Anda di halaman 1dari 79

DOKUMEN RAHASIA MILIK MALIAPALA

MATERI PENDIDIKAN DASAR


MALIAPALA

2015 edition

MAHASISWA PECINTA ALAM

POLITEKNIK PRATAMA MULIA SURAKARTA

Jl. Haryo Panular No.18 A,Panularan Telp. (0271) 712637 Surakarta


57514

MAHASISWA PECINTA ALAM


POLITEKNIK PRATAMA MULIA
MALIAPALA
Kampus II : Jln. Haryo Panular No.18A, Panularan. Telp. (0271) 712637. Surakarta
57149

MOUNTAINEERING / GUNUNG HUTAN

I. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tujuan akhir dari sebuah kegiatan di
alam bebas adalah kembali pulang sampai kerumah dengan selamat setelah
menunaikan misi dari perjalanan.
Berbagai makna dapat kita peroleh dari sebuah perjalanan dalam
berkegiatan dialam bebas, banyak juga hal-hal dan pengalaman yang kita
peroleh dari sebuah kegiatan di alam bebas. Dari kegiatan di alam bebas tersebut
kita tahu dan mampu untuk memaknai arti hidup di dunia, karena pada dasarnya
hidup itu adalah perjalanan yang indah dan penuh makna sebelum kita mati.
Tujuan akhir dari sebuah kegiatan/perjalanan di alam bebas adalah
kembali sampai kerumah dengan selamat. Untuk mendukung
kegiatan/perjalanan tersebut diperlukan sebuah perencanaan yang matang,
akurat, dan tepat, baik itu mengenai perlengkapan maupun perbekalannya,
seperti pepatah mengatakan “perencanaan adalah setengah dari
keberhasilan”. Pada bagian ini kami uraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan Perencanaan perlengkapan perjalanan.

II. PERLENGKAPAN PERJALANAN


Keberhasilan suatu perjalanan tidak dapat terlepas dari dukungan
perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dengan rencana kegiatan, dalam
menentukan perlengkapan yang tepat harus direncanakan terlebih dahulu.
Dalam perencanaan perlengkapan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Jenis medan yang akan dihadapi (hutan, gunung, jeram, tebing, dan
sebagainya)
2. Tujuan perjalanan yang dilakukan (penjelajahan, kemanusiaan/SAR,
penelitian, survey, dsb).
3. Lama waktu perjalanan
4. Keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa perlengkapan dan
perbekalan.
5. Hal-hal khusus/pribadi (obat-obatan tertentu, keyakinan, dsb).

Setelah mengetahui apa yang harus diperhatikan diatas, maka ita harus
menentukan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai untuk menunjang
keberhasilan perjalanan tersebut, semakin lengkap semakin baik dengan catatan
tidak melebihi 1/3 (sepertiga) dari berat badan (kurang lebih 15kg – 20kg) sesuai
dengan berat badan orang yang membawa.
Tujuan perjalanan diatas (nomor 2) yang harus diperhatikan baik untuk
penjelajahan, kemanusiaan, penelitian dan lain-lain, akan kita temukan beberapa
jenis medan yang berbeda-beda, contoh: pendakian gunung, penjelajahan hutan

1
rimba, penelusuran arung jeram, penelusuran goa, tebing, atau bahkan terkadang
menemukan variasi jenis medan lainnya, dari keadaan tersebutlah yang membuat
kita harus berfikir dan mengelompokan perlengkapan perbekalan yang kita
bawa, yaitu:

1. Perlengkapan Dasar
Merupakan perlengkapan utama yang dibutuhkan manusia untuk dapat
menunjang kehidupan manusia saat melakukan kegiatan di alam bebas,
misalnya : Perlengkapan masak, makanan, minuman, perlengkapan tidur dan
camp, obat-obatan khusus, dsb.
2. Perlengkapan Khusus
Merupakan perlengkapan yang dibawa sesuai kebutuhan khusus dari
perjalanan yang dilakukan, misalnya : penelitian membutuhkan alat-alat
buku, alat tulis, kamera, dll.
3. Perlengkapan Tambahan
Merupakan perlengkapan yang berfungsi untuk lebih menyamankan diri
kita dalam melakukan kegiatan di alam bebas, misalnya: bantal, kursi lipat,
kelambu, gitar, dsb.

Melihat banyaknya perlengkapan yang harus dipersiapkan dalam


berkegiatan di alam bebas, maka sebelum kegiatan dilaksanakan, perlengkapan
tersebut harus di CHECK LIST untuk menghindari kekurangan dari
perlengkapan yang akan kita bawa, dengan daftar check list tersebut kita akan
dapat meneliti kelengkapan dan kesiapan dari perlengkapan yang akan kita bawa
untuk menunjang keberhasilan dari misi perjalanan.

III. PERLENGKAPAN DASAR STANDAR UNTUK MEDAN HUTAN


RIMBA/GUNUNG
Dalam modul ini sengaja kami jelaskan perlengkapan dasar standar hutan
rimba dan gunung, dengan pertimbangan perlengkapan dasar standar ini dapat
dijadikan pedoman untuk perlengkapan kegiatan alam bebas yang lain. Diantara
perlengkapan dasar standar tersebut antara lain:
1. Sepatu
Kriteria dari sepatu yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah
sepatu yang menutupi telapak kaki hingga mata kaki atau lebih, terbuat dari
kulit atau bahan yang kuat/non plastik, sol bawah dapat mencengkeram
kesegala arah dan kuat dalam memberiakn pijakan, bahan dalam sepatu
empuk dan dapat memberikan kenyamanan pada kaki.
2. Kaos Kaki
Kaos kaki yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah yang terbuat
dari bahan yang dapat menyerap keringat, melindungi kaki dari gesekan
sepatu, dapat menjaga kaki tetap hangat saat berada pada tempat yang
berhawa dingin. Disarankan membawa kaos kaki cadangan.

3. Semir Sepatu
Semir sepatu banyak digunakan dan memberikan banyak manfaat. Sepatu
akan terjaga kelemasannya dengan semir sepatu,sehingga tidak membuat kaki

2
kita menjadi lecet, semir sepatu juga dapat kita gunakan sebagai alat untuk
melemaskan peralatan kita yang terbuat dari kulit, misalnya: ikat pinggang
kulit, dsb.
4. Minyak Komando
Minyak komando terbuat dari parutan bawang merah yang dicampur
dengan minyak goreng/kelapa, befungsi untuk melumasi kaki dan telapak
kaki agar tidak lecet, memberikan kehangatan dan sewaktu-waktu dapat
digunakan sebagai bumbu masak.
5. Celana Lapangan
Dalam memilih celana lapangan perlu diperhatikan : bahan mudah
menyerap keringat, hangat, kuat, dan ringan. Tidak mengganggu pergerakan
dan melindungi kaki dari bahaya alam sekitar dan hewan berbisa, sebagi
contoh : celana PDL tentara, Polisi, Hansip. Hindari bahan yang terbuat dari
bahan jeans, kaku, dan berat saat basah, karena jeans justru menyerap hawa
yang dingin.
6. Baju Lapangan
Dalam memilih baju lapangan perlu diperhatikan : bahan mudah menyerap
keringat, hangat, kuat, dan ringan. Tidak mengganggu pergerakan dan
melindungi tubuh dari alam sekitar. Bahan yang cocok untuk kegiatan gunung
hutan adalah terbuat dari wool, katun, Flanel, dan lain-lain. Untuk medan
gunung hutan sebaiknya memilih baju lapangan dengan lengan panjang, agar
dapat melindungi tubuh kita dari duri dan sengatan hewan berbisa, lengan
panjang lebih hangat dan nyaman, selain itu dianjurkan juga untuk membawa
baju cadangan untuk pakaian ganti apabila baju yang kita pakai basah atau
pada saat istirahat.
7. Sarung Tangan
Sarung tangan yang baik terbuat dari kulit, bentuk sesuai dengan telapak
tangan, tidak kaku, dapat juga terbuat dari bahan asbes dan wool. Kegunaan
dari dari sarung tangan adalah untuk melindungi tangan dari duri, gigitan
hewan berbisa, melindungi tangan dari gesekan semak yang berbahaya.
8. Topi Rimba
Topi rimba yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah topi rimba
yang kuat, tidak mudah sobek, ringan, dan praktis. Kegunaan dari topi rimba
adalah untuk melindungi kepala kita dari terik matahari dan curahan air
hujan. Pilihlah topi rimba yang pas dengan kepala dan hindari jenis topi yang
mempunyai tudung besar karena dapat mengganggu penglihatan dan
pergerakan.
9. Mantol Ponco
Mantol yang cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah mantol ponco
tanpa lengan, karena mantol jenis ini selain bisa kita pakai saat hujan, juga
dapat direkayasa menjadi sebuah tenda bivak sederhana dan nyaman yang
nantinya berfungsi tempat untuk beristirahat/camp. Pilihlah mantol ponco
yang terbuat dari bahan yang kuat, dapat menahan air hujan.

10. Pisau Komando/Pisau Pinggang


Pisau jenis ini adalah merupakan peralatan yang cukup penting karena
banyak membantu kegiatan kita di alam bebas. Misalnya untuk : memotong,

3
menusuk, membuka kaleng, menggali tanah, survival, dsb. Banyak ragam
jenis pisau komando, masing-masing jenis mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Dalam memilih pisau perlu diperhatikan :
a) Pisau harus terbuat dari bahan yang terpercaya, tajam, dan tidak mudah
patah.
b) Desain dan ukuran harus sesuai, artinya enak saat dipegang, dipakai dan
aman.
c) Kondisi terpelihara dan siap pakai.

Untuk jenis perjalanan gunung atau hutan sebaiknya memakai pisau


bowie/hunter/survival. Pisau ini dapat dipakai dalam berbagai keadaan,
sehingga dapat membantu kelancaran dari kegiatan kita di alam bebas.
11. Golok Tebas
Golok tebas merupakan alat yang vital juga dalam kegiatan di alam bebas
khususnya perjalanan gunung, hutan belantara, untuk membuka jalan/jalur
bisa kita gunakan golok ini sebagai alat untuk menebas dahan, ranting, semak
belukar, dan pohon tumbang yang menghalangi/menutupi jalur yang akan kita
lewati. Bisa juga kita mencari kayu bakar untuk keperluan memasak dan
menghangatkan tubuh saat kondisi darurat atau bisa digunakan juga untuk
membuka lahan pembuatan tenda camp.
12. Matras/Alas Tidur
Matras digunakan sebagai alas disaat kita tidur, istirahat, dll. Matras yang
cocok untuk kegiatan gunung hutan adalah yang terbuat dari bahan yang tidak
tembus air, ringan, tebal, dan mudah dibawa.
13. Kompor Lapangan dan Parafin
Kompor berfungsi sebagai alat untuk memasak, menggarang,
menghangatkan badan. Komporharus praktis, ringan, dan mudah dalam
penggunaannya. Pilihlah kompor lipat dengan bahan bakar paraffin. Parafin
adalah jenis bahan bakar yang terbuat dari minyak yang dipadatkan.
14. Alat Masak
Dalam hal ini pilihlah alat masak yang praktis untuk memasak, misalnya :
nesting set, yang harus diperhatikan adalah ringan, praktis dan multi fungsi.
Bisa juga memakai rantang, cooking set, dll.
15. Alat Makan dan Minum
Alat ini harus dipisahkan dengan alat masak, jangan dicampur adukan
misalnya alat makan juga digunakan sebagai alat masak dan sebaliknya.
Contoh alat mkan dan minum : piring, sendok, gelas, cangkir, dll. Pilihlah
alat makan dan minum yang tidak mudah pecah, misalnya terbuat dari plastic,
alumunium, stainless, dll.
16. Vedples dan sarung vedples
Vedples adalah tempat minum praktis dalam mendukung kegiatan di alam
bebas, pilihlah vedples yang mudah dibawa dan pastikan ada sarung tempat
vedples yang bisa di kaitkan di ikat pinggang supaya mudah dalam membawa
dan praktis saat mengambilnya.

17. Senter/Headlamp, Baterai Cadangan


Alat ini berfungsi sebagai penerangan saat malam hari atau disaat terjadi
kabut, alat ini juga bisa kita gunakan dalam kondisi emergensi seperti

4
tersesat, sebagai tanda keberadaan kita, dll. Pastikan kita membawa baterai
cadangan. Bolam cadangan, atau senter/headlamp cadangan.
18. Alat Tulis, Penggaris Segitiga Sepasang, Busur Derajat, Peta, Plastik
Peta, Kompas, Protaktor, Clipboard dan Tempat Peta
Peralatan ini digunakan untuk kegiatan navigasi di medan di mana kita
berada, supaya kita dapat memastikan posisi dan arah pergerakan kita.
19. Obat-obatan Pribadi dan Set P3K
Obat-obatan pribadi bagian yang sangat penting dari kegiatan di alam
bebas karena erat hubungannya dengan kesehatan dan vitalitas tubuh, obat
pribadi tergantung pada kebutuhan dan kondisi kesehatan kita. Set P3K
adalah peralatan yang sangat penting saat terjadi hal-hal yang darurat seperti :
kecelakaan , sakit , dll.
20. Trash Bag/Plastik Sampah
Alat ini berfungsi sebagai pelindung seluruh peralatan yang kita bawa dari
air supaya tidak basah, plastik ini berukuran besar dan biasanya di pasang
didalam tas ransel kita. Plastik sampah ini juga bisa berfungsi sebagai
pelampung disaat kita melalui medan sungai, danau, kolam dll. Pilihlah
plastik sampah yang tingginya melebihi ukuran dari tas ransel kita supaya
ujungnya dapat di ikat tali untuk menghindari kemungkinan air dapat masuk
kedalam.
21. Tas Carier/Ransel
Ransel ibarat gudang dari semua peralatan yang kita bawa diatas, dalam
memilih ransel hendaknya kita memilih ransel yang terbuat dari bahan yang
kuat, cukup untuk menampung barang bawaan yang banyak, nyaman saat di
pakai.
Selain Peralatan diatas masih ada peralatan tambahan yang berfungsi
untuk menyamankan perjalanan kita, misalnya: Sleeping, Bag, Hamock,
Gaiters. Kadang-kadang kita juga memerlukan peralatan khusus , misalnya :
peralatan panjat saat menghadapi jalur tebing dan curam.

IV. PERENCANAAN PERBEKALAN


Perbekalan merupakan salah satu sisi lain dari perlengkapan kegiatan alam
bebas. Perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat
perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperhitungkan
perbekalan, yaitu:
1. Cukup mengandung kalori yang memepunyai komposisi gizi yang memadai,
serta tidak asing dilidah.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah dalam menanganinya.
3. Pilih bahan makanan yang siap pakai
4. Ringan, mudah didapat dan dibawa.
5. Murah.

Untuk merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat


diatas, kita harus mempersiapkan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memperhitungkan kondisi medan, Lama waktu perjalanan
2. Aktivitas tubuh yang diperlukan dan perbandingan jumlah kalori yang
dibutuhkan

5
3. Menyusun daftar makanan dan komposisi yang dikkelompokan dalam :
Hidrat arang, Protein, Lemak, dan Besar kalorinya.

Berikut ini contoh perhitungan daftar komposisi makanan dan


perhitunngan kalorinya:

NO Jenis Makanan Kandungan Kalori/gram


1 Hidrat Arang 4 Kalori/gr
2 Lemak 9 Kalori/gr
3 Protein 4 Kalori/gr

Kecepatan tubuh kita dalam mengolah zat-zat makanan tersebut menjadi


energi secara berurutan adalah hidrat arang, lemak, protein. Kebutuhan kalori
per 100 Pounds berat badan (50kg).
1. Metabolisme basal : 1100 Kalori
2. Aktivitas tubuh :
a) Jalan kaki 2 mil/jam : 45 Kalori/jam
b) Jalan kaki 3 mil/jam : 90 Kalori/jam
c) Jalan kaki 4 mil/jam : 180 Kalori/jam
d) Memotong kayo/menebas : 2 Kalori/jam
e) Makan : 20 Kalori/jam
f) Duduk/diam : 20 Kalori/jam
g) Bongkar pasang ransel : 50 Kalori/jam
h) Menggigil : 250 Kalori/jam
i) Membuat/membongkar camp : 50 Kalori/jam
3. Aktivitas dinamis khusus : 6 – 8 % dari poin nomor 1 dan 2
4. Total kalori yang dibutuhkan :1+2+3

Dengan melihat contoh diatas kita dapat merencanakan dan menyusun


perbekalan yang hendak kita bawa, minimal mempertimbangkan jumlah kalori
yang dibutuhkan dan memperkirakan komposisi yang enak dibawa.

V. PRINSIP PACKING
Bagaimana cara kita untuk dapat membawa beban perlengkapan dan
perbekalan kita yang cukup banyak tersebut secara enak, nyaman, efisien, dan
rapi ?. Untuk itu kita harus bisa menyusun barang yang akan kita bawa kedalam
ransel yang sesuai dengan tubuh kita. Dasar dari penyusunan barang kedalam
ransel (prinsip packing) adalah : Keseimbangan, Kekompakan, Kenyamanan,
dan Kerapian.
1. Menempatkan barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan
badan. Barang yang relatif lebih ringan ditempatkan dibawah . Perlu diingat,
beban dijaga jangan sampai berat kebelakang atau kesamping (Prinsip
Keseimbangan).
2. Menempatkan barang yang sewaktu-waktu diperlukan dan barang yang
hampir sama fungsinya atau saling melengkapi pada bagian ransel yang
mudah dijangkau dan dikelompokan sehingga kita mudah dalam
mengambilnya sewaktu-waktu (Prinsip Kekompakan).

