Anda di halaman 1dari 68

BUKU PEGANGAN

MATERI DASAR PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN


PENCINTA ALAM BANJARNEGARA

(untuk kalangan sendiri)

Disusun Oleh :

Aril Apria Susanto

Sekretariat Bersama Pencinta Alam Banjarnegara

2008

i
HYMNE PENCINTA ALAM

PadaMu Tuhan Yang Maha Esa

Bakti kusembahkan

Untukmu Indonesia

Dharma kubaktikan

Kami Pencinta Alam Indonesia

Alam kulestarikan.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ ii ~


KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA
Pencinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya
adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pencinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada tuhan,
bangsa dan tanah air.
Pencinta alam Indonesia sadar bahwa pencinta alam adalah
sebagai mahluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang
Maha Esa.

Sesuai dengan hakekat di atas kami dengan kesadaran menyatakan :

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber
alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
4. Menghormati Tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat
sekitarnya serta menghargai manusia dengan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pencinta
Alam sesuai dengan Azas Pencinta Alam.
6. Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam
pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa, dan Tanah
Air.
7. Selesai.

Disahkan bersama dalam

GLADIAN IV 1974 di Ujung Pandang

iii
DASAR-DASAR BERKEMAH
Maksud dan tujuan hidup di Alam Terbuka
 Mendekatkan diri kepada Tuhan pencipta alam semesta.
 Mengagumi keindahan alam
 Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri, tidak terlampau
bergantung pada orang lain
 Mempertebal keakraban persaudaraan
 Melatih ketajaman panca indera
 Mempertebal ketabahan diri dan ulet dalam mengahadapi setiap
tantangan.
 Memupuk cinta kasih, kesanggupan, dan kecakapan ketrampilan.
 Mengukuhkan kerja sama.
 Bertindak dengan disiplin dan berani.

Hal yang harus diperhatikan dalam memilih tempat berkemah.


 Lokasi
- Pantai, Padang, Belantara, Gunung, Bukit, dsb.

 Keadaan Alam
- Kemiringan Dan Pengeringan
Tempat berkemah harus merupakan tanah tinggi yang
berbentuk miring.

- Peneduh Dan Pelindung


Dengan pelindung buatan

- Keamanan
Janganlah berkemah dipinggir jurang, ngarai sungai yang
dalam

- Lapang
Harus ada jarak antara satu tenda dengan tenda yang lainnya

- Jenis Tanah
Tanah liat tidak baik, karena lembab, mengakibatkan
genangan air, dan lumpur. Tanah ringan atau berpasir
berkerikil sangat baik untuk dipilih sebagai tempat berkemah.
~1~
- Daerah Tersendiri
Jangan berkemah di lapangan terbuka yang dijadikan juga
tempat menggembala ternak.

- Mudah Dicapai
- Air Bersih Dan Kayu Bakar

Perencanaan Letak Situasi Perkemahan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

- Letak dapur harus dekat dengan pusat persediaan air.


- Tenda tidur diatur membelakangi arah angin bertiup tetapi
terbuka menerima sinar matahari.
- Tenda perbekalan didirikan ditempat teduh
- Fasilitas mandi cuci kakus

Perlengkapan yang perlu dibawa

Tenda
Tiga Kategori tipe utama :
- Tenda lonceng (Bell Tent)
- Tenda Dinding (Wall Tent)
- Tenda Kubah (Dome)
Dari masing-masing bentuk terdapat berbagai variasi. Dalam
memilih bentuk dan ukuran hendaknya disesuaikan dengan
keperluan. Dari konstruksinya perlu diperhitungkan :
- Tidak sobek bila angin bertiup
- Atapnya cukup miring sehingga air hujan mudah mengalir
- Dalamnya lapang untuk berbaring dan duduk
- Ventilasi cukup untuk pergantian udara
- Serangga tidak mudah masuk
- Bahan yang untuk membuat tenda perlu diuji
- Tahan air dan tidak tampias saat hujan
- Ringan dan mudah dilipat
Alat masak dan peralatan makan
Alat-alat memasak dan makan sebaiknya yang dibuat dari
Allumunium dan plastik yang baik karena tidak berkarat. Semua

Diklat Sekber PAB 2008 ~2~


perlatan hendaknya diusahakan untuk senantiasa bersih bila tidak
digunakan dan harus diperhatikan kebersihannya.

Lampu penerangan
Lampu untuk perkemahan yang baik disebut ‘lampu badai’ lampu
yang tahan angin kencang.

Dapur
Dapur perkemahan bermacam-macam terserah kepada para
pekemah seperti :

- Dapur gantung
- Dapur di tanah
- Dapur galian
- Kompor

Api unggun
Api unggun dinyalakan dengan tujuan :
- Berdiang, menghilangkan rasa dingin
- Menjauhkan binatang buas atau berbisa agar tidak
mengganggu
- Untuk menerangi lingkungan sekitar tempat berkemah.

~3~
Diklat Sekber PAB 2008 ~4~
PERLENGKAPAN PERJALANAN
Perlengkapan Perjalanan adalah segala perlengkapan yang harus
dibawa oleh setiap petualang, yang sekiranya alat atau perlengkapan
itu perlu dan diperlukan dalam perjalanan itu. Tentunya
perlengkapan perjalanan itu disesuaikan dengan tempat tujuan dan
lamanya waktu perjalanan.

Beberapa hal pokok yang perlu di perhatikan:


- Apakah tidak menyulitkan diri-sendiri karena beratnya.
- Susah mengaturnya di dalam ransel karena perlu banyak tempat.
- Merepotkan saat pemeriksaan karena lupa
- Sebaiknya semua barang perlengkapan dimasukan ke dalam
ransel yang kedap air atau di bungkus dengan kantong
plastik, sebelum dimasukkan kedalam ransel.

Perlengkapan Pribadi
- Selimut tipis/ Kantong - Peralatan mandi
tidur untuk daerah - Peralatan masak dan
dingin makan
- Jas hujan, Ponco - Logistik (Makanan)
- Jaket / sweeter - Alat penerangan: senter,
- Pakaian ganti 1 stel lilin, korek api, dll.
- Baju dalam - Tali, pisau/ golok
- Kaus kaki - Survival Kit
- Sepatu dan sandal - Tempat air (Veldflesh)

~5~
Perlengkapan Regu
- Tenda, tali, pasak
- Alas tenda, plastik
- Lentera, / lampu badai
- Tempat air, jerigen
- Kompor, bahan bakar
- PPPK
- Signal mirror, kompas, peta, altimeter

Membawa beban dan Pengepakan barang.

B eban yang dianggap seimbang dengan


kemampuan adalah sepertiga dari
berat tubuh. Beban diusahakan untuk
menekan tegak lurus searah tulang
punggung dan bukan membebani tulang
punggung belakang.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam


membawa Ransel/ Ruck Sack/ Carrier
 Sabuk penggendong (Shoulder sling)
- Lebih besar/lebar lebih baik,
minimum ± 5 cm.
- Dilapisi busa/ bahan lembut lainnya.
 Sabuk pinggang
- Bila dikenakan di pinggang, bila perlu dimodifikasi.
 Bahan
- Terbuat dari bahan yang kuat,
ringan, dan tahan air.
 Ruang tempat barang
- 1 ruang :
Kelebihannya dapat
memasukan barang yang
relatif panjang
Kekurangannya, untuk
mengambil barang yang
terletak di bawah harus
membongkar yang diatas.

~1~
Dapat dibuka lebar ke bawah dengan resluiting sehingga
tidak perlu membongkar barang yang diatas bila akan
mengambil barang yang dibawah.
- 2 ruang :
Kelebihannya mengambil barang lebih mudah, baik diatas
maupun di bawah.
Kekurangannya barang yang cukup panjang tidak dapat
masuk.
- Rangka
Tanpa rangka untuk perjalanan pendek.
Rangka luar dan dalam terbuat dari allmunium Alloy.
Rangka dalam ada yang dapat dibentuk sesuai dengan
bentuk tubuh.
- Tali penutup ruangan.
- Harus cukup penjang untuk menyelipkan barang.

Cara mengepak Barang (Packing)


 Barang yang menyerap air dibungkus dengan plastik.
 Letak barang yang berat di bagian atas
 Bagilah barang seimbang, kiri dan kanan.
 Letakan barang menurut urutan keperluannya, yang diperlukan
lebih dulu di perjalanan di atas dan yang diperlukan kemudian di
bawahnya.
 Manfaatkan ruang seefisien mungkin.
 Jika membawa tenda letakan di atas.

Diklat Sekber PAB 2008 ~2~


DASAR MOUNTENEERING
Mounteneering atau mendaki gunung adalah suatu olahraga yang
keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan,
kekuatan dan daya juang yang tinggi. Keberhasilan suatu pendakian
berarti suatu keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan
terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.

Persiapan-persiapan dalam suatu pendakian, antara lain :

Sikap mental
 Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi
berbagai tantangan di alam terbuka.
 Tidak mudah putus asa, dan berani. Berani dalam arti sanggup
menghadapi tantangan dan mengatasinya secara
bijaksana dan juga mengakui keterbatasan kamampuan
yang dimilikinya.

