penelusuran
panjang
Sedang Horizontal: Explore set
berair, berlumpur, sempit, Manajemen penelusuran
banyak percabangan,
panjang Explore set
vertical: Riging mudah, Rigging set
single pitch, kedalaman <50
meter
Sulit Horizontal: Explore set
berair, berlumpur, sempit , Manajemen penelusuran
banyak percabangan, Alat pengaman
panjang sekali
vertical: Riging sulit, Explore set
multiple pitch, kedalaman Rigging set
>50 meter SRT set
54
c) Alat penerangan
Penerangan di sini ada macam :
elektrik ( senter, headlamp dan sejenisnya )
non elektrik ( karbit, lilin dan sejenisnya )
d) Cover all
Merupakan pakaian khusus yang modelnya itu nyambung ( baju dan
celana ) atau baju kodok atau baju kaya model bengkel – bengkel.
Nah kalau untuk bahannya bisa dari kaya baju kodok, baju bengkel,
baju lab dan bisa dari parasut ( melindungi dari air, panas, guano ).
e) Sepatu
Untuk sepatu setidaknya yang model atau bahannya karet ( tahan air )
karena untuk menghindari air didalam goa dan guano. Tetapi kembali
lagi dengan medan di goanya sendiri. Yah pertimbangkan saja, karena
setiap sepatu atau alat punya kelebihan dan kelemahan.
f) Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali
ataupun melindungi tangan dari gesekan dengan dinding gua yang
tajam dan kasar
g) Pelampung
h) SRT set
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan
efektifitas penelusuran, karena beberapa peralatan yang ada disesuaikan
dengan tubuh pemakai.
2. Team Equipment
a) Tali
Kernmantel
Di sebut jenis kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian
kern ( bagian dalam/inti ) dan mantel ( bagian luar / pembungkusnya ).
Untuk vertical caving di gunakan jenis static rope. Kekuatan tali yang di
gunakan biasanya harus mengalami uju kekuatan terlebih dahulu.
b) Ladders
Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali
dengan diameter tertentu ( lebih kecil dari diameter tali yang di gunakan
untuk vertical caving )
c) Tali pita ( Webbing )
d) Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya di buat dari bahan
terpal yang kuat menerima gesekan
e) Carabiner ( cincin kait )
Fungsi alat ini sebagai pengait.
Berdasarkan pengamannya, carabiner dibagi menjadi :
Carabiner Screw Gate, jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau
gerbangnya
Carabiner Non Screw Gate, jenis in tidak mempunyai pengunci pada
pintu atau gerbangnya.
55
f) Pengaman Sisip
Pengaman sisip adalah peralatan tambahan untuk membuat tambatan.
Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan
batuannya. Pengaman sisip yang sering di gunakan yaitu :
1) Chock Stopper. Jenis ini berbentuk piramida tumpul. Bisa di
gunakan untuk celah vertical maupun horizontal
2) Hexentrik. Bisa di gunakan untuk celah vertical maupun horizontal
3) Friend. Jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical
4) Chock Stone.
Jenis ini bekerja seperti pengaman sisip lainnya.
Bisa terpasang dengan sendirinya ( batu yg terjatuh lalu terjepit
pada celah ), maupun sengaja di pasang.
Jammed Knot. Teknik yang memasang pengaman sisip dengan
menggunakan simpul pada webbing.
5) Paku Pitton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk
seperti palu yang di tanamkan pada celahvertical maupun
horizontal.
g) Bolts.
Pada penelusuran gua vertical, jika kita tidak bisa menemukan natural
anchor maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu-satunya
pilihan adalah pemasangan bolts (bor tebing)
h) Hanger.
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini di gunakan untuk
menambatkan tali. Bentuk-bentuk yang ada di sesuaikan dengan medan
yang ada.
i) Driver
Di gunakan untuk mengebor dinding atau tebing
j) Hammer
Di gunakan untuk mengetes batuan yang akan di gunakan untuk anchor
juga untuk mengebor tebing.
k) Tackle bag
Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat dari bahan terpal yang tahan
gesek.
l) Pulley
Berbentuk kerekan yang prinsip kerjanya untuk memperingan
penarikan beban. Biasanya digunakan untuk rescue.