6
3. Untuk menjaga keselamatan dari barang-barang perlengkapan dan perbekalan
yang riskan terhadap air kita perlu dikelompokan dan dimasukan kedalam
plastik sesuai dengan jenis kelompoknya, kemudian susun kedalam ransel
dengan rapi sehingga enak dan nyaman saat dibawa, serta rapi saat dipandang
(Prinsip Kerapian dan Kenyamanan).

Dengan menyusun barang perlengkapan, kita sedemikian rupa akan sangat


memberikan keleluasaan dan kelancaran pada kita dalam melakukan pergerakan
dan menempuh perjalanan. Untuk menghindari peralatan dan perbekalan kita
menjadi basah saat hujan atau melewati medan air, bisa kita tambah kan
trashbag yang dipasang untuk membungkus semua barang bawaan kita.
Tambahkan juga checklist untuk mengontrol jumlah barang bawaan yang kita
bawa. Contoh gambar packing dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

VI. ETIKA KEGIATAN GUNUNG HUTAN


Sebagai seorang pencinta alam yang sering melakukan kegiatan di alam
bebas tentunya wajib bagi kita untuk menjaga kelestarian alam pemberian sang
Maha Pencipta. Maka dari itu kita perlu memaknai kata-kata bijak dalam dunia
kepencinta alaman, yaitu :

1. Jangan mengambil apapun kecuali gambar.


2. Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak.
3. Jangan membunuh apapun kecuali waktu.

7
SURVIVAL (Teknik Bertahan Hidup)

I. PENDAHULUAN
Survival berasal dari kata survive yang artinya berhasil/mampu
mempertahankan diri dari keadaan tertentu, baik itu dalam keadaan buruk dan
kritis, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi dan situasi apapun dengan
menggunakan peralatan seadanya. Sedangkan manusia yang mempertahankan
hidupnya, baik perorangan maupun kelompok disebut survivor.
Kegiatan alam bebas seperti gunung hutan, jeram, tebing sangat riskan
terhadap resiko bahaya yang akan terjadi, dilihat dari sumbernya bahaya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Bahaya Subyektif
Merupakan bahaya dari diri kita sendiri, misalnya : keteledoran, Kesiapan
yang asal-asalan, pengetahuan yang minim, kekurangan bahan makanan, dll.
2. Bahaya Obyektif
Merupakan bahaya di luar kendali manusia, misalnya : gempa bumi, kabut
tebal, gas beracun, badai, tanah longsor, dll.

Dengan melihat sumber dan sifat bahayanya, resiko yang mungkin dapat
dari bahaya obyektif dapat kita tekan semaksimal mungkin dari bahaya
subyektifnya. Jelasnya, dengan perencanaan yang matang, bekal pengetahuan
dan pengalaman yang cukup, sikap mental yang mendukung, persiapan fisik
yang memadai, resiko bahaya-bahaya yang ada dapat diatasi. Misalnya saja kita
meleset dari perencanaan, sehingga bekal makanan kita menipis sebelum misi
kegiatan kita selesai, atau kita terjebak dalam badai/kabut berhari-hari. Kondisi
kritis yang demikian ini bisa dikatakan sebagai kondisi SURVIVAL dimana kita
harus bisa bertahan hidup.

Dalam kondisi survival, aspek-aspek umum yang akan muncul dapat


digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Psikologis : Panic, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, dll.
2. Fisiologis : Sakit, haus, luka, lapar, lelah, dll.
3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, fauna, dll.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi, aspek


lingkungan dan fisiologis dapat mempengaruhi aspek psikologis, sedangkan
untuk dapat keluar dari kondisi survival tersebut ditentukan oleh factor-faktor
yang saling mendukung, diantaranya ialah :
1. Sikap mental
2. Pengetahuan
3. Peralatan

II. TEKNIK SURVIVAL


Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berjalan dalam survival :
1. Berjalan dengan irama tetap
2. Berjalan dengan langkah-langkah kecil untuk menghemat tenaga.
3. Berjalan 1jam dengan istirahat 10 menit adalah normal.

8
4. Saat istirahat duduklah dengan kondisi kaki lurus supaya peredaran darah
lancar.
5. Jangan mengkonsumsi minuman keras karena akan membuat pori-pori kulit
mengembang sehingga udara dingin dapat masuk melalui pori-pori yang
terbuka tersebut.
6. Jangan terlalu lama beristirahat karena akan menyebabkan otot kaki menjadi
kaku kembali dan memerlukan waktu lagi untuk peregangan.
7. Pilih lokasi yang baik untuk beristirahat. Secara psikologis lebih
menguntungkan istirahat di lokasi yang lebih tinggi, karena kita akan dapat
melihat kondisi keindahan alam disekitar dan dapat mengurangi perasaan
lelah dan takut secara psikologis.
8. Makan dan minumlah secukupnya untuk mengembalikan tenaga, jika perlu
dimasak dulu supaya hangat dan segar. Sebaiknya pilih makanan yang
mengandung zat garam yang lebih, untuk menggantikan zat garam dalam
tubuh yang terbuang bersama keringat yang mengucur.
9. Saat berjalan perhatikan betul medan yang dihadapi dan dipahami.
10. Jika terpaksa membuka jalur, maka mulailah dengan sungai. Hati-hati dalam
penggunaan parang/golok saat menebas,

III. PRINSIP SURVIVAL


Dalam keadaan survival, ada berbagai macam prinsip survival yang dapat
dijadikan pedoman langkah dalam melakukan survival, prinsip-prinsip tersebut
adalah:

S
Size up the situation
Sadar terhadap kondisi survival ini. Artinya kita harus sadar bahwa kita
dalam kondisi survival karena tersesat, terjebak badai, dll.
Undue haste makes waste

U Tindakan terburu-buru cenderung menghasilkan kesia-siaan. Berpikir dan


bertindaklah dengan bijaksana, setiap langkah harus dipikirkan secara
mendalam.
Remember where you are

R Pengenalan daerah sekitar mempengaruhi rasa aman. Apapun yang kita


putuskan untuk diam atau bergerak untuk mencari bantuan, pengenalan
medan sekitar merupakan hal yang penting.
Vanguish fear and panic
Kuasai rasa takut dan panic. Rasa takut adalah wajar sebagai reaksi tubuh

V
yang normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam menghadapi kondisi
survival. Namun rasa takut harus kita kontrol, jika tidak maka ketakutan
akan membuat kita menjadi panic, dan panic akan membuang energy dan
pikiran akal sehat kita, untuk mengatasi rasa takut kita harus mengisi
waktu kita dengan kegiatan/usaha mengatasi kondisi survival.

I
Improvisation
Menerima kondisi yang ada dan berupaya untuk mempertahankan hidup
dengan perencanaan dan improvisasi.
Value living

V
Menghargai hidup merupakan hal yang terpenting dalam kondisi survival,
seseorang yang dapat berimprovisasi dan bertahan hidup dalam kondisi
survival adalah orang yang menghargai hidup dan tidak berputus asa
dalam menghadapi kondisi survival.

9
A
Act like the native
Belajar dari penduduk setempat, mereka lebih mengetahui dan menguasai
medan, jika bertemu dengan penduduk asli, bersikaplah ramah.
Learn basic skills

L Belajar dan berlatih teknik-teknik dasar. Jaminan yang terbaik adalah


menguasai dan memahami teknik-teknik prosedur survival, sehingga
merasuk dan dapat dikerjakan secara otomatis.

Dengan memperhatikan uraian dala singkatan survival diatas, paling


tidak kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang definisi survival
tersebut. Selanjutnya jika kita berada dalam kondisi tersesat/survival pedoman
yang dapat kita ingat yaitu STOP yang merupakan kependekan dari:

S Stop/Seat
Berhenti, duduk untuk beristirahat, jangan panic.

T Thinking
Gunakan akal dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi.

O
Observe
Amati keadaan sekitar, tentukan arah, manfaatkan alat-alat yang ada dan
hindari hal-hal yang tidak perlu.

P
Planning
Buat rencana dan pikirkan konsekuensi/resikonya bila sudah memutuskan
apa yang akan dilakukan.

IV. SIKAP MENTAL


Untuk dapat keluar dari kondisi survival dengan selamat, seorang survivor
harus mempunyai sikap mental yang baik. Sikap mental yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Semangat untuk hidup
2. Kepercayaan diri
3. Akal sehat
4. Disiplin dan rencana yang matang
5. Teknik survival yang baik

V. PENGETAHUAN
A. Kebutuhan yang harus dipenuhi
Untuk menambah tenaga dan dapat memepertahankan kondisi tubuh,
terlepas dari kondisi survival, ada lima kebutuhan yang harus diusahakan,
yaitu:
1. Perlindungan
Dalam kondisi survival ada saatnya kita membutuhkan tempat
perlindungan, apabila suatau saat kita terpisah dari tim dan kita tidak
membawa tenda, maka kita harus bisa membuat tempat perlindungan
untuk diri kita sendiri. Tempat perlindungan darurat ini biasa disebut
dengan “BIVAK” atau ada juga yang menyebutnya “SHELTER”,
berdasarkan bahan yang digunakan bivak/shelter dibagi menjadi dua, yaitu
a) Bivak Alam : Bahan yang digunakan untuk membuat bivak ini berasal
dari alam. Tali, penyangga, atap, dan lainnya dari alam.

10
b) Bivak Non Alam/Buatan : Bahan yang digunakan berasal dari bahan-
bahan peralatan yang kita bawa dan media alam sebagai alat bantu,
dapat berupa Mantol ponco, plastik, terpal, tali, prusik, dll. Contoh
bivak dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar bivak alam

Gambar bivak non alam

Dalam membuat bivak perlu diperhatikan :


Kondisi medan sekitar agar bivak kita terasa nyaman dan aman dalam
kondisi apapun. Usahakan membuat bivak ditempat yang terdapat fasilitas
yang menunjang pembuatan bivak, (misalnya: pohon, daun-daunan, goa
atau lubang), serta dapat membantu pembuatan bivak dengan peralatan
yang kita bawa(misalnya: mantol ponco, plastic, terpal, dll.).

Yang harus diperhatikan dalam pembuatan bivak adalah:


a) Jangan membuat bivak di bawah pohon rapuh, di tempat yang mungkin
bajir saat hujan, di dekat tebing yang mudah longsor.
b) Diusahakan supaya bivak jangan sampai bocor saat hujan.

11
c) Perhatikan arah angin yang berhembus.
d) Pastikan bivak buatan kita kuat dan tidak mudah roboh.

Perlindungan sangatlah penting untuk menjaga agar kondisi suhu


tubuh terhindar dari penurunan yang akan mengakibatkan terjadinya
HYPOTHERMIA. Hipothermia adalah suatu kondisi dimana
mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu tubuh kesulitan mengatasi
tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu
bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur
suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu
tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif
menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
Hipotermi terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C
(95°F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk
menjaga panas tubuh.

2. Makanan
Dari sumbernya makanan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Hewani (makanan yang berasal dari hewan)
Makanan dari binatang yang kita butuhkan adalah kandungan lemak
dan proteinnya. Pada prinsipnya banyak binatang dapat dimakan, yang
jadi masalah adalah bagaimana cara kita untuk menangkapnya. Untuk
menangkap binatang dibutuhkan keberanian untuk mengambil
keputusan. Dibawah ini contoh hewan yang dapat dimakan :
 Lebah, lebah dapat diambil madu dan larvanya untuk dikonsumsi
 Belalang, kandungan proteinnya sangat tinggi, dapat dimakan
langsung atau bisa juga dimasak dahulu.
 Cacing sondari, cacing ini berukuran besar, banyak dijumpai
ditanah seusai hujan, sering juga cacing ini memilih kayu lapuk
menjadi tempat bersembunyi. Cacing ini bisa langsung dimakan
dan dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
 Ular, buaya, biawak, dll.
Hewan-hewan ini tergolong hewan yang berbahaya, diperlukan
teknik khusus untuk menangkapnya. Berikut penjelasan cara
menangkap ular:
- Cara menangkap ular dengan tangan kosong bisa dilakukan
dengan memegang ekornya terlebih dahulu, lalu tangan kita
yang lain bergerak secara perlahan dari ekor menuju
ketengkuk kepala ular. Jangan membuat kaget ular ketika kita
akan menangkapnya, karena akan membuat ular merasa
terancam dan akan melawan/kabur.
- Cara menangkap ular dengan alat bantu bisa dilihat seperti
pada gambar dibawah ini.

12
Catatan : selain hewan yang yang dapat dimakan, ada juga hewan
yang berbahaya, misalnya:
 Nyamuk malaria, terdapat pada hutan dengan ketinggian <800
mdpl.
 Lebah yang menyengat, dalam kondisi yang berat dapat
mematikan.
 Kelabang, kalajengking
 pacet, lintah, dll.

b) Nabati (makanan yang berasal dari tumbuhan)


Para ahli berpendapat terdapat 120.000 tumbuhan yang dapat
dikonsumsi dari perkiraan 300.000 jenis tumbuhan yang dikenal di
bumi, berarti ada banyak tumbuhan yang dapat kita makan. Tumbuhan
itu meliputi bunga, buah, rumput, umbi, daun, dll.
Dalam survival, ketika kita barada di hutan jangan bersikap
gegabah, diperlukan ketenangan untuk keluar dari situasi buruk.
Dalam beberapa pengalaman sifat gegabah sangat merugikan, karena
seringkali saat sesorang berada dalam kondisi survival, maka seorang
survivor akan memakan tumbuhan yang dijumpai tanpa memikirkan
apakah tumbuhan yang dimakan tersebut beracun atau tidak. Bisa jadi
tumbuhan yang dimakan tersebut beracun dan justru akan membunuh
seorang survivor. Ketenangan sangat diperlukan dalam kondisi
survival. Dalam mengambil tumbuhan sebagai makanan sebaiknya
kita memilih tumbuhan yang kita kenali untuk dimakan. Namun jika
tidak ada tumbuhan yang kita kenal pilihlah tumbuhan yang dimakan
oleh hewan, karena biasanya tumbuhan yang dimakan hewan berarti
tidak beracun, atau kita bisa berpedoman pada ciri-ciri tumbuhan yang
tergolong dapat dimakan.
Ciri-ciri tumbuhan yang dapat dimakan:
 Tidak mempunyai warna yang mencolok.
 Tidak berbulu, walaupun ada beberapa tumbuhan yang berbulu
dapat dimakan, namun kebanyakan tumbuhan berbulu tidak dapat
dimakan/beracun.
 Bukan merupakan tumbuhan liar.
 Tidak bergetah putih, kecuali tumbuhan bergetah putih yang kita
yakin bahwa tumbuhan tersebut dapat kita makan, karena
kebanyakan tumbuhan yang bergetah putih adalah beracun/ tidak
dapat dimakan.
 Pilih tumbuhan yang dikonsumsi binatang.

13
Tips untuk memastikan apakah tumbuhan beracun atau tidak.
 Tumbuhan diremas atau ditumbuk hingga mengeluarkan air, lalu
oles pada kulit punggung tangan kita, jika menimbulakan gatal,
iritasi dan gangguan kulit lainnya, maka bisa dipastikan bahwa
tumbuhan tersebut beracun. Jika tidak terjadi reaksi apa-apa maka
tumbuhan tersebut dapat dimakan. Jika kurang yakin bisa
dioleskan dilidah untuk memastikan beracun atau tidaknya
tumbuhan.
 Oleskan air remasan tumbuhan pada ujung pisau, jika ujung pisau
berubah warna menjadi keungu-unguan bisa jadi tumbuhan
tersebut beracun.
c) Mencari makanan dengan teknik Jerat dan trap
Jerat dan trap adalah sebuah perangkap untuk menangkap hewan
dalam kondisi survival. Dalam mebuat jerat ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan dulu, yaitu: tali jerat, tiang lentur sebagai pelontar,
tiang pembantu lain. Tiang tali sebaiknya kecil, kuat dan untuk
menyamarkan dapat diberi getah pisang, semak, ranting dsb. Panjang
tali disesuaikan dengan medan dan hewan yang akan ditangkap.
Sedang kan trap sendiri membutuh kan beberapa paralatan seperti
karet, kawat, tali, batang kayu, dll. Sebelum memasang jerat dan trap
kita harus memastikan dahulu daerah yang sering dilewati hewan yang
akan ditangkap, misalnya daerah hewan biasanya mencari makan dan
minum.
Macam-macam Jerat
 Jerat gantung
Untuk :Hewan kecil, burung, dll.
Cara : buatlah ikatan jerat pada ujung tali, kira-kira setengah
panjang tali, ujung tali lain diikatkan pada kayu pelontar, tancapkan
pasak kidung lincir pada lintasan hewan, tarik jerat kearah pasak
kidung lincir, kemudian kaitkan pasak pengait pada pasak kidung
kincir, halangi pasak pengait dengan pasak penghalangyang sudah
diberi umpan pada ujungnya, samarkan tali dengan semak/daun
kering supaya hewan tidak curiga. Berikut contoh gambar dari jerat
gantung.