Pengetahuan dan Keterampilan


Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang pendaki
meliputi pengetahuan tentang cuaca, medan, teknik pendakian,
pengetahuan tentang alat pendakian, pengetahuan tentang navigasi,
survival dan sebagainya.

Kondisi Fisik yang Memadai

Etika
Etika atau tata krama atau bagaimana cara kita bersikap sangatlah
diperlukan di dalam suatu pendakian atau petualangan. Etika yang
harus diperhatikan adakah bagaimana cara kita bagaimana kita
berniat, bagaimana kita berkata, bagaimana kita berbuat dan
bagaimana kita bersikap.
Jadi, Jagalah Etika.

Etika Gunung / Hutan :


 Janganlah berkata-kata kotor atau kurang sopan!
 Jangan mengeluh!
 Jangan membuang sampah sembarangan!
 Jangan merusak lingkungan!
 Jangan sombong/takabur!
~3~
 Jangan buang air di sembarang tempat!
 Jangan mengatakan hal-hal yang tabu atau dianggap tabu di
tempat tersebut!

Perencanaan Perjalanan/Pendakian
 Kenalilah kemampuan diri sendiri dan juga kemampuan
anggota tim lainnya.
 Pelajari medan yang akan ditempuh, yaitu: cara pencapaian
medan, kemiringan, jenis batuan, tinggi, dan sebagainya.
 Rencanakan route pendakian seteliti mungkin, antara lain:
- Perkirakan waktu dan tempat untuk beristirahat;
- Cek medan yang akan kita lalui;
- Persiapkan peralatan dan segala perlengkapan pengamanan
yang akan digunakan pada perjalanan atau pendakian sesuai
rute pendakian.
 Rencanakan Logistik dengan tepat.
- Perhitungkan kalori yang dipilih untuk anggota tim selama
pendakian.
Komposisi makanan standar yang memenuhi syarat untuk
pendakian, adalah :
makanan yang mengandung kalori cukup dan memadai,
serta merupakan makanan yang tidak asing atau biasa
kita makan.
Ringan dan mudah didapat.
Terlindung dari kerusakan dan tahan lama serta
sederhana dalam pengolahannya.
Sedapat mungkin siap saji (instant), tidak perlu dimasak.
Bila perlu dimasak, tidak memerlukan waktu lama dan irit
bahan bakar.
Kebiasaan makan nasi dihilangkan untuk sementara.
- Jika logistik terbatas, tentukan poin-poin mana yang
memerlukan kalori lebih.
 Perkirakan waktu yang digunakan untuk melakukan pendakian.
 Periksa dan persiapkan perlengkapan untuk pendakian, misalnya :
peralatan panjat tebing, pengaman, dan lain-lain.
 Perkirakan bisa atau tidak (thrust your insting).
 Sudah siapkah anda mendaki?
 Jangan lupa berdoa

Diklat Sekber PAB 2008 ~4~


Penggolongan Mounteneering
Menurut arti luas, mounteneering terbagi menjadi 4 golongan besar
menurut tingkat kesukarannya, yaitu :

Hill Walking
adalah kegiatan di alam bebas yang menurut arti kata adalah
berjalan di bukit atau di gunung tanpa memerlukan peralatan
teknis pendakian. Jadi jelas sebagian besar dilakukan dengan
berjalan.

Scrambling
kegiatan pendakian gunung dengan adanya medan-medan yang
cukup sulit dilalui sehingga kadang-kadang diperlukan
pertolongan alat, atau tali untuk melaluinya.
Perlengkapan yan diperlukan untuk scambling sama dengan
hillwalking, hanya diperlukan berupa ikat pinggang pengaman
(waist belt) dan karabiner yang sewaktu-waktu digunakan untuk
melintasi medan yang sulit.

Climbing
kegiatan pendakian yang memerlukan penguasaan teknik
mendaki dan juga peralatan teknis pendakian untuk pengaman.
Climbing terbagi 2, yaitu :

Rock Climbing,
pendakian gunung yang melalui tebing batu dengan
kemiringan lebih dari 70 derajat.
Rock climbing terbagi lagi menjadi 2 macam
spesifikasi :

- Free Climbing,
pendakian bebas tanpa bantuan alat-alat khusus
pendakian, kecuali pengaman. Biasa dilakukan pada
tebing vertikal yang mempunyai banyak cacat batuan
atau rekahan maupun tonjolan sehingga pemanjat dapat
dengan teknik mendaki yang dia miliki.

- Artificial Climbing,

~5~
pendakian yang hampir sepenuhnya memerlukan
bantuan alat-alat khusus pendakian.
Pendakian ini biasanya dilakukan pada tebing yang sulit
dan jarang mempunyai tempat berpegang atau pijakan.

Snow/Ice Climbing,
pendakian yang melalui jalur bersalju atau es.

Expedition / Ekspedisi
Adalah perjalanan yang membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan karena memakan waktu yang lama dan
memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai
variasi medan yang harus dilalui.

Pengelompokan mounteneering berdasarkan waktu


 Tingkat I, waktu pendakian ditempuh kurang dari 1 hari
 Tingkat II , waktu pendakian ditempuh selama 1 hari
 Tingkat III, waktu pendakian ditempuh selama 2 hari
 Tingkat IV, waktu pendakian ditempuh selama 3 hari
 Tingkat V, waktu pendakian ditempuh selama 4 - 5 hari
 Tingkat VI, waktu pendakian ditempuh selama 6 hari atau
lebih.

Diklat Sekber PAB 2008 ~6~


~7~
PENYAKIT GUNUNG
Hipotermia
Menurunnya suhu tubuh (Kehilangan panas badan)
Penyebabnya :
- Penderita basah terkena hujan.
- Daya tahan tubuh yang buruk
- Perlengkapan kurang
- Angin / aliran udara akan menghilangkan lapisan tipis udara
panas di atas kulit
Penderita hipotermia kehilangan kesadaran akan menyebabkan
Paradoxical Feeling Of Warmth, Penderita justru merasakan rasa
panas, sehingga melepas pakaiannya di udara yang dingin.

Gejala-gejala Hipotermia :
Suhu Tubuh Gejala
o o
36 C – 35 C Menggigil sampai bulu roma berdiri, tetapi masih
terkendali gerakan menjadi lamban. Koordinasi tubuh
mulai terganggu.
0
35 C Menggigil tidak terkendali
o o
35 C-33 C Pengambilan koordinasi tubuh kabur, berbicara kasar.
o
33 C Semakin menggigil, denyut ndi dan tekanan darah mulai
menurun.
o o
32 C – 29 C Menggigil berhenti, kebingungan meningkat, berbicara
ngacau, ingatan hilang, gerakan tersentak-sentak, biji mata
mulai membesar.
o o
29 C – 28 C Otot menjadi kaku, biji mata membesar denyut nadi
melemah, warna kulit kebiru-biruan, tingkah laku kacau,
menuju kearah tidak sadar.
o
27 C Pingsan, biji mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya
(pandangan kosong) kehilangan gerakan spontan, tampak
seperti telah meninggal.
o
26 C Koma suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali.
o
20 C Denyut jantung berhenti.

Diklat Sekber PAB 2008 ~8~


Penanggulangan / Penyembuhan Hipotermia
- Jangan biarkan si penderita tertidur
- Berikan minuman hangat dan manis kepada si penderita
- Ganti bajunya dengan yang lebih hangat/ kering
- Usahakan cari tempat yang terlindung dari hembusan angin
- Jangan baringkan penderita ke tanah, pakailah alas yang kering
dan hangat.
- Masukkan penderita ke dalam kantung tidur. Usahakan satu
kantong tidur untuk bersama orang yang sehat.
- Letakkan botol air penuh air hangat kedalam kantung tidur untuk
membantu memanaskan kantung tidur.
- Buatlah api di kedua sisi penderita, jaga jarak api dengan kantung
tidur.

Mountain Sickness / Hipoksia

Penyebab :
- Ketinggian suatu daerah
- Tipisnya kadar Oxygen
Gejala-gejala Hipoksia
- Pusing - Perasaan malas
- Sesak nafas - Jantung berdenyut lebih
- Tidak nafsu makan cepat
- Mual - Penderita tidak bisa tidur
- Muntah - Muka pucat
- Kedinginan - Kuku dan bibir kebiru-biruan
- Badan terasa lemas

Penanggulangan / Penyembuhan Hipoksia


- Turunkan si penderita dari ketinggian dimana penderita mulai
terkena hipoksia.
- Turun ke daerah lebih rendah minimal 600m dari ketinggian
semula si penderita berada.
- Istirahat selama 24 – 48 jam (aklimatisasi)
- Pertolongan dengan tabung Oksigen merupakan pertolongan
terbaik.

~9~
Edema Paru
Edema Paru adalah kebocoran plasma darah ke dalam jaringan paru-
paru menyebabkan kantung-kantung udara (Alveoli) tidak efektif lagi
untuk pertukaran oxygen dengan karbon dioksida. Edema paru bisa
muncul setelah kira-kira ketinggian 3000m, yaitu 12 – 36 jam setelah
si penderita kekurangan oksigen. Semakin besar pengerahan tenaga
di ketinggian yang tipis oksigen, semakin berkembang edema paru.

