Di Nusantara
Oleh Wali-Wali Allah ( Wali Songo )
Disusun oleh :
Siti Nur Cholipah Aldiyani
NIS 0024838270
Bisnis Daring Dan Pemasaran
Sunan Gresik diperkirakan lahir di Samarkand Asia Tengah pada paruh awal abad ke
14. Beliau merupakan guru para wali, Sunan Gresik termasuk orang pertama yang masuk
ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Tempat berdakwah pertamanya adalah di Desa Sembalo (Gresik). Beliau mulai
menyiarkan agama Islam di bagian timur Pulau Jawa dengan mendirikan masjid di Desa
Pasucinan Manyar.
2. Raden Rahmat (Sunan Ampel)
Sunan Ampel menurut riwayat beliau adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan
putri Dewi Condro Wulan. Lahir di Champa tahun 1401 Masehi. Tahun 1479, Raden
Rahmat mendirikan masjid Agung Demak untuk sarana berdakwah.
Kemudian di Ampel Denta membangun pondok pesantren yang menjadi sentra
pendidikan dan berpengaruh di dunia, selama berdakwah beliau mempunyai falsafah.
Moh mabok (tidak minum alkohol), moh main (tidak berjudi), moh madon (tidak
berzina), moh madat (tidak memakai obat-obatan), moh maling (tidak mencuri).
3. Raden Makhdum (Sunan Bonang)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila, setelah ayahnya
wafat beliau mengambil keputusan belajar agama di Malaka. Setelah selesai menimba
ilmu, Sunan Bonang kembali ke Tuban dan mendirikan pondok pesantren.
Dakwahnya melalui kesenian sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil, selain itu
menciptakan tembang tombo ati yang sekarang masih dikenal. Gamelan Jawa merupakan
salah satu budaya Hindu yang diberi nuansa berbeda serta pada pewayangan dimasukkan
cerita Islami.
4. Raden Qasim (Sunan Drajat)
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 dan merupakan salah satu putra dari
Sunan Ampel. Beliau diberi tugas pertama dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir
Gresik melalui laut kemudian mendirikan Padepokan santri Dalem Duwur.
Yang pertama kali dilakukan adalah mensejahterakan kehidupan masyarakat
kemudian mengajarkan tentang syariat Islam. Sunan Drajat terkenal dengan kegiatan
sosialnya, beliau merupakan wali yang mempelopori penyatuan anak yatim dan orang
sakit.
5. Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)
Sunan Kudus berasal dari Al-Quds Yerussalem Palestina, putra dari Raden Usman
Haji dengan Syarifah Ruhil. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat dengan
memanfaatkan simbol Hindu-Budha, hal itu terlihat pada arsitektur masjid Kudus.
Bentuk dari menara, gerbang serta pancuran (padasan) wudhu Masjid Kudus
melambangkan delapan jalan Budha. Beliau mendapat gelar wali Al-ilmi yang berarti
orang yang berilmu seperti yang dimilikinya yaitu kepandaian dan berilmu luas.
6. Raden Paku (Sunan Giri)
Sunan Giri lahir di Blambangan pada 1442 M dan merupakan putra dari Maulana
Ishaq. Setelah berguru selama tiga tahun oleh ayahnya, beliau kemudian mendirikan
pesantren di desa Sidomukti, Kebonmas. Pesantrennya dikenal sebagai salah satu pusat
penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Pesantren Giri terus berkembang hingga menjadi sebuah Kerajaan kecil (Giri
Kedaton). Peninggalannya berupa kesenian tradisional berupa permainan anak seperti
jelungan dan cublak suweng serta lagu Jawa Pucung dan Asmaradana.
7. Raden Sahid (Sunan Kalijaga)
Sunan Kalijaga lahir tahun 1450 di Tuban dan wafat tahun 1550 di Demak. Metode
dakwah yang digunakannya adalah pemahaman agama berbasis salaf yaitu kesenian dan
kebudayaan. Contoh kesenian dan kebudayaan yang digunakan ialah seni ukir, wayang,
gamelan, dan seni suara untuk menyebarkan agama Islam.
Beberapa lagu terkenal yang diciptakannya adalah Lir Ilir dan Gundul Pacul, metode
tersebut terkesan efektif karena dapat mengambil hati masyarakat.
8. Raden Umar Said (Sunan Muria)
Sunan Muria dalam berdakwah, Sunan Muria menggunakan metode yang sama
dengan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan kepada masyarakat melalui
pendekatan kebudayaan dan kesenian tradisional Jawa.
Gunung Muria merupakan tujuan dan pusat dakwahnya, kebanyakan tempat yang
didatanginya merupakan daerah terpencil di pesisir pantai atau pegunungan. Sunan Muria
menggunakan media tembang Jawa dalam berdakwah, seperti tembang Sinom dan
Kinanti.
9. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Sunan Gunung Jati merupakan keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara
Santang. Sunan Gunung Jati menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat dakwah dan
pemerintahannya, berhasil mengembangkan kekuasaan serta penyebaran Islam.
Dalam berdakwah beliau menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas serta
mendekati masyarakat dengan membangun infrastruktur berupa jalan.
C. Masjid Peninggalan Wali Songo
Tidak hanya dakwah yang diberikan kepada masyarakat, namun para Walisongo
meninggalkan bukti sejarah yang sampai sekarang masih di lestarikan. Diantaranya
adalah
1. Masjid Menara Kudus. Pendirinya adalah Sunan Kudus sejak tahun 1549 M dengan
corak bangunan Hindu berbahan batu dari Baitul Maqdis Palestina. Lokasinya berada
di Kota Kudus.
2. Masjid Agung Demak. Pendirinya adalah Raden Patah sejak abad 15 M dengan lokasi
di Desa Kauman Demak.
3. Masjid Agung Banten. Pendirinya adalah Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun
1552-1570 M. Dengan ciri khas salah satu kubahnya bertumpuk 5 mirip Pagoda
China.
4. Masjid Sang Cipta Rasa. Pendirinya adalah Sunan Gunung Jati tahun 1478 M dengan
lokasi di kabupaten Cirebon.
5. Masjid Sendang Duwur. Konon dahulu masjid ini dibawa dari Jepara menuju bukit
Amitunon Lamongan oleh Raden Noer Rahmad pada tahun 1561 M. Masjid ini
terletak di daerah Lamongan.