 Jerat Gantung Tanpa Pasak Kidung Lincir

14
Jerat ini hamper sama dengan jerat gantung namun tidak
menggunakan pasak penghalang.
Cara : Jerat dipasang pada lintasan hewan, tetapi tidak memakai
umpan, karena teknik jerat ini memanfaatkan pergerakan dari
hewan yang melintas dan saat kepala hewan melewati/memasuki
jerat maka pasak pengait akan terlepas sehingga kayu pelontar akan
menarik jerat ke atas sehingga jerat akan menjerat hewan yang
akan kita tangkap. Berikut contoh gambar dari jerat gantung tanpa
pasak kidung lincir.

 Jerat Lumpatan
Untuk :Hewan kecil, burung, dll.
Cara : buatlah ikatan jerat pada ujung tali, kira-kira setengah
panjang tali, ujung tali lain diikatkan pada kayu pelontar, pasak
kidung lincir dibuat setengah lingkaran, pasang satu pasak
penghalang secara membujur dan empat pasak penghalang lagi
secara melintang, pasang jerat ini pada daerah lintasan hewan.
Apabila pasak penghalang yang melintang diinjak maka hewan
yang menginjak tersebut akan akan terjerat. Berikut contoh gambar
jerat lumpatan.

 Jerat Tusuk
Untuk hewan yang cukup besar
Cara : Cari tempat lintasan hewan. Pasang jerat pinggir lintasan
pohon yang kuat dengan mengikatkan batang kayu pelontar pada
pohon tersebut. Ujung batang kayu pelontar diberikan tombak atau
benda tajam lainnya. Pasang tonggak setinggi setengah meter dan
ditancapkan, ikat tali pada tonggak dan dihubungkan tali itu
padaujung tiang pelontar setelah dikaitkan pada pasak pengait.
Masukan ujung pasak pengait pada cincin jerat, masukan pasak
penghalang kedalam cincin jerat sehingga ujung tepat pada jerat.

15
Hubungkan tali perintang ini pada pada pohon seberang jalur
lintasan setinggi yang diinginkandan ujungnya dimasukan kedalam
cincin jerat, setalah pasak pengait kedua diikatkan pada ujung tali
jerat. Apabila tali perintang tertabrak hewan, maka cincin jerat
yang menghalangi pasak pengait akan lepas, dan tombak akan
menusuk hewan yang melintas tersebut karena terdorong oleh kayu
pelontar. Berikut contoh gambar jerat tusuk.

Macam-macam Trap
 Trap Menggantung (Hanging Snare)

Perangkap model menggantung ini biasanya memanfaatkan :

1. Kelenturan dahan pohon.


2. Patok yang diberi lekukan dan dihubungkan dengan tali.
3. Tali laso yang lalu menghubungkan dahan pohon yang lentur
dengan patok, sehingga apabila laso goyang maka tali pada
patok akan lepas dan dahan pohon akan menarik, hingga
akhirnya tali akan menjerat.

Perangkap ini ditujukan untuk menangkap binatang yang cukup


besar seperti : kelinci, ayam, bebek, dan lain lain. Berikut contoh
gambar Trap Hanging Snare.

 Trap Tali Sederhana


Untuk binatang yang berukuran kecil, seperti burung dapat
digunakan perangkap tali sederhana yang diletakan di atas tanah
ataupun digantung. Tali laso yang telah diberi umpan diikatkan
pada dahan pohon atau batu yang berat. Sehingga apabila hewan

16
telah terjerat, tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Contoh Gambar
Trap tali sederhana.

 Trap Lubang Penjerat

Perangkap ini adalah modifikasi dari perangkap tali dan


perangkap lubang. Perangkap ini terdiri dari :

1. Tali laso yang diikatkan pada dahan pohon yang kuat dan
diletakan mendatar.
2. Lubang perangkap yang digali, kedalamannya disesuaikan
dengan hewan yang akan ditangkap. Mulut lubang disamarkan
dengan dedaunan dan laso diletakan di atas dedaunan tersebut.
3. Diberi umpan di atas dedaunan, ditengah laso.

Berikut contoh Trap lubang penjerat

 Trap Menimpa

Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang


kecil lainya adalah perangkap menimpa. Perangkap ini
memanfaatkan berat kayu untuk menindih. Model ini dikenal
dengan nama Deadfall Snare. Yang diperlukan dalam pembuatan
perangkap ini adalah :

1. Batang pohon besar ditumpukan pada kayu pohon lainya yang


saling menopang.
2. Kayu pohon penopang yang saling berhubungan dengan
batang pohon besar dan jika salah satu tersenggol, maka yang
lain akan jatuh dan menimpa.
3. Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan
apabila tergerak, maka kayu pohon penopang akan bergeser
sehingga batang pohon besar akan jatuh menimpa.

17
Berikut contoh gambar trap menimpa

 Kombinasi Trap Lubang Dengan Trap Menimpa

Perangkap ini merupakan kombinasi bentuk lubang


perangkap dan perangkap menimpa. Perangkap ini terdiri dari :

1. Batang pohon besar untuk menimpa mangsa.


2. Kayu pohon yang saling menopang.
3. Umpan.
4. Lubang perangkap lengkap dengan samarannya.

Cara kerjanya hampir sama dengan trap menimpa, tetapi ketika


mangsa tertimpa batang, ia akan langsung masuk ke lubang.
Berikut contoh gambar trap kombinasi,

3. Air
a) Cara Mendapatkan Air
Air merupakan kebutuhan vital untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup, khusunya manusia. Karena 90% bagian dalam tubuh
manusia adlah air. Dalam kondisi baik manusia dapat bertahan 2-5 hari
tanpa minum, jika lebih kemungkinan besar manusia tersebut akan
mati.
Untuk mendapatkan air di hutan Indonesia tidak terbilang sulit,
dikarenakan sebagian besar hutan Indonesia adalah hutan tropis yang
banyak menyediakan air. Contoh: tumbuhan yang menyediakan air
untuk dapat diminum, mata air, sungai, dll.

18
Air memiliki dua kategori, yaitu : dapat diminum mentah dan harus
dimasak dahulu sebelum diminum/dikonsumsi. Berdasar temapt dan
keadaannya air dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu:

No Jenis air kategori


1 Air batu Dapat diminum langsung
2 Mata air Dapat diminum langsung
3 Air sungai Harus dimasak dahulu
4 Air dari tumbuhan Dapat diminum langsung
5 Air hujan Harus dimasak dahulu

Untuk mendapat air hujan, air batu, air sungai kita dapat
menampungnya dengan wadah yang lebar. kita dapat menggunakan
plastic, daun pisang, dan tangan kita untuk mengambil air. Untuk
mendapatkan air dari tumbuhan kita bisa dengan cara memotong,
memeras, dll. Contoh tumbuhan yang menghasilkan air adalah rotan,
akar gantung, pisang, lumut, dll. Pada pagi hari kita juga bisa
mendapatkan air dari embun pagi yang menempel didedaunan. Kita
juga dapat mendapatkan air dengan cara menggali tanah, menggali
sungai yang kering, menggali pasir saat di pantai dengan jarak 50 - 100
meter dari pantai.namun kendalanya seringkali kita jumapai air yang
keruh, bercampur lumpur dan kotoran lain seperti daun kering, ranting,
dll. Berikut ini contoh gambar cara mendapatkan air.

b) Cara Menjernihkan Air


Untuk dapat menjernihkan air dapat menggunakan bahan penjernih
atau pengendap lumpur, seperti batu-batu kecil, pasir, kain/handuk, dll.
Prinsip ini dinamakan prinsip KAPILARITAS, yaitu air yang
bercampur kotoran atau lumpur di alirkan melewati bahan penjernih air,

19
air akan mengalir sehingga air dan kotoran lumpur akan terpisah.
Berikut contoh gambar cara menjernihkan air.

c) Cara Mengetahui Air yang Dapat Diminum


Tidak semua air dapat diminum, dalam survival kita harus yakin
bahwa air yang kita temui dapat dikonsumsi atau tidak, karena jika kita
meminum air yang terkontaminasi maka justru akan menimbulkan
penyakit, seperti diare, iritasi kulit, dll. Berikut cara untuk mengetahui
kelayakan air dapat dikonsumsi atau tidak.
 Kita dapat berjalan kearah hulu, kemudian kita cek apakah
daerah air tersebut terdapat kotoran hewan dan bangkai atau
tidak. Jika ya maka air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi

4. Api
Api tidak hanya berfungsi untuk memasak bahan makanan saja,
tetapi juga bisa dipakai untuk menjaga suhu tubuh kita supaya terhindar
dari hypothermia, selain itu api juga bisa mengusir binatang buas, seperti:
harimau, serigala, anjing hutan, dsb. Untuk tahap awal pembuatan api
Anda membutuhkan bunga api. Selanjutnya adalah berusaha menangkap
bunga api dengan menggunakan ranting dan daun kering. Berikut ini
contoh Teknik sederhana membuat api saat tidak membawa korek api.
 Mematik
Cara ini dilakukan dengan membenturkan atau menggesekan dua benda
keras. Dapat dilakukan dengan dua benda yang sejenis ataupun dengan
dua benda yang berbeda jenis. Cara yang dapat digunakan bermacam -
macam, yang penting adalah dapat menimbulkan bunga api.

Contoh gambar teknik mematik

Salah satu caranya adalah dengan memaku kayu bidang datar hingga
yang tampak bagian kepalanya saja. Kemudian gesekan / benturkan

20
batu atau logam ke arah kepala paku tersebut. Gesekan dengan sedikit
di tekan dan agak cepat hingga menimbulkan bunga api. Kemudian
bunga api tersebut dapat ditangkap dengan sabut kering dan sebagainya.

 Gergaji Api ( Fire Saw )

Cara ini membutuhkan tenaga yang cukup besar dan kuat. Cara ini
memanfaatkan efek panas akibat gesekan kayu. Metodanya seperti
menggergaji kayu dengan kayu lainnya, sehingga menimbulkan bunga
api. Biasanya kayu yang digunakan berbeda antara kayu satu dengan
kayu yang lainya. Kayu yang dipilih adalah kayu yang empuk sehingga
tidak terlalu sulit dalam melakukan penggergajian.

 Hand Drill
Metode ini adalah metode yang paling primitif diantara metode lainnya.
Disini anda harus menyalakan api menggunakan kayu poros yang
diputar dengan tangan kosong.

 Pertama, siapkan berbagai bahan yang mudah terbakar..misalnya


saja rumput kering, daun kering, dll.
 Kedua, siapkan ranting kayu kering yang panjang sebagai poros,
sebuah papan kayu sebagai alas, dan selembar daun sebagai tempat
serbuk kayu yang terbakar.
 Ketiga, pada papan kayu (alas)..buatlah titik yang besarnya kurang
lebih sama dengan poros kayu, kemudian potong pada tepinya
membentuk huruf V agar serbuk api bisa jatuh ke daun.
 Keempat, letakkan daun tepat dibawah papan kayu (alas), kemudian
mulai putar kayu poros dengan tangan hingga terbentuk api.

21
 Kelima, ambil serbuk api yang tercipta dan letakkan di bahan mudah
terbakar yang sudah anda siapkan. Tiup pelan-pelan hingga api
membesar.

 Bow Drill
Bow Drill sudah jauh lebih canggih daripada hand drill dan fire plough.
Membuat api dengan bow drill juga menjadi lebih mudah. Hanya saja
anda perlu membuat terlebih dahulu alat yang sedikit lebih kompleks,
yaitu semacam busur untuk memutar kayu poros.

Proses pertama, kedua, dan ketiga sama persis dengan teknik hand drill
maupun fire plough. Anda harus menyiapkan sebuah ranting kayu
kering untuk poros, sebuah papan kayu untuk alas, serta sebuah kayu
sebagai pemegang poros. Jangan lupa juga sekumpulan rumput atau
daun kering dan selembar daun untuk mengumpulkan serbuk kayu yang
terbakar.
Setelah itu anda perlu membuat busurnya terlebih dahulu. Untuk
membuat busur ini, anda sebaiknya memilih ranting yang segar, dan
bukan ranting kering. Kulit ranting kayu tersebut bisa anda jadikan tali
busur, dan rantingnya dijadikan busurnya. Setelah semua peralatan jadi,
anda tinggal memasang poros di busur, kemudian memutarnya diatas
alas.

 Fire Thong
Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau
rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan
kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang
empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada
bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap
menangkap bunga api.

22
VI. PERALATAN
Peralatan dalam survival dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Alat bantu kemampuan survive
a) Senjata tajam, merupakan alat bantu yang utama, dengan alat ini kita
dapat dengan mudah untuk membuat bivak, mencari air, mencari kayu,
membuat jerat, dll.
b) Alat pembuat api
2. Alat Komunikasi atau tanda
Dalam kondisi sebagai survivor memerlukan sebuah tanda atau alat
komunikasi untuk memberitahukan keberadaan kita, supaya memudahkan
dalam pencarian. Tanda-tanda tersebut harus mampu menarik perhatian
dan tidak sama dengan suara yang dihasilkan oleh alam atau hewan.
Berikut alat untuk memberikan tanda keberadaan kita saat survival.
 Api / asap
 Kain atau bendera yang mempunyai warna mencolok
 Cahaya cermin/logam
 Handphone, terkadang dilokasi tertentu terdapat sinyal darurat.
 Handy talky
 Suara peluit, teriakan, dll.

Catatan : dalam penggunaan peluit sebagai tanda, ada kode-kode


internasional dalam penggunaan peluit sebagai tanda, yaitu:
 One whistle blow means (satu kali suara tiupan peluit).
Artinya : “Where are you ?” = “Dimana kamu ?”
 Two whistle blows means (dua kali suara tiupan peluit).
Artinya : “Come to me !” = “Datanglah padaku !”
 Three whistle blows means (tiga kali suara tiupan peluit).
Artinya : “I need help”. = “saya butuh pertolongan !”

23
NAVIGASI DARAT
… Peta dan Kompas bagaikan dua sahabat yang saling membutuhkan,
sebagai jendela penerang kehidupan alam terbuka dan pintu lintasan kemana
tempat yang akan kita tuju…

I. PENDAHULUAN
Pengertian Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan
dan arah lintasan perjalanan kita secara tepat Jadi Navigasi merupakan
ilmu dasar dari kepencintaalaman khususnya bagi anggota MALIAPALA.
Banyak kita ketahui para pendaki yang mengalami kecelakaan dalam
melakukan pendakian, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang navigasi, dimana
ilmu navigasi sangat berperan penting dalam suatu kegiatan yang
bersangkutan langsung dengan alam khususnya dalam pendakian gunung.

Dalam pendakian kita tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik dan


berani mati saja tetapi pengalaman dan pengetahuan tentang pendakian
sangat kita butuhkan salah satunya adalah ilmu navigasi darat, sebagai
bekal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di alam terbuka
maupun dalam usaha pencarian dan penyelamatan korban
kecelakaan/tersesat, Pada setiap intinya setiap personil navigator (personil
yang melakukan navigasi) harus dan wajib mengetahui secara mendalam
tentang navigasi ini.

Bagi seorang anggota MALIAPALA penetapan ilmu navigasi adalah


yang pertama karena sangat penting dalam setiap kegiatan di alam terbuka
Ada dua kunci pokok untuk mengetahui tentang navigasi, yaitu :

1. Mampu merekam dan membaca gambaran permukaan fisik bumi.


2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.

Kunci yang pertama yang berhubungan dengan ketrampilan dalam


membaca peta, dan yang kedua berhubungan dengan penguasaan kita
mempergunakan kompas. Jadi dalam bernavigasi kita memerlukan
hardware berupa : kompas, peta, alat tulis, busur derajat, protaktor.
Sedangkan softwarenya adalah pengetahuan tentang penggunaan alat navigasi
itu sendiri.

II. PERANGKAT NAVIGASI

Untuk dapat menggunakan perangkat navigasi dengan baik, kita harus


mengetahui terlebih dahulu prinsip kerjanya. Karena dengan mengerti
prinsip kerja masing-masing alat akan membuahkan ketrampilan dan
pemahaman yang baik pula.

Seperti yang telah disebutkan di atas perangkat navigasi adalah peta,


kompas, alat tulis, busur derajat, protaktor dan dapat ditambahkan pula

24
altimeter dan .Kurvimeter sebagai peralatan tambahan. Dan yang kita bahas
disini adalah kompas dan peta.

A. PETA

Bentuk bumi kita tidak bulat seperti bola ataupun kelereng tetapi
berbentuk ellipsoid atau bola agak gepeng. Hal ini dikarenakan gaya-
gaya yang bekerja akibat rotasi bumi sehingga jari-jari bumi yang ada
di poros rotasi akan lebih pendek (akibat gaya sentrifugal dan
sentripetal).

Pusat rotasi bumi yang dikenal sebagai kutub bumi ada dua yaitu
kutub utara bumi dan kutub selatan bumi. Kutub utara ini biasa sering
disebut sebagai kutub sebenarnya atau kutub geografik.

Seperti yang telah disebut diatas bentuk bumi adalah ellipsoid


sehingga merupakan bidang yang melengkung, sedangkan peta selalu
disajikan dalam bidang yang datar. Dengan demikian akan dapat
perubahan bentuk dalam gambaran peta.

Untuk keperluan administratif bola bumi dibagi dalam garis-garis


lintang dan garis-garis bujur, yang mana garis tersebut merupakan garis
khayal yang tidak akan ditamui di alam. Garis lintang dan garis bujur
tersebut merupakan garis lengkung, sehingga apabila garis lintang dan
garis bujur tersebut diproyeksi pada bidang proyeksi disebut graticule.
Garis lintang dan garis bujur tersebut kita dapat menentukan kedudukan
sesuatu tepat (koordinat) di peta. Cara ini disebut sistem koordinat
graticule.