Gejala-gejala Edema Paru :


- Nafas terputus-putus
- Mual
- Tidak nafsu makan
- Batuk kering yang dilanjutkan dengan batuk berlendir
- Dahak berdarah
- Denyut ndi sangat cepat (120 – 160 per menit)
- Nafas terdengar ribut (Suaru bergelembung dari dada)
- Kuku, Muka, Bibir kebiru-biruan (Sianosis)

Kalau penanggulangan tidak segera dilakukan, sipenderita akan


kehilangan kesadaran dan mungkin disertai dengan gelembung busa
putih atau merah jambu dimulut dan dihidung. Ini adalah tahap akhir
yang bisa menyebabkan kematian. Edema paru mirip dengan tahap
akhir Hipotermia, sehingga sering disalah-tafsirkan.

Penanggulangan Edema Paru


- Apabila gejala-gejala sudah kelihatan, segera turunkan si
penderita ke tempat yang lebih rendah.
- Untuk mencegah penyakit ini, pendaki gunung hendaknya
berjalan dengan perlahan/ teratur.
- Di atas ketinggian 3300 m dianjurkan untuk beristirahat
(Aklimatisasi) sedikitnya satu hari.

Kepanasan (Heat Exhaustion)


Rasa panas yang berlebihan dapat dialami oleh seorang karena
keadaan alam yang panas atau karena fisik yang lemah. Keadaan ini
menyebabkan urat darah di bawah kulit mengembang, sehingga
aliran darah ke otak dan organ penting lainnya akan berkurang.
Aklimatisasi yang kurang terhadap panas, terjadinya dehidrasi atau
kekurangan garam/cairan dalam tubuh, membuat seseorang peka
Diklat Sekber PAB 2008 ~2~
sekali terhadap rasa panas. Terik matahari dapat membuat rasa
panas yang luar biasa.
Gejala-gejala sengatan panas (Heat Stroke)
- Muka merah dan panas
- Denyut urat nadi cepat
- Sakit kepala
- Lemah malas
Hal ini disebabkan karena kegagalan tubuh dalam proses berkeringat
dan mekanisme pengaturan panas badan.

Penanggulangan Heat Exhaustion


- Tempatkan / Istirahatkan si penderita di tempat yang sejuk/
teduh.
- Beri minuman air dingin yang diberi garam atau tablet garam
- Kompres bagian kening dengan air dingin.
- Minumlah air dingin sebanyak-banyaknya hingga suhu badan
normal kembali.

~3~
NAVIGASI DARAT
Navigasi darat adalah suatu dasar pengetahuan yang memberikan
cara untuk mengetahui keadaan medan dan menunjukan arah dalam
perjalanan darat, dari titik pemberangkatan menuju titik tujuan,
dalam segala macam keadaan, dengan seaman-amannya dan
seefesien mungkin di darat.

Tujuan
Mengetahui keadaan medan yang akan kita hadapi
Menentukan arah dan tujuan perjalanan
Mengetahui keadaan/ posisi kita di medan sesungguhnya

Alat Yang Digunakan


Peta (Topografi)
Kompas, Altimeter,curvemeter
Protractor, Busur derajat, Penggaris, Alat tulis

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI meliputi :


Pembacaan Peta
Penggunaan Kompas
Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam
menentukan arah

Diklat Sekber PAB 2008 ~4~


PENGETAHUAN PETA

Pengertian
Peta adalah gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi di atas
bidang datar, dalam ukuran yang diperkecil dan bersifat selektif.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan posisi horizontal
dan vertikal dari permukaan bumi dan benda tidak bergerak
diatasnya, yang secara visual dan matematis dapat
dipertanggungjawabkan..
Peta topografi sistematis adalah peta topografi yang memberikan
informasi yang tepat mengenai :
- keadaan relief (tinggi rendah bumi), contoh : gunung bukit,
lembah ...
- perairan, contoh : sungai, danau
- tumbuhan, contoh : hutan, semak, alang-alang, bambu.
- Benda budaya manusia, contoh : jalan raya, jalan KA, Pelabuhan,
sawah, perkampungan, jembatan, dll.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan


petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah
atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi
pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di
bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di
sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan

~5~
penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah
yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam
koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang
berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat
yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur.
Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal
Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.

b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada
koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam
ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke
timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang
tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid
pada peta.

(Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak


pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang
berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering
membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat
sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. Misal: 72100 mE dibaca
21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain. )

6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal
sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar di peta
dapat di tuliskan berupa :

1. Perkataan, artinya skala ditentukan dengan sebuah perkataan


atau kalimat, contohnya :
1 cm sama dengan 500 meter, artinya 1 cm di peta sama
dengan 500 meter di mean sesungguhnya.
Diklat Sekber PAB 2008 ~6~
2. Skala Perbandingan atau pecahan
Contoh :
1
1 : 50.000 atau
50 .000
Artinya 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm di medan
sesunggunya.

3. Skala Grafik/ Garis Skala


Contoh :

 1 = 5 km2

Artinya : 1 kotak pada peta menggambarkan 5 km2 pada


medan yang sesungguhnya.

Rumus Skala Peta :


JP 
JP  JP JM SP
SP JM
JM SP
Keterangan :

SP = Skala Peta JM = Jarak di Medan


JP = Jarak di Peta

Dari berbagai bentuk skala peta maka dapat diambil kesimpulan


bahwa :

semakin besar angka pembagi skala (medan sebenarnya)


maka semakin kecil skala, makin kecil angka pembagi skala
makan semakin besar skalanya.
Contoh : Skala 1 : 100.000 < skala 1 : 50.000
Skala 1 : 25.000 > skala 1 : 50.000

peta skala besar memiliki jangkauan luas medan


sesungguhnya yang lebih kecil daripada peta berskala kecil.

~7~
peta skala besar akan memberikan informasi keadaan medan
yang lebih lengkap dan lebih teliti daripada peta berskala
kecil.

7. Orientasi Arah Utara


Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus
diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena
tiga arah utara tersebut tidak berada padasatu garis. Tiga arah
utara tersebut adalah :
 Utara Sebenarnya/ True North (TN)
Tanda ini tepat mengarah pada
kutub utara, dan sesungguhnya
menggambarkan garis lintang bola
dunia. Diberi simbol dengan tanda *
(bintang)

 Utara Peta/ Grid North (GN)


Utara ini digambarkan sebagai garis
vertikal pada lembar peta
(topografi).

 Utara Magnetis/ Magnetic North (MN)


Utara ini adalah arah yang ditunjuk oleh jarum kompas, tidak
tepat di kutub utara. Utara magnetis setiap tahunnya selalu
berubah.

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian


Garis-garis dalam peta (topografi) yang menghubungkan tempat
yang mempunyai nilai-nilai ketinggian yang sama, yang diukur
dari 0 meter diatas permukaan laut. Garis ini digunakan sebagai
salah satu cara untuk menggambarkan relief muka bumi.

Maksud dari Garis Ketinggian

1. Untuk mengetahui tinggi suatu titik/tempat pada peta


topografi
2. Untuk membayangkan bentuk permukaan bumi sebenarnya
di atas peta.
Diklat Sekber PAB 2008 ~8~
Macam-macam Garis Ketinggian/Kontour.

1. Garis ketinggian biasa,


Bernilai 1 x interval kontur

2. Garis ketinggian pembantu digambar dengan garis terputus


Bernilai ½ dari garis ketinggian biasa.

3. Garis ketinggian ke-sepuluh digambar dengan garis tebal


Bernilai 10 x garis ketinggian biasa

Sifat Garis Ketinggian / Kontour

1. Garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai


ketinggian sama dari permukaan air laut.
2. Garis kontur tidak akan berpotongan antar satu dengan
lainnya.
3. Garis ketinggian yang rendah selalu mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi, kecuali di kawah gunung.
4. Garis ketinggian yang menjorok ke dalam daln berbentuk
runcing menunjukkan lembah, yaitu bagian yang rendah.
Biasanya terdapat sungai.
5. Garis ketinggian yang melengkung keluar dan melebar
merupakan punggung gunung/bukit.
6. Garis ketinggian yang satu dengan yang lainnya tidak akan
saling berpotongan, kecuali pada tebing yang sangat curam,
dimana biasanya terdapat air terjun atau pada gua.
7. Garis ketinggian yang rapat berarti lereng terjal, dan garis
ketinggian yang landai berarti lereng landai.

Rumus Interval Kontour

Perbedaan tinggi antara dua garis ketinggian selalu sama.

~9~
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25
meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus :

1
Skala Peta
2000

Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta
GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera
dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku
rumus :

1
Skala Peta
2500

Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang


baku, namun dapat dicari dengan:

1. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal


titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontour antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur
antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.

9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu
tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik
triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang
merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak
suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik
triangulasi :
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120
mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340
mdpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975
mdpl 975

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 10 ~


d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875
mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670
mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg
1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster
Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta


Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi
peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam.
Legenda peta yang pentinguntuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain

MENGENAL TANDA MEDAN


Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk
keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang
alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta,
disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca
pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak


2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan.


1. Persimpangan jalan

~ 11 ~
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah


utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu
berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas
dari tulisan tersebut.

SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah
jarum jam.

Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).

Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut


mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah
jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan
untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk
melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang
membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang
menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.

Pengertian :

Azimuth adalah sudut yang terbentuk dari arah titik


bidikan/sararan dan arah utara.