VIII. REGGING.
Regging adalah pemasangan lintasan yang akan kita pakai untuk memasuki goa
vertikal maupun horizontal secara aman.syarat agar bisa disebut reggingyang
baik yaitu :
Aman (tidak bergesekan dengan tebing)
Tidak merusak peralatan
Mudah dilewati semua anggota team
Siap digunakan dalam keadaan emergency
1. Anchor
Dalam pemasangan anchor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
56
a) Jenis tambatan
b) Posisi tambatan
c) Kekuatan tambatan
IX. ENDOKARS
Endokars adalah fenomena yang dapat dilihat dibawah permukaan ,pada lorong
lorong goa dibawah permukaan
1. Air terjun
2. Danau atau kolam statis
3. ornament
Stalagtit. Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah gua menuju ke bawah
yang terbentuk karena adanya rekahan kecil pada tubuh batu gamping
yang memungkinkan terjadinya tetesan air yang mengandung larutan
kalsium karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi sehingga terlepaslah
karbondioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral
kalsit.
Stalagmit. Stalagtit akan mengeluarkan tetesan air. Tetesan yang
berlebih dalam kurun waktu ribuan tahun akan terakumulasi ke lantai dan
membentuk dekorasi tersendiri. Dekorasi yang terbentuk dari tetesan
stalagtit inilah yang disebut dengan stalagmit.
Pilar. Pilar bisa terbentuk bila stalagmit dan stalgatit bersatu membentuk
sebuah dekorasi tersendiri.
Flowstone atau batu alir. Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air
yang mengalir dan menyelubungi bongkahan batu atau tanah.
Shawl atau drapery. Bentuknya mirip selendang atau gordyn yang
terbentuk dari tetesan air yang mengalir melalui dinding gua. Kadang-
kadang selendang itu tembus cahaya dan berwarna-warni akibat mineral
yang terkandung seperti mineral besi.
Helectit. Ukuran helectit kecil dan tidak beraturan. Kadang-kadang
bercabang dan melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan air
yang mengalir melalui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler.
Pembentukan dekorasi itu menyalahi gaya gravitasi.
Cave Pearl atau mutiara goa. Mutiara gua terbentuk saat kerikil
terselimuti oleh mineral kalsit pada lantai sebuah gua. Sayang, dekorasi
yang amat indah itu sulit Anda temui di sebuah gua.
57
SAR (SEARCH AND RESCUE)
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian SAR (Search And Rescue)
Dalam Keppres No.11 Tahun 1972 Bab I Pasal 1 Ketentuan Umum SAR
adalah pencarian dan memberi pertolongan meliputi usaha dan mencari,
menyelamatkan, memberi pertolongan terhadap orang dan material yang
hilang atu dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam
penerbangan maupun pelayaran.
2. Tujuan
SAR mempunyai tujuan untuk mencari dan menolong dengan cara efektif
dan efisien, jiwa manusia dan sesuatu berharga yang berada dalam keadaan
mengkhawatirkan. Prinsip SAR adalah 3C yaitu Cepat, Cermat, dan
Cekatan.
3. Anggota
Anggota SAR merupakan keterkaitan dari anggota organisasi SAR itu
sendiri serta pejabat yang terkait dalam pelaksanaan operasional SAR.
Misalnya dari Organisasi Pecinta Alam, Pangdam, Polda, Polres, dan lain-
lain. Dengan demikian organisasi SAR bersifat temporer (dibentuk dan
dibubarkan sesuai kebutuhan atau pada saat misi SAR dimulai, berlangsung,
dan selesai).
II. ORGANISASI
1. Organisasi SAR di Indonesia
BASARI (Badan SAR Indonesia)
BASARNAS (Badan SAR Nasional)
KKR (Kantor Koordinasi Rescue)
SKR (Sub Koordinasi Rescue)
2. Organisasi Operasional
SC (SAR Coordinator), adalah pejabat yang mempunyai wewenang
dalam menentukan atau menyediakan fasilitas selama operasi SAR.
SMC (SAR Mission Coordinator), adalah penanggungjawab operasi SAR
dari awal sampai akhir dan berwenang menggunakan semua fasilitas.