Selain sistem koordinat graticule ada sistem koordinat grid yaitu


sistem koordinat yang berdasarkan salib sumbu peta. Apabila dalam
suatu peta terdapat dua sistem koordinat tersebut maka akan dapat kita
lihat dengan jelas perbedaan antara arah utara peta dengan arah utara
sebenarnya. Karena yang satu digambar dengan arah lurus dan yang satu
digambar dengan arah yang melengkung. Penampangan ini biasa disebut
sebagai IKHTILAP PETA atau KONVERGENSI MERIDIAN. Dari hal
yang telah dikemukakan tersebut di atas sedikitnya kita sudah
mengetahui prinsip-prinsip yang berhubungan dengan peta.

25
1. Pengertian Peta

Pengertian peta adalah gambaran sebagian atau seluruh


permukaan fisik bumi yang diproyeksikan secara orthogonal (tegak
lurus) pada bidang datar dengan metode dan perbandingan skala
tertentu.

Jelaslah bahwa peta merupakan penyajian data dan informasi


permukaan fisik bumi yang ditujukan untuk memudahkan si pemakai.
Artinya bila kita melakukan interpretasi (membayangkan /
menerjemahkan / membaca) peta, dapat diperoleh analisa kondisi medan
(seperti adanya jurang, gunung, sungai, dll) tanpa kita harus berada di
lokasi tersebut.

2. Macam-macam Peta

a) Peta Geografi (geo = bumi, graph = tulisan)

Menyajikan gambaran proyeksi seluruh permukaan fisik bumi. Skala


lebih kecil dari 1: 250.000. Contohnya Atlas, Globe.

b) Peta Topografi (topos = lapangan, grapho = menulis)

Menyajikan gambaran proyeksi dari sebagian permukaan fisik bumi.


Skala antara 1: 250.000 sampai dengan 1: 25.000. Contohnya Peta
Gunung Gede, Peta Indonesia, dll.

c) PetaTeknik

Menyajikan gambaran proyeksi gambaran permukaan fisik bumi


untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan teknik tertentu. Skala lebih
besar dari 1: 25.000. Contoh Peta Teknik Jaringan Kabel Telepon,
Peta Teknik Jaringan Jalan Raya, dll.

d) Peta Tematik

Menyajikan data atau informasi yang mempunyai tema (topika)


tertentu sehubungan dengan kedudukan geografisnya. Contohnya
Peta Distribusi Semen Tiga Roda, Peta Lahan Perkebunan Kelapa
Sawit, dll.

Untuk keperluan Navigasi kita gunakan Peta Topografi.

3. Ketentuan Peta

Supaya peta dapat berfungsi semaksimal mungkin sebagai alat


navigasi maka ada ketentuan yang perlu diperhatikan dan diketahui
sehingga peta dapat digunakan seoptimal mungkin.

26
a) Judul Peta

Yaitu identitas daerah yang tergambar pada peta, umumnya


dituliskan nama daerah atau identitas yang paling menonjol,
contohnya Gunung Gede, Gunung Merbabu. Judul peta dituliskan di
tengah atas peta.

b) Keterangan Pembuatan Peta

Yaitu informasi tentang pembuatan peta tersebut, proyeksi yang


digunakan, untuk keperluan apa peta itu dibuat. Keterangan
pembuatan peta biasanya dicantumkan di bagian sisi kiri bawah.

c) NomorPeta

Yaitu menunjukkan nomor registrasi peta. Dicantumkan di sisi


kanan. Penulisan menggunakan angka latin dan angka romawi,
untuk latin menunjukkan nomor kolom dan angka romawi
menunjukkan nomor baris. Contohnya 48/XLI-D.

d) Lembar Derajat

Yaitu menjelaskan nomor-nomor peta lain yang tergambar disekitar


peta yang digunakan. Hal ini akan memudahkan kita untuk
mendapat gambaran yang lebih luas mengenai suatu daerah dengan
menggabungkan peta-peta tersebut.

Meridian of Batavia (15 106° 48'27.78"E OF GREENWICH)

e) Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak dua titik pada peta
dengan jarak mendatar yang sesungguhnya di lapangan.

Jarak peta
Skala peta =-----------------

jarak di
lapangan

Sifat skala:

Semakin kecil angka di belakang tanda semakin besar skala


peta tersebut, semakin besar angka di belakang tanda semakin
kecil skala peta tersebut. Cara menyatakan peta:

a. Dengan perkataan, satu centimeter berbanding satu kilometer.

27
b. Dengan pecahan, 1: 100.000 atau 1/100.000

c. Dengan penggambaran

0 1 2 3 4km

f) Legenda Peta

Yaitu informasi tambahan untuk mempermudah pemahaman peta


dan unsur-unsur yang dibuat manusia maupun alam. Pada legenda
peta digambarkan tidak menurut skala peta. Biasanya disajikan
dalam bentuk gambar beserta keterangan tertulis. Pada beberapa peta
disajikan berwarna.

g) Garis Kontur (ketinggian)

Yaitu garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian


yang sama terhadap permukaan air laut, merupakan garis yang
berkelok-kelok dan membentuk kurva tertutup. Garis kontur
dimaksudkan untuk :

a. Mengetahui tinggi suatu tempat

b. Mengetahui bentuk lapangan yang sebenarnya

4. Interpretasi Peta

Telah kita pahami bahwa dari selembar kertas yang dinamakan peta,
dapat disajikan wujud dari permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi,
tetapi dalam ukuran skala yang diperkecil. Namun masih terdapat
beberapa hal yang harus kita pelajari:

a) Menentukan Koordinat

Menentukan koordinat suatu titik selalu dihitung pada peta


bukan di lapangan. Kalau kita sudah memahami hubungan antara
lapangan dan peta, maka untuk memindahkan harga koordinat bukan
masalah. Koordinat titik adalah nilai bilangan yang menyatakan
kedudukan titik tersebut dalam sistem koordinat yang digunakan.
Sehingga dapat kita informasikan kedudukan kita pada orang lain
dan orang lain dapat mengetahui kedudukan kita pada peta. Contoh
sistem koordinat:

1) Sistem Graticula

Merupakan sistem koordinat yang dinyatakan terhadap garis


lintang dan garis bujur (Meridian Greenwich). Contoh 4° LS
(Lintang Selatan), 146° BT (Bujur Timur).

2) Sistem Grid

28
Merupakan sistem koordinat yang dinyatakan terhadap dua garis
lurus yang berpotongan tegak lurus pada peta atau juga sering
disebut dengan system sumbu peta (koordinat cartesius (x,y)).
Umumnya pada navigasi darat digunakan koordinat system Grid,
karena dengan system grid ini dapat dicapai ketelitian koordinat
yang lebih tinggi daripada koordinat system Graticula. Cara
menentukan koordinat suatu titik (system Grid).

a. Cara 6 angka, misalnya titik A adalah (342,231)


b. Cara 8 angka, misalnya titik A adalah (3423,2341)
Perbedaan dari kedua cara di atas adalah tingkat ketelitian pada
uraian angkanya. Cara membaca koordinat Grid adalah seperti
membaca koordinat cartesius (x,y) yaitu garis horizontal adalah (x)
dan garis vertical adalah (y).
b) Mempelajari Garis Kontur
Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang
berketinggian sama dari permukaan laut.
Garis kontur atau garis ketinggian mempunyai sifat-sifat:
1) Garis kontur yang rendah (ketinggiannya) akan mengelilingi
garis kontur yang lebih tinggi (ketinggiannya).
2) Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
3) Garis kontur tidak akan saling berpotongan dan tidak akan
bercabang.
4) Pada daerah yang landai garis kontur akan saling berjauhan.
5) Pada daerah yang terjal garis kontur akan saling merapat, Jika
garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir
sama atau sama dengan 90°.
6) Untuk daerah yang khusus (seperti tebing, kawah, jurang) garis
ketinggiannya digambarkan secara khusus.
7) Garis ketinggian yang menjorok keluar (menjauhi pusat
lingkaran) merupakan punggungan (punggung bukit) dan yang
tergambar seperti huruf “U”.
8) Garis ketinggian yang menjorok ke dalam (mendekati pusat
lingkaran) merupakan lembah tergambar seperti huruf “V”.
9) Perbedaan tinggi antara dua garis kontur adalah 1 / 2000 x skala
peta.
10) Garis ketinggian pembantu menyatakan ketinggian antara
(ditengah-tengah) dua garis kontur.
11) Daerah yang terletak antara dua garis kontur yang sama
tingginya tetapi terpisah satu sama lain tempatnya disebut
dengan Pelana (SADEL).
12) Pelana (SADEL) yang terletak diantara dua gunung besar
dinamakan PASS.

29
B. KOMPAS

1. Prinsip Kerja Kompas


Kompas adalah suatu perangkat navigasi disamping peta yang
berfungsi sebagai petunjuk arah kutub-kutub magnet bumi. Seperti kita
ketahui bersama bahwa ujung-ujung langit selalu mcnunjuk ke arah
yang tetap, yaitu utara dan selatan.
Pada umumnya kompas mempunyai 3 bagian utama :
a) badan
tempat komponen-komponen kompas berada dan terlindungi
b) jarum magnet
selalu menunjuk arah utara magnetis bumi
pada posisi bagaimanapun (dengan syarat tidak dipengaruhi medan
magnet lain dan jarum tidak terhambat bergeraknya)
c) skala petunjuk
Menunjukan Pembagian derajat/mil sebagai system satuan arah mata
angin.

Prinsip kerja kompas adalah berdasarkan prinsip magnet. Magnet


apabila ujungnya kita pertemukan dengan magnet lain yang ujungnya
senama maka akan tolak-menolak, sedang didekatkan dengan ujung
yang berlawanan maka akan tarik-menarik.
Pada kompas, magnet kompas akan bereaksi terhadap medan magnet
bumi sehingga kita dapat mengetahui mana kutub magnet selatan bumi
dan utara bumi. Kutub magnet bumi tidak sama betul dengan kutub
geografik bumi, karena kutub utara magnet bumi terletak 1.000 mil di
arah selatan Kanada. Hal ini menyebabkan terjadinya penyimpangan
antara kutub utara sebenarya dengan kutub utara magnet demikian juga
untuk kutub selatannya. Penyimpangan ini disebut IKHTILAP
MAGNETIK.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, cara kerja kompas
berdasarkan prinsip magnet, oleh karena itu di dalam pemakaian kompas
harus dijauhkan dari gangguan lokal disekitar kompas. Yang bisa
menyebabkan gangguan lokal adalah benda-benda yang mengandung
medan listrik dan medan magnet seperti benda-benda logam, radio, tiang
listiik, jam tangan, dll.
2. Macam-macam Kompas
Untuk keperluan navigasi darat dikenal dua macam kompas, yaitu
kompas orientasi dan kompas bidik.
 Kompas orienterring untuk tujuan praktis tetapi mempunyai akurasi
yang kurang baik. Sering disebut sebagai kompas Silva (nama
merk)

30
 Kompas bidik membutuhkan peralatan navigasi lain untuk
kelengkapanya, tetapi akurasinya sangat tinggi. Kompas bidik ini
dapat kita bedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa,
kompas Prisma, kompas Optik
Masing-masing kompas mempunyai keuntungan dan kelemahan
sendiri-sendiri.

3. Mengatur Kompas
Pengertian “mengatur” kompas lebih ditekankan pada cara-cara
mempergunakan kompas dengan benar sehingga diperoleh lintasan
yang benar.
Kompas bekerja berdasarkan medan magnet dan mampu menunjukkan
dengan tepat kedudukan kutub-kutub magnet bumi. Hal itu dapat
tercapai bila pada saat menggunakan kompas, kompas dihindarkan dari
gangguan lokal. Gangguan lokal adalah gangguan dari sekitar kompas
sehingga kompas tidak bekerja dengan benar. Biasanya berasal dari
benda logam di sekitar kompas.
Hal-hal penting dalam penggunaan kompas :
a) Hilangkan gangguan yang mempengaruhi kerja kompas, terutama
yang terbuat dari logam.
b) Mengatur kedudukan kompas agar benar-benar berada dalam posisi
datar.
c) Memproyeksikan tempat kedudukan kompas pada titik awal
pemberangkatan.
d) Membidik titik sasaran, yaitu dengan membuat sasaran bidik, celah
bidik dan garis rambut (pisir) kompas berada pada satu garis lurus.
e) Membaca skala mendatar sudut kompas, yaitu besarnya
penyimpangan sudut antar kutub utara mangnet bumi dengan garis
lintasan.

4. Sudut Kompas
Pengertian sudut kompas atau sudut bidik atau istilah umum yang
sering dipakai adalah azimuth yaitu besar sudut yang dibentuk antara
sasaran bidik dengan arah utara kompas. Dihitung dari arah utara
berputar searah dengan arah putaran jarum jam. Selain sudut bidik ada
juga sudut balik atau back azimuth, yaitu kebalikan atau lawan dari
sudut bidik atau azimuth. Cara menghitung sudut balik atau back
azimuth adalah:
a) Jika azimuth < 180°, back azimuth = azimuth + 180°
b) Jika azimuth > 180°, back azimuth = azimuth - 180°
Contoh :
Azimuth = 130°, maka back azimuth = 130° + 180° = 310°
Azimuth = 245°, maka back azimuth = 245° - 180° = 65°
Catatan : untuk sasaran bidik dipakai benda-benda yang extrim, yaitu
benda yang berbeda dengan benda-benda lain disekitarya (punya ciri
tersendiri, misalnya pemancar) dan tercantum dalam peta.

31
III. NAVIGASI DARAT

Peta dan kompas merupakan perangkat navigasi yang fungsinya saling


menunjang. Untuk mendapatkan manfaat dari perangkat tersebut secara
optimal tergantung dari penguasaan kita terhadap alat-alat tersebut dengan
baik. Peta dan kompas mempunyai acuan arah utara yang berbeda dengan
arah utara sebenamya. Khusus untuk memudahkan pemahaman penggunaan
peta kompas maka sementara antara utara kita anggap sama.
Peta dan kompas untuk menentukan kedudukan
1. Orientasi peta
yaitu cara yang benar dalam memegang peta secara benar, dengan
menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis
menyamakan utara peta dengan utara magnetis)caranya:
a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang
menyolok
b) Bukalah peta dan kompas.
c) Letakkan peta pada bidang datar.
d) Letakkan kompas di atas peta lalu sejajarkan arah utara kompas
(magnetis) dengan utara peta dengan cara memutar peta sehingga
utara peta sejajar dengan utara kompas, dengan demikian letak peta
akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
e) Bila utara peta sudah sama dengan utara kompas berarti cara
memegang peta sudah benar.
2. Orientasi medan
merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan
dengan peta, juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan,
a) Cari tanda-tanda medan yangpaling menonjol disekeliling dan temukan
tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
b) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya
maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda
medan.
3. Resection adalah menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali, Tidak semua tanda medan harus kita
bidik, Langkah-langkah melakukan resection:
a) Lakukan orientasi peta dengan benar, lalu amati situasi kondisi
lapangan.
b) Cari apa saja yang bisa dijadikan titik extrim (tanda medan) yang
letaknya kita ketahui baik di peta maupun di lapangan, lalu kita tandai
pada peta.
c) Bidik kompas ke sasaran bidik (titik extrim) minimal 2 buah (jangan
pindah tempat selama membidik), misalnya tanda medan titik A dan B
kemudian catat titik bidiknya (azimuth).
d) Hitung back azimuth masing-masing titik.
e) Tarik garis dari titik A dan B tersebut sebesar perhitungan back azimuth
tadi.

32
f) Perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukan kita pada

peta

4. Intersection
yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali dipeta dan dilapangan.selain itu
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai.disini kita harus yakin posisi
kita dipeta, caranya:
a) Orientasi peta
b) Lakukan resection untuk memastikan posisi kita dipeta, misalnya
titik A dan titik B
c) Bidikkan kompas kearah sasaran dari posisi kita yang pertama (A)
kemudian kita pindah ke titik kedua (B) kemudian bidikkan kompas
ke arah sasaran.
d) Catat sudut bidiknya (azimuth).
e) Tarik garis dari titik A dan B sesuai sudut bidik tadi.
f) Perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukannya.

5. Person to person (man to man)


adalah cara yang digunakan bila tidak dimungkinkan menggunakan titik
extrim, karena jarak pandang yang terbatas misal kabut dan malam hari.
caranya :
a) Kelompok dibagi dua, satu sebagai pembidik yang lain sebagai
sasaran bidik.
b) Sasaran bidik menempatkan diri sesuai jarak pandang pembidik dan
dengan sudut bidik yang dikehendaki.
c) Pembidik membidik sasaran bidik dengan tepat.

33
d) Pembidik menuju sasaran bidik sementara itu sasaran bidik tetap di
tempat.
e) Setelah pembidik sampai di tempat sasaran, sasaran berlari untuk
menjadi sasaran bidik selanjutnya.
f) Kemudian pembidik membidik sasaran bidik sesuai dengan sudut
bidik dan begitu seterusnya sampai tujuan.
Catatan : pada saat pembidik menggantikan posisi sasaran bidik
diusahakan letaknya tidak bergeser.