Azimuth Peta adalah sudut yang terbentuk dari arah sudut bidikan
di peta dengan Utara Peta.

Azimuth Magnetis adalah sudut yang terbentuk dari arah sudut


bidikan pada medan sebenarnya dengan arah utara magnetis.
Disebut juga sudut kompas

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 12 ~


Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut
kompasnya :

Azimuth : Sudut Kompas


Back Azimuth :

Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°.
Bila sudut kompas < 180o maka sudut kompas ditambah 180°.

IKHTILAF

Ikhtilaf adalah besarnya sudut penyimpangan antara arah Utara Peta


(UP), Utara Magnetik (UM) terhadap arah Utara Sebenarnya (US).

a. Ikhtilaf Peta (Ikh US – UP)


Ikhtilaf Peta adalah besarnya sudut penyimpangan UP terhadap
US. Dengan sumbu pokok adalah US. Dalam membuat diagram
ikhtilaf maka UP digambar sebagai garis tegak. Disebut juga
Konvergensi Merimion.

Contoh :

UP US
US UP
* o
30 o *
30

Ikhtilaf Peta 30’ Barat Ikhtilaf Peta 30’ Timur

~ 13 ~
b. Ikhtilaf Magnetis (Ikh US – UM)
Ikhtilaf Magnetis adalah besarnya sudut penyimpangan arah UM
terhadap US. Dengan sumbu utama adalah US. Disebut juga
deklinasi
US US
UM * * UM
Contoh : 30
o o
30

Ikhtilaf Magnetis 30’ Barat Ikhtilaf Magnetis 30’ Timur

c. Ikhtilaf Peta – Magnetis (Ikh. UP – UM)


Ikhtilaf UP – UM adalah besarnya sudut penyimpangan arah UM
terhadap UP. Dengan sumbu pokok adalah UP. Disebut juga
deviasi.
UP UP
y y
UM UM
Contoh : 30
o o
30

Ikhtilaf UP – UM 30’ Barat Ikhtilaf UP – UM 30’ Timur

Hubungan Sudut Kompas dengan Sudut Peta

a. Sudut Kompas adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang
ditarik dari satu titik, masing-masing ke UM dan ke sasaran.
b. Sudut Peta adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang ditarik
darisatu titik, masing-masing ke UP dan ke sasaran.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 14 ~


Cara menghitung :

1) Bila Ikhtilaf UP – UM Timur :


Kompas = Peta – Ikhtilaf UP – UM

Peta = Kompas + Ikhtilaf UP – UM

2) Bila Ikhtilaf UP – UM Barat :


Kompas = Peta + Ikhtilaf UP – UM

Peta = Kompas – Ikhtilaf UP – UM

Perhitungan Deklinasi Peta


Seperti kita telah ketahui bahwa Utara Magnetis pada setiap
tahunnya selalu berubah, dan perubahan itu disebut dengan variasi
magnetis. Untuk daerah yang berada pada sebelah timur meridian
maka perubahan itu akan menambah deklinasi atau disebut juga
increase, tapi untuk daerah barat meridian akan mengurangi
deklinasi.

Utara magnetis pada setiap tahun pada satu buah peta topografi akan
selalu berubah, untuk itu setiap perubahan UM yang terjadi perlu
diperhitungan.

Contoh :
Merubah Kompas menjadi Peta
Diketahui :
- bacaan kompas = 45
- diagram ikhtilaf menunjukkan deklinasi 2 48′ T
- variasi magnetis per tahun = 0 3’ T ;
- Pembuatan Peta tahun 1980 ;
- US – UP = 1 T

Ditanyakan : Sudut Peta ke sasaran pada tahun 1984;


Jawab :
a. Hitung Ikht US – UM 1984
= 2 48′ T + ((84-80) x 0 3’ T)

~ 15 ~
= 2 48′ T + 0 12′ T
= 3 T
b. Hitung Ikhtilaf UP – UM
= (Ikht. US – UM) - (Ikht. US – UP)
= 3 T-1 T
= 2 T
c. Karena ikht UP – UM = Timur sebesar 2
Maka sudut Peta adalah Sudut Kompas + Ikht UP – UM
= 45 + 2
= 47

MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi,
sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn
berjalan catatlah:

1. Koordinat titik awal (A)


2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang
lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah


- Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, baik di medan
maupun di peta.
- Gunakan tanda medan yang jelas baik di medan dan di peta.
- Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah
sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai
patokan, atau belum.
- Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn
ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama
10 menit.
- Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
- Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan
kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari
punggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah
Diklat Sekber PAB 2008 ~ 16 ~
punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan
lain-lainnya.
- Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta
dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan
horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis
lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan
lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan
diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan
didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan


tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam
membaca peta. Misalnya Tim Bravo berada pada koordinat titik A
(3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Bravo agar
menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor.


Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y,
didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T,
kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar
sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut
menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum
Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A
menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun
berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun
punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya.


Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :

- Kemiringan lereng + Panjang lintasan


- Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri
atau gurun pasir).
~ 17 ~
- Keadaan cuaca rata-rata.
- Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
- Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

RESECTION / SILANG KE BELAKANG


Resection adalah menentukan tempat dimana kita berada pada peta
dengan pertolongan dua titik atau lebih yang dikenal di peta dan di
medan.

Caranya :

1. Dengan menggunakan kompas


- Pilih 2 titik atau lebih yang dikenal di medan dan di peta.
Usahakan sudut yang dibentuk dari 2 titik tersebut
membentuk sudut antara 30o – 150o agar persilangannya
jelas. {kita sebut saja misalnya sudut A dan B }
- Bidikkan kompas ke arah sudut A dan B, kemudian catat atau
sudut kompasnya (azimuthnya).
- Ubah sudut kompas tersebut menjadi sudut peta (dengan
menggunakan perhitungan ikhtilaf UP-UM)
- Hitung azimuth belakang (back azimuth) ke arah titik A dan B.
Jika Azimuth < 180o maka back azimuth + 180o
Azimuth > 180o maka back azimuth - 180o

- Lukiskan back azimuth tersebut dari titik A dan dari titik B.


- Perpotongan dari kedua sudut tersebut adalah posisi kita di
peta.
- Tunjukkan titik tempat kita berada di peta dengan koordinat.
Amati tanda yang ada di sekitar titik tersebut, kemudian
cocokan dengan tanda medan sebenarnya di medan.

2. Dengan tidak menggunakan kompas.


- Pilih 3 titik tanda yang yang dikenal baik di medan maupun di
peta. (misalnya titik A, B, dan C)
- Gunakan kertas bening sebesar atau plastik mika, letakkanlah
pada bidang datar (buku yang tebal atau papan).
- Tusukkan sebuah jarum pada tengah-tengah kertas bening
atau plastik mika,
Diklat Sekber PAB 2008 ~ 18 ~
- Bidik titik A, B dan C dengan pangkal bidikan dari jarum yang
kita tusukkan di kertas atau mika. Kemudian tarik garis lurus
dari titik bidikan kita tadi. (untuk memudahkannya kita bisa
menusukkan jarum pada titik yang kita bidik tersebut, baru
kita buat garis ke pangkal jarum yang pertama baru kemudian
kita tari garis lurus). Ingat !!! Selama membuat garis tersebut,
jangan sampai kertas tersebut bergeser.
- Dari ketiga garis yang ditarik dari titik A, B, dan C maka akan
muncul perpotongan garis tersebut.
- Kertas bening atau mika yang telah dilukis garis tersebut kita
ambil dan kemudian kita letakkan pada peta. Geser-geserkan
sedemikian rupa sehingga garis yang kita buat itu berada
sedemikian rupa pada titik A, B, dan C.
- Garis perpotongan antara A, B, dan C itu adalah posisi kita di
peta.
- Setelah itu tunjukkan titik di peta tersebut dengan koordinat.
Amati tanda peta yang ada di sekitar titik tersebut, kemudian
cocokkan dengan tanda di medan sebenarnya.

INTERSECTION / SILANG KE MUKA


Intersection adalah menentukan letak suatu tempat di peta yang
terletak di luar tempat kita berada dari dua titik tempat kita berada
yang dikenal baik di peta maupun di medan.

Caranya :

1. Dengan menggunakan kompas


- Pilih dua titik yang nantinya kan kita tempati yang dikenal
baik di peta dan di medan, misalnya A dan B. Dari titik A dan
B tersebut kita dapat melihat tempat yang akan ditentukan
tempatnya di peta. Usahakan titik tanda tadi membentuk
sudut 30o – 150o untuk mempertegas sudut (kita misalkan
titik yang akan kita tentukan dengan C).
- Di titik A kita membidik C. Baca dan catat sudut kompasnya,
kemudian rubah sudut kompasnya menjadi sudut peta (ingat
ikhtilaf UP – UM). Lukis sudut dari titik A tersebut di peta.

~ 19 ~
- Pindah ke titik B. Kita bidik titik C. Baca dan catat sudut
kompasnya, kemudian ubah sudut kompasnya menjadi sudut
peta. Lukis sudut tersebut di peta.
- Perpotongan antara garis A dan B adalah titik C di peta.
- Kemudian kita catat koordinatnya.