OSC (On Scene Coordinator), pejabat yang ditunjuk SMC untuk
melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan tergantung wilayah
komunikasi dan kesulitan jangkauan.
58
SRU (Search And Rescue Unit), unsur yang dioperasikan dalam kegiatan
SAR dan mengikuti penyelenggaraan operasi.
59
2. Fasilitas, yaitu komponen berupa unsur, fasilitas, perlengkapan, dan
fasilitas pendukung lainya dan operasi SAR.
3. Komunikasi, berfungsi untuk mendeteksi musibah, fungsi komando dan
pengendalian operasi serta membina kerjasama selama operasi
berlangsung.
4. Perawatan gawat darurat, komponen berupa penyediaan fasilitas
perawatan gawat darurat yang bersifat sementara.
5. Dokumentasi, kompenen pendataan laporan dari kegiatan, analisa data-
data yang menunjang efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan.
60
kondisi medan dan cuaca, alat-alat yang dimiliki oleh SRU, dan faktor-
faktor lain.
RESCUE
Operasi penyelamatan dilakukan setelah operasi pencarian selesai.
Dalam operasi penyelamatan ada 7 fase operasional rescue :
1. Briefing Rescue Team
Uraian didalamnya meliputi beberapa hal antara lain mengenai situasi
lapangan, cuaca, lintasan yang akan dilalui, usaha kegiatan yang akan
dilakukan, metode atau saran-saran, da lain-lain.
2. Pemberangkatan atau pengiriman Rescue Unit
Untuk melakukan usaha pertolongan secara lengkap, maka Rescue Team
segera disiagakan. Dalam waktu yang singkat, Rescue Unit harus segera
tiba di lokasi setelah survivor ditemukan. Jadi Rescue Team selalu dalam
keadaan siaga untuk dikirimkan ke lokasi.
3. Perjalanan menuju lokasi musibah
Selama perjalanan dari posko menuju lokasi musibah, Rescue Unit
memberikan posisi kepada SMC atau OSC.
4. Rescue Unit di lokasi musibah
Bila terdapat 2 atau lebih SRU yang tiba di lokasi, maka sudah menjadi
kewajiban SRU yang datang lebih awal untuk melakukan penyelamatan
pertama, dan SRU berikutnya adalah mendukung (backup) SRU pertama.
Dengan hal ini SC atau OSC harus selalu memperhatikan dan memberi
dukungan pada SRU dengan didahului briefing lengkap.
5. Dukungan yang diperlukan oleh Rescue Unit
6. Rescue Unit kembali ke pangkalan
Alternatif waktu ke pangkalan harus diperhatikan dengan menghitung
batas kemampuan unit di lapangan (A Limited On Scene Endurance) dan
batas yang tersedia untuk cepat kembali ke pangkalan. SMC harus
menghitung saat SRU tersebut diharapkan tiba kembali ke pangkalan.
7. De Briefing dari Rescue Unit / Rescue Team
61
6. Pertolongan bawah air
7. Pertolongan oleh unit SAR darat
EMERGENCY CARE
Pelayanan atau perawatan darurat diperlukan sejak survivor diketemukan di
lokasi sampai ke tempat penampungan yang memadai.
7 hal yang terdapat dalam Operasional Emergency Care :
1. Triage
2. Pertolongan pertama dan menstabilkan keadaan korban
3. Survivor De Briefing
4. Pemindahan korban ke tempat penampungan
5. Dukungan (Life Support) selama transportasi
6. Penyerahan korban ke tempat penampungan atau fasilitas kesehatan
7. Briefing / penjelasan bagi yang menerima korban
TRIAGE
Merupakan proses dari seleksi korban berdasarkan tingkat kekuatannya untuk
memberikan prioritas dari pelayanan tersebut. Pengobatan maupun
evakuasinya dibedakan menjadi 5 golongan :
1. Golongan I (Label Hijau)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan minimal,
sederhana atau tidak luka sama sekali (tidak gawat).
2. Golongan II (Label Kuning)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan karena luka ringan
yang tidak mengancam jiwanya, tapi harus segera ditangani.
3. Golongan III (Label Merah)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan medis segera
karena luka yang cukup berat agar tetap hidup dan terhindar dari cacat
(gawat darurat).