6. Melambung (ambil langkah atau pinjam langkah)


adalah suatu teknik untuk mengantisipasi jalur yang sulit atau tidak
memungkinkan untuk kita lewati, misalnya terhalang rawa,
caranya:
a) lakukan orientasi medan, arah mana yang paling memungkinkan untuk
menghindar
b) Kita letakkan suatu tanda yang dapat dilihat dari jarak jauh (lebih baik
seorang rekan kita).
c) Dari sini kita memutar 90°, bila kita memutar ke kiri atau berlawanan
dengan arah jarum jam = sudut bidik (azimuth) - 90°, bila memutar ke
kanan atau searah jarum jam = sudut bidik (azimuth) + 90°.
d) Cara membelok : bila pertama ke kiri maka berikutnya ke kanan
kemudian ke kanan lagi, bila pertama ke kanan maka berikutnya ke kiri
kemudian ke kiri lagi (setiap membelok sebesar 90°).
e) Setelah sampai di seberang, bidikkan back azimuth dari sudut bidik
mula- mula ke arah rekan kita yang tinggal atau tanda yang
ditinggalkan (sebelum pinjam langkah).
f) Bila back azimuth itu sudah pas berarti kita sudah lurus dari arah
lintasan tadi.
g) Selanjutnya kompas kita bidikkan sesuai dengan tujuan semula.

7. Menentukan arah tanpa kompas


Beberapa cara yang dapat digunakan apabila kompas tidak berfungsi atau
tidak membawa kompas, yaitu :
a) Dengan tanda-tanda alam :
> Kuburan Islam membujur ke utara selatan.
> Masjid menghadap ke timur (di Indonesia).
> Bagian pohon yang berlumut lebih tebal adalah sisi bagian timur
(karena sinar matahari belum terik).
> Sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan
b) Dengan perbintangan :
> Perhatikan peredaran matahari, matahari terbit dari timur dan
terbenam di barat.

34
> Rasi bintang gubuk penceng/pari perpanjangan diagonal yang
memotong horizontal menunjukkan arah selatan, rasi bintang biduk
arah utara, rasi bintang scorpio arah tenggara/timur langit, rasi bintang
orion/waluku arah barat

CONTOH GAMBAR RASI BINTANG

35
ROCK CLIMBING ( RC )

I. PENDAHULUAN

Berbicara tentang aktivitas panjat tebing (rock climbing), mau tidak mau
kita harus membicarakan pula tentang aktivitas mendaki gunung
(mountainering) yang merupakan cikal bakal dari aktivitas panjat tebing itu
sendiri. Pendakian gunung yang memiliki berbagai jenis gunung dengan
tingkat ketinggian dan kesulitan yang beragam dan memiliki tebing-tebing
yang tidak dapat didaki, sehingga harus dipanjat dengan bantuan peralatan
memanjat tebing.

Rock climbing dianggap mempunyai nilai yang lebih tinggi karena jauh
lebih tinggi karena jauh lebih sulit dan berbahaya dibandingkan dengan
mendaki gunung, baik dari persiapan fisik, mental, teknik, strategi maupun
peralatan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kekuatan, keterampilan,
kecerdasan dan yang paling utama semangat juang.

Pendapat yang mengatakan bahwa rock climbing merupakan suatu


kegiatan atau olah raga yang mahal merupakan pendapat yang keliru.
Peralatan rock climbing merupakan sarana pemanjatan dan alat keselamatan.

Aktivitas panjat tebing alam merupakan ekspresi diri scorang petualang


dimana bentuk aktivitas tersebut lebih menantang dibandingkan dengan
aktivitas mendaki gunung.Menurut jenis medan yang dilalui bentuk
climbing dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

• Rock Climbing
• Snow and Ice Climbing

II. PENGENALAN PERALATAN

Sebelum mengenal lebih jauh tentang olah raga panjat, pengetahuan


peralatan harus diketahui terlebih dahulu, mengenal nama dan bentuk
peralatan kemudian paham fungsi alat tersebut serta yang terakhir dan tidak
kalah pentingnya dapat mempraktekkan peralatan tersebut sesuai standart
procedure pemakaian.

Disamping itu cara merawat peralatan harus dimengerti agar peralatan


tersegut tidak cepat rusak. Spesifikasi kekuatan pealatan panjat berbeda -
beda dari model / jenis peralatan sehingga seorang pemanjat sedikit banyak
dituntut untuk mengetahui hal ini dikatenakan ini berhubungan erat dengan
keamanan dalam aktivitas pemanjatan. Adapun jenis-jenis peralatan dan
perlengkapan panjat tebing adalah sebagai berikut:

36
A. ROPE ( TALI KERNMENTLE )

Tali yang biasa digunakan dalam pemanjatan adalah jenis kernmentle,


yang berfungsi sebagai pengaman pemanjat apabila terjatuh. Secara umum
terdapat dua macam:

1. Kernmentle Static Rope


Jenis tali ini mempunyai daya kelenturan antara 6 % - 10 %, biasanya
digunakan untuk tali tetap ( fixed rope ) yang akan digunakan untuk
ascending maupun descending.

Diameter standart yang digunakan adalah 10.5 mm. Penampilan fisik


biasanya berwama gelap atau satu warna. Karena sifatnya yang static
maka jenis tali ini agak keras atau kaku.

2. Kernmantle Dynamic Rope


Digunakan sebagai pengaman utama / pemanjatan yang
menghubungkan pemanjat dengan pengaman. Daya lentur tali ini
adalah hingga 25 % yang berfungsi sebagai peredam kejut jika jatuh,
beban maximal tali ini hingga tali ini merentang pada titik tertinggi
adalah 25 % s/d 50 %. Jenis tali ini terbuat dari serat nylon dan
diameter yang biasa digunakan adalah 8,8 mm ; 9 mm ; 10,5 mm dan
11 mm. Kelemahan dari kernmentle adalah jangan sampai terinjak atau
terbebani benda kertas atau berat maupun gesekan benda tajam (friksi),
termasuk terkena benda – benda menyudut atau patahan.

Untuk perawatannya apabila tali kotor cukup di cuci dengan air


mengalir tanpa tambahan bahan kimia. Ketika menjemur diusahakan
jangan sampai terkena langsung sinar matahari, cukup diangin-
anginkan. Penyimpanan tali dalam posisi menggantung pada tempat
yang kering. Kernmentle yang baik dan masih layak pakai bila ditekuk
tidak menjadi patahan/masih membentuk lubang. Jangka waktu
tali menurut penggunaannya untuk kegiatan rutin selama 2 tahun
sedangkan untuk kegiatan berkala antara 4 s/d 5 tahun (tergantung
pemakaian dan perwatan). Perhitungan kekuatan dengan rumus :

(D * D) * 22 Kg dimana D : diameter tali

37
B. CARABINERS

Adalah cincin kait yang terbuat dari aluminium alloy yang memiliki gate.
Ada dua macam carabiner yaitu screw gate dan non screw gate (snape
gate). Screw gate carabiner lebih besar kekuatannya daripada non screw
gate. Berfungsi sebagai pengait dan dikaitkan (dengan simpul, hereloop,
dll).

Snape Screw

C. HARNESS

Peralatan yang digunakan sebagai pengaman tubuh. Ada dua macam


harness, yaitu Sit Harness dan Full Body Harness. Adapun dalam
bentuknya terbagi menjadi dua jenis yaitu praktis (produk pabrikan dalam
bentuk jadi) dan manual (menggunakan webbing yang dibentuk secara
mandiri). Dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :

D. WEBBING

Peralatan panjat yang bentuknya pipih, tidak terlalu kaku dan lentur.
Webbing berfungsi untuk memasang tali pengaman (Anchor), pengaman
tubuh (pengganti harness), sling runner.

E. PRUSIK

Jenis tali kernmentle yang berukuran kecil sekitar 5-6 mm dan biasa
digunakan untuk mengganti sling runner dan juga bisa digunakan untuk
meniti tali ke atas (prusiking) dengan menggunakan simpul jangkar.

38
F. SLING

Merupakan alat panjat yang berfungsi sebagai natural point (tambatan),


runner pengaman, penghubung,. Sling dapat dibuat dari kernmentle kecil
atau webbing.

G. HELM PANJAT

Berfunsi untuk melindungi atau mengamankan kepala pemanjat agar


terlindungi dari runtuhan ataupun terjatuh dan terbentur. Bahan terbuat
dari plastic khusus yang ringan dan tebal.

H. CALK BAG

Berfungsi sebagai tempat Magnesium Carbonat (MgCo3) yang berfungsi


agar tangan tidak licin karena keringat.

I. SEPATU PANJAT

Ada 2 jenis sepatu yang biasa digunakan :


a. Soft (lentur dan fleksibel)
Bagian bawahnya terbuat dari karet yang kuat dan memiliki kelenturan
untuk menolong pada pijakan - pijakan minim dipermukaan tebing dan
mempunyai daya friksi yang baik.
b. Hard (keras)
Jenis sepatu ini pada bagian bawahnya tidak terlalu lentur / agak kaku.
Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya dan tajam.

39
J. FIGURE of EIGHT

Digunakan untuk meniti tali pada saat turun ke bawah. Juga dapat
digunakan untuk mengamankan leader saat membuat jalur.

K. HAMMER

Berfungsi untuk mengamankan pengaman dan melepaskan kembali.


Terbuat dari aluminium alloy sehingga lebih ringan dan pada ujungnya
berfungsi untuk mengencangkan mur pada saat memasang hanger.

L. PULLEY

Mirip katrol kecil, dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam menahan
beban berat. Digunakan untuk meluncur.

M. ARTIFICIAL ANCHOR dan HANGER


Merupakan pengaman buatan sebagai pasak untuk menahan beban bila
pemanjat jatuh. Ada berbagai jenis, diantaranya :

40
o Paku piton (paku tebing)
o Friend (pangaman sisip)
o Chockstopper (pengaman sisip)
o Hexa / hexentric (pengaman sisip)
Hanger merupakan natural point (tambatan), runner pengaman yang
dipasang pada piton.

N. HAND DRILL (BOR)

Merupakan media untuk mengebor tebing secara manual untuk


menempatkan pengaman berupa blod beserta hanger.

III. MATERI SIMPUL

Simpul sering kali kita jumpai dan gunakan dalam berbagai keperluan.
Penggunaan simpul tergantung dari prosedur pengamanan (safety procedure)
dari tiap-tiap divisi.

Simpul adalah suatu cara untuk menggabungkan sesuatu, khususnya tali


dengan tali atau tali dengan media lainnya dengan teknik tertentu sehingga
akan menghasilkan ikatanyang kuat tapi mudah dalam pembuatannya dan
mudahpula pelepasannya.

41
Dari sedemikian banyak jenis tali simpul, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kelemahan. baik cara pembuatannya maupun pelepasannya dan
media yang terkena simpul.

Diperlukan penguasaan. pengetahuan dan pemahaman khusus tentang


simpul untuk menghindari kesalahan yang berakibat fatal. Pengetahuan
simpul terbagi menjadi 3 bagian:

1) Simpul dasar / utama


2) Pengembangan simpul dasar
3) Aransemen simpul (untuk kebutuhan tertentu)

Simpul dasar yang sering digunakan adalah :

 Simpul Mati
Untuk menyambung tali yang sama besar. Simpul ini lebih kuat tapi sulit
untuk melepasnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang
sebesar 40%.

 Simpul Hidup /Jangkar


Berfungsi untuk menyambung dua buah tali yang sama besar. Simpul ini
mudah untuk dilepas. Toleransi terhadap kekuatan akan berkurang sebesar
40 %.

 Simpul Pita (Ring Bang)


Untuk menyambung pita webbing (sebagai sling webbing). Toleransi
kekuatan akan berkurang sebesar 44 %.

42
 Simpul Delapan (Tunggal dan Ganda)
Sebagai pengaman dalam penambatan dan pengaman utama yang
dihubungkan tali tubuh atau harness. Toleransi kekuatan terhadap tali akan
berkurang sebesar 55 % s/d 69 %.

Ganda

IV. CLIMBING PROSEDURE


Prosedure pemanjatan pada intinya terbagi menjadi tiga tahap :
1. Sebelum pemanjatan (Persiapan)
Sebelum pemanjatan dimulai seorang pemanjat perlu mengadakan
persiapan yang merupakan kegiatan awal yang mutlak dilakukan demi
kelancaran dan keberhasilan suatu pemanjatan. Persiapan pemanjatan
meliputi:
a) Survey medan
Menentukan layak dan tidaknya dinding untuk dipanjat.
b) Menentukan jalur yang akan dipanjat
Mengatur strategi pemanjatan (dimana istirahat atau dimana
pengamanan dapat dipasang).
c) Persiapan peralatan
Menentukan peralatan apa saja yang akan dibawa, apa
jenisnya, ukurannya dan berapa banyak sehingga pemanjat akan
terhindar dari kesia-siaan.
d) Personil persiapan
Meliputi fisik, psikologi (Psikis) dan pengetahuan tentang alat dan
teknik penggunaan alat.
2. Proses pemanjatan (pada saat pemanjatan)
Dimulai oleh pemanjat pich (tahap) pertama (leader) yang akan membuka
jalur pemanjatan. Ditentukan pula pembelay / belayer (penambat). Setelah
itu pemanjatan dapat dimulai. Pemanjatan dianggap selesai jika semua
pemanjat telah sampai pada target yang ditentukan.
Teknik pemanjatan sangat perlu diperhatikan. Dalam pemanjatan
keseimbangan / kestabilan tubuh dan penempatan tubuh yang tepat
sehingga dapat bergerak dengan bebas dan bertahan lama (tidak
melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pemanjatan dengan
tepat, aman dan sedapat mungkin cepat.
Dalam teknik pemanjatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

43
a) Tumpnan badan pada kedua kaki bukan kedua tangan. Tangan sebagai
keseimbangan dan pencari point atau celah sebagai pegangan.
b) Tubuh agak menjauh dari tebing. Hal tersebut untuk mempermudahkan
dalam pemanjatan dan kaki tidak mudah tergelincir.
c) Pelan tapi pasti. Usahakan dalam pemanjatan tidak tergesa dan terlalu
cepat dalam bergerak karena akan melelahkan dan kemungkinan besar
tergelincir.
d) Prinsip tiga kuat satu mencari. Merupakan prinsip tiga tumpuan dan
satu mencari yaitu tumpuan dua kaki dan satu tangan atau dua tangan
satu kaki.
 Teknik pemanjatan berdasarkan pemakaian alat dan tekniknya ada dua
jenis :
a. Free Climbing
Teknik pemanjatan tanpa menggunakan alat, dengan kata lain cuma
mengandalkan kekuatan tangan dan kaki. Teknik ini digunakan pada
tebing yang rendah dan memang banyak terdapat point atau celah
yang dapat digunakan sebagai tumpuan tangan dan kaki dalam
pemanjatan tebing.

b. Artificial Climbing
Teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan tambahan atau
pemanjatan yang tidak hanya mengandalkan kekuatan tangan dan
kaki. Teknik ini dipakai pada tebing yang mempunyai ketinggian
sedang atau sangat tinggi sehingga dibutuhkan alat tambahan sebagai
pengaman.

 Pengaman atau tumpuan


Ada dua jenis pengaman :
a. Alami
Pengaman dengan memanfaatkan apa yang sudah ada (alam).
Misamya: celah batu, tonjolan batu, pohon, dll.
b. Buatan
Pengaman yang sengaja dibuat dengan menggunakan peralatan yang
ada. Misalnya: piton, paku tebing

 Belaying

44
Teknik untuk membantu pemanjat agar terhindar dari bahaya jatuh, baik
pada saat naik maupun turun. Teknik belay yang sering dipakai :
a. Body belay
Badan sebagai tumpuan dan tambatan tali.
b. Technical belay
Memanfaatkan pohon, celah tebing, atau batu sebagai tambatan.

 Teknik turun tebing


Teknik yang sering dipakai antara lain :
a. Body rapel, yaitu teknik turun tebing hanya menggunakan tali.
b. Arm rapel, yaitu teknik turun tebing dengan menggunakan alat
bantu.
Hal yang perlu diperhatikan :
- Waspada terhadap rontokan batu
- Menggunakan tali statis
- Penggunaan alat bantu yang sesuai
- Teknik atau posisi badan

3. Sesudah pemanjatan
Pengecekan ulang serta pendataan peralatan yang digunakan, mengingat
pentingnya peralatan untuk menunjang keselamatan dan kelancaran
pemanjatan.

V. SAFETY PROCEDURE
Keamanan dalam aktifitas pemanjatan sangat penting karena menyangkut
nyawa. Keamanan dimulai dari peralatan, simpul, cara pemasangan.
 Peralatan
Perlu diperhatikan dalam pemilihan alat. Jangan asal murah tetapi
keamanan tidak terjamin. Diperhatikan pula masa pakai alat, karakteristik
dan cara kerja alat serta frekuensi pemakaian.
 Simpul
Diburuhkan penguasaan yang benar dan tepat sehingga dalam penerapan
pembuatan simpul sesuai dengan kebutuhan.
 Cara pemasangan
Pemasangan peralatan harus benar dan tepat, jika dianggap perlu diadakan
pengecekan ulang. Misalnya: pemasangan tali pada karabiner, simpul-
simpul pada pengaman, dsb.

45
PENELUSURAN GOA (CAVING)
I. PENDAHULUAN

Caving berasal dari kata Cave= Goa. Sedangkan orang yang menelusuri
gua disebut caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai kegiatan penelusuran gua
yang mana merupakan salan satu bentuk kegiatan dari Speleologi. Sedangkan
Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu : Spalion = Goa
dan Logos = ilmu. Jadi, secara harfiah Speleologi adalah Ilmu yang mempelajari
tentang gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, spleologi juga
mempelajari tentang lingkungan disekitar gua.