2. Tanpa menggunakan kompas


- Pilih dua titik tanda seperti yang dilakukan pada intersection
dengan kompas, misalnya A dan B. Syaratnya : Dari titik A
kita bisa melihat titik C dan B, dari titik B kita bisa melihat titik
C dan titik A.
- Gelarkan peta pada bidang datar. Peta diorientasi. Sesudah
diorientasi peta tidak boleh bergeser lagi.
- Letakkan kertas bening atau mika di atas peta sedemikian
rupa sehingga dapat diperkirakan titik yang akan kita
tentukan masuk pada lembara kertas bening.
- Tarik garis antara A dan B di peta pada kertas bening/ mika.
- Tusukkan jarum pada titik A pada kertas bening atau mika
beserta petanya.
- Bidik dan tarik garis melalui jarum di titik A ke arah titik C di
medan dengan pertolonan garisan.
- Pindah ke titik B. Peta diorientasi. Atur letak kertas bening /
mika sehingga titik A dan B pada kertas bening / mika
berimpit dengan titik A dan B di peta.
- Tusukkan jarum di titik B pada kertas bening beserta petanya.
Perhatikan garis B – A di kertas bening / mika dan peta harus
sejajar/ berimpit dengan garis khayal B – A di lapangan.
Dalam posisi demikian peta beserta kertas bening tidak boleh
bergeser
- Bidik dan tarik garis melalui jarum di titik B ke arah C di
medan dengan menggunakan pertolongan garisan.
- Titik silang antara garis yang dibuat dari titik A dan dari titik B
adalah tempat yang kita tentukan letaknya di peta.
- Tunjukkan tempat yang ditentukan letaknya di peta itu
dengan koordinat.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 20 ~


SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang artinya mengatasi. Survival itu
sendiri merupakan kemampuan untuk mempertahankan diri dari
suatu keadaan tertentu, dalam hal ini mengatasi keadaan darurat di
alam bebas.

Orang yang melakukan survival disebut survivor.

Faktor yang menyebabkan seseorang harus melakukan survival :


1. Tersesat
2. Kecelakaan
3. Kehabisan Bekal

Prinsip Survival
S : Sadarilah sungguh-sungguh situasimu
U : Untung malang tergantung ketenanganmu
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vakum, kekosongan hilangkanlah
I : Ingat dimana kau berada, ingat kepada Tuhan
V : Viva, kehidupan hargailah
A : Adat istiadat setempat, patuhilah
L : Latihlah diri dan belajarlah selalu

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti


survival ini, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan
tindakan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu "STOP" yang
artinya :

S : Stop / Seating / berhenti dan duduklah


T : Thinking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang
akan dilakukan.

~ 21 ~
Mengapa Ada Survival
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk
keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain
:

Keadaan alam (cuaca dan medan)


Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan
tumbuhan)
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan biasanya timbul akibat kesalahan-
kesalahan kita sendiri.

Hal yang harus dimiliki oleh seorang survivor


Ketika kita dihadapkan dalam keadaan survival. Kita harus
mempunyai :

1. Sikap mental yang tinggi


Semangat untuk tetap hidup
Kepercayaan diri
Akal sehat
Disiplin dan rencana matang
Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan dan keterampilan
Cara membuat bivak
Cara memperoleh air
Cara mendapatkan makanan
Cara membuat api
Pengetahuan orientasi medan
Cara mengatasi gangguan binatang
Cara mencari pertolongan
Pengetahuan mengidentifikasikan tanaman
Cara membuat trap/jerat, dll
3. Kemauan belajar
4. Peralatan
Kotak survival /Survival Kit
Pisau jungle , dll.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 22 ~


Langkah yang harus ditempuh bila Anda atau kelompok anda
tersesat :
Mengkoordinasi anggota
Melakukan pertolongan pertama, apabila ada yang terluka.
Melihat kemampuan anggota
Mengadakan orientasi medan
Mengadakan penjatahan makanan
Membuat rencana dan pembagian tugas
Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
Membuat jejak dan perhatian

Permasalahan yang timbul dalam survival

Kondisi Alam
Masalah yang timbul disebabkan kondisi alam akan berpengaruh
pada kondisi tubuh kita, diantaranya :

a. Penurunan suhu tubuh


Suhu yang dingin, dimana temperatur yang ada di sekitar kita
lebih rendah dari pada suhu tubuh kita. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan penyakit yang disebut Hypotermia.

b. Peningkatan suhu tubuh


Beberapa penyakit yang disebabkan meningkatnya suhu
tubuh, antara lain :

Sun Burn
Terjadi di tempat tinggi, dimana lapisan udara tipis dan
sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet
membakar sel-sel kulit.

Sun Blind
Kebutaan yang disebabkan oleh pantulan sinar matahari,
biasa terjadi pada padang salju dan es.

~ 23 ~
Heat Exhaustion
Pingsan karena panas. Hal ini dapat terjadi karena
temperatur udara yang tinggi dan lembab, sehingga
menimbulkan dehidrasi dimana badan akan menjadi
lemah dan biasanya kejang-kejang.

Heat Cramp
Kejang karena panas. Biasanya menyerang pada otot
yang bekerja terus-menerus.

Conbustion
Hangus terkena sinar matahari secara langsung, serta
kerusakan jaringan tubuh karena protein dalam tubuh
kita menggumpal.

c. Dehidrasi
Suatu kondisi yang disebabkan berkurangnya cairan dalam
sel-sel tubuh dan dapat menyebabkan kematian.

d. Kekurangan Oksigen
Hal ini biasanya terjadi kita melakukan pendakian. Semakin
tinggi kita mendaki, semakin tipis oksigen yang dapat kita
hirup.

e. Gas beracun
Ciri-ciri adanya gas beracun pada daerah tertentu adalah :

- banyak terdapat bangkai binatang


- Jika kita meyalakan api, seketika api padam.

Mahluk hidup
a. Tumbuhan / Hewan
b. Orang asing / Suku terasing

Diri sendiri
a. Fisik
b. Mental
c. Pengetahuan dan Keterampilan
Diklat Sekber PAB 2008 ~ 24 ~
Teknik Survival

Membuat Bivak (shelter)


Bivak adalah tempat berlindung dalam keadaan darurat untuk
melindungi diri dari faktor alam dan lingkungan dimana survivor
berada. Sifatnya hanyalah sebagai tempat berlindung untuk
sementara.

Jenis-jenis bivak
Bivak asli dari alam, berupa gua, ataupun pohon
Bivak buatan dari alam, berupa daun-daunan dan ranting
yang disusun menjadi bivak, digunakan sebagai tempat
perlindungan
Bivak buatan, berupa ponco, plastik, dll.

Pedoman Pembuatan Bivak


Hindari daerah aliran air
Jangan membuat bivak di tepi tebing
Jangan membuat bivak dibawah pohon yang rapuh/mati
Bila tidak aman di atas tanah maka bisa membuat bivak di
atas pohon yang besar dan kuat.
Apabila keadaan hujan, sebaiknya jangan membuat bivak
di atas pohon, untuk menghindari jika pohon tersebut
tersambar petir.
Cari tempat yang bukan merupakan sarang nyamuk /
serangga.
Cari tempat berlindung berupa gua, jika merupakan
sarang binatang, maka usirlah dengan membuat api
unggun.
Sesuaikan bivak anda dengan bahan yang dimiliki dan
keperluan.
Buatlah bivak yang kuat, tetapi jangan terlalu merusak
alam sekitar.

Membuat Api
Dalam survival, api mutlak sangat diperlukan untuk pemanasan,
pengeringan, isyarat, memasak dan perlindungan dari binatang.
Sedemikian pentingnya api sehingga survivor dituntut untuk

~ 25 ~
dapat membuat api dalam keadaan dan cuaca apapun tanpa
menggunakan korek api.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat,


memelihara dan menguasai api adalah :

- Gunakan bahan yang mudah terbakar


- Gunakan pohon kayu mati atau dahan dan ranting yang
kering untuk bahan bakar.
- Jangan membuat api terlalu besar.
- Lindungi api dari terpaan angin.

Cara membuat api tanpa Korek Api


- Menggunakan lensa

Perlengkapan yang diperlukan adalah lensa kompas, lensa


kamera atau teropong. Caranya dengan memfokuskan sinar
matahari pada bahan yang mudah terbakar sehingga dapat
menyala.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 26 ~


- Menggunakan batu api / gesekan kayu

Caranya dengan menggesekkan 2 buah batu sehingga terjadi


percikan api. Atau dengan menggesekkan 2 buah kayu yang
keras dimana kayu yang keras digesekkan pada kayu yang
lunak sehingga akan panas dan menimbulkan api.

- Menggunakan peralatan busur dan gurdi.

Caranya : dengan memutar-mutar gurdi dengan


menggunakan busur secara terus menerus. Di bawah
digunakan bahan yang mudah terbakar, seperti lumut kering
atau daun kering yang mudah terbakar. Untuk lebih
mudahnya dapat digunakan bubuk mesiu.

~ 27 ~
Mencari Makanan
Survivor harus berbesar hati untuk tidak terlalu mengharapkan
mendapatkan makanan yang cukup dan berkualitas dari hutan.
Makanan makanan yang dapat kita makan di hutan terdiri dari
bahan hewani dan nabati, yaitu hewan dan tumbuhan.