4. Golongan IV (Label Putih)
Diberikan pada survivor yang dalam keadaan kritis dan kecil harapan
untuk hidup (gawat tidak darurat).
62
5. Golongan V (Label Hitam)
Diberikan pada korban meninggal.
63
Perawatan darurat secara medis sebaiknya ditangani oleh dokter,
paramedis, kru pesawat / kapal, rescue team, dan orang-orang yang terlatih
yang ada di sekitar lokasi tersebut. Sebaiknya setiap personil SAR di
lapangan harus mengetahui pengetahuan medis dan dilatih secara periodik
(mengenai kasus-kasus dan penolongan).
1. Gangguan Cardiapulmo Nev (Jantung dan Paru-paru)
2. Shock
3. Pendarahan dan luka
4. Patah tulang
5. Gangguan pada tulang belakang
6. Luka bakar
7. Stress karena panas (Heat Exhoustion) dan Dehidrasi
8. Hipotermia
9. Luka campuran (multiple injures)
EVAKUASI
1. Kegiatan memindahkan korban dari lokasi musibah ke tempat lain
yang lebih baik (ke penampungan atau Rumah Sakit) dinamakan
evakuasi. Evakuasi dapat dilakukan di laut, udara maupun darat
dengan memerlukan
64
a. Tenaga atau personel yang memiliki pengetahuan lapangan dan
medis teknik.
b. Peralatan pertolongan (tenda tali, jangkar, sling, alat medis,
dsb).
2. Memindahkan korban dengan peralatan darurat dan cara sederhana
tetapi aman perlu diketahui oleh setiap SRU, khususnya SRU yang
bertugas di darat, dimana helicopter tidak mungkin mencapai lokasi
tersebut.
DROPPING
Dilakukan baik untuk keperluan korban maupun SRU berupa peralatan
pertolongan, obat-obatan, makanan, dan lain-lain. Untuk obat-obatan dan
makanan telah dirancang cara pengedropan melalui udara dengan menggunakan
Helibox.
SELESAI TUGAS
Dengan penyerahan korban kepada instansi yang lebih berwenang di tempat
penampungan, maka selesailah tugas SRU. Pada tugas akhir SMC akan
memnberikan de briefing kemudian pengembalian unsur dan penjagaan kembali
SRU.
65
P3KD
( PERTOLONGAN PERTAMA PADA KEADAAN DARURAT )
66
Langkah-langkah penilaian dini :
a. Kesan
Umum
Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu
ruda-paksa yang mempunyai tanda-tanda yang jelas terlihat dan atau
terbuka, misalnya kasus pendarahan, patah tulang, penurunan kesadaran.
Kasus medis adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada
riwayat ruda-paksa. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya mencari
riwayat gangguannya. Penolong harus berupaya meminta penderita atau
keluarga/saksi mata untuk menjelaskan, keadaannya dengan baik secara
terperinci, misalnya sesak nafas, nyeri dada.
b. Memeriksa Respon
Untuk menetukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan
rangsangan yang di berikan penolong, dikenal ada 4 tingkatan yaitu Awas,
Suara, Nyeri, Tidak respon (ASNT)
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan, lingkungannya serta waktu
S = Suara
Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara
N = Nyeri
Penderita hanya menjawab / bereaksi terhadap rangsang nyeri yang
diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada titik tulang dada.
T = Tidak Respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsangan nyeri.
c. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik
Keadaan jalan nafas penderita mempakan dasar penatalaksanaan
penderita. Pastikan jalan nafas penderita terbuka dan bersih.
67
BANTUAN HIDUP DASAR
I. PENDAHULUAAN
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya adalah sistem
pernafasan dan sistem pendarahan darah. Kedua sistem tersebut merupakan
penanggung jawab terbesar pada kelangsungan hidup seseorang. Kehilangan
salah satu atau kedua fungsi sistem tersebut maka berakibat kehilangan nyawa
(mati). Tubuh kita bisa menyimpan makanan dalam beberapa minggu dan
menyimpan air dalam beberapa hari, namun hanya dapat menyimpan O2 dalam
hitungan menit.