Ada Beberapa Pengertian Penelusuran Goa "Caving' menurut para ahli


Penemu mamupun para Caver, yakni :

1. Menurut IUS (International Union of Speleology) anggota komisi X


UNESCO PBB : “Gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat
dimasuki orang”.
2. Menurut R.K.T.ko (Speleologiawan) : “Setiap ruang bawah tanah baik
terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui system
percelahan, rekahan atau aliran sungai yang membentuk suatu lintasan
aliran sungai dibawah tanah.”

II. Sejarah Penelusuran Goa 'Caving'.


Penelusuran Gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset,
England (1674) ia seorang ahli tambang dan geologi amatir.

1. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua-gua antara tahun 1670-


1680 adalah Baron Johann Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 goa,
membuat peta, sketsa dan melahirkan buku setebal 2800 halaman.
2. Joseph Nagel, pada tahun 1747 berhasil memetakan system perguaan di
kerajaan Astro-Hongaria.
3. Stephen Bishop, pemandu wisata gua yang paling berjasa dan membawa
gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.

III. KODE ETIK MORAL DAN MOTTO

1. Kode etik penelusur goa dibuat karena goa merupakan lingkungan yang
sangat sensitif dan mudah tercemar. Kode etik ini antara lain :
 TAKE NOTHING BUT PICTURE (Jangan Mengambil Apapun
Kecuali Gambar)
 LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT ( Jangan Meninggalkan
Sesuatu Kecuali Jejak)
 KILL NOTHING BUT TIME ( Jangan Membunuh/Memotong Sesuatu
Kecuali Waktu)
 CAVE SOFTLY
2. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di dalam goa
dibentuk dalam kurun waktu ribuan tahun.

46
3. Setiap menelusuri gua dan menelitinya dilakukan oleh penelusur gua dengan
penuh respek tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan biota di dalam gua.
4. Setiap penelusur menyadari bahwa kegiatan speleologi dari segi olah raga
maupun ilmiah bukan merupakan usaha yang perlu dipertontonkan dan tidak
butuh penonton.
5. Para penelusur tidak memandang rendah diantara sesama penelusur, begitu
juga sebaliknya penelusur akan dianggap melanggar etika apabila
memaksakan kehendaknya padahal persiapan kurang.
6. Respek terhadap sesama penelusur gua ditunjukkan dengan cara
a) Tidak menggunakan bahan / peralatan, yang ditinggalkan rombongan
lain, tanpa izin mereka.
b) Tidak membahayakan lainnya, seperti melempar suatu benda ke dalam
goa bila ada orang di dalam gua.
c) Tidak menghasut penduduk untuk menghalangi rombongan penelusur
d) Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila diketahui ada
rombongan lain melakukan penelitian yang sama tapi belum
dipublikasikan.
e) Jangan menganggap anda penemu sesuatu apabila anda belum
melakukan mencari informasi.
f) Setiap usaha penelusuran merupakan usaha bersama. (jangan
menonjolkan kemampuan pribadi dan ingat bahwa penelusur adalah
tim) .

IV. BAHAYA PENELUSURAN GOA

1.Faktor manusia

a) Tersesat
Kurang pengamatan pada waktu masuk ,sumber cahaya habis ,gua
bertingkat,terlalu lelah
b) Tenggelam
Tidak dapat berenang ,bisa berenang tapi ceroboh ,cave diving,banjir dan
pusaran air
c) Ceroboh
Kurang persiapan (fisik,perlengkapan),terpleset,kepala terantuk
atap,merubah formasi gua(rubuh),memilih pijakan labil
d) Kedinginan
Sungai bawah tanah ,angina,kurang makan berkalori
e) Kekurangan cairan
Haus yang berlebihan ,gua pengap,udara tidak mengalir.
f) Kurang mahir dalam SRT atau PRUSIKAN
 Tidak mebuat simpul pada ujung tali
 Melaepas simpul pada waktu menyambung tali
 Salah memilih ancor
 Salah memasang rigging
 Tidak mengunci rigging
 Salah melepas set atau rigging

47
2. Faktor goa

Banjir , tenggelam, arus deras, lumpur dalam, lumpur hisap, runtuh,gas


berbahaya, penyakit akibat virus, binatang berbahaya, tanaman berbahaya,
hipotermia, dehidrasi, mistis, mitos, legenda(bahaya sekunder).

3. Faktor peralatan

a. Peralatan yang dibawa tidak lengkap.


b. Peralatan yang sudah tidak layak pakai.
c. Peralatan yang hilang dalam penelusuran .
d. Kurangnya kenyamanan pada peralatan yang dipakai.

V. MANAJEMENT PENELUSURAN GOA


1. Pra penelusuran
 Survei lapangan
 Pembuatan laporan survei
 Latihan materi penelusuran baik vertikal maupun horisontal
2. Selama penelusuran
 Penelusuan biasa
Rigging,cleaning,transport barang.
 Pemetaan goa
Ringging,leader,mapping,cleaning.
 Penelitian goa
Ringging,leader,cleaning,pengambilan sample.
3. Sesudah penelusuran
 Check pealatan
 Perawatan peralatan
 Pemulihan kondisi penelusur
 Evaluasi kegiatan
 Pembuatan laporan

VI. TEHNIK PENELUSURAN GOA HORIZONTAL DAN VERTICAL

1. Tehnik penelusuran goa horizontal


 Tehnik surfing yaitu tehnik penelusuran goa horizontal, apa bila lorong
yang kita lewati berlumpur dengan ketinggian separoh dari badan kita,
otomatis kalau kita melewati lumpur tersebut dengan berjalan tidak akan
bias, maka digunakan tehnik surfing atau selancar.
 Tehnik daiving / selam Lorong yaitu salah satu cara untuk dapat
melewatinya adalah dengan melakukan diving (selam), dengan set diving
maupun dengan free diving (selam bebes tanpa peralatan yang memadai).
Tetapi hal tersebut sangat besar sekali resikonya yang harus ditanggung
oleh pediving caving.
 Climbing adalah salah satu penelusuran goa horizontal,kadang kita
menemukan dan berhadapan dengan waterfall (air terjun) pada lorong
yang akan kita telusuri masih panjang dan berada diatas waterfall
contohnya di Goa ciremai di imogiri, Goa Perak di Pacitan, Goa Seropan

48
Di semanu. Untul melanjutkan penelisuran kita harus menggunakan
tehnik climbing, seperti penggunaan pengaman sisip untuk lintasan, yang
melakukan adalah leader kemudian anggota yang lain yang bias
melewatinya dengan SRT.

2. Tehnik goa vertikal


 cimneying Yaitu tehnik menelusuri goa vertikal, yang apa bila kita
menemukan dan harus melalui lorong-lorong yang sempit, vertikal dan
hanya cukup dengan badan kita, dengan menggunakan tiga tumpuan
untuk menaiki atau melewatin lorong tersebut, yaitu tangan, kaki, atau
lutut, posisi tubuh pada tehnik ini adalah seperti orang jongkok bersandar
pada dinding.
 bridging Yaitu tehnik menelusuri goa vertikal, , yang apa bila kita
menemukan dan harus melalui lorong-lorong yang sempit, vertikal dan
hanya cukup dengan badan kita, dengan menggunakan empat tumpuan
pemanjatan, yaitu kedua kaki dan kedua tangan yang saling bergantian
satu persatu persatu untuk menumpu pada dinding goa. Posisi tubuh pada
tehnik ini adalah berdiri tegak dengan kedua kaki tetap bertumpu pada
sisi-sisi dinding goa.
 Tehnik SRT (single Rope Technic)
Single Rope Technique" atau sering disebut SRT merupakan sebuah
teknik yang digunakan untuk penelusuran Goa vertikal ,dengan variasi
lintasan sesuai dengan medan .Sebenarnya SRT juga dipakai pada Panjat
Tebing (rock climbing), tetapi dikarenakan kurangnya pemahaman arti
dari SRT itu sendiri maka banyak yang salah mengartikan kalau SRT
hanya dipakai di Caving.

Peralatan set SRT,terdiri dari :


 Seat harnes digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada
pinggang.

 Mailon rapid delta/triangle sebagai menyambung chest harness.

49
 Mailon rapid oval.

 Croll

 Chest harness/Harness Body

 Discender (autostop) dan figure of eight digunakan untuk menuruni


tali.

50
 Ascender ( jumar) digunakan untuk menaiki tali.

 Footloop digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan


ascender.

 Cowstil dibuat dengan tali dinamic yang bercabang dengan salah satu
cabang ukurannya pendek. Cabang pendek digunakan sebagai
pengaman saat mulai atau selesai melintasi tali, sedangkan yang
panjang untuk menghubungkan ascender dengan tubuh.

 Carabiner friksi ( evernew )

 Carabiner srcew 2.

 Carabiner snap 2

51
1. PRUSIKING
Prusiking adalah kegiatan menaiki tali dari bawah keatas menggunakan
sebuah prusik. mungkin beberapa dari kalian mengira prusik adalah nama
dari sebuah alat yang disebut tali prusik dan ternyata bukan. Prusik
merupakan nama sebuah simpul tali yang digunakan untuk menjerat tali
karmantel ketika dibebani tanpa merusak karmantel selain itu simpul
prusik juga mudah untuk dilepas. sedang tali yang kita gunakan untuk
simpul prusik adalah sling karmantel atau potongan karmantel.Prusiking
masuk dalam materi panjat dalam bab Ascending yaitu kegiatan menaiki
tali. sama seperti halnya repling, prusiking digunakan ketika tebing yang
kita panjat hampir tidak memiliki pijakan atau menaiki jembatan dengan
tali.

Cara praktek prusiking [naik pada tebing]adalah :


1. kita harus pasang wibing dengan benar agar keselamatan terjamin
2. pasang tali frusik pada karmantel
3. setelah itu kita harus pasang karabiner skru pada webing dan tali frusik
pada bagian atas.
4. setelah itu mulailah memanjat dengan cara:
 naikkan tali frusik bagian atas.
 setelah itu naikkan tali frusik bagian bawah dan injak lalu kita naik
ke atas.
 kita harus melakukan dengan berulang-ulang.

PERALATAN PRUSIKING ,terdiri dari :


1) sling webbing 3 atau lebih.

2) sling prusik 2

3) carabiner screw delta atau oval.

52
4) webbing/harnes

2. REPLING
Repling adalah kebalikan dari prusiking, kalau prusik keatas sekarang
kebawah dengan bantuan figur untuk turun dari sebuah ketinggian.
PERALATAN REPLING:
1) figure of eigh

2) carabiner screw delta atau oval.

3) kaos tangan .
Sarung tangan yang sering digunakan untuk rappling adalah sarung
tangan yang terbuat dari kain katun atau wool.

53
3. Frog Rig system
System ini sering disebut sit and stand system karena saat meniti tali
gerakannya seperti orang berdiri lalu duduk.
4. Teknik Ascending
Untuk meniti tali keatas dalam system frog rig system digunakan hand
ascender yang dihubungkan dengan cowstil ujung panjang.dirangkaikan
dengan footloop dan chess ascender (croll) yang diikatkan ke dada
dengan chess harnes.
Lintasan vertikal
 Intermedieate
 Deviasi
 Sambung tali

5. Teknik descending
Teknik menuruni tali pada frog rig system biasanya menggunakan
descender Simple stop maupun auto stop.untuk penggunaan descender
simple stop biasaya ditambah dengan carabiner non screw.
DERAJAT KARAKTERISTIK GOA PERALATAN
KESULITAN
Mudah sekali Horizontal, kering, tidak penerangan
banyak percabangan,tidak
panjang, luas
Mudah Horizontal, berair, Explore set
berlumpur, lorong tidak Manajemen penelusuran
panjang
Sedang Horizontal: Explore set
berair, berlumpur, sempit, Manajemen penelusuran
banyak percabangan,
panjang Explore set
vertical: Riging mudah, Rigging set
single pitch, kedalaman <50
meter
Sulit Horizontal: Explore set
berair, berlumpur, sempit , Manajemen penelusuran
banyak percabangan, Alat pengaman
panjang sekali
vertical: Riging sulit, Explore set
multiple pitch, kedalaman Rigging set
>50 meter SRT set

VII. PENGENALAN PERALATAN


1. EQUIPMENT PERSONAL
a) Helm Speleo
Helm yang khusus, yang kuat ( memenuhi standart atau ISO ) dan
setidaknya di uji coba dulu, punya bagian yang berupa pita yang
adjustable digunakan untuk mengikatkan helm pada kepala kita.
b) Boom.
Berupa tabung yang di hubungkan dengan sebuah slang ke helm.
Terdiri dari dua bagian, tabung alas berguna untuk menampung air yang
di lengkapi dengan regulator saluran gas dan lobang tempat pengisian
air. Tabung bawah di gunakan untuk mengisi karbit.

54
c) Alat penerangan
Penerangan di sini ada macam :
 elektrik ( senter, headlamp dan sejenisnya )
 non elektrik ( karbit, lilin dan sejenisnya )
d) Cover all
Merupakan pakaian khusus yang modelnya itu nyambung ( baju dan
celana ) atau baju kodok atau baju kaya model bengkel – bengkel.
Nah kalau untuk bahannya bisa dari kaya baju kodok, baju bengkel,
baju lab dan bisa dari parasut ( melindungi dari air, panas, guano ).
e) Sepatu
Untuk sepatu setidaknya yang model atau bahannya karet ( tahan air )
karena untuk menghindari air didalam goa dan guano. Tetapi kembali
lagi dengan medan di goanya sendiri. Yah pertimbangkan saja, karena
setiap sepatu atau alat punya kelebihan dan kelemahan.
f) Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali
ataupun melindungi tangan dari gesekan dengan dinding gua yang
tajam dan kasar
g) Pelampung
h) SRT set
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan
efektifitas penelusuran, karena beberapa peralatan yang ada disesuaikan
dengan tubuh pemakai.
2. Team Equipment
a) Tali
Kernmantel
Di sebut jenis kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian
kern ( bagian dalam/inti ) dan mantel ( bagian luar / pembungkusnya ).
Untuk vertical caving di gunakan jenis static rope. Kekuatan tali yang di
gunakan biasanya harus mengalami uju kekuatan terlebih dahulu.
b) Ladders
Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali
dengan diameter tertentu ( lebih kecil dari diameter tali yang di gunakan
untuk vertical caving )
c) Tali pita ( Webbing )
d) Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya di buat dari bahan
terpal yang kuat menerima gesekan
e) Carabiner ( cincin kait )
Fungsi alat ini sebagai pengait.
Berdasarkan pengamannya, carabiner dibagi menjadi :
Carabiner Screw Gate, jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau
gerbangnya
Carabiner Non Screw Gate, jenis in tidak mempunyai pengunci pada
pintu atau gerbangnya.

55
f) Pengaman Sisip
Pengaman sisip adalah peralatan tambahan untuk membuat tambatan.
Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan
batuannya. Pengaman sisip yang sering di gunakan yaitu :
1) Chock Stopper. Jenis ini berbentuk piramida tumpul. Bisa di
gunakan untuk celah vertical maupun horizontal
2) Hexentrik. Bisa di gunakan untuk celah vertical maupun horizontal
3) Friend. Jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical
4) Chock Stone.
Jenis ini bekerja seperti pengaman sisip lainnya.
Bisa terpasang dengan sendirinya ( batu yg terjatuh lalu terjepit
pada celah ), maupun sengaja di pasang.
Jammed Knot. Teknik yang memasang pengaman sisip dengan
menggunakan simpul pada webbing.
5) Paku Pitton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk
seperti palu yang di tanamkan pada celahvertical maupun
horizontal.
g) Bolts.
Pada penelusuran gua vertical, jika kita tidak bisa menemukan natural
anchor maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu-satunya
pilihan adalah pemasangan bolts (bor tebing)
h) Hanger.
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini di gunakan untuk
menambatkan tali. Bentuk-bentuk yang ada di sesuaikan dengan medan
yang ada.
i) Driver
Di gunakan untuk mengebor dinding atau tebing
j) Hammer
Di gunakan untuk mengetes batuan yang akan di gunakan untuk anchor
juga untuk mengebor tebing.
k) Tackle bag
Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat dari bahan terpal yang tahan
gesek.
l) Pulley
Berbentuk kerekan yang prinsip kerjanya untuk memperingan
penarikan beban. Biasanya digunakan untuk rescue.