Jenis hewan yang dapat dimanfaatkan survivor dan mudah


didapat adalah :

- Jenis Vertebrata, terdiri dari, kadal, biawak, kura-kura, katak,


ikan, burung, ayam hutan, tikus, dll.
- Jenis Avertebrata, terdiri dari : laron, larva, cacing, belalang
siput, keong, udang, dll.
Untuk jenis tumbuhan yang ada di daerah tropis umumnya dapat
dimanfaatkan dalam survival, kecuali yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

- buah dengan warna yang mencolok


- Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
- adanya getah pada batang atau buah yang berwarna putih,
kehitam-hitaman, kemerah-merahan, bisa menyebabkan
gatal bahkan kematian
- tumbuhan dengan permukaan daun atau batangnya yang
berbulu.
- Tumbuhan yang rasanya pahit dan panas.
Contoh tumbuhan yang dapat dimakan :

Akar / Umbi : kentang, umbi-umbian dan beberapa


jenis talas.

Daun : selada air, kenci, antanan, dll.

Batang : Palem hutan, humut kelapa,


trenggilungan, dll.

Buah : Rambutan hutan, arbei, dll.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 28 ~


Mencari Air
Air merupakan hal yang sangat penting dalam keadaan survival.
Karena tanpa air manusia tidak akan bisa hidup. Seseorang dalam
keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 sampai 30
hari tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan
hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.

Pada survival, air dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Air yang tidak perlu dimurnikan


a. Air Hujan
b. Air dari Akar pohon, rotan ataupun bambu
c. Air yang terdapat dari bunga kantong semar ataupun
lumut

2. Air yang harus dimurnikan


a. Air dari sungai besar
b. Air yang tergenang
c. Air yang didapat dari menggali pasir di pantai
d. Air dari batang pohon pisang

Membuat Perangkap/Jerat (Trap)


Macam-macam jerat :

- Perangkap model menggantung


- Perangkap tali sederhana
- Perangkap lubang jerat
- Perangkap menimpa
- Dll.
Bahan :

- tali/kawat
- Umpan
- Batang kayu
- Cabang pohon
~ 29 ~
Diklat Sekber PAB 2008 ~ 30 ~
Membaca Jejak
Jenis :

- Jejak buatan : dibuat oleh manusia


- Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :

- Jenis binatang yang lewat


- Arah gerak binatang
- Besar kecilnya binatang
- Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :

- Kotoran yang tersisa


- Pohon atau ranting yang patah
- Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

Survival kit

Survival Kit adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa


dalam perjalanan :
- Perlengkapan memancing
- Pisau
- Tali kecil
- Senter
- Cermin suryakanta (luv), cermin kecil
- Peluit
- Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
- Tablet garam, norit
- Obat-obatan pribadi
- Jarum + benang + peniti
- dll

~ 31 ~
TALI – TEMALI
Tali merupakan salah satu peralatan yang cukup vital di dalam
kegiatan kita sehari-hari. Dimana tali dapat digunakan sebagai
pengikat (mempersatukan) benda-benda atau lainnya dan juga dapat
sebagai penghubung dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi tali
adalah alat bantu yang penting bagi kita dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.

Di dalam kegiatan kepencintaalaman, khususnya kegiatan


Mountainering, caving, Rock Climbing, tali merupakan suatu
peralatan yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan tali yang
kuat dan tahan terhadap beban berat.

Banyak macam dan jenis tali tetapi tidak semuanya dapat digunakan
dalam kegiatan tersebut. Kita harus dapat memilih tali yang baik.
Biasanya sintetis nilon adalah merupakan tali yang baik digunakan,
karena kuat, elastis, dan tidak mudah rapuh bila terkena air.

Secara umum ada Dua Jenis Tali, yaitu:

Hawserlaid (Laid Rope)


Tali yang terdiri dari serat halus terbuat dari nylon, yang dipilin
menjadi 3 bagian.

Kelebihan hawserlaid
- Tahan terhadap abrasi
- Mempunyai daya lentur yang tinggi ( sampai 40%)
- Konstruksinya sedemikian rupa sehingga memudahkan
pengamatan kerusakan yang terjadi pada tali.

Kekurangan hawserlaid :
a. Cenderung menjadi kaku bila sudah sering dipakai, sehingga agak
sukar membuat simpul, dalam hal membuat simpul harus
diperiksa benar-benar apakah simpul sudah terjalin rapih, apa
belum demi keamanan.

b. Bentuknya yang demikian rupa cenderung melintir bila dipakai


untuk abseiling (turun melalui tali).

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 32 ~


Kernmantel (Mantel Rope)
Tali jenis ini lebih populer dari pada Hawserlaid akhir-akhir ini.
Dikarenakan lebih praktis dan lebih baik di dalam penggunaan, sebab
permukaan tali lebih rata sehingga mengurangi gesekan pada tangan
atau benda lainnya.

Tali jenis ini terdiri dari 2 bagian, yaitu :

1. Bagian dalam ini (kern) yang terdiri dari serat-serat berwarna


putih.
2. Bagian luar (mantel) yang merupakan anyaman yang melindungi
bagian inti.

Berdasarkan konstruksi dan Penggunaannya, Kernmantel dibagi


menjadi 3 Jenis :

Kernmantel Dinamis
Kernmantel yang dipakai untuk rock climbing. Bagian intinya dianyam
dan daya lenturnya tinggi (25 – 30%). Lapisan luar terdiri dari
anyaman yang tidak terlalu rapat. Biasa disebut dengan Kernmantel
Dinamis.

Kernmantel Statis
Kernmantel yang digunakan untuk caving (Speleo Rope) bagian
dalamnya tidak dianyam sehingga daya lenturnya rendah (10%).
Sedangkan lapisan luarnya dianyam rapat sekali sehingga air lumpur
tidak mudah masuk. Daya lentur yang rendah dimaksudkan untuk
menghindari Vovo Effeck yang membahayakan untuk menelusuri gua
vertikal.

Kernmantel Semi Statis


Kernmantel yang digunakan untuk penyelamatan (Rescue Rope).
Bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat sama seperti yang
digunakan dalam rock climbing tetapi bagian dalamnya lurus dan
sama seperti kontruksi pada speleo rope sehingga daya lenturnya
rendah (10%). Tali itu dapat meredam Vovo effeck dan mudah dibuat
simpul.

Untuk Abseiling atau Ascending (naik melalui tali) tali yang baik
dipakai adalah yang mempunyai diameter 11 atau 12 mm. Diameter
~ 33 ~
sebesar itu dianggap cukup tahan terhadap gesekan, tidak terlalu
berat dibawa dan sesuai dengan besarnya alat-alat yang digunakan
untuk abseiling maupun ascending, umumnya kernmantel sebesar ini
mempunyai daya menahan beban sebesar ini mempunyai daya
menahan beban sebesar 2000 kg. Kemampuan ini adalah yang diuji di
pabrik (UIAA = Union Internationalate des Assosications d’ Alpinisme)
akan tetapi hal ini tidak berarti tidak dapat memakai dengan
seenaknya. Di medan sesungguhnya kekuatan tali dapat berkurang
karena berbagai hal misalnya :

 Gesekan dengan tebing


 Simpul yang dibuat pada tali tersebut
 Gesekan dengan alat turun
 Hentekan yang dihasilkan oleh gerakan abseling
 Panas Matahari
 Lumpur yang menempel pada tali

Perawatan Tali

Tali nylon, baik kernmantel maupun hawserlaid, memang mempunyai


banyak kelebihan, tetapi ada juga kekurangannya. Oleh karena itu
harus tahu bagaimana merawat tali tersebut, agar dapat dipakai
dengan aman. Merawat tali berarti memperpanjang umur tali
tersebut di dalam pemakaiannya.

Beberapa hal yang patut diperhatikan :

1. Untuk mencegah memberodolnya ujung tali, maka ujung tali


harus dirapatkan dengan cara membakarnya atau dipanaskan.

2. Tali kernmantel harus dicuci terlebih dahulu, agar sisi minyak


dari pabrik dapat hilang, dan lapisan luar dan dalam dapat
bersatu.

3. Hindari tali dari panas matahari, karena tali nilon akan meleleh
pada suhu 215o - 220o C. untuk menghindari tali dari kerusakan
karena panas itu, ketika melakukan abseiling jangan terlalu
cepat.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 34 ~


a. Suatu percobaan yang pernah dilakukan telah
menunjukan bahwa kecepatan turun 0,5 m/detik dalam
100 dapat menyebabkan descender yang terbuat dari
metal mencapai panas 100o C, sedangkan kecepatan 2
m/detik menghasilkan panas 150o C. kecepatan turun
yang ideal dan aman adalah 12m/26detik

4. Untuk menghindari gesekan, lapisan tebing yang dilaui oleh tali


dilapisi dengan karung atau lainnya untuk menutupi bagian
yang tajam.

5. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali


karena hal ini dapat mengurangi daya tahan tali secara
perlahan-lahan.

6. Hindari tali dari zat-zat kimia apapun agar tdak hancur seperti
air accu, oli, asam batre, dsb.

7. Jangan menduduki, tali menginjak, kerena tanah dapat


menyelinap msuk diantara serat-serat tali dan mempercepat
kerusakan tali tanpa, diketahui, lebih-lebih pada tali
kernmantel.