Sitem sirkulasi sendiri bertanggung jawab menyuplai O2 dan nutrisi ke
seluruh tubuh dan membuang sissa-sisa makanan dari jaringan tubuh. Adapun
komponen-komponen dalam sirkulasi antara lain Jantung, Pembuluh darah
dan Darah termasuk bagian-bagiannya.
Kerja jantung adalah memompa dan kerjanya sangat berhubungan dengan
sistem pernafasan. Pada umumnya semakin cepat kerja jantung semakin cepat
pula frekuensi pernafasan seseorang.
Sebab-sebab jantung berhenti berdenyut :
• Penyakit jantung
• Gangguan pernafasan
• Syok
• Komplikasi penyakit
Mati secara garis besar dibedakan menjadi dua. yaitu :
1. Mati Klinis
Adalah tidak ditemukannya pernafasan dan denyut nadi. Mati klinis
bersifat reversible. Penderita punva kesempatan waktu selama 4-6 menit
untuk dilakukan resulasi tanpa terjadi kerusakan otak.
2. Mati Biologis
Kematian sel, terutama sel otak dan bersifat irreversible.
Tanda-tanda kematian pasti:
• Lebam maya
• Kaku mayat
• Pembusukan
• Cedera mematikan
68
II. Bantuan Hidup Dasar
Adalah suatu tindakan untuk menjaga seseorang tetap hidup dengan cara
menguasai dan membebaskan jalan nafas, memberikan nafas bantuan dan
mengalirkan darah ke organ vital, sehingga mencegah terjadinya kematian sel
terutama sel otak. Bila tindakan ini dilakukan secara bersama-sama (dalam satu
kesatuaan) maka tindakan ini sering disebut RESUSITASI JANTUNG PARU
1. Resusitasi Jantung Paru
A : Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)
Penguasaan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban/penderita.
Ada beberapa teknik penguasaan jalan nafas :
a. Tekan dahi angkat dagu (Head Tilt - Chin Lift)
Cara ini kita gunakan apabila korban/penderita tidak mengalami trauma
kepala, leher atau tulang belakang.
b. Perawat mendorong rahang bawah (Jaw Thrust)
Cara ini dilakukan apabila kita curiga ada trauma leher atau tulang
belakang.
69
• Hentakan dada (pada penderita/korban dewasa atau anak yang
kegemukan atau pada wanita hamil)
• Hentakan punggung (dewasa, anak atau bayi). Untuk bayi hanya
dengan tepukan minimal pada punggung. Catatan : untuk bayi jangan
lakukan hentakan perut
B : Breathing support (Bantuan pernafasan)
Setelah pemeriksaan nafas dilakukan dan tidak ditemukan adanya nafas
spontan pada korban/penderita maka lakukan bantuan nafas dengan cara :
a. Dari mulut penolong ke mulut korban
b. Dari mulut penolong ke hidung korban
c. Dari mulut penolong ke mulut dan hidung korban
d. Menggunakan alat bantu (Bag Valve Mask/BVM)
Frekuensi pemberian nafas buatan :
a. Dewasa : 10-12 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
b. Anak : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
c. Bayi : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
d. Bayi baru lahir : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik (secepatnya)
Teknik pemberian bantuan pernafasan :
1. Nilai respon
2. Buka jalan nafas sesuai prosedur (Head Tilt-Chin Lift atau Jaw Thrust)
3. Lakukan pemeriksaan nafas (LDR) 3-5 detik
4. Nafas tidak ada, berikan 2 kali nafas (sambil lihat dada untuk memastikan
nafas yang diberikan masuk atau tidak). Bila tidak reposisi untuk
membuka jalan nafas kembali, lakukan bantuan nafas lagi. Apabila hal ini
tidak berhasil, curigai adanya sumbatan jalan nafas (pertolongan sesuai
prosedur).
5. Lakukan pemeriksaan nadi Karotis (untuk dewasa) dan Bracialis (untuk
bayi), selama 5-10 detik.
6. Nadi berdenyut, lanjutkan pemberiaan nafas sesuai kelompok usia.
C : Circulation Support (Bantuan Sirkulasi)
Hal ini dilakukan dengan pijatan jantung dari luar. Pijatan jantung luar
dapat dilakukan karena sebagian besar jantung terletak antara tulang dada dan
tulang belakang, sehingga penekanan dari luar sama dengan memberikan efek
pompa pada jantung yang pada akhimya sistem peredaran darah akan bekerja.