VIII. REGGING.
Regging adalah pemasangan lintasan yang akan kita pakai untuk memasuki goa
vertikal maupun horizontal secara aman.syarat agar bisa disebut reggingyang
baik yaitu :
 Aman (tidak bergesekan dengan tebing)
 Tidak merusak peralatan
 Mudah dilewati semua anggota team
 Siap digunakan dalam keadaan emergency
1. Anchor
Dalam pemasangan anchor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

56
a) Jenis tambatan
b) Posisi tambatan
c) Kekuatan tambatan

Berdasarkan jenisnya,anchor dibagi menjadi 2, yaitu:


a) Natural anchor biasanya dari alam.
Pohon,lubang tembus,rekahan,tanduk,ornament.
b) Anchor buatan biasanya tidak dari alam
2. Menejement ringging
 Rigging man
 Asisten rigging

IX. ENDOKARS
Endokars adalah fenomena yang dapat dilihat dibawah permukaan ,pada lorong
lorong goa dibawah permukaan
1. Air terjun
2. Danau atau kolam statis
3. ornament

 Stalagtit. Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah gua menuju ke bawah
yang terbentuk karena adanya rekahan kecil pada tubuh batu gamping
yang memungkinkan terjadinya tetesan air yang mengandung larutan
kalsium karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi sehingga terlepaslah
karbondioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral
kalsit.
 Stalagmit. Stalagtit akan mengeluarkan tetesan air. Tetesan yang
berlebih dalam kurun waktu ribuan tahun akan terakumulasi ke lantai dan
membentuk dekorasi tersendiri. Dekorasi yang terbentuk dari tetesan
stalagtit inilah yang disebut dengan stalagmit.
 Pilar. Pilar bisa terbentuk bila stalagmit dan stalgatit bersatu membentuk
sebuah dekorasi tersendiri.
 Flowstone atau batu alir. Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air
yang mengalir dan menyelubungi bongkahan batu atau tanah.
 Shawl atau drapery. Bentuknya mirip selendang atau gordyn yang
terbentuk dari tetesan air yang mengalir melalui dinding gua. Kadang-
kadang selendang itu tembus cahaya dan berwarna-warni akibat mineral
yang terkandung seperti mineral besi.
 Helectit. Ukuran helectit kecil dan tidak beraturan. Kadang-kadang
bercabang dan melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan air
yang mengalir melalui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler.
Pembentukan dekorasi itu menyalahi gaya gravitasi.
 Cave Pearl atau mutiara goa. Mutiara gua terbentuk saat kerikil
terselimuti oleh mineral kalsit pada lantai sebuah gua. Sayang, dekorasi
yang amat indah itu sulit Anda temui di sebuah gua.

57
SAR (SEARCH AND RESCUE)

I. PENDAHULUAN
1. Pengertian SAR (Search And Rescue)
Dalam Keppres No.11 Tahun 1972 Bab I Pasal 1 Ketentuan Umum SAR
adalah pencarian dan memberi pertolongan meliputi usaha dan mencari,
menyelamatkan, memberi pertolongan terhadap orang dan material yang
hilang atu dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam
penerbangan maupun pelayaran.
2. Tujuan
SAR mempunyai tujuan untuk mencari dan menolong dengan cara efektif
dan efisien, jiwa manusia dan sesuatu berharga yang berada dalam keadaan
mengkhawatirkan. Prinsip SAR adalah 3C yaitu Cepat, Cermat, dan
Cekatan.
3. Anggota
Anggota SAR merupakan keterkaitan dari anggota organisasi SAR itu
sendiri serta pejabat yang terkait dalam pelaksanaan operasional SAR.
Misalnya dari Organisasi Pecinta Alam, Pangdam, Polda, Polres, dan lain-
lain. Dengan demikian organisasi SAR bersifat temporer (dibentuk dan
dibubarkan sesuai kebutuhan atau pada saat misi SAR dimulai, berlangsung,
dan selesai).

II. ORGANISASI
1. Organisasi SAR di Indonesia
 BASARI (Badan SAR Indonesia)
 BASARNAS (Badan SAR Nasional)
 KKR (Kantor Koordinasi Rescue)
 SKR (Sub Koordinasi Rescue)
2. Organisasi Operasional
 SC (SAR Coordinator), adalah pejabat yang mempunyai wewenang
dalam menentukan atau menyediakan fasilitas selama operasi SAR.
 SMC (SAR Mission Coordinator), adalah penanggungjawab operasi SAR
dari awal sampai akhir dan berwenang menggunakan semua fasilitas.
 OSC (On Scene Coordinator), pejabat yang ditunjuk SMC untuk
melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan tergantung wilayah
komunikasi dan kesulitan jangkauan.

58
 SRU (Search And Rescue Unit), unsur yang dioperasikan dalam kegiatan
SAR dan mengikuti penyelenggaraan operasi.

III. TAHAPAN OPERASI SAR


Dalam operasi SAR mempunyai 5 tahapan :
1. Tahap Kekhawatiran (Awareness Stage)
Dimana keadaan darurat diduga akan muncul.
2. Tahap Kesiagaan (Preliminary Mode)
Persiapan untuk menyiagakan fasilitas SAR dan untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan akurat.
3. Tahap Perencanaan (Planning Stage)
Tindakan sebagai tanggapan terhadap keadaan sebelumnya.
4. Tahap Operasi (Operataion Stage)
Operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik.
5. Tahap Akhir Misi
Pada tahap ini dilakukan :
 Evaluasi hasil kegiatan
 Pengembalian unsur-unsur kepada satuannya masing-masing
 Penyiagaan kembali

IV. KOMPONEN PENDUKUNG


Dalam suatu pelaksanaan operasi SAR harus memiliki komponen pendukung
1. Organisasi, untuk pengerahan unsur organisasi, komando dan
pengendalian, wewenang lingkup penegasan dan tanggung jawab dalam
operasi SAR.

59
2. Fasilitas, yaitu komponen berupa unsur, fasilitas, perlengkapan, dan
fasilitas pendukung lainya dan operasi SAR.
3. Komunikasi, berfungsi untuk mendeteksi musibah, fungsi komando dan
pengendalian operasi serta membina kerjasama selama operasi
berlangsung.
4. Perawatan gawat darurat, komponen berupa penyediaan fasilitas
perawatan gawat darurat yang bersifat sementara.
5. Dokumentasi, kompenen pendataan laporan dari kegiatan, analisa data-
data yang menunjang efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan.

V. PERENCANAAN (PLANNING STAGE)


Sebelum tahap pelaksanaan, dibutuhkan suatu persiapan atau perencanaan
yang efektif.
1. Tahap perencanaan pencarian, meliputi perkiraan posisi target/korban, luas
area pencarian, pemilihan pola pencarian, juga penentuan cakupan daerah
yang diinginkan dalam pengembangan pencarian.
2. Urutan perencanaan pencarian adalah menentukan posisi kejadian dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan, menentukan luas area pencarian
terbaik, jumlah SRU yang tersedia, dan keterbatasan faktor lain.
3. Tingkatan perencanaan dengan mempertimbangkan :
 Keadaan lingkungan dari insiden SAR tersebut
 Ketepatan laporan posisi insiden
 Bisa atau tidaknya unsur SAR digunakan
 Waktu yang terlewat sejak insiden tersebut.
4. Perhitungan perencanaan yang meliputi :
 Lokasi insiden SAR dengan dasar posisi diketahui, jalan lintasan yang
diketahui, area yang diketahui
 Definisi-definisi yang digunakan dalam perencanaan pencarian
 Langkah-langkah perhitungan perencanaan pencarian adalah
menentukan datum, yang dimulai dari laporan suatu insiden SAR,
laporan dapat berupa posisi, jalur lintasan, ataupun area.
 Pola-pola pencarian. Setelah langkah-langkah perencanaan pencarian
selesai, maka menentukan pola pencarian dengan mengingat beberapa
faktor antara lain : ketepatan datum, luas area pencarian, SRU yang
dapat digunakan, kemampuan SRU yang bergerak dan bernavigasi,

60
kondisi medan dan cuaca, alat-alat yang dimiliki oleh SRU, dan faktor-
faktor lain.
RESCUE
Operasi penyelamatan dilakukan setelah operasi pencarian selesai.
Dalam operasi penyelamatan ada 7 fase operasional rescue :
1. Briefing Rescue Team
Uraian didalamnya meliputi beberapa hal antara lain mengenai situasi
lapangan, cuaca, lintasan yang akan dilalui, usaha kegiatan yang akan
dilakukan, metode atau saran-saran, da lain-lain.
2. Pemberangkatan atau pengiriman Rescue Unit
Untuk melakukan usaha pertolongan secara lengkap, maka Rescue Team
segera disiagakan. Dalam waktu yang singkat, Rescue Unit harus segera
tiba di lokasi setelah survivor ditemukan. Jadi Rescue Team selalu dalam
keadaan siaga untuk dikirimkan ke lokasi.
3. Perjalanan menuju lokasi musibah
Selama perjalanan dari posko menuju lokasi musibah, Rescue Unit
memberikan posisi kepada SMC atau OSC.
4. Rescue Unit di lokasi musibah
Bila terdapat 2 atau lebih SRU yang tiba di lokasi, maka sudah menjadi
kewajiban SRU yang datang lebih awal untuk melakukan penyelamatan
pertama, dan SRU berikutnya adalah mendukung (backup) SRU pertama.
Dengan hal ini SC atau OSC harus selalu memperhatikan dan memberi
dukungan pada SRU dengan didahului briefing lengkap.
5. Dukungan yang diperlukan oleh Rescue Unit
6. Rescue Unit kembali ke pangkalan
Alternatif waktu ke pangkalan harus diperhatikan dengan menghitung
batas kemampuan unit di lapangan (A Limited On Scene Endurance) dan
batas yang tersedia untuk cepat kembali ke pangkalan. SMC harus
menghitung saat SRU tersebut diharapkan tiba kembali ke pangkalan.
7. De Briefing dari Rescue Unit / Rescue Team

JENIS OPERASI PENYELAMATAN / PERTOLONGAN


1. Dropping dari udara
2. Rescue dengan helicopter
3. Rescue dengan peesawat terbang bersayap tetap (Fixed Wing)
4. Recue dengan kapal laut
5. Koordinasi helicopter dengan kapal laut

61
6. Pertolongan bawah air
7. Pertolongan oleh unit SAR darat
EMERGENCY CARE
Pelayanan atau perawatan darurat diperlukan sejak survivor diketemukan di
lokasi sampai ke tempat penampungan yang memadai.
7 hal yang terdapat dalam Operasional Emergency Care :
1. Triage
2. Pertolongan pertama dan menstabilkan keadaan korban
3. Survivor De Briefing
4. Pemindahan korban ke tempat penampungan
5. Dukungan (Life Support) selama transportasi
6. Penyerahan korban ke tempat penampungan atau fasilitas kesehatan
7. Briefing / penjelasan bagi yang menerima korban

TINGKAT PERAWATAN DARURAT


Terdiri dari :
1. Perawatan atau usaha pertolongan oleh diri korban sendiri
2. Oleh escue Team di lokasi korban
3. Di Rumah Sakit atau lokasi penampungan

TRIAGE
Merupakan proses dari seleksi korban berdasarkan tingkat kekuatannya untuk
memberikan prioritas dari pelayanan tersebut. Pengobatan maupun
evakuasinya dibedakan menjadi 5 golongan :
1. Golongan I (Label Hijau)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan minimal,
sederhana atau tidak luka sama sekali (tidak gawat).
2. Golongan II (Label Kuning)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan karena luka ringan
yang tidak mengancam jiwanya, tapi harus segera ditangani.
3. Golongan III (Label Merah)
Diberikan pada survivor yang memerlukan pertolongan medis segera
karena luka yang cukup berat agar tetap hidup dan terhindar dari cacat
(gawat darurat).
4. Golongan IV (Label Putih)
Diberikan pada survivor yang dalam keadaan kritis dan kecil harapan
untuk hidup (gawat tidak darurat).

62
5. Golongan V (Label Hitam)
Diberikan pada korban meninggal.

MAKSUD DAN PELAKSANAANNYA


Pertolongan dan program operasional perawatan dalam suatu SAR
dimaksudkan sebagai usaha awal dari seluruh kegiatan perawatan yang
diperlukan dalam operasi. Dilakukan dengan cara sederhana, mudah dengan
hasil sebanyak korban yang dapat ditolong, dan dipertahankan hidupnya.
Penggolongan ini memang sulit karena keterbatasan personil-personi
medis yang ada di lokasi, keterbatasan alat yang memadai di lokasi,
sedangkan korban yang memerlukan perawatan jumlahnya cukup banyak.
Rescue Team yang melakukan pertolongan di laut sebaiknya dengan
cepat melakukan pertolongan setelah korban berada di atas kapal penolong.
Atau bila darurat segera lakukan setelah mengeluarkan korban dari
reruntuhan atau lokasi musibah.
Penanganan yang dilakukan oleh setiap unit rescue dapat saja berbeda,
tergantung pada situasi dan kondisi medan atau korban yang akan ditolong.
Pelaksanaan umum dalam memproses korban adalah melakukan
pencatatan jumlah jenis kasus dengan cara :
a. Mulai melakukan triage dengan memberi label dan prioritas.
Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah pendataan medis,
tapi tidak perlu secara lengkap.
b. Hitung jumlah keseluruhan penumpang yang dapat musibah dan
diberikan briefing tentang usaha yang sedang dilakukan.
c. Lengkapi data-data dari triage untuk mengetahui kemampuan dalam
perawatan selanjutnya.
d. Laporkan status survivor yang ditangani oleh OSC / SMC dan usaha-
usaha awal yang dilakukan di luar lokasi serta langkah-langkah yang
ditempuh dalam evakuasi.
e. Jago Dom perhatikan efek yang ditimbulkan survivor terutama
membantu proses-proses identifikasi.
f. Bila survivor belum dapat segera dievakuasikan, korban di darat
segera pasanglah tenda-tenda darurat.
g. Simpan baik bukti-bukti yang ditemukan secara fisik misalnya surat
ataupun barang yang dapat digunakan.
h. Laporkan hal-hal yang dapat diketahui pada petugas yang menangani
penyelidikan.

63
Perawatan darurat secara medis sebaiknya ditangani oleh dokter,
paramedis, kru pesawat / kapal, rescue team, dan orang-orang yang terlatih
yang ada di sekitar lokasi tersebut. Sebaiknya setiap personil SAR di
lapangan harus mengetahui pengetahuan medis dan dilatih secara periodik
(mengenai kasus-kasus dan penolongan).
1. Gangguan Cardiapulmo Nev (Jantung dan Paru-paru)
2. Shock
3. Pendarahan dan luka
4. Patah tulang
5. Gangguan pada tulang belakang
6. Luka bakar
7. Stress karena panas (Heat Exhoustion) dan Dehidrasi
8. Hipotermia
9. Luka campuran (multiple injures)

OPERASI PERTOLONGAN DAN EVAKUASI


Di lokasi musibah :
1. Operasi pertolongan dimulai dengan kegiatan :
a. Briefing
b. Pengarahan rescuer team dan dropping bagi korban
c. Pertolongan di lokasi musibah dan penggantian team jika perlu
d. Evakuasi
e. De briefing
2. Briefing pada dasarnya sama dengan operasi pertolongan. SMC harus
menjelaskan situasi, keadaan cuaca, lintasan yang harus ditempuh,
tugas team ,komunikasi, instruksi, koordinasi, rencana evakuasi,
dropping yang aman, fasilitas yang lain, dan kemungkinan
penggantian team serta pelaksanaan tugasyang menyangkut masalah
medis.

EVAKUASI
1. Kegiatan memindahkan korban dari lokasi musibah ke tempat lain
yang lebih baik (ke penampungan atau Rumah Sakit) dinamakan
evakuasi. Evakuasi dapat dilakukan di laut, udara maupun darat
dengan memerlukan

64
a. Tenaga atau personel yang memiliki pengetahuan lapangan dan
medis teknik.
b. Peralatan pertolongan (tenda tali, jangkar, sling, alat medis,
dsb).
2. Memindahkan korban dengan peralatan darurat dan cara sederhana
tetapi aman perlu diketahui oleh setiap SRU, khususnya SRU yang
bertugas di darat, dimana helicopter tidak mungkin mencapai lokasi
tersebut.

DROPPING
Dilakukan baik untuk keperluan korban maupun SRU berupa peralatan
pertolongan, obat-obatan, makanan, dan lain-lain. Untuk obat-obatan dan
makanan telah dirancang cara pengedropan melalui udara dengan menggunakan
Helibox.

SELESAI TUGAS
Dengan penyerahan korban kepada instansi yang lebih berwenang di tempat
penampungan, maka selesailah tugas SRU. Pada tugas akhir SMC akan
memnberikan de briefing kemudian pengembalian unsur dan penjagaan kembali
SRU.

65
P3KD
( PERTOLONGAN PERTAMA PADA KEADAAN DARURAT )

I. Pengertian Pertolongan Pertama :


Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan
yang memerlukan penanganan medis dasar.
Pelaku pertolongan pertama :
Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan
dalam memberikan pertolongan pertama.
Tujuan pertolongan pertama :
a. Menyelamatkan jiwa penderita
b. Mencegah cacat
c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

II. PENILAIAN DINI


Langkah-langkah penilaian adalah sebagai berikut:
1.Penilaian keadaan
2.Penilaian dini
3.Pemeriksaan fisik
4.Riwayat penderita
5.Pemeriksaa berkala atau lanjut
6.Pelaporan

INGAT : AMANKAN DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU !!!

Pada saat tiba di lokasi kejadian, penolong harus :


1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar
lokasi kejadian
2. Memperkenalkan diri dan memberitahukan akan menolong
korban/penderita.
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita
4. Mengenali dan mengatasi gangguan/cedera yang mengancam nyawa
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan
6. Minta bantuan

66
Langkah-langkah penilaian dini :
a. Kesan
Umum
Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu
ruda-paksa yang mempunyai tanda-tanda yang jelas terlihat dan atau
terbuka, misalnya kasus pendarahan, patah tulang, penurunan kesadaran.
Kasus medis adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada
riwayat ruda-paksa. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya mencari
riwayat gangguannya. Penolong harus berupaya meminta penderita atau
keluarga/saksi mata untuk menjelaskan, keadaannya dengan baik secara
terperinci, misalnya sesak nafas, nyeri dada.
b. Memeriksa Respon
Untuk menetukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan
rangsangan yang di berikan penolong, dikenal ada 4 tingkatan yaitu Awas,
Suara, Nyeri, Tidak respon (ASNT)
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan, lingkungannya serta waktu
S = Suara
Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara
N = Nyeri
Penderita hanya menjawab / bereaksi terhadap rangsang nyeri yang
diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada titik tulang dada.
T = Tidak Respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsangan nyeri.
c. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik
Keadaan jalan nafas penderita mempakan dasar penatalaksanaan
penderita. Pastikan jalan nafas penderita terbuka dan bersih.