8. Jangan menggantung tali dengan beban dalam waktu lama.

9. Lepaskan segala jenis simpul setelah memakai tali.

10. Hindari gesekan tali nilon dengna tali nilon lainnya, kerna dalam
waktu singkat tali akan meleleh karena panas, yang
ditimbulkan.

11. Jangan sekali-kali menggunkan tali untuk menarik mobil dan


benda lainnya.

12. Cucilah tali setelah dipakai untuk eksplorasi /latihan. Jangan


menggunakan air panas, semakin dingin air yang digunakan
semakin baik karena dapat menghindari kari kerusakan,
meskipun ada beberapa tali yang dapat dicuci dengan
menggunakan sabun tetapi lebih baik hindari pencucian dengan

~ 35 ~
penggunaan sabun, untuk mencegah kerusakan tali cucilah
dengan air bersih.

13. Lakukanlah pemeriksaan terhadap tali sebelum dipakai. Untuk


mengecek tali apakah masih dalam keadaan baik, rabalah tali
dan telusuri tali tersebut jengkal demi jengkal. Bila ada bagian
dalam yang putus akan terasa dari perbedaan diameter tali
tersebut.

14. Catatlah riwayat pemakaian tali untuk mengetahui batas


kekuatannya.

15. Merawat tali berarti memperpanjang umur tali tersebut.dalam


penggunaan tali dalam kegiatan pecinta alam misalnya:
Mountainering, Rock Climbing, Caving, Rescue dsb dikenal
beberapa simpul, dimana simpul-simpul tersebut sangat
penting sekali dalam penggunaan tali tesebut.simpul-simpul
tsbt haruslah sederhana dan mudah dibuat,tidak mudah lepas
dengan sendirinya ,mudah dibuka sipulnya bila dikehendaki,
kuat, aman, serta nyaman dipergunakan.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 36 ~


Simpul-simpul Dasar

Simpul Untuk Menyambung Tali


 Simpul Mati (Reef Knot)
Simpul ini berguna
untuk menyambung
dua buah tali yang
sama besar dan tidak
basah.

 Simpul Anyam dan Anyam Berganda (Sheet Bend / Double Sheet


Bend)
Simpul ini berguna
untuk menyambung
dua buah tali yang
tidak sama besar

 Simpul Nelayan (Fisherman Knot)

 Simpul Pita (Ring Bend / Over Bend)

~ 37 ~
Simpul Untuk Mengikat/Menambatkan/Menjerat

 Simpul Pangkal (Clove Hitch)

 Timber Hitch

 Simpul Jangkar (Girth Hitch)

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 38 ~


 Simpul Bowline / Simpul Kambing (Bowline Knot)

 Simpul Delapan (Figure of Eight)

Simpul Lainnya

 Simpul Erat (Sheepshank)


Simpul ini digunakan untuk memendekkan tali.

~ 39 ~
 Simpul Prusik (Prusik Knot)
Simpul ini Digunakan untuk naik pada tali
utama bila digunakan sebagai alat naik tali
yang bulat dan lebih kecil dari tali utama.

 Hedde Knots
Digunakan untuk naik pada tali utama bila yang digunakan
sebagai alat naik dengan tali pipih (pita).

“Menyia-nyiakan tali ...

sama saja membunuh diri secara perlahan !!!

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 40 ~


Search and Rescue (SAR)

Search and rescue (SAR) adalah suatu pekerjaan dari personil dan
fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong jiwa manusia ataupun
barang yang berharga, secara efektif dan efisien, yang ada dalam
keadaan mengkhawatirkan.

Sistem SAR

Sistem pendekatan
Keseluruhan sistem pendekatan adalah untuk mengatasi problem
SAR. Hal ini memungkinkan bentuk gambaran SAR secara menyeluruh
dapat :

- Segera dimengerti oleh seseorang yang masih awam dalam


bidang SAR.
- Secara logis dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi selama
dituntut adanya misi SAR.

Komponen SAR

a. Organisasi Misi SAR


Terdiri dari :
- SC : SAR Coordinator
- SMC : SAR Mission Coordinator
- OSC : On Scene Commander
- SRU : Search and Rescue Unit

Suatu operasi SAR minimum terdiri dari :


SC – SMC – SRU
Suatu operasi SAR umumnya terdiri dari :
SC – SMC – OSC – SRU

b. Fasilitas
Menyediakan personil, perlengkapan dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tahapan-tahapan di dalam SAR.

~ 41 ~
c. Komunikasi
Menyediakan semua media komunikasi yang dengan itu
didapatkan pendeteksian awal, penyiagaan kontrol, dukungan
dan pemeliharaan koordinasi di seluruh bagian sistem SAR.

d. Perawatan Gawat Darurat


Memberikan perawatan gawat darurat semaksimal mungkin
kepada korban yang cidera, penerapan PPPK dan dukungan moril
untuk tetap hidup.

e. Dokumentasi
Memberikan koleksi data-data dan analisa dari informasi dari
tahap awal sampai pembebasan akhir yang berhubungan dengan
misi SAR.

Organisasi SAR
Komponen organisasi SAR mendukung sistem SAR total, dan ini
dicakup dalam empat elemen pokok, yaitu :
1. Sejumlah besar organisasi SAR yang berdiri bebas.
2. Pembagian secara geografis dari suatu daerah tanggung jawab
SAR.
3. Pusat koordinasi rescue di dalam suatu daerah yang ditentukan
batas-batasnya.
4. Organisasi Misi SAR.

Pusat tertinggi segala kegiatan SAR di Indonesia wewenangnya ada


pada Badan SAR Nasional (BASARNAS).

Tahapan SAR
Untuk mempermudah problem operasi SAR, suatu kegiatan
operasional SAR dibagi dalam kelompok-kelompok tahapan, yaitu :
a. Awareness Stage (Tahapan Kekhawatiran)
Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan
timbul, termasuk di dalamnya penerimaan informasi dari
seseorang atau organisasi.
b. Initial Action Stage (Tahapan Kesiagaan)

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 42 ~


Aksi persiapan diambil untuk menyediakan fasilitas SAR dan
mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
- Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi.
- Menyediakan fasilitas SAR.
- Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary
Communication Check /PREXCOM).
- Perluasan pencarian dengan komunikasi (Extended
Communication Check / EXCOM).
- Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya, setelah
tahapan tersebut.

c. Planning Stage (Tahap Perencanaan)


Suatu pengembangan perencanaan yang efektif termasuk
didalamnya :
- Menentukan posisi paling mungkin (Most Probable Position /
MPP) dari korban yang dalam keadaan darurat itu, sekaligus
menentukan :
- Luas daerah pencarian
- Tehnik pencarian
- Batas-batas pencarian
- Personil pencari
- Jadwal operasi
- Perlengkapan portable
- Menentukan titik pembebasan yang paling aman (Delivery
point).

d. Operation Stage (Tahap Operasi)


SRU diberangkatkan ke lokasi yang sudah ditentukan sesuai
rencana operasi SMC, sampai menemukan korban sampai
dipanggil /diganti, atau misi SAR dinyatakan selesai, setelah
sebelumnya di-briefing.
1. Briefing SAR
Setiap pengiriman SRU sebaiknya dibekali dengan briefing
oleh SMC untuk efektifitas dan efisiensi operasi.
Sebagai patokan briefing darat meliputi :
- Situasi operasi
- Cuaca
- Pola pencarian
- Penunjukan tugas pencarian
~ 43 ~
- Teknik pengawas/mengawasi
- Frekuensi komunikasi
- Intruksis Koordinasi
2. SRU tiba di daerah operasi, OSC segera memberikan briefing
awal, antara lain :
- Situasi terakhir
- Penambahan daerah operasi
- Pola pencarian, dll.
3. Pencarian di tempat, sesuai tugasnya setelah sampai di
tempat kejadian SRU mengadakan operasi dan melaporkan
keadaan kepada OSC.
4. Laporan Unit SAR
OSC akan selau mengirimkan laporan berkalanya kepada SMC
darisaat pertama tiba dan setiap 4 jam.
Isi laporan :
- Situasi kejadian, hal-hal yang kemungkinan alan
mempengaruhi serta keterangan yang mungkin berguna
untuk penanggulangan masalahnya.
- Rencana operasi mendatang, termasuk saran-saran dan
permintaan bantuan apabila diperlukan.
5. Waktu melihat sasaran
Prosedur bila melihat korban yang masih hidup, hal-hal yang
harus dilakukan :
- Tentukan posisi korban, laporkan kepada OSC.
- Melakukan pertolongan bila memungkinkan.
- Usahakan korban mengetahui bahwa ia telah ditemukan.
- Tetap berada di lokasi korban selama logistic masih cukup
atau sampai digantikan oleh OSC.
6. Laporan telah menemukan korban, kepada OSC, atau kepada
SMC, isi laporannya adalah :
- Posisi korban, identitas, keadaan fisik, cuaca, jenis
peralatan darurat yang diperlukan dan yang tersedia.
7. Penggantian di tempat
SMC bertanggungjawab memberikan briefing kepada SRU
pengganti atau SMC pengganti. Setelah SRU dihentikan ia
berada di bawah operasi kesatuan induknya.
8. Penggarapan Korban
Secara umum penggarapan korban meliputi :