Kedalaman penekanan sesuai dengan kelompok usia :
Dewasa : 4 - 5 cm
Anak : 3 - 4 cm
70
Bayi : 1,5 -2,5 cm
Cara Resusitasi Jantung Paru (RJP)
a. Dengan satu penolong
Korban dewasa : 30 Kali PJL, 2 Kali Bantuan Nafas
Korban anak dan bayi : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
b. Dengan dua penolong
Korban dewasa : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
Korban anak dan bayi : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
TINDAKAN RJP DIHENTIKAN BILA :
1. Penderita / korban pulih
2. Penolong kelelahan
3. Ada tenaga yang ahli mengambil alih pertolongan
4. Terdapat tanda-tanda kematian pasti
71
Pendarahan dilihat dari jenisnya ada dua macam :
1. Pendarahan luar adalah pendarahan yang disertai luka dan terlihat jelas
dari luar tubuh atau kulit.
2. Pendarahan dalam : biasanya tidak terlihat karena kulit tidak nampak
rusak, terkadang terlihat memar pada kulit.
Waspada adanya pendarahan dalam apabila :
Luka tusuk
Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung
Muntah atau batuk darah
Memar luas pada batang tubuh
Luka tembus dada atau perut
Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut
Keluar darah dari vagina atau anus (saat BAB atau BAK) .
Penanganan pendarahan luar:
Pada prinsipnya penanganan semua pendarahan luar adalah sama. Ingat
akronim:
T : Tekan langsung pada daerah yang mengalami pendarahan
I : Istirahatkan korban (daerah cedera), hal ini dimaksudkan supaya korban
tenaga dan denyut nadi akan menjadi normal.
T : Tinggikan daerah cedera lebih tinggi daripada jantung
T : Tekan pada daerah-daerah penekanan (nadi antara daerah cedera
dengan jantung)
Penanganan pendarahan dalam :
Baringkan dan istirahatkan penderita
Buka jalan nafas dan pertahankan
Periksa selalu tanda - tanda vital
Jangan beri minum atau makan
Rawat syok bila ada
Rawat cedera lainnya
Beri oksigen murni bila ada
Rujuk ke fasilitas kesehatan
Ingat / Catatan:
1. Dari setiap pendarahan yang hebat (keluar banyak darah), baik itu
pendarahan luar atau pendarahan dalam yang paling berbahaya adalah
timbulnya syok.
72
2. Pada penanganan pendarahan tugas kita adalah mengendalikan pendarahan
bukan menghentikannya.
3. Jangan mencabut benda yang menancap di tubuh, karena akan
menimbulkan pendarahan yang lebih hebat.
SYOK
Adalah kegagalan sistem perdarahan darah (sirkulasi) mengirimkan darah
yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak,
jantung dan paru- paru)
Penyebab :
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Dilatasi pembuluh darah yang meluas
4. Kekurangan cairan tubuh dalam jumlah banyak
Gejala dan tanda :
a. Respon menurun sampai dengan tidak ada
b. Nadi cepat dan lemah
c. Nafas melemah
d. Ekstemitas dingin
e. Hipotermia
f. Tekanan darah menurun
g. Sianosis
h. Produksi urine menurun
73
Ada kemungkinan pingsan
Penatalaksanaan :
Baringkan korban pada tempat teduh
Beri minum (bila Sadar) bila perlu dicampur dengan sedikit garam
Rawat pingsan bila ada
Tidak membaik rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat
2. Kelalahan panas
Terganggunya sistem sirkulasi akibat bekerja pada suhu suatu
lingkungan yang tinggi atau karena kondisi badan tidak fit.