67
BANTUAN HIDUP DASAR

I. PENDAHULUAAN
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya adalah sistem
pernafasan dan sistem pendarahan darah. Kedua sistem tersebut merupakan
penanggung jawab terbesar pada kelangsungan hidup seseorang. Kehilangan
salah satu atau kedua fungsi sistem tersebut maka berakibat kehilangan nyawa
(mati). Tubuh kita bisa menyimpan makanan dalam beberapa minggu dan
menyimpan air dalam beberapa hari, namun hanya dapat menyimpan O2 dalam
hitungan menit.
Sitem sirkulasi sendiri bertanggung jawab menyuplai O2 dan nutrisi ke
seluruh tubuh dan membuang sissa-sisa makanan dari jaringan tubuh. Adapun
komponen-komponen dalam sirkulasi antara lain Jantung, Pembuluh darah
dan Darah termasuk bagian-bagiannya.
Kerja jantung adalah memompa dan kerjanya sangat berhubungan dengan
sistem pernafasan. Pada umumnya semakin cepat kerja jantung semakin cepat
pula frekuensi pernafasan seseorang.
Sebab-sebab jantung berhenti berdenyut :
• Penyakit jantung
• Gangguan pernafasan
• Syok
• Komplikasi penyakit
Mati secara garis besar dibedakan menjadi dua. yaitu :
1. Mati Klinis
Adalah tidak ditemukannya pernafasan dan denyut nadi. Mati klinis
bersifat reversible. Penderita punva kesempatan waktu selama 4-6 menit
untuk dilakukan resulasi tanpa terjadi kerusakan otak.
2. Mati Biologis
Kematian sel, terutama sel otak dan bersifat irreversible.
Tanda-tanda kematian pasti:
• Lebam maya
• Kaku mayat
• Pembusukan
• Cedera mematikan

68
II. Bantuan Hidup Dasar
Adalah suatu tindakan untuk menjaga seseorang tetap hidup dengan cara
menguasai dan membebaskan jalan nafas, memberikan nafas bantuan dan
mengalirkan darah ke organ vital, sehingga mencegah terjadinya kematian sel
terutama sel otak. Bila tindakan ini dilakukan secara bersama-sama (dalam satu
kesatuaan) maka tindakan ini sering disebut RESUSITASI JANTUNG PARU
1. Resusitasi Jantung Paru
A : Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)
Penguasaan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban/penderita.
Ada beberapa teknik penguasaan jalan nafas :
a. Tekan dahi angkat dagu (Head Tilt - Chin Lift)
Cara ini kita gunakan apabila korban/penderita tidak mengalami trauma
kepala, leher atau tulang belakang.
b. Perawat mendorong rahang bawah (Jaw Thrust)
Cara ini dilakukan apabila kita curiga ada trauma leher atau tulang
belakang.

Head Tilt Chin Lift Jaw Thurst


Pemeriksaaan jalan nafas :

Setelah jalan nafas kita kuasai, maka tindakan selanjutnya adalah


memastikan ada tidaknya nafas. Cara yang paling efektif adalah dengan :
LIHAT, DENGAR, RASA.
a. LIHAT : Pergerakan naik turunnya dada
b. DENGAR : Mendengarkan adanya gesekan udara pemafasan yang
keluar masuk melalui hidung
c. RASA : Merasakan hembusan nafas yang keluar dari hidung
(dengan pipi)
Cara mengeluarkan sumbatan nafas (benda asing di saluran nafas):
a. Teknik sapuan jari (sumbatan/benda terlihat)
b. Teknik Heimlich
• Hentakan perut (pada penderita dewasa atau anak)

69
• Hentakan dada (pada penderita/korban dewasa atau anak yang
kegemukan atau pada wanita hamil)
• Hentakan punggung (dewasa, anak atau bayi). Untuk bayi hanya
dengan tepukan minimal pada punggung. Catatan : untuk bayi jangan
lakukan hentakan perut
B : Breathing support (Bantuan pernafasan)
Setelah pemeriksaan nafas dilakukan dan tidak ditemukan adanya nafas
spontan pada korban/penderita maka lakukan bantuan nafas dengan cara :
a. Dari mulut penolong ke mulut korban
b. Dari mulut penolong ke hidung korban
c. Dari mulut penolong ke mulut dan hidung korban
d. Menggunakan alat bantu (Bag Valve Mask/BVM)
Frekuensi pemberian nafas buatan :
a. Dewasa : 10-12 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
b. Anak : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
c. Bayi : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik
d. Bayi baru lahir : 20 kali permenit masing-masing 1,5-2 detik (secepatnya)
Teknik pemberian bantuan pernafasan :
1. Nilai respon
2. Buka jalan nafas sesuai prosedur (Head Tilt-Chin Lift atau Jaw Thrust)
3. Lakukan pemeriksaan nafas (LDR) 3-5 detik
4. Nafas tidak ada, berikan 2 kali nafas (sambil lihat dada untuk memastikan
nafas yang diberikan masuk atau tidak). Bila tidak reposisi untuk
membuka jalan nafas kembali, lakukan bantuan nafas lagi. Apabila hal ini
tidak berhasil, curigai adanya sumbatan jalan nafas (pertolongan sesuai
prosedur).
5. Lakukan pemeriksaan nadi Karotis (untuk dewasa) dan Bracialis (untuk
bayi), selama 5-10 detik.
6. Nadi berdenyut, lanjutkan pemberiaan nafas sesuai kelompok usia.
C : Circulation Support (Bantuan Sirkulasi)
Hal ini dilakukan dengan pijatan jantung dari luar. Pijatan jantung luar
dapat dilakukan karena sebagian besar jantung terletak antara tulang dada dan
tulang belakang, sehingga penekanan dari luar sama dengan memberikan efek
pompa pada jantung yang pada akhimya sistem peredaran darah akan bekerja.
Kedalaman penekanan sesuai dengan kelompok usia :
Dewasa : 4 - 5 cm
Anak : 3 - 4 cm

70
Bayi : 1,5 -2,5 cm
Cara Resusitasi Jantung Paru (RJP)
a. Dengan satu penolong
Korban dewasa : 30 Kali PJL, 2 Kali Bantuan Nafas
Korban anak dan bayi : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
b. Dengan dua penolong
Korban dewasa : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
Korban anak dan bayi : 5 Kali PJL, 1 Kali Bantuan Nafas
TINDAKAN RJP DIHENTIKAN BILA :
1. Penderita / korban pulih
2. Penolong kelelahan
3. Ada tenaga yang ahli mengambil alih pertolongan
4. Terdapat tanda-tanda kematian pasti

PERDARAHAN DAN SYOK


Pendarahan adalah keluamya darah dari jaringan pembuluh darah yang
disebabkan oleh trauma atau penyakit. Dilihat dari sumbernya, pendarahan
dapat dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
1. Pendarahan Arteri (Nadi)
2. Pendarahan Vena (Balik)
3. Pendarahan Kapiler (Rambut)
Dari ketiga pendarahan tersebut yang paling cepat membuat korban menjadi
kehilangan darah adalah perdarahan arteri (Nadi)
1. Pendarahan Arteri (Nadi) adalah peredaran darah yang terjadi dari
pembuluh nadi dengan ciri-ciri :
 Darah yang keluar memancar sesuai dengan denyut nadi
 Darah berwana merah segar (merah matang)
 Sulit untuk dihentikan
2. Pendarahan Vena (Balik) adalah peredaran darah yang terjadi dari
pembuluh balik dengan ciri - ciri :
 Darah yang keluar mengalir
 Darah berwama merah gelap
3. Pendarahan Kapiler adalah peredaran darah yang terjadi dari pembuluh
kapiler dengan ciri darah yang keluar merembes dan mudah berhenti.

71
Pendarahan dilihat dari jenisnya ada dua macam :
1. Pendarahan luar adalah pendarahan yang disertai luka dan terlihat jelas
dari luar tubuh atau kulit.
2. Pendarahan dalam : biasanya tidak terlihat karena kulit tidak nampak
rusak, terkadang terlihat memar pada kulit.
Waspada adanya pendarahan dalam apabila :
 Luka tusuk
 Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung
 Muntah atau batuk darah
 Memar luas pada batang tubuh
 Luka tembus dada atau perut
 Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut
 Keluar darah dari vagina atau anus (saat BAB atau BAK) .
Penanganan pendarahan luar:
Pada prinsipnya penanganan semua pendarahan luar adalah sama. Ingat
akronim:
T : Tekan langsung pada daerah yang mengalami pendarahan
I : Istirahatkan korban (daerah cedera), hal ini dimaksudkan supaya korban
tenaga dan denyut nadi akan menjadi normal.
T : Tinggikan daerah cedera lebih tinggi daripada jantung
T : Tekan pada daerah-daerah penekanan (nadi antara daerah cedera
dengan jantung)
Penanganan pendarahan dalam :
Baringkan dan istirahatkan penderita
Buka jalan nafas dan pertahankan
 Periksa selalu tanda - tanda vital
 Jangan beri minum atau makan
 Rawat syok bila ada
 Rawat cedera lainnya
 Beri oksigen murni bila ada
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

Ingat / Catatan:
1. Dari setiap pendarahan yang hebat (keluar banyak darah), baik itu
pendarahan luar atau pendarahan dalam yang paling berbahaya adalah
timbulnya syok.

72
2. Pada penanganan pendarahan tugas kita adalah mengendalikan pendarahan
bukan menghentikannya.
3. Jangan mencabut benda yang menancap di tubuh, karena akan
menimbulkan pendarahan yang lebih hebat.

SYOK
Adalah kegagalan sistem perdarahan darah (sirkulasi) mengirimkan darah
yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak,
jantung dan paru- paru)

Penyebab :
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Dilatasi pembuluh darah yang meluas
4. Kekurangan cairan tubuh dalam jumlah banyak
Gejala dan tanda :
a. Respon menurun sampai dengan tidak ada
b. Nadi cepat dan lemah
c. Nafas melemah
d. Ekstemitas dingin
e. Hipotermia
f. Tekanan darah menurun
g. Sianosis
h. Produksi urine menurun

KEDARURATAN SUHU DAN LINGKUNGAN


I. Paparan Panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Ada 3 macam
gangguan panas pada tubuh yaitu :
1. Kram panas
Terjadi akibat tubuh kekurangan atau kehilangan garam elektrolit
yang banyak melalui keringat
Gejala dan tanda :
 Kejang pada otot dan disertai nyeri (biasanya otot tungkai pada
perut)
 Kelelahan
 Mual

73
 Ada kemungkinan pingsan
Penatalaksanaan :
 Baringkan korban pada tempat teduh
 Beri minum (bila Sadar) bila perlu dicampur dengan sedikit garam
 Rawat pingsan bila ada
 Tidak membaik rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat

2. Kelalahan panas
Terganggunya sistem sirkulasi akibat bekerja pada suhu suatu
lingkungan yang tinggi atau karena kondisi badan tidak fit.
Gejala dan tanda:
 Nafas cepat dan dangkal
 Nadi lemah
 Kulit lembab, dingin, dan selaput lendir pucat
 Pucat, keringat berlebihan
 Lemah
 Pusing, kadang - kadang tidak respon
Penatalaksanaan :
 Baringkan korban pada tempat sejuk
 Kendorkan pakaian yang mengikat
 Tinggikan tungkai korban 20 - 40 cm
 Beri oksigen murni bila ada
 Beri minum bila korban sadar penuh
 Tidak membaik, rujuk ke fasilitas kesehatan

3.Sengatan panas
Merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena bila tidak segera
ditangani, korban akan segera mengalami kerusakan jaringan otak dan
akhimya menimbulkan kematian. Sengatan panas terjadi bila tubuh
menerima panas lebih darii kekuatannya.
Gejala dan tanda :
 Pernafasan cepat dan dalam
 Nadi cepat dan kuat yang berangsur menjadi cepat dan lemah
 Kulit kering, panas, kadang kemerahan
 Manik mata melebar
 Tidak ada respon

74
 Kejang umum atau gemetar pada otot
Penatalaksanaan :
 Turunkan suhu tubuh secepat mungkin
 Letakkan kantung es pada ketiak, lipatan paha, lipatan lutut, sekitar
mata kaki dan leher
 Bila mungkin, masukkan penderita ke dalam kolam (bak mandi)
yang di tambah es
 Rujuk ke fasilitas kesehatan
 PAPARAN DINGIN
1. Hiportemia
Udara dingin dapat mengakibatkan suhu tubuh menurun. Suhu
lingkungan tidak perlu sampai titik beku untuk mencetuskan
hiportemia. Gejala yang mempengaruhi hipotermia adalah kekurangan
makanan dan angin.
Gejala dan tanda hipotermia sedang :
 Menggigil
 Terasa melayang (limbung)
 Pernafasan cepat, nadi lambat
 Gangguan penglihatan
 Reaksi manik mata lambat
 Penurunan respon
Gejala dan hipotermia berat :
 Pernafasan sangat lambat
 Denyut nadi sangat lambat
 Tidak ada respon
 Pupil melebar dan tidak bereaksi
 Alat gerak kaku
Penatalaksanaan :
 Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman.
 Pindahkan dari suhu dingin
 Jaga jalan nafas beri O2 bila ada
 Ganti pakaian basah dengan yang kering dan selimut
 Bila penderita sadar beri minum hangat
2. Mountain sicknees
Merupakan kumpulan gejala yang terjadi dan mulai dirasakan ketika
berada pada ketinggian 1500 mdpl ke atas, disebabkan karena

75
kurangnya oksigen pada udara perafasan. Korban bisa mengalami
hypoxia bahkan anoxia. Penyebabnya adalah mendaki gunung.

Gejala dan tanda dini:


 Rasa pusing, letih dan mengatuk
 Kedinginan dan pucat
 Hilang nafsu makan, mual dan muntah
 Sesak nafas
Gejala dan tanda lanjutan :
 Rasa panas
 Gelisah, Sukar konsentrasi, Sukar tidur
 Telinga terasa merinding
Penatalaksanaan :
 Istirahatkan untuk adaptasi (biasanya dalam 24 - 48 jam )
 Penderita harus selalu didampingi karena bisa mengalami
disorientasi
 Bila usaha ini gagal, pindahkan korban ke tempat yang lebih
rendah.
3. Frostbite (radang beku)
Terjadi bila suhu turun sampai berada di bawah titik beku. Radang
beku biasanya menyerang kaki, tangan, telinga dan hidung, karena
daerah ini sedikit memproduksi panas dan jauh dari panas inti
tubuh. Radang beku yang parah bisa menimbulkan luka (gangren)
bahkan amputasi. Pada kasus radang beku korban bisa menderita
hipotermia Gejala dan tanda sedang :
 Warna kulit putih atau kekuning – kuningan
 Sakit pada awal dan akhirnya mati rasa
 Permukaan kulit keras atau kasar dan jaringan bawah kulit
lembut saat ditekan
Gejala dan tanda parah :
 Bagian yang terkena keras, padat dan tidak dapat ditekan
 Lepuh (timbul dalam 12 -36 jam)
 Dingin dan pucat pada daerah yang terkena, kulit terjalin
 Bagian dingin yang sakit tiba - tiba terhenti sakitnya
Penatalaksanaan :
 Pindahkan dari tempat yang dingin

76
 Lepas pakaian dan cincin dari bagian yang terkena
 Masukkan daerah yang terkena pada air hangat
 Selimuti korban (bila air hangat tidak tersedia)
 Jangan menggosok kulit korban
 Letakkan kasa atau kain bersih pada sela - sela jari
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

GANGGUAN LAIN
1. Keracunan
Racun adalah bahan yang jumlahnya relatif kecil (padat, cair atau gas) yang
jika tertelan, terhirup terserap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Gejala dan tanda:
 Sakit pada perut dan kram disertai diare
 Panas, bau busa di dalam dan di sekitar mulut
 Mengantuk sampai tidak sadar
 Adanya tanaman atau racun di sekitar korban
Penatalaksanaan :
 Awali jalan nafas
 Bila racun bersifat korosif (insektisida, obat nyamuk) beri minum susu
atau air kelapa, segera usahkan untuk muntah
 Bila racun berupa minyak, tenangkan korban, segera rujuk ke fasilitas
kesehatan
2. Gigitan Ular
Gejala dan tanda :
 Nyeri hebat pada tempat gigitan
 Ada dua luka tusukan bekas taring ular
 Bengkak dalam waktu 5 menit
 Pucat dan penggumpalan darah
 Pada kasus yang hebat, mual, muntah, berkeringat dan lemah
Penatalaksanaan :
 Awasi jalan nafas dan nafas
 Jaga daerah yang tergigit dalam posisi lebih rendah dari jantung
 Bersihkan daerah gigitan dengan sabun dan air
3. Lintah atau Pacet

77
Penanggulangan : taburkan tembakau atau sari jeruk mentah pada daerah
gigitan. Jangan dipijat dan ditarik paksa karena dapat menimbulkan
pendarahan. Bersihkan bagian yang terkena gigitan.

78

Anda mungkin juga menyukai