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 44 ~


- Mulai dari identifikasi korban, bila perlu korban
dilengkapi dengan label, catatlah semua usaha
penyelamatan.
- Lakukan pertolongan darurat sebatas kemampuan.
- Laporkan jumlah korban, status korban kepada OSC.
- Lakukan langkah-langkah evakuasi apabila belum
dilakukan.
- Periksa harta milik korban dan amankan.
9. Emosi Korban
SRU seyogyanya sadar akan kondisi psikologi korban bagi
korban yang hidup, ada 4 hal yang perlu ditanyakan :
- Pengobatan sendiri yang sudah dilakukan.
- Ada tidaknya korban yang lain.
- Pengalaman untuk survival.
- Sebab dan/atau pencegahan kecelakaan.
10. Pemindahan korban
Pemindahan korban yang selamat untuk mendapatkan
perawatan medis perlu segera dilakukan, sebaiknya
dikonsultasikan kepada dokter.
- Persiapkan tandu untuk pengangkutan korban
- Bila ada pertimbangan dokter, korban dalam keadaan
kritis, dilakukan evakuasi lewat udara.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan
evakuasi lewat jalan darat :
- Kondisi korban
- Kemungkinan evakuasi lewat udara (SRU menyiapkan
Heliped)
- Kemampuan merawat selama perjalanan
- Kondisi tim penolong
- Metode dan kemampuan komunikasi SRU kepada SMC
- Rute yang aman, mudah dan dekat.
11. Penyerahan Korban
Petugas yang mengawal korban, pada waktu menyerahkan
korban agar melegkapi keterangan pada saat serah terima,
meliputi :
- Jenis cedera
- Perawatan yang sudah diberikan
- Saat memberikan torniket, pembalutan, dll.

~ 45 ~
12. Penghentian Pencarian
Pencarian dihentikan karena beberapa hal :
- Korban sudah ditemukan semua
- Waktu pencarian sudah terlewati
- Daya tahan korban pada saat itu
- Sudah sampai tingkat mana usaha pencarian.

e. Tahap Selesai Penugasan (Mission Conclusion Stage)


Gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang dgunakan dari suatu titik
pembebasan yang aman ke lokasi semula suatu titik pembebasan
yang aman ke lokasi semula (Regular Location). Termasuk
didalamnya :
- Kembali ke base camp
- Pemeriksaan peralatan dan perlengkapan yang digunakan,
sedapat mungkin diadakan penggantian pada yang rusak
atau hilang.
- Briefing pada seluruh crew dan unit SAR yang terlibat.
Membuat dokumentasi misi SAR.
- Kembali ke pangkalan masing-masing.

Teknik Pencarian

a. Teknik Pasif (Confinement Mode)


1. Camp In
Team kecil ditempatkan untuk menunggu orang yang hilang.
Menempati daerah strategis, seperti : persimpangan jalan,
pertemuan sungai, dll. Team dilengkapi peralatan yang dapat
memancing perhatian korban ke arah pos yang digunakan.
Ditekankan kepada team ini untuk memeriksa daerah sekitar.

2. Lock Outs
Penempatan team sama dengan camp in. Disini team
dilengkapi teropong dan beberapa bentuk peralatan, variasi
lain tetap menempatkan beberapa anggota SRU, sementara
anggota yang lain memeriksa daerah sekitar.

3. Track Trap

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 46 ~


Semacam Camp In yang tidak ditempatkan personil yang
mungkin sewaktu-waktu berguna. Perlu diperhatikan tentang
lokasinya, dimana korban sewaktu-waktu bergerak, sebarkan
debu-debu secra meluas periksa secara berkala untuk melihat
jejak.

4. Trail Blocks
Team kecil memblokir jalan setapak yang menuju search
area, mencatat nama dan data setiap orang yang keluar
masuk search area. Setidaknya tetap menempatkan
seseorang anggota SRU untuk berjaga.

5. Road Blocks
Dasarnya sama dengan Trail Bloks, kadang tenaga
sukarelawan yang sudah tua/penggemar offroad diminta
untuk berfungsi disini, sebagai pencari di jalan-jalan tanah
yang buruk. Bila search area dinyatakan tertutup untuk
umum, maka yang bertugas disana sebaiknya petugas hukum.

6. String Lines
Lock Outs, Cam-In akan efektif di daerah terbuka, dimana luas
pandang baik. Di daerah yang berpohon bertundung (canopy)
atau yang bersemak lebat, String Lines akan lebih berguna.
Tags atau tanda-tanda pada String Lines akan menarik
perhatian korban, untuk mengikuti bentangan tali, keluar ke
tempat umum.

b. Teknik Aktif (Detection Mode)


1. Mencari (Terburu-buru)
Pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukan terhadap
daerah yang dianggap paling memungkinkan.
2. Pencarian Cepat Kejar
Control Line, Team mencari di tepian sungai kecil atau jalan
setapak.
3. Pencarian Secara Grid
- Uni Team, pola ini menggunakan 3 orang pencari, sebagai
team pengamat, salah satunya bertugas meluruskan
(compassman).

~ 47 ~
- Stagered Single Line / Garis tunggal bertahap, pola ini
membantu pengaturan pada pola pencarian garis tunggal
(single line). Pemberangkatan team dilakukan secara
bertahap.
- Overlapping sweep/penyapuan saling melewati, sangat
efektif karena jarak pencarian dekat, tetapi apabila dua
team pencari bertemu (head on) berhadap-hadapan
maka tingkat efektifnya berkurang.
- Multiple Pass / Persilangan berganda, Daerah pencarian
dijelajah secara dua arah, kemungkinan menemukan
sasaran cukup besar. Diusahakan agar team bersilangan
tegak lurus.
- Perimeter Cut, adalah pencarian tegak lurus, pada arah
perjalanan yang dilakukan secara pemotongan dan
penerobosan terus menerus.

c. Teknik kombinasi (Campuran)


Demi mencapai hasil yang maksimal sering pula ditempuh
dengan cara penggabungan dua macam teknik atau lebih, bahkan
dengan bantuan hewan, yaitu anjing. Dengan catatan :
- Jejak belum lama ditinggalkan korban, maksimal 4 hari, dan
suhu di daerah tersebut berkisar antara 7o C – 28o C. Sebab
suhu diatas 28oC bau tubuh korban akan hilang.
- Lokasi jalur belum terusik oleh hilir mudiknya team pencari.
- Sewaktu anjing berhenti, segera diadakan pencarian tanda-
tanda di sekitarnya.
- Lebih efektif digunakan pada malam hari, karena
dimungkinkan korban sedang istirahat.

Pencarian Malam Hari.


Pencarian malam hari seringkali diperlukan, efektifitas pencarian
malam hari bervariasi, di dalam kondisi hutang bersemak dan
berpohon lebat tentunya akan lebih lambat dan kurang efektif
daripada pencarian di siang hari. Adalah bijaksana apabila setiap
beberapa menit berteriak mencari orang yang hilang. Biarkan
keadaan sepi untuk mendengarkan kemungkinan adanya jawaban,
gunakan lampu/senter agar orang yang hilang dapat melihat kita.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 48 ~


Pendukung Operasi SAR
Pendukung operasi SAR diperlukan pangkalan SAR. Dilihat dari
macamnya, terdiri dari :

1. Portable Camp
Pangkalan SAR yang bersifat sementara, karena digunakan dalam
waktu yang pendek.
2. Base Camp
Pangkalan yang digunakan lebih lama sebagai pendukung SAR.
3. Spike Camp
Pangkalan SAR yang sifatnya lebih sementara tapi bisa digunakan
lebih lama dibandingkan dengan portable camp.
4. Staging Area
Tempat tertentu, masih di lingkungan Base Camp yang berfungsi
khusus sebagai tempat logistik, administrasi, serta transportasi.

Fungsi Pangkalan
- Sebagai PUSKODAL (Pusat Komando Pengendalian) SAR.
- Pusat Komunikasi, logistic operasional, layanan perorangan,
tempat tidur, makan dan kesehatan.
- Pusat koordinasi komunikasi antar unsur-unsur SAR dalam
operasi maupun komunikasi terhadap masyarakat.

Pemilihan Suatu Pangkalan SAR didasarkan kepada :


1. Letak strategis
2. Ada jalan ke tempat itu sehingga lalulintas ked an dari pangkalan
bukan suatu kendala.
3. Medan cukup aman.
4. Fasilitas cukup memadai.

Aspek Hukum SAR


1. Petugas SAR dibenarkan untuk memasuki tanah milik
pribadi/perusahaan dalam tugasnya bilamana diperlukan, namun
sedapat mungkin minta ijin pada pemiliknya.

~ 49 ~
2. Semua barang milik pribadi korban yang ditemukan oleh petugas
SAR supaya dikumpulkan, disimpan dan menjadi tanggung jawab
SMC.
3. Pemindahan jenazah di darat, dilakukan atas persetujuan dokter
atau pejabat berwenang, harus pula disertai dengan surat resmi.
4. SMC / Team SAR tidak memberikan keterangan mengenai
kematian korban, SMC/ Team SAR hanya memberikan keterangan
mengenai apa yang sudah dan yang sedang dikerjakan. Yang
boleh memberikan keterangan hanyalah instansi yang
berwenang.

Diklat Sekber PAB 2008 ~ 50 ~

Anda mungkin juga menyukai