Gejala dan tanda:
Nafas cepat dan dangkal
Nadi lemah
Kulit lembab, dingin, dan selaput lendir pucat
Pucat, keringat berlebihan
Lemah
Pusing, kadang - kadang tidak respon
Penatalaksanaan :
Baringkan korban pada tempat sejuk
Kendorkan pakaian yang mengikat
Tinggikan tungkai korban 20 - 40 cm
Beri oksigen murni bila ada
Beri minum bila korban sadar penuh
Tidak membaik, rujuk ke fasilitas kesehatan
3.Sengatan panas
Merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena bila tidak segera
ditangani, korban akan segera mengalami kerusakan jaringan otak dan
akhimya menimbulkan kematian. Sengatan panas terjadi bila tubuh
menerima panas lebih darii kekuatannya.
Gejala dan tanda :
Pernafasan cepat dan dalam
Nadi cepat dan kuat yang berangsur menjadi cepat dan lemah
Kulit kering, panas, kadang kemerahan
Manik mata melebar
Tidak ada respon
74
Kejang umum atau gemetar pada otot
Penatalaksanaan :
Turunkan suhu tubuh secepat mungkin
Letakkan kantung es pada ketiak, lipatan paha, lipatan lutut, sekitar
mata kaki dan leher
Bila mungkin, masukkan penderita ke dalam kolam (bak mandi)
yang di tambah es
Rujuk ke fasilitas kesehatan
PAPARAN DINGIN
1. Hiportemia
Udara dingin dapat mengakibatkan suhu tubuh menurun. Suhu
lingkungan tidak perlu sampai titik beku untuk mencetuskan
hiportemia. Gejala yang mempengaruhi hipotermia adalah kekurangan
makanan dan angin.
Gejala dan tanda hipotermia sedang :
Menggigil
Terasa melayang (limbung)
Pernafasan cepat, nadi lambat
Gangguan penglihatan
Reaksi manik mata lambat
Penurunan respon
Gejala dan hipotermia berat :
Pernafasan sangat lambat
Denyut nadi sangat lambat
Tidak ada respon
Pupil melebar dan tidak bereaksi
Alat gerak kaku
Penatalaksanaan :
Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman.
Pindahkan dari suhu dingin
Jaga jalan nafas beri O2 bila ada
Ganti pakaian basah dengan yang kering dan selimut
Bila penderita sadar beri minum hangat
2. Mountain sicknees
Merupakan kumpulan gejala yang terjadi dan mulai dirasakan ketika
berada pada ketinggian 1500 mdpl ke atas, disebabkan karena
75
kurangnya oksigen pada udara perafasan. Korban bisa mengalami
hypoxia bahkan anoxia. Penyebabnya adalah mendaki gunung.
76
Lepas pakaian dan cincin dari bagian yang terkena
Masukkan daerah yang terkena pada air hangat
Selimuti korban (bila air hangat tidak tersedia)
Jangan menggosok kulit korban
Letakkan kasa atau kain bersih pada sela - sela jari
Rujuk ke fasilitas kesehatan
GANGGUAN LAIN
1. Keracunan
Racun adalah bahan yang jumlahnya relatif kecil (padat, cair atau gas) yang
jika tertelan, terhirup terserap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Gejala dan tanda:
Sakit pada perut dan kram disertai diare
Panas, bau busa di dalam dan di sekitar mulut
Mengantuk sampai tidak sadar
Adanya tanaman atau racun di sekitar korban
Penatalaksanaan :
Awali jalan nafas
Bila racun bersifat korosif (insektisida, obat nyamuk) beri minum susu
atau air kelapa, segera usahkan untuk muntah
Bila racun berupa minyak, tenangkan korban, segera rujuk ke fasilitas
kesehatan
2. Gigitan Ular
Gejala dan tanda :
Nyeri hebat pada tempat gigitan
Ada dua luka tusukan bekas taring ular
Bengkak dalam waktu 5 menit
Pucat dan penggumpalan darah
Pada kasus yang hebat, mual, muntah, berkeringat dan lemah
Penatalaksanaan :
Awasi jalan nafas dan nafas
Jaga daerah yang tergigit dalam posisi lebih rendah dari jantung
Bersihkan daerah gigitan dengan sabun dan air
3. Lintah atau Pacet
77
Penanggulangan : taburkan tembakau atau sari jeruk mentah pada daerah
gigitan. Jangan dipijat dan ditarik paksa karena dapat menimbulkan
pendarahan. Bersihkan bagian yang terkena gigitan.
78